Anda di halaman 1dari 38

STEP 7

1. Tahap-tahap tumbuh kembang anak berdasarkan usia (apa saja


yang harus bisa dicapai pada umur tertentu?)
1) Masa prenatal atau masa intra uterin
Masa ini dibagai menjadi 3 periode, yaitu :
Masa zigot/mudigah, sejak saat konsepsi sampai umur
kehamilan 2 minggu
Masa embrio, sejak umur kehamilan 2 minggu sampai 8/12
minggu. Ovum yang telah dibuahi dengan cepat akan
menjadi suatu organisme, terjadi diferensiasi yang
berlangsung dengan cepat, terbentuk sistem organ dalam
tubuh.
- Masa janin/fetus, sejak umur kehamilan 9/12 minggu
sampai akhir kehamilan.
Masa ini terdiri dari 2 periode yaitu :
Masa fetus dini yaitu sejak umur kehamilan 9 minggu
sampai trimester ke 2 kehidupan intra uterin. Pada
masa ini terjadi percepatan pertumbuhan, pembentukan
jasad manusia sempurna. Alat tubuh telah terbentuk
serta mulai berfungsi.
Masa fetus lanjut yaitu trimester akhir kehamilan.
Pada masa ini pertumbuhan berlangsung pesat disertai
perkembangan fungsi-fungsi. Terjadi transfer
Imunoglobulin G (lg G) dari darah ibu melalui plasenta.
Akumulasi asam lemak esensial seri Omega 3 (docosa
hexaniz acid) dan Omega 6 (arachidonik acid) pada otak
dan retina.
2)
Masa bayi (infancy) umur 0 sampai 11 bulan.
Masa ini dibagi dalam 2 periode:

Masa neonatal
Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi
perubahan sirkulasi darah serta mulainya berfungsi organ-organ,
masa ini dibagi menjadi 2 yaitu:
Masa neonatal dini umur 0-7 hari
Masa neonatal lanjut , umur 8 28 hari
Masa post natal , umur 29 hari 11 bulan.
Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat dan proses
pematangannya berlangsung secara terus menerus terutama
meningkatnya fungsi sistem syaraf.

Seorang bayi sangat tergantung pada orang tua dan keluarganya


sebagai unit pertama yang dikenalnya. Masa ini adalah masa
dimana kontak erat antara ibu dan anak terjalin sehingga dalam
masa ini pengaruh ibu dalam mendidik anak sangat besar.
Kebutuhan ASUH sangat penting untuk diperhatikan.
3) Masa anak di bawah lima tahun ( balita , umur 12-59
bulan)
Setelah lahir terutama 3 tahun pertama kehidupan, pertumbuhan
dan perkembangan sel-sel otak masih berlangsung dan
terjadi pertumbuhan serabut-serabut syaraf dan cabangcabangnya, sehingga terbentuk jaringan syaraf dan otak yang
kompleks. Jumlah dan pengaturan hubungan antar sel syaraf ini
akan sangat mempengaruhi segala kinerja otak, mulai dari
kemampuan belajar berjalan, mengenal huruf, intelegensia
hingga bersosialisasi.
4) Masa anak prasekolah (umur 60-72 bulan)

Pada masa ini pertumbuhan berlangsung dengan stabil. Terjadi


perkembangan dengan aktivitas jasmani yang bertambah dan
meningkatnya ketrampilan dan proses dalam berfikir.
Pada masa ini anak dipersiapkan untuk sekolah untuk itu panca
indra dan sistem reseptor penerima rangsangan serta proses
memori harus sudah siap sehingga anak mampu belajar dengan
baik. Perlu diperhatikan bahwa proses belajar pada masa ini adalah
dengan cara bermain.
Pada masa ini anak mulai senang bermain di lingkungan luar rumah,
anak mulai menunjukkan keinginannya

Otak melekuk, melipat, terutama bagian luar


otak (korteks).

14 Years Old

Yang harus dicapai pada umur-umur tertentu:


Milestone Perkembangan Balita

Usia 4 bulan

Usia 8 bulan

Usia 12 bulan

Usia 18 bulan

Usia 24 bulan

2. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

2) Faktor luar (external)


:Faktor Prenatal, Faktor Persalinan,
Faktor Pascasalin

1. Faktor genetik
2. Faktor lingkungan
Faktor Lingkungan prenatal
Gizi ibu waktu hamil
Mekanis
Toksin/zat kimia
Endokrin
Radiasi
Infeksi
Stres
Imunitas
Anoksia embrio
Persalinan
Trauma persalinan
Faktor lingkungan postnatal
LINGKUNGAN BIOLOGIS ras/suku bangsa, umur,
gizi, perawatan kesehatan, keperkaan terhadap
penyakit, penyakit kronis, fungsi metabolisme,
hormon.
FAKTOR FISIK cuaca, musim, keadaan geografis
suatu daerah, sanitasi, keadaan rumah, radiasi

FAKTOR PSIKOSOSIAL stimulasi, motivasi belajar,


sekolah, hukuman yang wajar, kelompok sebaya.
FAKTOR KELUARGA DAN ADAT ISTIADAT
pekerjaan/pendapatan orang tua, pendidikan ayahibu, jumlah saudara, keharmonisan keluarga,
kepribadian ayah-ibu, adat istiadat, norma yang
berlaku, agama.

(Buku Tumbuh Kembang Anak, Dr. Soetjiningsih, SpAK)

3. Faktor resiko / penyakit yang mendasari terjadinya developmental


delay
Lebih ke penyakitnya

4. Kebutuhan apa saja yang dibutuhkan pada saat pertumbuhan dan


perkembangan anak
FISIS- BIOMEDIS ( pola Asuh ):
nutrisi, immunisasi, kebersihan badan & lingkungan,
pengobatan, olahraga, bermain, sandang.
KEBUTUHAN EMOSI AUAT KASIH SAYANG ( pola Asih ):
menciptakan rasa aman + nyaman, dilindungi,
diperhatikan (minat, keinginan, pendapat), diberi contoh
( bukan dipaksa), dibantu, didorong, dihargai, penuh
kegembiraan, koreksi (bukan ancaman / hukuman) pola
asuh demokratik
KEBUTUHAN AKAN STIMULASI MENTAL( pola Asah ):
sensorik, motorik, emosi-sosial, bicara, kognitif,
mandiri, kreativitas, kepemimpinan, moral

(Buku Tumbuh Kembang Anak, Dr. Soetjiningsih, SpAK)

5. Penilaian deteksi dini gangguan pertumbuhan dan perkembangan


anak
(Screening)

DDST
Denver Developmental Screening Test (DDST) adalah sebuah metode
pengkajian yang digunakan secara luas untuk menilai kemajuan
perkembangan anak usia 0-6 tahun. Dalam perkembangannya, DDST
mengalami beberapa kali revisi. Revisi terakhir adalah Denver II yang
merupakan hasil revisi dan standardisasi dari DDST dan DDST-R (Revised
Denver Developmental Screening Test ). Perbedaan Denver II dengan
skrining terdahulu terletak pada item-item test, bentuk, interpretasi, dan
rujukan.
Denver II terdiri atas 125 item tugas perkembangan yang sesuai dengan usia anak, mulai dari
usia 0-6 tahun. Item-item tersebut tersusum dalam formulir khusus dan terbagi menjadi 4
sektor, yaitu:
1. Sektor Personal-Sosial, yaitu penyesuaian diri di masyarakat dan kebutuhan pribadi.
2. Sektor Motorik Halus-Adaptif, yaitu koordinasi mata-tangan, kemampuan memainkan
dan menggunakan benda-benda kecil, serta pemecahan masalah.
3. Sektor Bahasa, yaitu mendengar, mengerti, dan menggunakan bahasa.
4. Sektor Motorik Kasar, yaitu duduk, berjalan, dan melakukan gerakan umum otot
besar lainnya.

Pemeriksaan fisik neonatus


1. Kulit
Perhatikan kondisi kuli bayi. Periksa adanya ruam dan bercak atau
tanda
Lahir. Periksa adanya pembekakan.
Perhatinan adanya vernik kaseosa
Perhatikan adanya lanugo, jumlah yang banyak terdapat pada
bayi kurang bulan
2. Kepala
Raba sepanjang garis sutura dan fontanel ,apakah ukuran dan
tampilannya normal.
Sutura yang berjarak lebar mengindikasikan bayi preterm,moulding yang
buruk atau hidrosefalus. Pada kelahiran spontan letak kepala, sering
terlihat tulang kepala tumpang tindih yang disebut
moulding/moulase.Keadaanini normal kembali setelah beberapa hari
sehingga ubun-ubun mudah diraba.
Perhatikan ukuran dan ketegangannya. Fontanel anterior harus diraba,
fontanel yang besar dapat terjadi akibat prematuritas atau hidrosefalus,
sedangkan yang terlalu kecil terjadi pada mikrosefali. Jika fontanel
menonjol, hal ini mikrosefali. Jika fontanel menonjol, hal ini diakibatkan
peningkatan tekanan intakranial, sedangkan yang cekung dapat
tejadi akibat dehidrasi. Terkadang teraba fontanel ketiga antara fontanel
anterior dan posterior, hal ini terjadi karena adanya trisomi 21
Periksa adanya tauma kelahiran misalnya; caput suksedaneum, sefal
hematoma, perdarahan subaponeurotik/fraktur tulang tengkorak
3. Wajah
wajah harus tampak simetris. Terkadang wajah bayi tampak asimetris hal
ini
dikarenakan posisi bayi di intrauteri. Perhatikan kelainan wajah yang
khas seperti sindrom down atau sindrom piere robin. Perhatikan juga
kelainan wajah akibat trauma lahir seperti laserasi, paresi N.fasialis.
4. Mata
goyangkan kepala bayi secara perlahan-lahan supaya mata bayi terbuka.
Periksa jumlah, posisi atau letak mata Perksa adanya strabismus
yaitu koordinasi mata yang belum sempurna

Periksa adanya glaukoma kongenital, mulanya akan tampak sebagai


pembesaran
kemudian sebagai kekeruhan pada kornea
Katarak kongenital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna putih.
Pupil harus tampak bulat. Terkadang ditemukan bentuk seperti lubang
kunci (kolobama) yang dapat
mengindikasikan adanya defek retina.
Periksa adanya trauma seperti palpebra, perdarahan konjungtiva
atau retina
Periksa adanya sekret pada mata, konjungtivitis oleh kuman
gonokokus dapat menjadi panoftalmia dan menyebabkan kebutaan.
Apabila ditemukan epichantus melebar kemungkinan menderita sdr
down
5. Hidung
Kaji bentuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan lebarnya harus
lebih dari 2,5
cm.
Bayi harus bernapas dengan hidung, jika melalui mulut harus
diperhatikan melalui mulut harus diperhatikan kemungkinan ada obstruksi
jalan napas karena atresia koana bilateral, fraktur tulang hidung atau
ensefalokel yang menonjol ke nasofaring
Periksa adanya sekret yang mukopurulen yang terkadang berdarah ,
hal ini kemungkinan adanya sifilis kongenital
Periksa adanya pernapasan cuping hidung, jika cuping hidung
mengembang menunjukkan adanya gangguan pernapasan
6. Mulut
Perhatikan mulut bayi, bibir harus berbentuk dan simetris.
Ketidaksimetrisan bibir
menunjukkan adanya palsi menunjukkan adanya palsi wajah. Mulut yang
kecil
menunjukkan mikrognatia.
Periksa adanya bibir sumbing, adanya gigi atau ranula (kista lunak yang
berasal dari dasar mulut) Periksa keutuhan langit-langit, terutama
pada
persambungan antara palatum keras dan lunak Perhatika adanya bercak
putih pada gusi atau palatum yang biasanya terjadi akibatvEpisteins pearl
atau gigi atau gigi
periksa lidah apakah membesar atau sering bergerak. bayi dengan
edema otak atau tekanan intrakranial meninggi seringkali
lidahnya keluar masuk (tanda foote)
7. Telinga
Periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya. Pada bayi cukup
bulan, tulang rawan sudah matang
Dauntelinga harus berbentuk sempurna dengan lengkungan yang jelas
dibagia atas
Perhatikan letak daun telinga. Daun telinga yang letaknya rendah (low
set ears) terdapat pada bayi yangmengalami sindrom tertentu
(Pierre-robin)

Perhatikan adanya kulit tambahan atau aurikel hal ini dapat berhubungan
dengan abnormalitas ginjal
8. leher
Leher bayi biasanya pendek dan harus diperiksa kesimetrisannya.
Pergerakannya harus baik. Jika terdapat keterbatasan pergerakan
kemungkinan ada kelainan tulang leher.
Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan kerusakan
pad fleksus brakhialis.
Lakukan perabaan untuk mengidentifikasi adanya
pembengkakan.periksa adanya pembesaran kelenjar tyroid dan
vena jugularis.
Adanya lipata kulit yang berlebihan di bagian belakang leher menunjukkan
adanya kemungkinan trisomi 21
9. klavikula
Raba seluruh klavikula untuk memastikan keutuhannya terutama pada
bayi yang lahir
dengan presentasi bokong atau dengan presentasi bokong atau
distosia bahu. Periksa
kemungkinan adanya fraktur
10.tangan
Kedua lengan harus sama panjang, periksa dengan cara meluruskan
kedua lengan ke bawah. Kedua lengan harus bebas bergerak, jika
gerakan kurang kemungkinan adanya kerusakan neurologis atau fraktur.
Periksa jumlah jari. Perhatikan adanya polidaktili sidaktili. Telapak
tangan harus dapat terbuka, garis tangan yang hanya satu buah berkaitan
dengan abnormaltas
kromosom, seperti trisomi 21
Periksa adanya paronisia pada kuku yang dapat terinfeksi atau
tercabut sehingga menimbulkan luka dan perdarahan
11.dada
Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernapas. Apabila tidak
simetris kemungkinan bayi mengalami pneumotoraks, paresis diafragma
atau hernia diafragmatika. Pernapasan yang normal dinding dada
danabdomen bergerak secara bersamaan.Tarikan sternum abdomen
bergerak secara bersamaan.Tarikan sternum atau interkostal pada saat
bernapas perlu diperhatikanPada bayi cukup bulan, puting susu sudah
terbentuk dengan baik dan tampak simetris.
12.abdomen
Abdomen bergerak secara bersamaan dengan gerakan dada saat
bernapas. Kaji adanya pembengkakan Jika perut sangat cekung
kemungkinan terdapat herniadiafragmatika.
Abdomen yang membuncit kemungkinan karena
hepatosplenomegali atau tumor lainnya
Jika perut kembung kemungkinan adanya enterokolitisvesikalis, omfalokel
atau ductus omfaloentriskus persisten (Lodermik, Jensen 2005)

Auskultasi
palpasi
13.genitalia
Pada bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar 1-1,3 cm.Periksa
posisi lubang uretra. Prepusium tidak boleh ditarik karena akan
menyebabkan fimosis
Periksa adanya hipospadia dan epispadia
Skrortum harus dipalpasi untuk memastikan jumlah testis
Pada bayi perempuan cukup bulan labia mayora menutupi labia
minora
Lubang uretra terpisah dengan lubang vagina
Terkadang tampak adanya sekret yang berdarah dari vagina, hal ini
disebabkan oleh pengaruh hormon ibu (withdrawl bedding) (Lodermik,
Jensen 2005)
14.anus dan rektum
Periksa adanya kelainan atresia ani , kaji posisinya
Mekonium secara umum keluar pada 24 jam pertama, jika sampai
48 jam jam pertama
belumkeluar kemungkinan adanya mekonium plug syndrom,
megakolon atau
obstruksi saluran pencernaan
15.tungkai
Periksa kesimetrisan tungkai dan kaki. Periksa panjang kedua kaki dengan
meluruskan
keduanya dan bandingkan. Kedua tungkai harus dapat bergerak bebas
Kurangnya gerakan berkaitan dengan adanya trauma, misalnya fraktur,
kerusakan neurologis. Periksa adanya polidaktili atau sidaktili pada jari
kaki
16.spinal
Periksa psina dengan cara menelungkupkan bayi, cari adanya tandatanda abnormalitas seperti spina bifida, pembengkakan, lesung atau
bercak kecil
berambut yang dapat menunjukkan adanya abdormalitas medula spinalis
atau kolumna
vertebra (Lodermik, Jensen 2005)

Wajah dismorfik ? sindrom down ?

Nama lainnya adalah Mongolism atau Trisomi 21, yaitu kelainan


kromosom berupa trisomi 21, ditandai dengan gejala khas berupa
gangguan mental dan gambaran dismorfik wajah.
Adanya ekstra kromosom nomor 21 memberikan pengaruh pada
banyak sistem organ, sehingga membentuk spektrum fenotip
sindroma down yang luas, antara lain:
1. Adanya kromosom 21q 22.3 menyebabkan:

a. Keterlambatan mental
b. Gambaran wajah khas (Mongolism)
c. Anomali jari tangan
d. Kelainan jantung bawaan

2. Adanya kromosom 21q 22.1-q 22.2 menyebabkan:


a Kelainan susunan saraf pusat (keterlambatan mental)
b Kelainan jantung bawaan.
GEJALA KLINIS
Gangguan pendengaran, penglihatan dan bicara (artikulasi)
Obesitas
Keterlambatan motorik, kognitif, bahasa dan kemampuan
bersosialisasi
Perubahan tingkah laku dan kesulitan belajar
Masalah artikulasi, meningkatnya kecemasan (17,6%), autism,
ADHD, kelainan obsesif kompulsif, sindroma tourette dan depresi.
Pemeriksaan fisik:

Gangguan mental dari sedang sampai dengan berat


dengan IQ 20-85
Hipotoni yang berkurang dengan bertambahnya usia
Brakisefali, mikrosefali, ubun-ubun melebar dan terlambat
menutup
Fisura palpebra yang miring (slanting), lipatan epikantus
bilateral, gangguan refraksi, strabismus, nistagmus dan
katarak kongenital
Tulang hidung hipoplastik dan flat nasal bridge
Lidah yang cenderung menjulur, fisura pada lidah, anak
bernafas dengan mulut, berliur, agenesis dan malformasi
gigi
Telinga kecil, over folded helix, gangguan pendengaran
(66-89%) mencapai > 15-20 db.

Kelainan jantung bawaan (40-50%), berupa aritmia dan


palpitasi
Jari tangan pendek-pendek dan gemuk, form finger
line, hiperekstensi persendingan jari tangan.

Pemeriksaan laboratorium:
o Studi sitogenetik: Karyotyping penderita dan orang tua
penderia (untuk kepentingan konseling genetik)

1. Haddow JE, Palomaki GE, Knight GJ : Prenatal screening for Downs syndrome with use
of maternal serum markers. N. Engl J Med, 1992 Aug 27; 327 (9) : 588-93.
2. Pueschel, M.ed. New perspective on Down syndrome : Baltimore Paul Broozes, 1987.
3. Holtzen, DM. The molecular genetics of Down syndrome, moelec genetic, M.ed, 1992 ; 2 :
105-20.

Anamnesis : masalah2 yang timbul apa saja ? masalah pertumbuhan ?


masalah perkembangan?

Deteksi Dini Penyimpangan PERTUMBUHAN :

Berat badan (BB) terhadap umur

Tinggi badan (TB) terhadap umur

Lingkar kepala (LK) terhadap umur

Lihat arah garis pertumbuhan

Tentukan status gizi

Deteksi Dini Penyimpangan PERKEMBANGAN

Tanyakan perkembangan anak dengan KPSP (Kuesioner


Pra Skrining Perkembangan)

Tanyakan daya pendengarannya dengan TDD (Tes Daya


Dengar), penglihatannya dengan TDL (Tes Daya Lihat),

Tanyakan masalah perilaku dgn kuesioner MME, autis


dengan CHAT, gangguan pemusatan perhatian dgn kuesioner
Conners

6. Mengapa anak belum bisa berjalan dan berbicara?


ASPEK-ASPEK YANG PERLU DIPANTAU
Personal social (kepribadian/tingkah laku sosial). Aspek
yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi
dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Fine motor adaptive (gerakan motorik halus). Aspek
yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk
mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan
bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot
kecil, tetapi memerlukan kondisi yang cermat. Misalnya
kemampuan untuk menggambar, memegang sesuatu benda,
dll.
Language (bahasa). Kemampuan untuk memberikan respon
terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan.
Gross motor (perkembangan motorik kasar).aspek yang
berhubungan
dengan
kemampuan
anak
melakukan
pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar
seperti duduk, berdiri, dan sebagainya.

Belum bisa berjalan


Orang tua harus mulai khawatir ketika anak tidak bisa berjalan ketika
usianya sudah mencapai 18 bulan. Memang, bisa berjalan saat usia 15-18
bulan adalah masih dalam batas normal, tetapi biasanya anak seperti ini
mempunyai gangguan motorik kasar dan gangguan keseimbangan yang
ringan yang akan lebih baik diberikan intervensi dan stimulasi sejak dini.

Umur 9-12 bulan


-

Mengankat badannya ke posisi berdiri

Belajar berdiri selama 30 detik/ berpegangan di kursi

Dapat berjalan dengan dituntun

Umur 12-18 bulan


-

Berdiri sendiri tanpa berpegangan

Berjalan dengan merambat ke perabotan di rumah, Berjalan 2 atau


3 langkah tanpa bantuan, Berjalan 10-20 menit tanpa bantuan.

Umur 18-24 bulan


-

Berjalan tanpa kesulitan, Menarik mainan sambil berjalan,


Membawa mainan besar sambil berjalan,

Naik/turun bangku tanpa bantuan, Menemukan cara sendiri untuk


berjalan mundur, Bisa naik/turun tangga dengan bantuan.

Umur 24-36 bulan


-

Umumnya mampu memanjat dengan baik, berjalan naik/turun


tangga dengan menggunakan satu kaki per anak tangga, Berjalan
jinjit.

Penyebab tersering anak terlambat berjalan


Ketidakmatangan Persyarafan Kemampuan anak melakukan
gerakan motorik sangat ditentukan oleh kematangan syaraf yang
mengatur gerakan tersebut. Pada waktu anak dilahirkan,
syaraf-syaraf yang ada di pusat susunan syarat belum
berkembang dan berfungsi sesuai dengan fungsinya, yaitu
mengontrol gerakan-gerakan motorik. Pada usia 5 tahun,
syaraf-syaraf ini sudah mencapai kematangan, dan
menstimulasi berbagai kegiatan motorik. Otot-otot besar yang
mengontrol gerakan motorik kasar, seperti berjalan,berlari,
melompat dan berlutut, berkembang lebih cepat bila dibandingkan
dengan otot-otot halus yang mengontrol kegiatan motorik halus,
seperti menggunakan jari-jari tangan untuk menyusun puzzle ,

memegang pensil atau gunting membentuk dengan plastisin atau


tanah liat, dan sebagainya.
Gangguan vestibularis atau keseimbangan Pada anak yang
mengalami dysfunction of sensory integration (DSI) sering
mengalami gangguan keseimbangan. Gangguan keseimbangan
yang terjadi ini seringkali dianggap anak kurang percaya diri.
Gangguan keseimbangan ini biasanya ditandai dengan anak takut
saat berenang, menaiki mainan yang bergerak dan bergoyang
seperti ayunan, mainan kuda-kudaan listrik dengan koin, naik lift
atau eskalator. Anak tidak suka naik umumnya di dalam mobil. Anak
mungkin tidak kooperatif sebagai upaya menghindari sensasi yang
membuat anak terganggu. Anak yang underreactive untuk input
vestibular tampaknya tidak pusing bahkan setelah berputar untuk
waktu yang lama, dan tampaknya menikmati gerakan cepat seperti
berayun. Bila berjalan terburu-buru, gerakannya canggung, mudah
tersandung atau jatuh. Dia mungkin tidak membuat upaya untuk
menangkap dirinya sendiri ketika dia jatuh. Anak tampak kesulitan
memegang kepalanya sambil duduk. Anak tidak cenderung untuk
melakukannya dengan baik dalam olahraga. Dia mungkin
memiliki gaya canggung, atau gerakan yang tidak biasa
ketika bergerak lengan atau kepala. Biasanya juga disertai
keterlambatan membaca, menulis, berbicara, dan persepsi
visual-spasial yang khas.
Keterlambatan ringan perkembangan motorik kasar
Seorang anak yang terlambat berjalan, kemungkinan juga
terlambat dalam duduk dan merangkak. Namun sayangnya,
keterlambatan ini bukanlah hal pertama yang mungkin disadari oleh
para orangtua. Jika ini penyebabnya, maka dokter akan melihat
jalan anak dalam konteks yang berbeda dan mencari tahu berada
dimana ia dalam rangkaian perkembangan motoriknya. Biasanya
juga disertai keterlambatan membaca, menulis, berbicara, dan
persepsi visual-spasial yang khas.

Gangguan sensoris Pada kasus tertentu, anak sering


mengalami sensitif pada telapak tangan dan kaki. Sehingga hal ini
mengakibatkan anak sering jinjit. Selama ini, jalan jinjit atau Tip Toe
masih belum diketahui penyebabnya. Meskipun bukan karena
kelainan anatomis. Selama ini, orangtua menganggap hal itu adalah
memang perilaku anak. Pada anak dengan gangguan sensoris raba
biasanya disetai gangguan sensoris suara dan cahaya. Gangguan
sensoris suara biasanya anak takut dan tidak nyaman ketika
mendengar suara dengan frekuensi tertentu seperti suara blender,
suara bayi menangis, suara gergaji listrik. Gangguan sensoris
cahaya biasanya anak sangat sensitif terhadap cahaya terang dan
sinar matahari.
Faktor Predisposisi
Keterlambatan berjalan biasanya sering terjadi pada kelompok anak
tertentu seperti :
Bayi prematur
Obesitas atau kegemukan
Bayi lahir dengan berat bada rendah atau kurang dari 2.500 gram
Anak dengan gangguan hipersensitif saluraan cerna seperti
Gastropoesepageal refluks, sering muntah, mual atau sering sulit
buang air besar. Keadaan ini sering terjadi pada anak alergi atau
hipersensitif saluran cerna
Sangat jarang pada anak menderita tumor otak, Retardasi mental
dan cerebral palsy
Kriteria penggolongan keterlambatan berjalan disertai
intervensinya
Bisa berjalan usia 8 bulan-12 bulan : Kemampuan berjalan
sangat baik dan sangat cepat, biasanya anak demikian motorik
kasar dan kemampuan keseimbangannya sangat baik. Pada
kelompok ini mungkin tidak perlu intervensi atau stimulasi karena
anak akan belajar berjalan sendiri dengan baik tanpa bantuan.

Bisa berjalan usia 12 bulan-15 bulan : Kemampuan berjalan


biasa dan rata-rata anak seusia. Biasanya anak demikian motorik
kasar dan kemampuan keseimbangannya normal. Pada kelompok ini
mungkin intervensi atau stimulasi ringan akan lebih baik.
Bisa berjalan usia 15 bulan-18 bulan : Kemampuan berjalan
normal tetapi kurang optimal. Biasanya anak demikian kemampuan
motorik kasar dan kemampuan keseimbangannya kurang begitu
baik. Pada kelompok ini perlu intervensi atau stimulasi ringan agar
perkembangan motorik dan vestibularis lebih baik
Bisa berjalan usia 18 bulan-24 bulan : Kemampuan berjalan
terlambat ringan. Biasanya anak demikian kemampuan motorik
kasar dan kemampuan keseimbangannya tidak baik. Pada kelompok
ini harus dilakukan intervensi atau stimulasi ringan agar
perkembangan motorik dan vestibularis menjadi optimal. Sebaiknya
dilakukan oleh arahan tenaga profesional seperti Dokter Spesialis
Fisik dan Rehabilitasi
Bisa berjalan usia 24 bulan-32 bulan : Kemampuan berjalan
terlambat berat . Biasanya anak demikian kemampuan motorik
kasar dan kemampuan keseimbangannya buruk. Dalam keadaan
seperti ini, biasanya disertai gangguan neurologis atau susunan
saraf pusat. Pada kelompok ini harus dilakukan intervensi atau
stimulasi ringan agar perkembangan motorik dan vestibularis
menjadi optimal. Stimulasi seperti tersebut harus dilakukan oleh
arahan tenaga profesional seperti Dokter Spesialis Fisik dan
Rehabilitasi
Belum bisa berjalan sampai usia 32 bulan : Kemampuan
berjalan terlambat sangat berat . Biasanya anak demikian
kemampuan motorik kasar dan kemampuan keseimbangannya
sangat buruk. Dalam keadaan seperti ini, biasanya disertai
gangguan neurologis atau susunan saraf pusat yang sangat berat
seperti penderita Cerebral palsy. Pada kelompok ini harus dilakukan

intervensi atau stimulasi ringan agar perkembangan motorik dan


vestibularis menjadi optimal. Stimulasi seperti tersebut harus
dilakukan oleh arahan tenaga profesional seperti Dokter Spesialis
Fisik dan Rehabilitasi.

a.
b.
c.
d.

Belum bisa berbicara

Struktur Otak yang paling penting untuk bahasa


Lobus frontalis : Area Broca
Lobus oksipitalis : Visual
Lobus temporalis : Area Wernicke
Korpus kalosum : Transfer informasi dari kanan ke kiri

Girus dan sulkus hemisfer kanan berkembang lebih awal shg bahasa yg
pertama muncul yaitu bahasa nonverbal.
Karena adanya kematian sel dan retraksi aksonal pd hemisfer kanan shg
hemisfer kiri lebih berkembang (lateralisasi) fungsi hemisfer kanan dan kiri
berbeda.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

TAHAPAN
Penerimaan (reseption)
Penanggapan (perseption)
Penguraian (decoding)
Penyadian (encoding)
Perencanaan motorik
pengeluaran kata

Gangguan bicara
Perkembangan bahasa yang lambat dapat bersifat familial. Oleh karena itu
harus dicari dalarn keluarganya apakah ada yang mengalami keterlambatan
bicara juga. Disamping itu kelainan bicara juga lebih banyak pada anak
laki-laki daripada perempuan. Hal ini karena pada perempuan, maturasi
dan perkembangan fungsi verbal hernisfer kiri lebih bak Sedangkan
pada laki-laki perkembangan hemisfer kanan yang lebih baik, yaitu
untuk tugas yang abstrak dan memerlukan keterampilan.
Sedangkan Aram DM (1987), mengatakan bahwa gangguan bicara pada
anak dapat disebabkan oleh kelainan dibawah ini:
1.

Lingkungan sosial anak.


Interaksi antar personal merupakan dasar dari semua komunikasi dan
perkembangan bahasa. Lingkungan yang tidak mendukung akan
menyebabkan gangguan bicara dan bahasa pada anak.

2.

Sistem masukan/input.
Adalah sistern pendengaran, penglihatan dan integritas taktil-kinestetik
dari anak. Pendengaran merupakan alat yang penting dalam
perkembangan bicara. Anak dg otitis media kronis dg penurunan daya
pendengaran akan mengalami keterlambatan kemampuan menerima

ataupun mengungkapkan bahasa. Gangguan bicara juga terdapat pada


tuli oleh karena kelainan genetik dan metabolik (tuli primer), tuli
neurosensorial (infeksi intra uterin: sifilis, rubella, toksoplasmosis.
sitomegalovirus), tuli konduksi seperti akibat malformasi telinga luar, tuli
sentral (sama sekali tidak dapat mendengar), tuli persepsi/afasia sensotik
(terjadi kegagalan integrasi arti bicara yang didengar menjadi suatu
pengertian yang menyeluruh), dan tuli psikis seperti pada skizofrenia,
autisme infantil, keadaan cemas dan reaksi psikologis lainnya.
3.

4.

Sistem pusat bicara


Kelainan SSP akan mempengaruhi pemahaman, interpretasi, formulasi dan
perencanaan bahasa. Gangguan komunikasi biasanya merupakan bagian
dari RM, misalnya pada sdr down.
Sistem produksi
Laring, faringm hidung, struktur mulut, susunan neuromuskular yang
berpengaruh terhadap pengaturan nafas untuk bicara.
Gangguan bicara kongenital
a. Retardasi mental
b. Ketulian (akibat rubela, kern ikterus, sindrom Turner, osteogenesis
imperfecta), Rehabilitasi harus sedini mungkin dg alat pendengar dan slb
agar anak dapat mengenal bunyi2an sebelum belajar bicara.
c. Cerebral palsy, Gangguan bicara pada anak ini mungkin disebabkan oleh
retardasi mental atau disrtria akibat spastisitas, atetosis, ataksia, korea dsb.
Pertolongan dg speech therapy sering dapat menolong bila gangguan
intelegensi tidak terlampau berat.
d. Anomali alat bicara perifer (palatum, bibir, gigi, lidah), Gangguan bicara
berupa disartria terutama pada labioskizis, palatoskizis dan kelainan bentuk
rahang yang hebat. Pada palatoskizis pertolongan dg speech theraphy
sebaiknya dilakukan sedini mungkin sebelum dilakukan pembedahan plastik,
agar anak tidak membiasakan diri berbicara melalui hidung atau menutup
lubang palatum dg menekan pangkal lidah ke atas, yang akan sukar dikoreksi
kemudian, terutama jika sudah berlangsung lama. Koreksi bicara sesudah
pembedahan harus dilakukan secepatnya.
Gangguan bicara didapat
a. Afasia akibat penyakit yang disertai kejang, pascaensefalitis,
pascatrauma, neoplasma, gangguan vaskuler otak, penyakit degeneratif
b. Disartria pada bells palsy (kelumpuhan N. VII perifer), polio mielitis, tumor
batang otak, miastenia gravis, penyakit degeneratif
c. Psikogenik
d. Sosiokultural

(Buku kuliah Ilmu Kesehatan Anak, staf pengajar Ilmu Kesehatan


Anak FKUI)
Perkembangan kemampuan berbicara dan berbahasa pada anak normal

7. Apa hubungan bayi prematur (7 bulan)dan BBL 1700 dengan


keterlmabatan perkembangan anak(di skenario)?
8. Hubungan mikrosefali, tonus hipertonik, mikrosefali dengan
developmental delay ?

Mikrosefali
Mikrosefali adalah lingkar kepala yang lebih kecil dari normal karena
otak tidak berkembang dengan baik atau telah berhenti tumbuh;
paling sering disebabkan oleh kelainan genetik.
Lingkar kepala
- dipakai utk menilai pertumbuhan otak.

- Pertumbuhan LK yg paling pesat pd umur 6 bln pertama


kehidupan, yaitu dr 34 cm wkt lahir mjd 44 cm.
(dr.Soetjiningsih, SpAK.1995.Tumbuh Kembang
Anak.Jakarta:EGC)

Patogenesis mikrosefali

mikrosefali diklasifikasikan kedalam tiga kelompok, sesuai penyebabnya:


Mikrosefali primer jinak berkaitan dengan faktor genetik. Mikrosefali
genetik ini termasuk mikrosefali fa- milial dan mikrosefali akibat aberasi
khromosom.
Mikrosefali akibat penutupan sutura prematur (kraniosinostosis). Jenis mikrosefali ini berakibat bentuk kepala abnormal,
namun pada kebanyakan kasus tak ada a- nomali serebral yang jelas.
Mikrosefali sekunder terhadap atrofi serebral. Mik- rosefali sekunder
dapat disebabkan oleh
infeksi intra- uterin seperti penyakit inklusi sitomegalik, rubella, sifilis,
toksoplasmosis, dan herpes simpleks;
radiasi, hipotensi sistemik maternal, insufisiensi plasental;
anoksia; penyakit sistemik maternal seperti diabetes me- llitus, penyakit
renal kronis, fenilketonuria;
dan ke- lainan perinatal serta pascanatal seperti asfiksia, in- feksi, trauma,
kelainan jantung kronik, serta kelainan paru-paru dan ginjal. Jenis
mikrosefali ini berhubungan dengan retardasi mental dalam berbagai
tingkat.
Sumber : Dr. Syaiful Saanin, Neurosurgeon.
saanin@padang.wasantara.net.id
Ka. SMF Bedah Saraf RSUP. Dr. M. Djamil/FK-UNAND Padang.

Cerebral palsy

Cerebral palsy is a symptom complex, (not a disease) that has


multiple etiologies.CP is a disorder of tone, posture or movement
due to a lesion in the developing brain.
Lesion results in paralysis, weakness, incoordination or abnormal
movement.
Kelainan gerakan dan postur yang tidak progresif OK
kerusakan/gangguan pada sel sel motorik pada SSP.
Korteks serebri, ganglia basalis, pontin, serebellum

Etiologi
Faktor genetik dan faktorr lainnya sifat: familial
1. Pranatal
- Infeksi itrauterin: TORCH, sifilis
- Radiasi
- Asfiksia intrauterin co: solutio plasenta, plasenta previa, ibu
hipertensi dll
- Toksemia gravidarum
- DIC ok kematian pranatal pada salah satu bayi kembar
2. Perinatal
- Anoksia/hipoksia
- Perdarahan otak
- Prematuritas
- Posmaturitas
- Hiperbilirubinemia
- Bayi kembar
3. Postnatal
Trauma kepala
Meningitis/ensefalitis yang terjadi pada 6 bulan pertama
kehidupan
Racun: logam berat, CO

Manifestasi klinis tergantung pada lokasi


Pengaruh zat teratogen pada trimester 1 akan mempengaruhi
maturasi otak
Infeksi janin kerusakan otak

Klasifikasi
There are 2 major types of CP, depending on location of lesions:
Pyramidal (Spastic Lesion is usually in the motor cortex, internal capsule
and/or cortical spinal tracts.
Extrapyramidal Lesion is usually in the basal ganglia, Thalamus,
Subthalamic nucleus and/or cerebellum.

There is overlap of both symptoms and anatomic lesions.


The pyramidal system carries the signal for muscle contraction.
The extrapyramidal system provides regulatory influences on that
contraction.

Types of brain damage

Bleeding
Brain malformation
Trauma to brain
Lack of oxygen
Infection
Toxins

Berdasarkan derajat kemampuan fungsional, dibedakan:


1. Golongan ringan
2. Golongan sedang
3. Golongan berat

Menurut ILLINGWORTH, tipe serebral palsy


1.
2.
3.
4.
5.

Tipe
Tipe
Tipe
Tipe
Tipe

spastik
athetoid
rigid
ataksia
hipotonik

9. Pemeriksaan penunjaan apa saja yang dibutuhkan untuk


menegakkan diagnosis

Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan yaitu untuk


mengetahui/menemukan arah garis pertumbuhan yang tidak naik,
status gizi kurang/buruk dan mikro/makrosefali.
Deteksi dini penyimpangan perkembangan yaitu untuk
mengetahui gangguan perkembangan anak
(keterlambatan),gangguan daya lihat, gangguan daya dengar.

Deteksi dini penyimpangan mental emosional yaitu untuk


mengetahui adanya masalah mental emosional, autisme dan
gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif.

Deteksi Dini Penyimpangan PERTUMBUHAN :


Berat badan (BB) terhadap umur
Tinggi badan (TB) terhadap umur
Lingkar kepala (LK) terhadap umur
Lihat arah garis pertumbuhan
Tentukan status gizi

Deteksi Dini Penyimpangan PERKEMBANGAN


Tanyakan perkembangan anak dengan KPSP (Kuesioner
Pra Skrining Perkembangan)
Tanyakan daya pendengarannya dengan TDD (Tes Daya
Dengar), penglihatannya dengan TDL (Tes Daya Lihat),
Tanyakan masalah perilaku dgn kuesioner MME, autis
dengan CHAT, gangguan pemusatan perhatian dgn kuesioner
Conners

Adalah kegiatan/pemeriksaan untuk menemukan penyimpangan tumbuh


kembang secara dini agar lebih mudah diintervensi
Bila penyimpangan terlambat dideteksi, maka lebih sulit diintervensi dan
akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak

A. KPSP

9-10 pertanyaan singkat pada orang-tua / pengasuh, tentang


kemampuan yang telah dicapai oleh anak
mulai umur 3 bulan, minimal tiap 3 bulan sampai umur 2 tahun, minimal
tiap 6 bulan sampai umur 6 tahun
untuk mengetahui perkembangan anak sesuai umurnya atau terlambat
Alat :
1. Kuesioner (daftar pertanyaan) sesuai umur anak
2. Kertas, pensil,
3. bola karet atau plastik seukuran bola tenis,
4. kerincingan,
5. kubus berukuran sisi 2,5 cm sebanyak 6 buah,
6. benda-benda kecil seperti kismis/potongan biskuit kecil berukuran 0,5-1
cm
Hitung umur anak (tanggal, bulan, tahun).
Lebih 16 hari dibulatkan menjadi 1 bln
Buka kuesioner sesuai umurnya : 3, 6, 9, 12 bln, dst.
atau kuesioner yang lebih muda dari umurnya (kalau datang umur 4
atau 5 bulan gunakan kuesioner umur 3 bulan dulu)
Jelaskan tujuan KPSP pada orangtua
Tanyakan isi KPSP sesuai urutan
Atau melaksanakan perintah sesuai KPSP
Ya, bila orang tua menjawab : anak bisa melakukan atau pernah atau
sering atau kadang-kadang.
Tidak, bila anak belum pernah / tidak pernah / ibu tidak tahu
Bila Ya berjumlah 9-10, berarti perkembangan anak sesuai tahap
perkembangannya (S)
Bila Ya berjumlah 7-8, berarti meragukan (M)
Bila Ya sama atau kurang dari 6, kemungkinan ada penyimpangan
(P) rinci jawaban tidak pada aspek perkembangan mana
BILA JAWABAN YA 9 ATAU 10
Artinya : perkembangan anak sesuai dengan umurnya (S)
beri pujian pada ibu
teruskan pola asuh
teruskan stimulasi sesuai tahap perkembangan berikutnya
Ikutkan anak di Posyandu, BKB, PAUD

BILA JAWABAN YA 7 ATAU 8


Artinya : perkembangan anak meragukan (M)
Beri dukungan ibu
Ajarkan ibu cara stimulasi sesuai kelompok umur
Cari kemungkinan penyakit yang menyebabkan penyimpangan
perkembangan
Ulangi setelah 2 minggu kemudian dengan KPSP sesuai umur anak
Jika hasil KPSP ulangan Ya tetap 7 - 8, maka kemungkinan ada
penyimpangan (P)
rujuk ke RS terdekat

BILA JAWABAN YA <= 6


Kemungkinan ada penyimpangan
perkembangan (P)
Segera rujuk ke Rumah Sakit
Tulis jenis dan jumlah
penyimpangan perkembangan
(mis. gerak kasar, halus, bicara & bahasa, sosial dan kemandirian)

B. TES DAYA DENGAR


Mulai umur 3 bulan
Tiap 3 bulan sampai umur 1 tahun

Tiap 6 bulan umur 1-6 tahun,


Umur < 24 bln dijawab oleh ibu / pengasuh
Umur > 24 bln perintah melalui ibu/ pengasuh agar dikerjakan oleh
anak
Alat :
Daftar pertanyaan : 0-6 bln, 6-9 bln, 9-12 bln, 12-24 bln, 2 3 thn, > 3 thn.
Gambar binatang (ayam,anjing,kucing), manusia
Mainan (boneka, kubus, sendok, cangkir, bola)
Usia < 24 bulan
Jawaban Ya jika:
Menurut orangtua, anak dapat melakukan dalam satu bulan terakhir.
Jawaban Tidak jika:
Menurut orangtua anak tidak pernah, tidak tahu atau tidak dapat
melakukan dalam satu bulan terakhir.
Usia > 24 bulan
Jawaban Ya jika:
Anak dapat melakukan perintah orangtua / pengasuh.
Jawaban Tidak jika:
Anak tidak dapat /tidak mau melakukan perintah
orangtua/pengasuh.
Interpretasi (penafsiran) Tes Daya Dengar:

1. Bila ada satu atau lebih jawaban Tidak, kemungkinan anak mengalami
gangguan pendengaran.
2. Catat jumlah ketidakmampuan anak.
Intervensi (tindakan):
Rujuk ke RS bila tidak dapat ditanggulangi

C. TES DAYA LIHAT

1.
2.
3.
4.

Mulai umur 3 tahun, ulang tiap 6 bulan


Dikerjakan oleh tenaga kesehatan atau guru
Alat dan Sarana :
Ruangan
Dua buah kursi
Poster huruf E dan penunjuk
Guntingan huruf E

Cara:
gantungkan poster 3 m dari anak,
setinggi mata anak dalam posisi duduk
latih anak megarahkan kartu E dengan benar ke atas, bawah, kanan, kiri,
sesuai yang ditunjuk pada poster
Tutup sebelah mata dengan kertas
Tunjuk huruf E pada poster satu persatu mulai baris 1 -4
Puji bila anak dapat mencocokkan arah huruf E
Ulangi pada mata sebelahnya.
Interpretasi (penafsiran)
Bila tdk dapat mencocokkan posisi E s/d baris ketiga gangguan daya
lihat
Intervensi (tindakan) : rujuk

D. Deteksi Dini Gangguan Perilaku


Bila ada keluhan orangtua atau kecurigaan petugas / guru / kader (tidak
rutin)

1. Dgn kuesioner daftar tilik untuk autisme (Checklist for autism in


toddlers / CHAT) bagi anak umur 18 bulan s/ 3 tahun.
2. Dgn Kuesioner Masalah Mental Emosional (KMME) bagi anak 3 - 6
tahun.
3. Dgn kuesioner Abreviated Conner Rating Scale untuk
Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktifitas (GPPH) bagi anak
umur 3 tahun ke atas.

(Checklist for autism in toddlers / CHAT)

Deteksi dini autis pada umur 18-36 bulan.


Bila ada keluhan / kecurigaan dari orang tua/ pengasuh / petugas karena
ada 1 (satu) atau lebih
1. Keterlambatan bicara.
2. Gangguan komunikasi/ interaksi sosial.
3. Perilaku yang berulang-ulang.
Tanyakan dan amati perilaku anak
9 pertanyaan untuk ibu/pengasuh (A): ya/ tidak
5 perintah bagi anak (B) : ya / tidak
Interpretasi (penafsiran) CHAT
Risiko tinggi menderita Autis : tidak A5, A7, B2-4 rujuk
Risiko rendah menderita Autis : tidak A7, B4
Kemungkinan ggn perkembangan lain : tidak 3 atau lebih A1-4, A6, A8-9,
B1, B5
Normal

A. Pertanyaan pada orangtua / pengasuh


1. Senang di ayun-ayun, diguncang-guncang
2. Tertarik memperhatikan anak lain
3. Suka memanjat tangga
4. Suka main ciluk-ba, petak umpet
5. Bermain pura-pura membuat minuman
6. Meminta dengan menunjuk
7. Menunjuk benda
8. Bermain dengan benda kecil
9. Memberikan benda utk menunjukkan sesuatu
B. Pengamatan perilaku anak
Anak memandang mata pemeriksa
Anak melihat ke benda yang ditunjuk
Bermain pura-pura membuat minum
Menunjuk benda yang disebut
Menumpuk kubus
Kuesioner Masalah Mental Emosional (KMME) bagi anak 3 - 6
tahun.

Bila ada kecurigaan orangtua / petugas (tidak rutin) anak umur 3- 6


tahun
12 pertanyaan untuk deteksi dini masalah mental - emosional, tiap 6
bulan
Tanyakan pada orangtua / pengasuh.
Catat jawaban Yaatau Tidak.

Hitung jumlah jawaban Ya.


Interpretasi (penafsiran) KMME
Jawaban Ya > 1 : kemungkinan anak mengalami masalah mental
emosional.

1. Sering terlihat marah


2. Menghindar dari teman-teman
3. Perilaku merusak dan menentang lingkungan
4. Takut atau kecemasan berlebihan
5. Konsentrasi buruk / sulit
6. Kebingungan
7. Perubahan pola tidur
8. Perubahan pola makan
9. Sakit kepala, sakit perut, keluhan fisik
10. Putus asa
11. Kemunduran perilaku
12. Perbuatan yang diulang-ulang
1. Bila ditemukan 1atau lebih masalah mental emosional :
*Lakukan konseling pada orang tua menggunakan Buku Pedoman
Pola Asuh yang mendukung perkembangan anak.
*Evaluasi setelah 3 bulan,
*bila tidak ada perubahan rujuk ke Rumah Sakit yang ada fasilitas
tumbuh kembang anak / kesehatan jiwa.
2. Bila ditemukan 2 atau lebih masalah mental emosional, rujuk anak ke
Rumah Sakit.

Abreviated Conner Rating Scale untuk Gangguan Pemusatan


Perhatian dan Hiperaktifitas (GPPH) bagi anak umur 3 tahun ke
atas.

Bila ada keluhan orangtua atau kecurigaan petugas / guru / kader (tidak
rutin) umur > 3 thn
10 pertanyaan
Terjadi di mana saja, kapan saja
Nilai : 0 (tidak pernah); 1 (kadang-kadang); 2 (sering); 3 (selalu)
Interpretasi (penafsiran)
Nilai > 13 kemungkinan GPPH
Intervensi :
Nilai > 13 rujuk RS, tuliskan kelainan yang ada
< 13 tetapi ragu, periksa ulang 1 bulan lagi

Tidak kenal lelah, aktifitas berlebihan


Mudah gembira, impulsif
Mengganggu anak lain
Gagal selesaikan kegiatan, perhatian singkat
Gerakkan anggota badan / kepala terus menerus
Kurang perhatian, mudah teralihkan

Permintaan harus segera dipenuhi, mudah frustasi


Mudah menangis
Suasana hati mudah berubah, cepat dan drastis
Ledakkan kekesalan, tingkah laku eksplosif dan tak terduga

10.Penatalaksanaan
Rehabilitasi medik : sesuai dengan umur dan penyakit
Toleransi nya berapa bulan untuk gangguan pada kasus seperti ini?
Kapan dinyatakan delay?
Kapan dibawa ke fisioterapi ?

Anda mungkin juga menyukai