Identifikasi Karakteristik Dan Pemetaan Tutupan Lahan Menggunakan Citra Landsat 8 (OLI) Di Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung PDF
Identifikasi Karakteristik Dan Pemetaan Tutupan Lahan Menggunakan Citra Landsat 8 (OLI) Di Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung PDF
ABSTRAK
SITI PERMATA SARI. Identifikasi Karakteristik dan Pemetaan Tutupan Lahan
Menggunakan Citra Landsat 8 (OLI) di Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung.
Dibimbing oleh NINING PUSPANINGSIH.
Citra landsat 8 khusus sensor Operational Land Imager (OLI) merupakan
citra satelit terbaru yang mempunyai kemampuan untuk mengidentifikasi kelas
tutupan lahan. Sensor OLI memiki resolusi spasial 30 meter x 30 meter dan
resolusi spektral 8 band. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tutupan
lahan, memetakan tutupan lahan dan memetakan kawasan hutan di Kabupaten
Pesawaran dengan citra landsat 8 (OLI). Metode yang digunakan adalah
interpretasi citra secara visual dan interpretasi citra secara digital menggunakan
hasil pansharpening. Hasil klasifikasi tutupan lahan di Kabupaten Pesawaran
menggunakan interpretasi citra visual diperoleh 12 kelas tutupan lahan dan
menggunakan interpretasi citra digital diperoleh 9 kelas tutupan lahan. Hasil
analisis akurasi klasifikasi visual lebih rendah dibandingkan klasifikasi digital
namun klasifikasi visual dapat mengidentifikasi tutupan lahan lebih detail. Oleh
karena itu pada pemetaan tutupan lahan di kawasan hutan menggunakan hasil
klasifikasi visual.
Kata Kunci : landsat 8 (OLI), interpretasi citra, tutupan lahan.
ABSTRACT
SITI PERMATA SARI. Identification Characteristic and Land Cover Mapping
Using Landsat 8 (OLI) in Pesawaran Regency, Lampung Province. Supervised by
NINING PUSPANINGSIH.
Landsat image sensor 8 special Operational Land Imager (OLI) is the
newest satelit images that have ability to identify land cover classes. OLI sensor
have a spatial resolution 30 x 30 meters and spectral resolution 8 band. The
research aimed to identify and map the land cover of Pesawaran Regency from the
image of landsat 8 (OLI). This research used method of interpretation visual
image and interpretation of digital image with of pansharpening. The result show
that classification of land cover in Pesawaran Regency using visual interpretation
were obtained 12 classes of land cover and using digital interpretation were
obtained 9 classes of land cover. The result of the analysis of visual classification
accuracy lower than the digital classification, but the visual classification can
identify the land cover in more detail. Therefore on the mapping of land cover in
the forest area using visual classification results.
IDENTIFIKASI
KARAKTERISTIK
DAN
PEMETAAN
TUTUPAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT 8
(OLI) DI KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG
Judul Penelitian
Citra
Landsat
(OLI)
di
Kabupaten
NIM
El4110025
Disetujui oleh
gsih. M.Si
Dr Ninin
Pembimbing
Depat
Tanggal Lulus:
2 a DEC 2015
e/
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa taala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2015 ini ialah penginderaan
jauh menggunakan citra satelit, dengan judul Identifikasi Karakteristik dan
Pemetaan Tutupan Lahan Menggunakan Citra Landsat 8 (OLI) di Kabupaten
Pesawaran, Provinsi Lampung.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Nining Puspaningsih, MSi
selaku dosen pembimbing atas nasihat, bimbingan dan arahan serta kesabarannya
dalam penyelesaian skripsi ini. Di samping itu, terima kasih juga disampaikan
kepada Dinas Kehutanan Kabupaten Pesawaran dan Badan Perencanaan Daerah
Kabupaten Pesawaran yang telah membantu selama pengumpulan data.
Penghargaan terbesar penulis sampaikan kepada Ayah (Sulaiman), Ibu (Emi
Sabaryati), Kembaran (Ilham) serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih
sayangnya. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih pula untuk Bapak Uus Saepul
beserta keluarga besar Laboratorium SIG dan Remote Sensing atas semua ilmu,
bantuan, dan motivasi yang telah diberikan. Kepada sahabat CHWS dan temanteman Manajemen Hutan 48 atas semangat dan bantuannya, serta semua pihak
atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga skripsi ini bermanfaat.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. ii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... iii
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Metode Penelitian
12
22
Uji Akurasi
26
27
29
Saran
29
31
DAFTAR TABEL
1 Karakteristik band landsat 8
20
22
23
23
25
26
27
DAFTAR GAMBAR
1 Peta lokasi penelitian di Kabupaten Pesawaran tahun 2015
12
13
14
15
15
16
17
9 Perkebunan karet muda pada citra (a) perkebunan karet muda di lapangan
(b)
17
10 Perkebunan karet tua pada citra (a) perkebunan karet tua di lapangan (b)
18
18
19
19
21
24
28
DAFTAR LAMPIRAN
1 Nilai separabilitas 12 kelas tutupan lahan
31
32
33
34
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penutupan lahan merupakan perwujudan secara fisik obyek-obyek yang
menutupi lahan dan terkadang bersifat penutup lahan alami (Ardiansyah 1987).
Penutupan lahan (land cover) berkaitan dengan jenis kenampakan yang ada di
permukaan bumi. Sedangkan penggunaan lahan (land use) berkaitan dengan
kegiatan manusia pada bidang lahan tertentu (Buono et al. 2004). Pengindraan
jauh, khususnya remote sensing dengan citra landsat merupakan sarana yang
banyak digunakan untuk kegiatan pemetaan tutupan lahan.
Pada citra
penginderaan jauh, informasi penutupan lahan umumnya mudah dikenali,
sedangkan informasi penggunaan lahan tidak selalu dapat ditafsir secara tepat
pada citra akan tetapi dapat dideduksi dari kenampakan penutupan lahan
(Lillesand dan Kiefer 1990). Selain itu dengan teknologi pengindraan jauh,
penjelajahan lapang dapat dikurangi, sehingga akan menghemat waktu dan biaya
bila dibanding dengan cara teristris di lapangan (Wahyunto et al. 2004).
Penafsiran citra pengindraan dapat dilakukan menggunakan beberapa
analisis citra. Analisis citra yang umumnya digunakan adalah analisis citra secara
visual dan analisis citra secara digital. Analisis citra secara digital memiliki
beberapa keterbatasan seperti bayangan topografi dan topografi yang menghadap
sensor (Salman 2011). Obyek yang berada pada bayangan topografi cenderung
terjadi kesalahan klasifikasi dikarenakan nilai digital pada daerah bayangan
topografi terkadang tidak sesuai dengan nilai digital tutupan lahan yang
seharusnya. Penafsiran secara digital juga memiliki kelebihan dari segi waktu
pengerjaan yang cendrung lebih cepat. Hal ini dikarenakan pengklasifikasian
dilakukan oleh komputer berdasarkan nilai digital.
Penafsiran citra secara visual menggunakan beberapa elemen interpretasi
seperti warna/rona, tekstur, bentuk, pola, ukuran, bayangan, asosiasi dan situs
(Baplan 2008). Hal ini mengakibatkan tutupan lahan yang dapat diklasifikasikan
menjadi lebih banyak karena tidak terpaku pada satu elemen interpretasi saja.
Selain itu peranan penafsir dalam mengontrol klasifikasi menjadi lebih dominan
dibandingkan dengan penafsiran secara digital. Keberhasilan interpretasi citra
secara visual sangat bervariasi tergantung pada latihan dan pengalaman penafsir,
sifat objek yang diinterpretasi, dan kualitas citra yang digunakan (Lillesand dan
Kiefer 1990).
Pesawaran merupakan Kabupaten ke sebelas yang ada di Provinsi Lampung
terbentuk pada tahun 2007. Berdasarkan undang-undang no. 33 tahun 2007.
Kabupaten Pesawaran beribukota di Gedong Tataan, memiliki jarak 27 km dari
Bandar Lampung (Ibukota Provinsi Lampung). Sejak resmi dibentuk menjadi
Kabupaten pada tahun 2007 hingga sekarang jumlah kecamatan di Kabupaten
Pesawaran telah mengalami perubahan akibat pemekaran. Pada tahun 2013
Kabupaten Pesawaran terdiri dari 9 kecamatan dan 144 desa (BPS 2014).
Penelitian ini dibantu dengan menggunakan citra landsat 8. Satelit Landsat
Data Continuity Mission (LDCM) atau yang lebih dikenal dengan Landsat 8
diluncurkan pada tangga 11 Februari 2013 oleh Nasa. Citra Landsat 8 merupakan
satelit observasi bumi hasil kerjasama antara National Aeronautics and Space
Administration (NASA) dan U.S Geographical Survey (USGS). Satelit tersebut
mulai menyediakan produk citra open access sejak tanggal 30 Mei 2013. Landsat
8 memiliki sensor Operational Land Imager (OLI) dan Thermal Infrared Sensor
(TIRS) dengan ketinggian terbang 705 km dari permukaan bumi dan memiliki
area scan seluas 170 km x 183 km dapat beroprasi selama tahun. Landsat 8
memiliki 11 saluran (band) yang terdiri dari 9 band berada pada sensor OLI dan 2
band lainnya pada sensor TIRS (NASA 2011). Selain itu landsat 8 sudah
terkoreksi L-1T artinya data standard corection (koreksi tegak) berdasarkan data
DEM dari GLS 2000 yang terdiri dari SRTM, NED, CDED, DTED termasuk
GTOPO 30 untuk koreksi sistematik (USGS 2013).
Penelitian ini dilakukan menggunakan citra Landsat 8 yang diharapkan
dapat meningkatkan kemampuan dalam mengidentifikasi karakteristik citra
tutupan lahan khususnya di Kabupaten Pesawaran.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah melakukan identifikasi karakteristik tutupan
lahan di Kabupaten Pesawaran menggunakan Citra Landsat 8 (OLI) dengan
analisis citra secara visual dan analisis citra secara digital serta memetakan
tutupan lahan di kawasan hutan Kabupaten Pesawaran.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan data dan informasi
terbaru mengenai tutupan lahan yang ada di Kabupaten Pesawaran, Provinsi
Lampung. Serta dapat membantu dalam menentukan metode yang efisien dalam
mengidentifikasi karakteristik dan pemetaan tutupan lahan.
METODE PENELITIAN
Waktu dan tempat
Penelitian dilakukan di Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Secara
geografi Kabupaten Pesawaran terletak pada 5o10 - 5o50 Lintang Selatan, dan
pada 105o - 105o20 Bujur Timur. Secara Administrasi Kabupaten Pesawaran
terbagi dalam 9 Kecamatan, adalah Kecamatan Padang Cermin, Kecamatan
Negeri Katon, Kecamatan Punduk Pidada, Kecamayan Way Khilau, Kecamatan
Marga Punduh, Kecamatan Kedongdong, Kecamatan Way Lima, Kecamatan
Gedong Tataan dan Kecamatan Tigeneneng. Total luas wilayah Kabupaten
Pesawaran adalah 1 173.77 km2 atau 117 377 Ha dengan jumlah penduduk
sebesar 416 372 jiwa (BPS 2014).
Kabupaten Pesawaran memiliki iklim hujan tropis sebagaimana iklim
Provinsi Lampung pada umumnya. Curah hujan per tahun berkisar antara 2 264
mm sampai dengan 2 868 mm dan hari hujan antara 90 sampai dengan
176 hari/tahun. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember dan terendah
terjadi pada bulan Agustus. Kabupaten Pesawaran merupakan daratan dengan
ketinggian yang beragam, misalnya Gedong Tataan sebagai pusat kota
mempunyai ketinggia 140.5 meter dari permukaan laut.
Lokasi penelitian berada di 7 kecamatan yaitu Kecamatan Padang Cermin,
Kecamayan Way Khilau, Kecamatan Kedongdong, kecamatan Negeri Katon,
program software Erdas Imagine 9.1, ArcGis 9.3, dan Microsoft office (Ms. Word,
Ms. Excel).
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari hasil
pengambilan lapangan berupa ground check lokasi penelitian. Data sekunder
merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung oleh peneliti diperoleh dari
berbagai sumber yaitu Citra Satelit Landsat 8 (OLI) path/row 123/64 perekaman
Maret 2015 daerah Kabupaten Pesawaran, peta batas administrasi Kabupaten
Pesawaran dan Peta Jaringan Jalan Kabupaten Pesawaran.
Metode Penelitian
a. Persiapan
Persiapan yang dilakukan dengan studi pustaka tentang penelitian yang akan
dilaksanakan. Selain itu, persiapan ini juga dilakukan dengan pengumpulan data
secara tidak langsung (sekunder) berupa data Citra landsat 8 (OLI), peta
administrasi, peta jaringan jalan Kabupaten Pesawaran.
b. Pra-Pengolahan Citra
Pra-pengolahan citra merupakan tahapan awal sebelum melakukan
pengolahan citra. Tahap-tahap pra-pengolahan citra meliputi perubahan format
citra, layers stack, pemotongan citra dan pansharpening (Image Fusion).
1. Perubahan Format Citra
Citra satelit landsat 8 (OLI) yang telah di download memiliki format data
dalam bentuk GeoTiff/ .TIFF, sehingga perlu dilakukan perubahan format ke
dalam bentuk Image/ .img. Proses pengubahan format ini menggunakan software
Erdas Imagine 9.1.
2. Layers Stack
Layer stack merupakan proses penggabungan band untuk memperoleh suatu
citra yang memiliki band cahaya tampak (visible), TIR, NIR, SWIR dan Cirrus
pada Landsat 8. Pada penelitian ini digunakan citra multiband yang meliputi band
1,2,3,4,5,6,7 dan 9 yang memliki resolusi sama yaitu 30 meter. Karakteristik band
landsat 8 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Karakteristik band landsat 8
Saluran
1 Visible
2 Visible
3 Visible
4 NIR
5 NIR
6 SWIR
7 SWIR
8 PAN
9 Cirrus
10 TIRS 1
11 TIRS 2
Sumber : USGS (2014)
3. Pemotongan Citra
Pemotongan citra merupakan proses pemotongan citra sesuai dengan batas
kawasan lokasi penelitian. Pemotongan citra dilakukan dengan tujuan untuk
memperkecil daerah yang dikaji sesuai dengan daerah yang menjadi fokus
penelitian, yakni Kabupaten Pesawaran.
4. Pansharpening atau Image Fusion
Pan-sharpening atau Image Fusion merupakan salah satu teknik untuk
mengintegrasikan detail geometri atau spasial dari suatu citra pankromatik
beresolusi sedang. Proses ini juga disebut proses peningkatan resolusi spasial.
Citra satelit yang digunakan pada penelitian ini juga melalui proses fusi band 8
yang memiliki resolusi spasial 15 m x 15 m (panchromatic) dengan band
multispektral lainnya (band 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan 9). Dengan penggabungan
tersebut diperoleh citra yang mempunyai resolusi spasial 15 m x15 m.
Metode penggabungan citra yang digunakan adalah metode Brovey
Transform. Metode ini merupakan metode yang paling populer untuk memadukan
dua macam citra yang berbeda resolusi spasial (Danoedoro 2012). Metode Brovey
Transform dapat diketahui dengan rumus:
Saluran_MP = (++ )
Saluran_HP = (++ )
Saluran_BP = (++ )
Keterangan :
M = Saluran merah
B = Saluran biru
H = Saluran hijau
P = Saluran pankromatik
c. Pengamatan Data Lapang (Ground Check)
Sebelum dilakukan ground check terlebih dahulu dilakukan interpretasi citra
secara umum. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran secara umum
kondisi dan jenis tutupan lahan yang ada di lokasi penelitian. Interpretasi citra
dilakukan berdasarkan unsur-unsur karakteristik citra yaitu rona/warna, bentuk,
tekstur, pola, bayangan, ukuran, asosiasi dan situs.
Pengambilan data lapang atau ground check dilakukan untuk mendapatkan
informasi tentang keadaan tutupan lahan yang sebenarnya di lapangan dan titiktitik koordinat dari tutupan lahan. Kegiatan yang dilakukan adalah mendatangi
titik-titik jenis tutupan lahan yang telah diidentifikasi pada citra dengan bantuan
GPS untuk membandingkan dengan keadaan sebenarnya di lapang. Jumlah titik
untuk kegiatan ground check sebanyak 100 titik koordinat.
d. Analisis Citra
1. Analisis Citra Secara Visual
Analisis citra secara visual dilakukan berdasarkan atas sifat fisik yang
tampak pada citra. Keberhasilan didalam penafsiran citra sangat bervariasi
bergantung kepada pengalaman penafsir, sifat objek yang diinterpretasi dan
kualitas citra yang digunakan (Lillesand dan Kiefer 1990). Proses penafsiran
dalam analisis citra visual dapat dipermudah dengan mempertimbangkan elemenelemen interpretasi meliputi: rona/warna, tekstur, bentuk, pola, ukuran,bayangan,
asosiasi dan situs.
Analisis citra secara visual memiliki beberapa tahapan yang harus
dilakukan. Tahap-tahap analisis citra secara visual diantaranya; sebagai berikut:
a. On-screen digitation
On-screen digitation atau deliniasi dilayar komputer dilakukan untuk
membuat batas setiap kelas tutupan lahan. Batas setiap kelas tutupan lahan
didasarkan atas elemen interpretasi yakni:
1. Rona/warna ialah tingkat kecerahan objek pada citra yang tampak oleh
mata.
2. Tekstur menunjukkan halus atau tidaknya suatu citra yang terlihat oleh
mata.
3. Bentuk merupakan konfigurasi atau kerangka objek yang demikian
mencirikan suatu objek sehingga citra dapat diidentifikasi langsung
berdasarkan kriteria ini.
4. Pola merupakan susunan keruangan yang mencirikan objek bentukan
manusia atau objek bentukan alamiah.
5. Ukuran objek pada citra harus dipertimbangkan sehubungan dengan skala
citra.
6. Bayangan membantu dalam memberikan gambaran suatu objek dari
bentuk atau kerangka bayangan
7. Asosiasi merupakan keterkaitan suatu objek dengan objek lain.
8. Situs menjelaskan letak objek terhadap letak lainnya
b. Klasifikasi tutupan lahan
Klasifikasi dilakukan secara manual dengan menggunaka hasil on-screen
digitation, elemen interpretasi dan dicocokan menggunakan hasil pengamatan
data lapang. Hasil pengamatan data dilapang bersifat memverifikasi kebenaran
hasil yang diperoleh dari on-screen digitation. Hal ini menunjukan tutupan lahan
yang telah ditafsir menggunakan elemen interpretasi apakah sesuai dengan
keadaan lapangnya. Jika terjadi ketidak susuaian maka kesalahan yang terjadi
dapat mengurangi nilai akurasi dari klasifikasi tutupan lahan tersebut.
2. Analisis Citra Secara Digital
Analisis citra digital merupakan suatu proses penyususnan, pengurutan,
pengelompokan suatu piksel citra digital multispektral ke dalam beberapa kelas
berdasarkan kategori objek. Analisis citra digital yang digunakan pada penelitian
ini adalah klasifikasi terbimbing (supervised classification). Klasifikasi
terbimbing (supervised classification) merupakan metode yang diperlukan untuk
mentransformasikan data citra multispektral ke dalam kelas-kelas unsur spasial
Diklasifikasi ke Kelas
Jumlah
A
X11
X21
X31
X41
X+1
B
X12
X22
X32
X42
X+2
C
X13
X23
X33
X43
X+3
D
X14
X24
X34
X44
X+4
X11/X+1
X22/X+2
X33/X+3
X44/X+4
X1+
X2+
X3+
X4+
N
Producers
accuracy
X11/X1+
X22/X2+
X33/X3+
X44/X4+
Berdasarkan Tabel 2 diatas, akurasi yang bisa dihitung terdiri dari akurasi
pembuat (producers accuracy), akurasi pengguna (user accuracy), dan akurasi
keseluruhan (overall accuracy). Secara matematis rumus dari akurasi di atas dapat
dinyatakan sebagai berikut :
Akurasi pengguna =
Akurasi Pembuat =
100%
100%
Akurasi Keseluruhan =
=1
100%
Dimana:
Xii = Nilai diagonal dari matrik kontingensi baris ke-i dan kolom ke-i
X+i = Jumlah piksel dalam kolom ke-i
X i+ = Jumlah piksel dalam baris ke-i
N
= Banyaknya piksel dalam contoh
Menurut Jaya (2010), saat ini akurasi yang dianjurkan adalah akurasi kappa
(kappa accuracy), karena overral accuracy secara umum masih over estimate.
Akurasi kappa ini sering juga disebut dengan indeks kappa. Secara matematis
akurasi kappa disajikan sebagai berikut:
KappaAccuracy=
=1 =1 + +
2 + +
100
Keterangan :
N = Banyaknya piksel dalam contoh
Xii = Nilai diagonal dari matriks kontingensi baris ke-i dan Kolom ke-i
Xi+ = Jumlah piksel dalam baris ke-i
X+i = Jumlah piksel dalam kolom ke-i
Keterangan
Sawah
Badan air
10
No
Tabel 3 (Lanjutan)
Keterangan
Perkebunan sawit
Perkebunan karet
produktif
Perkebunan karet
muda
Perkebunan karet
tua
Lahan terbangun
11
Tabel 3 (Lanjutan)
No
Keterangan
Hutan
Kebun campuran
10
Tambak
12
13
kesimpulan dan tidak ada yang pertentangan. Menurut Jaya (2010) menjelaskan
kegiatan penafsiran citra secara visual memiliki elemen-elemen dasar diagnostik
penafsiran yaitu mencakup tone atau warna, tekstur, bentuk, pola, ukuran,
bayangan, lokasi dan asosiasi. Rona merupakan unsur dasar yang tampak pertama
pada citra, setelah warna atau rona yang sama dikelompokkan dan diberi garis
batas untuk memisahkannya dari rona atau warna yang berlainan barulah tampak
bentuk, tekstur, pola, ukuran dan bayangannya. Selain itu penafsiran citra juga
dicocokan oleh data pengamatan dilapang. Hal ini berpengaruh kepada benar atau
tidaknya tutupan lahan yang sudang diidentifikasi sama dengan keadaan
sebenarnya dilapang.
Hasil identifikasi tutupan lahan klasifikasi secara visual pada penelitian ini
diperoleh 12 kelas tutupan lahan yaitu awan, bayangan awan, badan air, lahan
terbangun, sawah, kebun campuran, karet produktif, karet muda, karet tua,
tambak, sawit dan hutan. Setiap kelas tutupan lahan memiliki karakteristik
masing-masing yang dapat dilihat dari elemen interpretasinya dan data yang
diperoleh dari lapang. Berikut merupakan karakteristik tiap tutupan lahan:
1. Awan dan bayangan awan
Selain dari 10 kelas tutupan lahan yang ditemukan dilapang, terdapat 2 jenis
obyek tutupan lahan tambahan yaitu awan dan bayangan awan (sumber: Baplan
2008). Informasi jenis tutupan lahan obyek awan dan bayangan awan diketahui
dari kenampakan pada citra. Rona atau warna yang terlihat pada citra untuk awan
berwarna putih dan ada yang berwarna putih kemerahan. Sedangkan untuk
bayangan awan memiliki rona atau warna hitam. Bentuk awan dan bayangan
awan berupa gumpalan yang tidak teratur bentuknya. Begitu juga dengan pola
sebaran awan tidak teratur dikarenakan terpengaruh oleh cuaca. Tekstur awan dan
bayangan awan yang nampak pada citra berupa tekstur yang halus (Gambar 3).
14
2. Badan air
Kelas tutupan lahan badan air merupakan seluruh kenampakan perairan
termasuk laut, sungai, danau, waduk, terumbu karang dan padang lamun (Baplan
2008). Tutupan lahan berupa badan air yang terdapat dilapang berupa sungai dan
bendungan/waduk. Rona atau warna yang tampak pada citra adalah warna biru.
Bentuk yang dapat dilihat untuk sungai berbentuk memanjang dan meliuk dan
untuk waduk atau bendungan berbentuk melingkar. Pola yang dibentuk oleh
badan air merupakan pola yang teratur dan susunan yang berulang di setiap badan
air. Sedangkan tekstur untuk badang air adalah halus (Gambar 4).
(a)
(b)
Gambar 4 Badan air pada citra (a) badan air di lapangan (b)
3. Lahan terbangun
Kelas tutupan lahan terbangun merupakan kenampakan kawasan berupa
pemukiman, jalan, pabrik, perkantoran, sekolah dan pasar, baik diperkotaan atau
pedesaan. Rona atau warna yang nampak pada citra berupa warna merah muda
terang sampai dengan merah muda agak gelap. Bentuk kelas tutupan lahan ini ada
yang berupa memanjang dan ada juga yang melingkar. Pola yang terbentuk cukup
teratur dan susunan berulang disetiap tutupan lahan terbangun. Tekstur yang dapat
terlihat pada citra berupa tekstur yang kasar (Gambar 5).
15
(a)
(b)
Gambar 5 Lahan terbangun pada citra (a) lahan terbangun di lapangan (b)
4. Sawah
Kelas tutupan lahan sawah merupakan kenampakan dari pertanian lahan
basah yang dicirikan dengan pola pematang (JICA dan Fahutan IPB 2010). Pada
citra ditemukan dua kenampakan sawah yang ditafsirkan sebagai sawah pasca
panen dan sawah siap tanam. Sawah pasca panen memiliki rona atau warna
berupa merah muda cerah dengan tekstur halus. Sedangkan untuk sawah siap
tanam memiliki rona atau warna berupa merah muda cerah dengan sedikit warna
kehitaman dan memiliki tekstur yang halus. Sedangkan untuk bentuk memiliki
bentuk yang melingkar tidak teratur dan pola yang tidak teratur (Gambar 6). Pada
saat melakukan pengamatan lapang tidak ditemukan sawah pasca panen dan
sawah siap tanam tetapi sawah yang sudah ditanami padi berumur 10 hari sampai
40 hari. Hal ini dikarenakan citra yang digunakan merupakan citra perekaman
pada bulan Maret 2015 sedangkan pengamatan data lapang dilakukan pada bulan
Juni 2015. Selang waktu tiga bulan memungkinkan sawah yang tadinya berupa
sawah pasca panen dan sawah siap tanam sudah dilakukan penanaman padi oleh
petani.
(a)
(b)
Gambar 6 Sawah pasca panen pada citra (b) sawah siap tanam
16
5. Kebun campuran
Kelas tutupan lahan kebun campuran merupakan kenampakan dari pertanian
lahan kering dengan berbagai jenis tanaman dan pohon yang ada didalamnya.
Jenis tanaman dan pohon yang terdapat pada kebun campuran berupa singkong,
pepaya, karet, jati, durian, nangka, kelapa dan pisang. Rona atau warna yang
nampak pada citra berupa warna hijau cerah dengan tekstur halus. Bentuk tutupan
lahan ini biasanya membentuk melingkar tidak teratur. Pola yang terbentuk tidak
teratur dikarenakan masyarakat yang memiliki kebun campuran menanam
tanaman dan pohon secara acak tidak beraturan (Gambar 7).
(a)
(b)
Gambar 7 Kebun campuran pada citra (a) kebun campuran di lapangan (b)
6. Perkebunan karet produktif
Kelas tutupan lahan karet produktif merupakan kenampakan dari pertanian
lahan kering dengan jenis pohon karet yang berumur 12 tahun sampai dengan 16
tahun. Rona atau warna yang terlihat pada citra berupa warna hijau cerah. Pola
yang terbentuk pada citra berupa pola yang tidak teratur akan tetapi pola yang
terbentuk dilapang merupakan pola yang teratur. Hal ini bisa disebabkan karena
tutupan tajuk pohon karet yang menutupi pola sebaran pohon karet itu sendiri.
Sedangkan untuk tekstur perkebunan karet produktif memiliki tekstur yang halus
(Gambar 8).
17
(a)
(b)
Gambar 8 Perkebunan karet produktif pada citra (a) perkebunan karet produktif di
lapangan (b)
7. Perkebunan karet muda
Kelas tutupan lahan karet muda merupakan kenampakan dari pertanian
lahan kering yang berupa jenis pohon karet dengan umur 2 tahun sampai 3 tahun.
Rona atau warna yang terlihat pada citra berupa warna hijau muda cerah dengan
tekstur halus (Gambar 9). Pola yang terbentuk pada citra berupa pola yang tidak
teratur. Lokasi karet muda berdampingan dengan lokasi karet tua. Hal ini
dikarenakan blok karet yang sudah tua akan ditebang dan ditanam kembali dengan
karet muda dan penebangan tidak dilakukan sekaligus tetapi dilakukan berkala.
(a)
(b)
Gambar 9 Perkebunan karet muda pada citra (a) perkebunan karet muda di
lapangan (b)
8. Perkebunan karet tua
Kelas tutupan lahan karet tua merupakan kenampakan dari pertanian lahan
kering dengan jenis pohon karet yang berumur lebih dari 20 tahun. Pada saat
pengamatan data di lapang ditemukan bahwa karet tua yang berada di PTPN 7
18
sudah tidak produktif dan tidak disadap atau diambil getahnya lagi, sedangkan
pada kebun milik pribadi masyarakat karet tua masih disadap walaupun hasilnya
sudah tidak banyak dan kualitas yang tidak bagus. Rona atau warna yang terlihat
pada citra berupa warna hijau tua gelap dengan tekstur halus. Pola yang terbentuk
merupakan pola yang tidak teratur (Gambar 10).
(a)
(b)
Gambar 10 Perkebunan karet tua pada citra (a) perkebunan karet tua di
lapangan (b)
9. Tambak
Kelas tutupan lahan tambak merupak kenampakan dari aktivitas perikanan
darat yang terletak disepanjang pantai. Berdasarkan hasil wawancara dengan
pegawai tambak jenis yang dikebangbiakan adalah udang. Rona atau warna yang
dapat terlihat pada citra berupa warna hitam gelap dengan tekstur halus sampai
kasar. Bentuk dari tambak sendiri berupa persegi-persegi yang berdekatan
sehingga membentuk pola yang teratur dan dapat terlihat jelas pada citra (Gambar
11).
(a)
(b)
Gambar 11 Tambak pada citra (a) tambak di lapangan (b)
19
Perkebunan sawit
Kelas tutupan lahan perkebunan sawit merupakan kenampakan dari
pertanian lahan kering dengan jenis tanaman berupa kelapa sawit. Rona atau
warna yang dapat dilihat pada citra berupa warna hijau dengan tekstur halus
sampai dengan kasar. Pola yang terbentuk teratur dapat terlihat jelas pada citra
(Gambar 12).
10.
(a)
(b)
Gambar 12 Perkebunan sawit pada citra (a) perkebunan sawit di lapangan (b)
11.
Hutan
Kelas tutupan lahan hutan merupakan kenampakan dari hutan dataran
rendah dan hutan perbukitan. Jenis tanaman dan pohon yang ada di hutan ini
adalah durian, jati, pisang, kelapa, karet, kedong, jambu hutan, jelutung dan
gmelina. Rona atau warna yang dapat dilihat pada citra berupa warna hijau sampai
dengan hijau tua agak gelap dengan tekstur kasar (Gambar 13). Pola yang
terbentuk tidak teratur.
(a)
(b)
Gambar 13 Hutan pada citra (a) hutan di lapangan (b)
20
21
22
23
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
0
2 000
2 000
2 000
2 000
2 000
2 000
2 000
2 000
8
2 000
1 935
2 000
2 000
1 896
1 966
1 999
0
2 000
9
2 000
2 000
2 000
2 000
2 000
2 000
1 994
2 000
0
Keterangan : 1= badan air, 2= perkebunan karet muda, 3= bayangan awan, 4= awan, 5= kebun
campuran, 6= hutan, 7= lahan terbangun, 8= tambak, 9= sawah
24
25
25.6
54.2
0.74
0.7
0.1
3.86
14.2
0.6
100
26
Uji Akurasi
Uji akurasi dilakukan untuk mengetahui tingkat ketelitian hasil dari
klasifikasi tutupan lahan yang dibuat. Metode yang digunakan untuk mengetahui
tingkat akurasi adalah dengan menggunakan matriks kesalahan atau disebut juga
matrik kontingensi. Matrik kesalahan adalah materi bujur sangkar yang berfungsi
untuk membandingkan antara data lapangan dan korespondensinya dengan hasil
klasifikasi (Lillesand et al. 1990). Dalam matrik kontingensi ada beberapa
informasi yang didapat yaitu producers accuracy, users accuracy, overall
accuracy dan kappa accuracy. Akurasi yang dianjurkan menggunakan kappa
accuracy karena akurasi ini menggunakan seluruh elemen yang ada dalam matriks
kontingensi.
a. Uji akurasi klasifikasi tutupan lahan secara visual
Uji akurasi klasifikasi visual menggunakan data refrence berupa data titik
pengamatan di lapang atau ground check dan data klasifikasi. Berdasarkan hasil
uji akurasi klasifikasi secara visual pada lampiran 2 diperoleh Producers
accuracy yang terkecil yaitu jenis tutupan lahan terbangun sebesar 53.85%. Hal
ini dikarenakan dari 13 titik ground check terdapat 1 titik terklasifikasi menjadi
badan air, 4 titik terklasifikasi menjadi sawah dan 1 titik terklasifikasi menjadi
kebun campuran. Sedangkan untuk Users accuracy nilai akurasi yang terkecil
yaitu awan atau bayangan awan sebesar 66.67%. Hal ini dikarenakan adanya
penambahan titik sebanyak 1 titik dari jenis tutupan lahan perkebunan karet
produktif. Selain Producers accuracy dan Users accuracy diperoleh juga nilai
Overall accuracy sebesar 89% dan Kappa accuracy sebesar 87.59%. Hasil uji
akurasi disajikan pada Tabel 10.
b. Uji akurasi klasifikasi tutupan lahan secara digital
Uji akurasi klasifikasi digital menggunakan metode yang sama dengan uji
akurasi klasifikasi visual tetapi data yang digunakan berbeda. Pada klasifikasi
digital data refrence yang digunakan adalah data training area yang berupa piksel
dan data hasil klasifikasi. Hasil uji akurasi klasifikasi secara digital pada lampiran
3 diperoleh nilai Producers accuracy terkecil diperoleh jenis tutupan lahan
tambak sebesar 84.03%. Hal ini menunjukan bahwa dari 119 pixel terdapat 19
pixel yang masuk kedalam jenis tutupan lahan bayangan awan. Sedangkan untuk
Users accuracy nilai terkecil diperoleh jenis tutupan lahan bayangan awan
sebesar 97.61% . Hal ini dikarenakan adanya penambahan 19 piksel tutupan lahan
tambak dari total 119 pixel. Selain Producers accuracy dan Users accuracy
diperoleh juga nilai Overall accuracy sebesar 99.25% dan Kappa accuracy
27
sebesar 99.11%. Overall accuracy jarang digunakan karena nilai yang dihasilkan
over estimate. Hasil uji akurasi disajikan pada Tabel 10.
Nilai uji akurasi klasifikasi secara digital memiliki nilai yang lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai uji akurasi secara visual. Hal ini dikarenakan
pengklasifikasian secara digital hanya berdasarkan dari training area, sedangkan
pengklasifikasian secara visual berdasarkan banyak elemen dan bergantung
kepada kemampuan penafsir.
Tabel 10 Uji akurasi klasifikasi tutupan lahan
Uji akurasi
Metode klasifikasi
Overall
Kappa
Accuracy (%)
Accuracy (%)
Metode visual
89
87.59
Mertode digital
99.25
99.11
Pemetaan Klasifikasi Tutupan Lahan Pada Kawasan Hutan
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 41 tahun 1999,
kawasan hutan merupakan wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan
oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
Kabupaten Pesawaran memiliki beberapa kawasan hutan yaitu hutan lindung,
hutan produksi dan taman hutan raya (Tahura).
Pemetaan klasifikasi tutupan lahan pada kawasan hutan di Kabupaten
Pesawaran menggunakan data hasil klasifikasi tutupan lahan secara visual. Hal ini
dikarenakan klasifikasi tutupan lahan secara visual mampu mengklasifikasi
tutupan lahan lebih detail dibandingkan dengan klasifikasi digital. Hasil uji
akurasi klasifikasi visual memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan uji
akurasi klasifikasi digital tetapi hasil klasifikasi secara visual masih dapat
digunakan karena memiliki nilai uji akurasi >80%.
Pada kawasan hutan lindung terdapat 10.31 ha tutupan lahan kebun
campuran dan 181.46 ha lahan terbangun berdasarkan klasifikasi tutupan lahan
secara visual. Pada dasarnya fungsi dari kawasan hutan lindung merupakan
pelindung sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mengendalikan
erosi dan memelihara kesuburan tanah. Terjadinya perubahan fungsi kawasan
hutan lindung menjadi lahan terbangun dan kebun campuran perlu dilakukan
penanganan lebih lanjut. Penanganan yang perlu dilakukan salah satunya adalah
pengembalian lahan terbangun dan kebun campuran menjadi hutan lindung
kembali guna menjaga kestabilan sumber daya alam yang tersedia
(Kusumaningtyas et al. 2013).
Pada kawasan hutan produksi terdapat 745.59 ha tutupan lahan sawah,
263.63 ha tutupan lahan perkebunan sawit dan 52.61 ha lahan terbangun.
Perubahan fungsi hutan produksi cendrung mengarah kepada perkebunan sawit
dan sawah. Perkebunan sawit dan sawah merupakan potensi yang menonjol di
Kabupaten Pesawaran, hal ini dapat menjadi masukan bagi pengelolaan hutan
selanjutnya.
Pada kawasan Tahura terdapat 537.2 ha tutupan lahan perkebunan karet
produktif dan 186.94 ha lahan terbangun. Seperti halnya Taman Nasional dan
28
Taman Buru, Tahura termasuk kawasan hutan konservasi yang tidak boleh diubah
peruntukan dan fungsinya. Oleh sebab itu harus dilakukan penanganan berupa
pengembalian kawasan dari perkebunan karet dan lahan terbangun menjadi
Tahura kembali. Peta klasifikasi tutupan lahan pada kawasan hutan dapat dilihat
pada Gambar 16.
29
DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah M.1987. Analisis Digital Data MSS Landsat Untuk Pemetaan
Penutupan Lahan atau Tataguna Lahan, Suatu Studi Kasus Daerah Lembang
dan Sekitar Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor
[BAPLAN] Badan Planologi Kehutanan, Pusat Investarisasi dan Perpetaan Hutan,
Badan Planologi Kehutanan, Kementrian Kehutanan. 2008. Pemantauan
Sumber Daya Hutan. Jakarta (ID): Badan Planologi Kehutanan, Departemen
Kehutanan.
[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Pesawaran.2014. Statistik Daerah
Kabupaten Pesawaran 2014. Lampung (ID): Badan Pusat Statistik .
Buono A, Marimin, Putri D. Klasifikasi Penutupan Lahan Pada Multispektral
Image dari Landsat Thematic Mapper Menggunakan Probabilistik Neural
Network. Jurnal Ilmiah. 2(2):1-3
30
31
32
33
34
35
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 21 November 1992 dari
Ayah Sulaiman Sartana dan Ibu Emi Sabaryati. Penulis adalah anak keempat dari
lima bersaudara. Tahun 2011 penulis lulus dari SMA Negeri 3 Bandar Lampung
dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor
melalui Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Manajemen
Hutan, Fakultas kehutanan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten mata kuliah
Geomatika dan Indraja Kehutanan pada tahun 2015, Teknik Inventarisasi
Sumberdaya Hutan 2015-2016. Selain itu penulis aktif menjadi pengurus
Himpunan Profesi Departemen Manajemen Hutan yaitu Forest Management
Students Club (FMSC) sebagai Sekertaris Divisi Keprofesian periode 2013/2014
dan anggota Kelompok Studi Perencanaan Sumberdaya Hutan 2012-2014. Penulis
pernah melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di KamojangSancang Barat Jawa Barat tahun 2013, Praktek Pengelolaan Hutan(PPH) di Hutan
Pendidikan Gunung Walat tahun 2014 , serta Praktek Kerja Lapang (PKL) di
APHR Wonosobo Februari Maret 2015. Untuk Memperoleh gelar Sarjana
Kehutanan di IPB, penulis menyelesaikan skripsi yang berjudul Identifikasi
Karakteristik dan Pemetaan Tutupan Lahan Menggunakan Landsat 8 (OLI) di
Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung di bawah bimbingan Dr Nining
Puspaningsih, MSi.