Anda di halaman 1dari 10

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PENYAKIT KRONIK

NARASI
Tn.S, berusia 19 tahun, masuk rumah sakit Faisal diantar oleh teman
kuliahnya dalam keadaan tidak sadar yang ditemukan tergelatak di WC kampusnya
Tn.S merupakan seorang anak tunggal dari keluarga broken home, ayah dan
ibunya telah bercerai sejak 1 tahun yang lalu. Sejak peristiwa itu Tn.S yang
dahulunya seorang anak yang berbakti, baik dan pintar telah berubah 100% menjadi
seorang yang keras, tempramental dan pemalas. Ia jarang tinggal di rumah dan mulai
bergaul dengan teman-teman yang tidak benar. Ia sering membohongi dan
membantah ibunya jika ditanya dan dilarang apa yang dilakukannya. Dia mulai sering
bolos kuliah dan lebih memilih pergi bersenang-senang dengan teman-temannya
ketimbang pergi kuliah. Dan dalam pergaulannya inilah Tn.Syamsul mengenal dunia
yang dianggapnya sebuah surga tapi justru hal itulah yang menghantarnya ke neraka
yang sesungguhnya. Tn.Syamsul
menjadi pecandu alkohol, narkotika serta
ketergantungan obat-obat terlarang (narkoba), menjadi fenomena biasa dalam
kesehariannya. Dan fenomena inilah yang telah membawanya ke cerita kita pada
pementasan kali ini.
Tiba di rumah sakit, pasien segera mendapat pertolongan, mulai dari
administrasi, pemeriksaan dan perawatan.
FASE ORIENTASI
( Pasien istirahat di tempat tidur, sementara ibunya duduk disamping
kanannya sedangkan tantenya yang merupakan adik kandung ibunya duduk di
samping kirinya)
(Dalam kondisi berbaring lalu berbicara kepada ibunya )
Pasien

: ibu, maafkan aku..maafkan aku? (tangannya menggapai tangan


ibunya lalu digenggam erat-erat lalu diciumnya).

Ibu

: (Mengusap-usap kepala anaknya) anakku, sebelum kamu minta


maaf, ibu sudah maafkan (tangannya terus mengusap kepala
anaknya).

Tante

: ibu kamu sangat sayang sama kamu, sampai-sampai setiap


kesalahan yang kamu lakukan terhalalkan walaupun kamu sudah

durhaka kepadanya, ( tantenya tidak bisa menahan ledakan emosi)


untung ada teman kamu yang membawa kesini, jika nda pasti kamu
udah tidak ketemu dengan ibumu lagi? (ketus tantenya lagi).
Ibu

: sudahlah Nis, tho sekarang Syamsul sudah sadar dan tidak akan
mengecewakan saya lagi ( menatap mata adiknya dalam2) lalu
menghembuskan napas yang agak tertahan sejak tadi, nak kamu
jangan ulangi lagi ya? kembali menatap anak yang sangat
dikasihinya).

(Di luar kamar pasien, tampak seorang perawat sedang menjinjing nursing kit) tibatiba pintu kamar diketuk dan perawat masuk ke ruangan)
Suster Kartini : selamat pagi!! ( sapanya dengan ramah sambil tersenyum )
Semua

: (Selamat pagi suster, jawab tiga orang dalam ruangan itu serentak
disertai dengan senyum juga.

Suster Kartini : (Berjalan ke arah pasien dan senyum terus mengambang dibibirnya)
Ibu, ade nama saya Suster Kartini, saya dan teman saya suster Nining
adalah perawat yang ditugaskan untuk merawat adik selama di rawat
disini. Saya bertugas dari jam 7.00 pagi sampai jam 2.00 siang, jadi
kalau ada yang dibutuhkan ibu atau adik bisa minta kepada saya.
(tangan menujuk keluar) ruangan saya berada disebelah kanan dari
kamar ini (ruangan perawat). (meletakkan nursing kit disisi tempat
tidur pasien lalu memegang pundak pasien) bagaimana mi keadaan
ta de,? keluhan apa yang dirasakan sekarang?
Pasien

: badanku lemah sekali sus, kepalaku juga terasa berat dan kalau mau
bangun pusing?( sambil memegang kepalanya).

Suster Kartini : ibu (memandang ibu pasien dengan lembut), sekarang saya harus
mengukur tanda-tanda vital anak ibu
Ibu

: silahkan suster (berdiri dan memberi ruang yang agak luas kepada
perawat untuk melaksanakan tugasnya)

Suster Kartini :(Hanya tersenyum, lalu menyiapkan alat-alat yang akan


digunakannya), permisi ya ade, bisa saya ukur tekanan darah, nadi,
pernapasan dan suhunya sekarang?.

Pasien

: iya suster, sus saya sering berkeringat, tidak enak sekali perasaanku
(keluhnya datar).

Ibu

: dia juga tidak mau makan sus, katanya tidak selera

Suster Kartini : Berkeringat banyak dan kurang nafsu makan adalah gejala dari
suatu penyakittensinya 100/70 mmHg dan suhunya 38.5C, suhu
tinggi membuat adik banyak berkeringat. Ibu, ada air hangatnya ?
sebaiknya sekarang Syamsul dikompres untuk menurunkan panas
(jelasnya dengan sopan)
Tante

: ada suster, nanti kami yang mengompresnya

Pasien

: Suster, apa penyakit saya? Sampai kapan saya akan berada disini?
(ada nada cemas menyertai suaranya).

Suster Kartini : Sampai sekarang belum ada diagnosa pasti, kami masih menunggu
hasil lab adik (tersenyum) kita sama-sama berdoa mudah-mudahan
bukan penyakit serius. sekarang adik istirahat ya, saya masih harus
mengukur TTV pasien yang lain. Sekitar jam 8.00 pagi nanti saya atau
teman saya akan kesini lagi untuk menyuntik obat untuk adik ya..!
Pasien

: terima kasih suster

( setelah pengukuran TTV dan dialog singkat itu perawat Kartini meninggalkan
kamar pasien)(keluarga mengompres pasien seperti anjuran perawat Kartini tadi)
(Tiba-tiba pintu diketuk lagi dan tampak perawat Nining melangkah masuk)
Suster Nining : selamat pagi (ucapnya dengan sopan dan ramah)
(Selamat pagi suster, jawab ibu dan tante klien )
Suster Nining : Apa benar ini Tn. S?
Pasien

: benar suster

Suster Nining : sekarang saatnya obat ade disuntikkan ya?


Pasien

: ya suster

Suster Nining : (setelah menyuntik lalu melihat ke ibu klien)ibu,orang tuanya Tn


S?

Ibu

: iye sus, saya ibunya ada apa ya sus? (wajahnya tampak sedikit
cemas).

Pasien

: (menyadari perubahan diraut wajah ibu) begini bu, tadi saya


diminta oleh dokter untuk menyampaikan ke ibu, agar bisa menemui
dokter Andika di ruangannya.

Ibu

: Baik suster, tapi saya tidak tau dimana ruangan dokternya?

Suster Nining : Mari ibu saya antarkan ( pamit pada pasien lalu berjalan keluar)
Ibu

: (Menoleh ke adiknya) Nis, kamu jaga dulu Syamsul na, saya ke


ruangan dokter sebentar

Teman

:Iye,pergi saja saya pi yang jagaki(Ibu dan perawat keluar


,sedangkan tante pasien tampak menarik kursi untuk duduk disamping
klien)

FASE KERJA
( Perawat Nining mengetuk pintu, lalu masuki ke ruangan dokter diikuti oleh ibu
pasien)
Suster Nining : Selamat pagi dokter, Dok ini ibunya Tn.S,
Dokter
: (Mengangguk) Silahkan duduk bu, ( sambil tersenyum)
( Dokter tampak sedang membuka buku status dan matanya tertuju pada hasil
pemeriksaan laboratorium)
Dokter

: Begini bu, ini kami sudah melakukan pemeriksaan yang sedetail


mungkin terhadap anak ibu, dan hasilnya sudah ada di tangan saya?
(memegang status).

Ibu

: ( Ekspresi cemas ) anakku sakit apa dok?

Dokter

: Ibu sabar ya, berdasarkan pemeriksaan kami, anak ibu positif


menderita penyakit HIV/AIDS tutur dokter dengan jelas dan datar.

Ibu

: ( Setengah berteriak dengan ekspresi terkejut) Ya.. ALLAH ,


anakku, tidak mungkin( air mata tampak mengalir ke pipinya)

Dokter

: Ibu tenang ya, ibu harus sabar, kami paham perasaan ibu sekarang

Suster Nining : (memegang pundak ibu) Iya bu,, ibu harus kuat demi anak ibu
Ibu

: Saya memang sudah merasa kalau Syamsul melakukan hal yang


salah di luar sana, tapi saya tidak menyangka akan seperti ini, saya
tidak sanggup untuk sampaikan hal ini ke Syamsul, dia pasti tidak
bisa menerima, Ya..Allah kenapa kamu menghukum kami seperti
ini? (Air mata terus mengalir membasahi pipi ibu itu)

Suster Nining : Tenangki ya bu nanti saya bantuki, nanti kita sama-sama


sampaikan ke anaknya ibu ya,?
( Perawat dan ibu lalu meninggalkan ruangan dokter dan menuju ke kamar pasien)
(Ibu dan suster berjalan beriringan masuk)
Pasien

: Ibu sudah datang apa kata dokter bu? (Tiba-tiba matanya tertuju
pada mata ibunya yang merah dan sembab, kenapa bu? kenapa
menangis? apa kata dokter?Saya sakit apa? ( pasien tampak semakin
cemas dan tidak sabar)

Tante

: Syamsul sakit apa kak? (lalu menoleh ke perawat) suster


keponakanku kenapa? Sakit apa?

Pasien

: iya suster,saya sakit apa? Kenapa mamaku tidak mau memberitahu?

Suster Nining : ( menghampiri pasien lalu mengelus-elus kepalanya, dengan tatapan


yang lembut dan perhatian) de tenangki dulu nah,.. apa adik sudah
siap untuk mendengarnya? pertanyaan perawat semakin
menegangkan suasana di kamar itu.
Pasien

: Saya siap suster, saya sakit apa kah? (dengan suara yang lemah tapi
gemetar)

Suster Nining : (menarik napas lalu menghembusnya perlahan) Berdasarkan


pemeriksaan yang telah dilakukan, adik positif menderita penyakit
HIV/AIDS
Pasien

: (tersentak, tampak seolah olah tidak percaya lalu berteriak) apa


suster? HIV/AIDS? Aku tidak percaya, suster bohong..mustahil..
(sambil menangis dan memukul-mukul tempat tidur, lau berteriak lagi)
tidak tidak mungkin, ibu. suster pasti bohong toh? (air mata
mengalir)

( Ibu pasien masih terdiam dan tidak bisa berkata apa-apa. Air matanya terus
mengalir. tante menghampiri ibu lalu merangkul bahunya. Mereka sama-sama
terdiam seribu bahasa dalam tetesan air mata).
Suster Nining : Adik tenang yha , istigfar.. Masih ada Tuhan yang menentukan
hidup manusia , berdoalah kepada-Nya, Mudah-mudahan ada
keajaibannya
Pasien

: Tuhan!! Tuhan tidak adil! Kenapa tidak henti-hentinya mengambil


kebahagiaannku!? Apa salahku!? Kenapa aku yang dihukum,..
kenapa!!? ( sambil menangis)

Suster Nining : Jangan bilang begitu de Tuhan itu Maha Adil dan Penyanyang.
Dan hanya orang orang yang mampu yang diberi cobaan seperti ini.
Ade harus kuat menghadapinya. Mungkin ade, bisa merenung, apa
sebenarnya yang telah ade lakukan sehingga penyakit ini menyerang
ade? kehidupan dan pergaulan adik akhir-akhir ini, apa yang adik
konsumsi dan kerjakan? Ini bukan hukuman tapi konsekuensi dari
perbuatan ade sendiri! (jelasnya lembut).
Pasien

: Ah.. sudahlah.. Tuhan Jahat..jahat!!!!

(Pasien membelakangi perawat, menutup mukanya, lalu tangisnya bertambah keras.


Pasien tidak mau melihat orang-orang yang ada disekitarnya).
Pasien

: Keluar semua dari ruagan ini..tinggalkankaaku sendiri..tidak usah


pedulikan saya.. pergi..pergi..pergi..

Suster Nining :Maaf Ibu keluar dulu yah, biarkan dulu adik S sendiri
Tante

: Iye kak,sebaiknya kita keluar dulu, mungkin Syamsul butuh sendiri.


Nanti kalau udah tenang kita masuk lagi, ya kak

(perawat, ibu dan tante keluar dari ruangan dengan perasaan yang bercampur aduk
{sedih, kecewa, marah, simpati dll})
(Di dalam kamar, tampak pasien masih menangis. Jelas terpancar rasa sakit hati dan
penyesalan yang sangat dalam pada raut wajahnya).
Pasien

: lebih baik kuakhiri saja hidupku sekarang ketusnya sendiri sambil


terus menangis, kan aku tetap akan mati, aku hanya membebankan
ibu dan membuatnya malu, ya aku harus mati sekarang.

( Berusaha bangun dan mencapai pisau yang ada di atas meja)


(kembali memperbaiki baringnya, air mata terus mengalir, saat pisau disentuhkan
pada vena yang hendak ditusuk, bayangan ibu yang penyanyang yang selama ini
didurhakainya memenuhi cakrawala pikirannya)
Pasien

: ibu, maafkan aku aku sudah menghancurkan segala harapanmu.


Aku tidak layak menjadi anakmu hatinya bicara. lebih baik aku
akhiri semuanya sekarang sebelum ibu tambah menderita karena
saya. tapi ibu.apa benar kamu akan bahagia kalau aku pergi
tanpa pamitibu (teriaknya dalam hati). (tiba-tiba hatinya sadar, ini
hukuman tuhan baginya_ Ya..Allah akankah engkau mengampuni
dosaku ini??? Ah.. tidak mungkin, engkau hanya bisa menghukumku
tanpa henti..engkau ambil keluargaku, ayahku, baktiku terhadap ibuku,
senyuman ibuku dan sekarang engkau bahkan mau mengambil
nyawaku. Aku begini karena ingin mencari ketentraman di luar rumah
sehingga aku mendekati narkoba cs.. (tiba-tiba pisau yang ada
ditangannya
dilayangkan
ke
dinding)
Arrgh
( lalu pasien menelungkupkan mukanya ke bantal).

(Beberapa waktu kemudian,ibu dan tante pasien masuk kekamar dan pasien tampak
tertidur)
FASE TERMINASI
Tante

: kak, kayaknya Syamsul ketiduran. Mudah-mudahan kalau bangun


nanti perasaannya jauh lebih baik dan sudah bisa menerima kenyataan
akan kondisi penyakitnya

Ibu

: Iya, Nis, kita semua sangat menyayangi Syamsul tapi ternyata


ALLAH SWT. lebih sayang kepadanya. Mudah-mudahan ada hikmah
dibalik semua ini. Kita sebagai manusia harus siap menerima takdir
yang ditentukan dalam kehidupan kita Anakku jadi begini, karena
masalah yang terjadi antara saya dengan ayahnya, dia lebih sering
keluar rumah dan ternyata dia terjun ke jurang yang menenggelamkan
masa depan dan seluruh kehidupannya.. Ya Tuhanku ampunilah kami
(doanya dalam isak tangis).

Tante

: sekarang nasi sudah jadi bubur, siapa yang mau disalahkan lagi!!!
Mau atau tidak kenyataan pahit di depan mata ini harus diterima oleh
kakak, Syamsul dan seluruh anggota keluarga.

(Tanpa disadari, percakapan yang terjadi antara ibu dan tantenya didengar
oleh pasien karena sejak tadi dia tidak tidur, Cuma mukanya ditelungkupkan ke
bantal dan buat seolah-olah tidur)
(Tiba-tiba suster masuk kedalam ruangan)
Suster Nining : Sore bu, bagaimana keadaan Syamsul sekarang?
(Belum sempat ibu menjawab, Pasien membuka matanya lalu menyapa perawat)
Pasien

: Baik suster

(Ketiga orang yang berada dalam kamar serentak menoleh ke pasien dan
menunjukkan ekspresi kaget dengan perubahan respon yang ditunjukkan oleh pasien
tersebut)
Pasien

: Kenapa semua heran?

Ibu

: (Memeluk anaknya) Alhamdulillah?

Tante

: (memegang pasien) Syamsul?

Suster Nining : (memegang tangan pasien) Jadi.. ade..


(Belum sempat perawat melanjutkan kata-katanya.. langsung dipotong oleh pasien)
Pasien

: iya suster.saya bisa terima keadaanku. Saya sadar bahwa semua


yang terjadi ini adalah hukuman buat saya, atas segala kekhilafan yang
telah saya lakukan ibu, maafkan aku sudah menghancurkan semua
harapan ibu, ibu aku akan mati!!

Ibu

: (secepat kilat menutup mulut anaknya dengan telunjuk), jangan


bicara seperti itu anakku, kamu adalah anugerah terindah dan cahaya
buat ibu. Ibu sangat sayang sama kamu. (memeluk anaknya)

Pasien

: maafkan aku ibu,

(keheningan ruangan sejak tadi, dipecahkan oleh isak tangis mereka)


(perawat dan tante berdiri kaku, laksana menyaksikan adegan sinetron yang menyayat
hati antara ibu dan anak).
(Perawat berjalan mendekati mereka berdua)

Suster Nining : ibu, ade, saya mengerti perasaan kalian, vonis penyakit seperti ini
merupakan hal mengerikan yang tidak pernah terbayang oleh kita, tapi
inilah garis kehidupan yang harus dijalani. pasti ada hikmahnya dan
semua itu adalah rencana ALLAH SWT, walaupun sebenarnya
manusia lah yang mengundangnya.
Pasien

: berapa lama lagi saya akan hidup suster? tanyanya dengan suara
yang gemetar dan mata berkaca-kaca.

Ibu

: Apa benar anakku sudah tidak ada harapan lagi?

Suster Nining : (melihat ibu dan anak yang tampak tegang itu silih berganti) untuk
penyakit seperti ini, memang sampai saat ini belum ditemukan obat
untuk menyembuhkannya, tapi jika ade dapat dan bersedia mengikuti
semua tindakan perawatan yang diberikan dengan baik,
perkembangannya dapat ditekan atau dihambat, sehingga pasien masih
dapat hidup lebih lama, walaupun kita tau bahwa ajal dan maut itu ada
di tangan Tuhan jelasnya dengan hati-hati.
Pasien

: saya akan turuti semuanya, suster (menatap suster).

Suster Nining : (melihat ibu) sebagai orang terdekat, ibu juga hendaklah waspada
terhadap penularan dari penyakit ade ini, karena ia dapat menular
dengan cepat
Ibu

: jadi apa yang harus saya lakukan sus?? tanyanya dengan suara
terbata-bata.

Suster Nining : ibu tidak boleh kontak langsung dengan darah Syamsul, jangan
berganti peralatan makan dan tidak terkena semua jenis cairan yang
keluar dari tubuh Syamsul. Ini semua demi kebaikan bersama.
Pasien

: Jadi ibu tidak boleh menyentuh saya lagi??

Suster Nining : (Memengang bahu dan menatap klien dengan lembut) ibu bisa
mengurusi adik seperi biasa, Cuma harus berhati-hati terhadap hal
yang telah saya sebutkan tadi jelasnya dengan nada seakan-akan
memujuk.
Pasien

: Saya paham sekarang sus matanya melirik ke ibunya dengan raut


wajah bersalah dan penuh penyesalan.

(Perawat tersenyum mendengar kata-kata yang keluar dari mulut pasien tersebut.
Perawat bersyukur pasien dapat menerima kondisinya walaupun ia sangat pahit untuk
ditelan. Perawat lalu menyuruh pasien istirahat dan pamit untuk keluar dari kamar
itu).
Suster Nining : Sekarang adik istirahat yah, saya harus keluar sekarang. Jam dinas
saya untuk hari ini sudah selesai. Saya akan digantikan oleh perawat
yang shif sore. Nanti mereka yang akan membantu segala kebutuhan
adik. Saya keluar dulu ya.. ibu ( melihat ke ibu dan tante klien) adik
( melihat pasien).
Pasien

: terima kasih suster

( ucapan terima kasih dibalas perawat dengan senyum lalu melangkah meninggal
kamar tersebut).

Anda mungkin juga menyukai