Anda di halaman 1dari 17

KEBERADAAN PASAL 18 UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008

DALAM MEMENUHI NILAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN


PADA PRAKTIK PENYELESAIAN SENGKETA TRANSAKSI ELEKTRONIK
(E-COMMERCE)

I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berkembangnya zaman telah membawa kita memasuki era globalisasi.
Globalisasi

digambarkan

melalui

pertumbuhan

dan

peningkatan

ketergantungan antar negara sebagai bagian dari global marketplace, dimana


salah satunya dalam hubungan perdagangan. Faktor-faktor pendorong
globalisasi tersebut diantaranya keterlibatan teknologi canggih dan sistem
komunikasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan dalam meningkatkan
proses produksinya.1 Salah satu dampak globalisasi dalam dunia perdagangan
adalah berkembangnya E-Commerce.
E-Commerce merupakan suatu proses berbisnis dengan memakai
teknologi elektronik yang menghubungkan antara perusahaan, konsumen dan
masyarakat dalam bentuk transaksi elektronik dan pertukaran/penjualan
barang, servis, dan informasi secara elektronik.2
E-Commerce sebagai metode perdagangan elektronik berkembang
pesat di Indonesia. Menurut lembaga riset pasar e-Marketer, Indonesia saat ini
menduduki peringkat ke-6 dalam pengguna internet terbanyak di dunia.
Pengguna internet di Tanah Air mencapai 83,7 juta orang pada 2014, 3 dari
jumlah penduduk Indonesia yaitu 237.641.334 jiwa. Perkembangan tersebut
berpengaruh pada pelaku pembeli E-Commerce Indonesia.
Pada tahun 2013 nilai pasar E-Commerce Indonesia mencapai $8
miliar (Rp 94,5 triliun) dan di tahun 2016 akan tersebut diprediksikan
meningkat 3 kali lipat menjadi $25 miliar (Rp 295 triliun). Dimana transaksi
1

Hasbi Hawari, Globalisasi dan Perdagangan Internasional,


https://www.academia.edu/10837664/Globalisasi_dan_Perdagangan_Internasional diunduh 24
September 2016
2

Munawar Kholil, 2009 E-commerce, http://staff.uns.ac.id. diunduh 24 September 2016

Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, Pengguna Internet Indonesia Nomor Enam
Dunia https://kominfo.go.id/content/detail/4286/pengguna-internet-indonesia-nomor-enamdunia/0/sorotan_media diunduh 24 September 2016

E-Commerce dilakukan sebanyak 79,80% oleh pembeli perorangan, sisanya


adalah CV, PT, UKM, Koperasi dan pembeli perorangan berbadan hukum.4
Maraknya pengguna E-Commerce di Indonesia terjadi kabanyakan
pada perdagangan dengan nilai transaksi yang tidak besar. Nilai transaksi yang
dikeluarkan oleh para pelanggan untuk pembeli perorangan yang mendominasi
pada nilai transaksi kurang dari 500.000 dengan nilai sebesar 68%, kemudian
nilai barang senilai 500.000-1.000.000 senilai 22%.5 Menurut riset yang
diprakarsai oleh Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA), Google Indonesia,
dan TNS (Taylor Nelson Sofres), produk fashion tetap mendominasi pasar
online sebagai produk yang paling sering dibeli.
Secara sederhana, proses E-Commerce dapat dilakukan dengan cara
konsumen berkunjung ke toko online atau online marketplace untuk melihat
dan memilih produk yang diinginkan. Lalu, konsumen setuju untuk membeli
produk yang ada pada toko online atau online marketplace dan memberi
instruksi pembelian online ke merchant. Setelah itu, prinsip pembayarannya
tidak jauh berbeda dengan dunia nyata, hanya saja semua metode yang
ditawarkan menggunakan teknologi canggih. Cara pembayaran yang
digunakan antara lain melalui transfer ATM (automatic teller macine),
pembayaran tanpa perantara, pembayaran dengan pihak ketiga creditcard
/check (kartu kredit/cek), micropayment (uang receh), electronic money (emoney) atau Anonymous digital cash. Di Indonesia, alat pembayaran seperti
ini telah diatur dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) nomor 11/11/PBI/2009
tentang Penyelenggaraan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu
(APMK) dan PBI nomor 11/12/PBI/2009 tentang Uang Elektronik (EMoney).6
Mekanisme

transaksi

E-Commerce

sebagaimana

diatas

akan

memunculkan kemungkinan lahirnya bentuk bentuk kecurangan atau


kekeliruan, sehingga menjadi perhatian utama yang perlu penanganan lebih
besar. Dampak negatif dari E- commerce itu sendiri cenderung merugikan
4

Ibid

Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, Persentase Aktivitas ECommerce di Indonesia tahun 2010 http://statistik.kominfo.go.id/site/data?
idtree=430&iddoc=1275&data-data_page=3 , diunduh 24 September 2016
6

Dendy Asmara, Perlindungan Hukum Pengguna Alat Pembayaran Menggunakan Kartu dala
Transaksi Elektronik, (Tesis Universitas Indonesia, Jakarta, 2011), hlm. 77

konsumen. Diantaranya dalam hal yang berkaitan dengan produk yang dipesan
tidak sesuai dengan produk yang ditawarkan, kesalahan dalam pembayaran,
ketidaktepatan waktu menyerahkan barang atau pengiriman barang dan hal
hal lain yang tidak sesuai dengan kesepakatan sebelumnya. Disamping itu,
bagi produsen, banyaknya jumlah orang yang dapat mengakses internet
mengakibatkan produsen kesulitan untuk mendeteksi apakah pembeli yang
hendak memesan produknya adalah pembeli yang sesungguhnya atau bukan.
Budi Agus Riswandi mengungkapkan bahwa Masalah perlindungan
konsumen dalam E-commerce merupakan aspek yang penting untuk
diperhatikan,

karena

beberapa

karakteristik

khas

E-commerce

akan

menempatkan pihak konsumen pada posisi yang lemah atau dirugikan seperti:
a. Perusahaan di internet (the internet merchant) tidak memiliki alamat secara
fisik di suatu negara tertentu, sehingga hal ini akan meyulitkan konsumen
untuk mengembalikan produk yang tidak sesuai dengan pesanan.
b. Konsumen sulit memperoleh jaminan untuk mendapatkan local follow up
service or repair.
c. Produk yang dibeli konsumen ada kemungkinan tidak sesuai atau tidak
kompatible dengan persyaratan lokal (local requairments).7
Kondisi di atas jelas merugikan baik bagi konsumen ataupun bagi
produsen terlebih konsumen yang relatif memiliki posisi tawar (bargaining
position) yang lebih rendah dibandingkan produsen/pelaku usaha. Lemahnya
posisi konsumen seringkali menjadi obyek aktivitas untuk memperoleh
keuntungan sebesar besarnya dari produsen, sehingga keseimbangan yang
diharapkan melalui hubungan jual beli tidak tercapai. Berbagai Praktik
pelanggaran hak konsumen diatas menghasilkan adanya sengketa, yang diikuti
dengan penyelesaian sengketa. Dalam terminologi kontrak elektronik,
penyelesaian sengketa ditujukan untuk menyelesaikan sengketa antar satu
pihak terhadap pihak lain, dan sebagai pembangun jembatan kepercayaan
antara produsen dan konsumen, dimana hal ini menjadi dasar nota

Budi Agus Riswandi, Hukum dan Internet di Indonesia, (Yogyakarta:UII Press, 2003), hlm.

61-62.

kesepahaman penyelenggara praktik kontrak elektronik dalam menyediakan


kepercayaan dan keamanan transaksi dagang ini.8
Melihat besarnya potensi pelanggaran hak konsumen khsususnya di
ranah E-Commerce, tentunya menjadi penting untuk mengulas tentang dasar
hukum terkait hal tersebut.9 Regulasi internasional memberikan pengaturan
atas model penyelesaian sengketa ini, dalam 1958 Convention on the
Recognition and Enforcement of Foreign Arbitral Awards atau juga lazim
dikenal sebagai New York Convention. Peraturan lain serupa dalam alternatif
penyelesaian sengketa, namun lebih dikhususkan pada arbitrase ialah
UNCITRAL Model Law on International Commercial Arbitration 1985 yang
diamandemen pada tahun 2006, guna memberikan pengenalan terhadap
informasi dan komunikasi elektronik dalam perjanjian arbitrase asing.10
Indonesia sebagai bagian dari masyakarat internasional, juga turut mengatur
praktik kontrak elektronik ini dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Elektronik, khususnya dalam keberadaan pasal 18
dengan tujuan dapat menjembatani adanya kesenjangan (gap) antara hambatan
teknologi

dan

memenuhi

nilai

perlindungan

hukum

dalam

praktik

penyelesaian sengketa transaksi elektronik. Dalam pasal 18 Undang-Undang


Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, disebutkan
:
1) Transaksi elektronik yang dituangkan ke dalam kontrak elektronik mengikat
para pihak;
2) Para pihak memiliki kewenangan untuk memilih hukum yang berlaku bagi
transaksi elektronik internasional yang dibuatnya;
3) Jika para pihak tidak melakukan pilihan hukum dalam transaksi elektronik
internasional, hukum yang berlaku didasarkan pada asas hukum perdata
internasional;

A. Sony Keraf, Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya, (Yogyakarta: Kanisius, 2005),

hlm. 73
9

Ruslan Burhani, Wamendag: Pengaturan Bisnis "e-commerce" Lindungi Konsumen


http://www.antaranews.com/berita/357189/wamendag-pengaturan-bisnis-e-commerce-lindungikonsumen diunduh 24 September 2016.
10

Abdul Halim Barakatullah, Sengketa Transaksi E-Commerce Internasional, (Bandung:


Nusa Media, 2005), hlm. 36.

4) Para pihak memiliki kewenangan untuk menetapkan forum pengadilan,


arbitrase atau lembaga penyelesaian sengketa alternatif lainnya yang
berwenang menangani sengketa yang mungkin timbul dari transaksi elektronik
internasional yang dibuatnya;
5) Jika para pihak tidak melakukan pilihan forum sebagaimana dimaksud
dalam ayat, penetapan kewenangan pengadilan, arbitrase, atau lembaga
penyelesaian sengketa alternatif lainnya yang berwenang menangani sengketa
yang mungkin timbul dari transaksi tersebut, didasarkan pada asas hukum
perdata internasional
Keberadaan pasal 18 Undang-Undang nomor 11 tahun 2008 tentang
informasi dan transaksi elektronik diatas, menyebutkan terdapat tiga poin
model penyelesaian sengketa transaksi elektronik yang dapat digunakan para
pihak dalam menyelesaikan sengketa yang ada, yaitu : opsi pilihan hukum
yang dilakukan para pihak, opsi lembaga litigasi maupun non litigasi dan opsi
asas-asas dalam hukum perdata internasional. Oleh karenanya, keberadaan
undang undang ini ditujukan untuk menyeimbangkan pemanfaatan teknologi
informasi di Indonesia dengan praktek pengaturan oleh pemerintah, khususnya
dalam bidang transaksi elektronik yang ditujukan bagi pemenuhan kepastian
hukum bagi para pihak yang terlibat di dalamnya. Adanya kepastian hukum
memiliki keterkaitan dengan perlindungan hukum, sebagaimana perlindungan
hukum dimaknai sebagai upaya yang dilakukan hukum dalam menjamin
keberadaan hak individu, melalui peran hukum yang bersifat regulatif
sekaligus konstruktif.11 Regulatif dan konstruktif dalam arti, hukum
memberikan aturan sekaligus hukum mampu berjalan sejalan dengan
perkembangan zaman yang ada, dimana dalam hal ini adalah praktik
penyelesaian sengketa kontrak elektronik. Sebagaimana, perlindungan hukum
dalam suatu kontrak adalah hal yang mutlak adanya, dan perlindungan yang
diberikan ialah ditujukan bagi terpenuhinya hak dan kewajiban masing-masing
pihak yaitu pihak pelaku usaha dan konsumen.12
Ironisnya dari beberapa kasus-kasus sengketa kontrak elektronik yang
terjadi di Indonesia, keberadaan pasal 18 Undang-Undang Nomor 11 Tahun
11

Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian-Asas Proporsional dalam Transaksi Komersial,


(Bandung: Citra Aditya Bakti, 2010), hlm. 56.
12

Ibid, hlm. 57-58

2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik ini, bukan menjadi upaya
yang ditempuh dalam menyelesaikan sengketa yang ada, dan cara-cara
penyelesaian sengketa secara konvensional yang kurang tepat sasaran menjadi
pilihan. Cara penyelesaian sengketa konvensional ini juga seringkali
dihadapkan pada apatisme dan persoalan harga jenis barang yang menjadi
objek sengketa dan biaya pengurusan konsultasi hukum dan mekanisme
penyelesaian sengketa yang berbanding terbalik, memicu rendahnya minat
konsumen upaya perbaikan hukum.13 Hal ini menjadi persoalan dimana cara
penyelesaian sengketa yang ada akan tidak sejalan dengan sifat dasar kontrak
elektronik yang tidak mengenal batas (borderless area), luasnya jangkauan
perdagangan kontrak elektronik yang bersifat transnasional, dan ketiadaan
tatap muka antar para pihak dalam melakukan kontrak elektronik.
Cara sebagaimana ditawarkan dalam ketentuan pasal 18 UndangUndang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik,
yang meliputi pilihan hukum, penggunaan asas-asas hukum perdata
internasional dan jalur litigasi dan non litigasi konvensional dianggap tidak
menyelesaikan masalah yang ada, mengingat kerumitan yang harus dihadapi
dalam penyelesaian sengketa yang ada, sementara di sisi lain, hal kepraktisan
dan kenyamanan menjadi salah satu keunggulan yang ditawarkan oleh kontrak
elektronik itu sendiri. Oleh karenanya, persoalan pengaturan dan penegakan
hukum dari penyelesaian sengketa kontrak elektronik perlu diatur lebih lanjut
dengan keberadaan institusi penyelesaian sengketa kontrak elektronik dalam
bentuk elektronik, yang dapat berjalan seiring dengan sifat dari kontrak
elektronik yang praktis dan dinamis, sekaligus mampu menangani persoalan
kerumitan penyelesaian sengketa di wilayah kontrak elektronik yang beresiko
tinggi (high-risk).
Maka berdasarkan penjabaran diatas penulis tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul KEBERADAAN PASAL 18 UNDANG-UNDANG
NOMOR

11

TAHUN

2008

DALAM

MEMENUHI

NILAI

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN PADA PRAKTIK


PENYELESAIAN

SENGKETA TRANSAKSI

COMMERCE)

13

Barakatullah, op. cit., hlm. 43

ELEKTRONIK

(E-

B. Pokok Permasalahan:
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penuls
mengidentifikasi pokok-pokok permasalahan yang akan diteliti sebagai
berikut:
1. Bagaimana keberadaan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dalam kaitannya
dengan perlindungan hukum bagi konsumen dalam transaksi
elektronik?
2. Bagaimana prospek pengaturan alternatif penyelesaian sengketa pada
transaksi

elektronik

yang

dapat

memberikan

kepastian

dan

perlindungan hukum bagi konsumen?


II.

TUJUAN PENELITIAN:
Adapun tujuan umum penelitian ini adalah untuk memberikan pengetahuan
dan wawasan lebih dalam kepada masyarakat luas mengenai keberadaan pasal
18 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik sebagai suatu ketentuan yang mengatur mengenai penyelesaian
sengketa dalam transaksi elektronik. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian
ini adalah untuk:
1. Mengetahui keefektifan atas keberadaan Pasal 18 Undang-Undang
Informasi dan Transaksi Elektronik dalam hal penyelesaian sengketa
transaksi elektronik dan kaitannya dengan perlindungan hukum bagi
konsumen.
2. Mengetahui pengaturan alternatif penyelesaian sengketa pada transaksi
elektronik yang dapat memberikan kepastian dan perlindungan hukum
bagi konsumen.

III.

TINJAUAN PUSTAKA
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan-bahan kepustakaan berupa
buku-buku dan segala peraturan perundang-undangan. Buku-buku yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut beserta keadaannya:
7

1. Judul buku
Pengarang
Cetakan
Impresum
Jumlah halaman
Buku ini secara

: Hukum Perlindungan Konsumen


: Ahmadi Miru & Sutarman Yodo
: Cetakan ke-III
: Jakarta, RajaGrafindo Persada, 2005
: 308 halaman
garis besar membahas secara sistematis mengenai

komentar terhadap pasal-pasal UU Perlindungan Konsumen dan


Penjelasannya termasuk aturan pelaksaannya, terdapat sejumlah peraturan
lain yang termasuk lingkup perlindungan konsumen, berbagai putusan
pengadilan (yurisprudensi), serta teori-teori dan/atau pendapat para ahli
yang bersumber dari berbagai literatur baik dalam negeri maupun luar
negeri.
Buku ini memberikan pemahaman lebih lanjut mengenai pengertian serta
ketentuan yang ada dalam UU Perlindungan Konsumen. Buku ini
memberikan pengertian secara lebih luas dengan mengacu pada pendapat
para ahli dan sejumlah literatur dari dalam dan luar negeri. Buku ini
mudah dibaca karena pembahasan dan tata letaknya yang sistematis.
2. Judul buku
: Hukum Perlindungan Konsumen
Pengarang
: Az. Nasution, S.H.
Cetakan
: Cetakan ke-II
Impresum
: Jakarta, Diadit Media, 2002
Jumlah halaman : 330 halaman
Buku ini secara umum memaparan pengertian, batasan, istilah konsumen,
dan hukum konsumen. Sebagai perbandingan terdapat beberapa istilah dan
atau batasan dari negara-negara lain yang telah mempunyai undangundang tentang perlindungan konsumen. Buku ini juga menjelaskan halhal yang berkaitan dengan peraturan perundang-undangan umum yang
dapat dimasukkan menjadi hukum perlindungan konsumen. Lebih jauh,
buku ini menguraikan berbagai aspek hukum perdata dan publik yang
berlaku, serta beberapa kasus yang berkaitan dengan perlindungan
konsumen.
Buku ini dapat mengurangi kelemahan konsumen di Indonesia serta dapat
menjadi bahan bagi pendidikan konsumen, agar konsumen Indonesia dapat
memahami masalah dan hambatan dalam perlindungan konsumen yang
dihadapi sehari-hari. Bahasa yang digunakan dalam buku ini mudah
dimengerti karena tata letak pemaparan dalam buku ini sistematis.
3. Judul buku

: Hukum Perjanjian
8

Pengarang
: Prof. Subekti, S.H.
Cetakan
: Cetakan ke-21
Impresum
: Jakarta, Intermasa, 2002.
Jumlah halaman : 108 halaman
Buku ini memfokuskan pembahasan pada hukum perjanjian secara
mendetail. Buku ini menjabarkan tentang awal mulanya perikatan lahir,
batalnya suatu perjanjian, pelaksanaan suatu perjanjian, wanprestasi yang
dapat timbul dari suatu perjanjian, hingga cara-cara hapusnya suatu
perikatan/perjanjian.
Buku ini dikemas dengan bahasa yang singkat, padat, namun tetap mudah
dipahami. Buku ini juga memiliki tata letak pembahasan yang sistematis.
Buku ini membahas mengenai hukum perjanjian yang merupakan inti
dasar dari penelitian penulis, sehingga buku ini banyak memberikan
pemahaman yang sangat membantu penulis dalam menulis penelitian ini.
4. Judul buku
Pengarang

: Hukum Perlindungan Konsumen


: Prof. Dr. Erman Rajagukguk, S.H., LL.M.
Nurmardjito, S.H.
Prof. Dr. Sri Rejeki Hartono, S.H.
Prof. Dr. H. E. Saefullah, S.H., LL.M.
Tini Hadad
H. Toto Tohir, S.H., M.H.
Prof. Dr. Romli Atmasasmita, S.H., LL.M.
Cetakan
: Cetakan ke-I
Impresum
: Bandung, Mandar Maju, 2000
Jumlah halaman : 140 halaman
Buku ini membahas mengenai pentingnya hukum perlindungan konsumen
dalam era perdagangan bebas, kesiapan perangkat peraturan perundangundangan tentang perlindungan konsumen, tanggung jawab produsen
terhadap akibat hukum yang ditimbukan dari produk pada era pasar bebas,
peranan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI).
Buku ini dibuat oleh sejumlah ahli ternama di bidang hukum sehingga
pembahasan cukup kritis, namun buku ini tidak memiliki tata letak
pembahasan yang sistematis.

5.

Judul Buku

: Simposium Aspek-Aspek Hukum Masalah Perlindungan Konsumen

Penulis

:Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen


Kehakiman

Penerbit

: Binacipta
9

Tahun Terbit
Jumlah Halaman
Ulasan

: 1980
: 128 halaman
:Didalam buku ini dijelaskan mengenai perlindungan

konsumen yang dilihat dari sudut peraturan perundang-undangan


kesehatan, perjanjian baku, dan dari sudut pengaturann standardisasi hasil
produksi industry. Buku ini disusun secara sistematis sehingga mampu
menimbulkan pemikiran-pemikiran yang dapat merangsang masyarakat
lebih khususnya sarjana hukum untuk menggarap lebih lanjut usaha
pembaharuan hukum di bidang perlindungan konsumen.

6. Judul Buku

: Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen


di Indonesia

Penulis

: Ahmadi Miru

Penerbit
Cetakan
Tahun Terbit
Jumlah Halaman
Ulasan

: RajaGrafindo Persada
: Kedua
: 2013
: 227 halaman
: Buku ini menguraikan secara komprehensif hal yang

melandasi kegiatan bisnis yang sehat di mana keseimbangan perlindungan


hukum antara konsumen dan produsen tercipta. Pembahasan diawali
dengan memberikan batasan mengenai istilah-istilah dalam Hukum
Perlindungan Konsumen dan hubungan hukum antara produsen dan
konsumen.

Selanjutnya,

perkembangan

perlindungan

konsumen

di

Indonesia, mulai dari lingkupnya, lembaga, hingga perundangan yang


mengaturnya dipaparkan secara gamblang. Kemudian, hal-hal terpenting
dalam keseimbangan perlindungan konsumen dan produsen, yang meliputi
hak-hak, pengalihan tanggung gugat produsen, hingga jika terjadi
penyelesaian sengketa konsumen, baik peradilan maupun penyelesaiannya
di luar pengadilan.

7. Judul Buku
Penulis
Penerbit
Tahun Terbit
Jumlah Halaman
Ulasan

: Hukum dan Advokasi Konsumen


: Sudaryatmo, S.H.,
: PT Citra Aditya Bakti
: 1999
: 182 halaman
: Dari segi tata bahasa, penggunaan kata dan

penyusunan kalimat buku ini sudah sangat baik sehingga memudahkan


10

pembacanya memahami maksud dari penulis buku tersebut. Dari segi


materi, buku ini membahas mengenai masalah perlindungan konsumen
yang semakin penting dengan telah dundangkannya Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Perlindungan
konsumen tersebut diuraikan berdasarkan kegiatan konsumsi yang sering
dilakukan masyarakat pada umumnya seperti belanja, bank dan asuransi,
perumahan dan dikaitkan dengan hukum dan advokasi konsumen. Hal
tersebut tentu memudahkan pembaca untuk membacanya secara sistematis
dan memperluas wawasan pembaca mengenai keterlibatan hukum dan
advokasi dalam permasalahan perlindungan konsumen.

8.

Judul Buku

: Beberapa Aspek dari Masalah

Perlindungan Konsumen

di Indonesia
Penulis

: Bakir Hasan

Penerbit

: Pusat Studi Hukum dan Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Indonesia

Cetakan
: Kedua
Tahun Terbit
: 1978
Jumlah Halaman : 31 halaman
Ulasan
:Buku ini memiliki sistematika penulisan yang sangat
baik dan tersusun secara sistematis. Buku ini menitikberatkan mengenai
beberapa aspek dari masalah perlindungan konsumen di Indonesia sebelum
diundang-undangkannya Undang-undang No. 8 Tahun 1999 dan mengenai
aspek hukum Gerakan Perlindungan Konsumen pada tahun 1978.
9. Judul Buku
Penulis

: Keadilan Manual Pelatihan Advokasi Hukum Konsumen


: Zaim Saidi
Asad Nugroho
Sudaryatmo
Yusuf Shofie

Penerbit
: Piramedia
Cetakan
: Pertama
Tahun Terbit
: 2003
Jumlah Halaman : 122 halaman
Ulasan
: Didalam buku ini dijelaskan mengenai ruang lingkup
advokasi hukum konsumen melalui prosedur hukum. Sistematika penulisan
11

yang sangat baik sehingga mempermudah pembaca untuk memahami


perlindungan konsumen dari segi advokasi hukum dan prosedur hukum
yang haru dilalui ketika terjadi sengketa yang terkait dengan permasalahan
ini. Tidak hanya itu, pembaca juga dapat melihat aspek perlindungan
hukum dari sisi pidana, perdata, maupun administrasi negara.

10. Judul Buku

: Laporan Akhir Penelitian Perlindungan Terhadap


Konsumen Atas Kelalaian Produsen

Penulis

: Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen


Kehakiman

Penerbit
: Pengayoman
Tahun Terbit
: 1992
Jumlah Halaman : 136 halaman
Ulasan
: Perlindungan konsumen tidak jarang dibahas dari
sudut sifat perlindungannya. Namun didalam buku ini dibahas mengenai
perlindungan konsumen dari sisi pelanggarannya yaitu dapat berupa
kelalaian maupun kesengejaan yang dilakukan oleh produsen. Isi dari buku
ini sangat komprehensif karena dilengkapi dengan tanya-jawab terhadap
konsumen, pengacara, Lembaga Bantuan Hukum, dan Kepolisian sehingga
pembaca akan mengetahui lebih dalam mengenai perlindungan konsumen
yang tidak hanya secara teori melainkan juga dalam praktiknya

IV.

KERANGKA KONSEPSIONAL
Dalam penelitian ini, agar dapat memberikan kesamaan pemahaman, perlu

adanya definisi-definisi terhadap istilah-istilah yang akan digunakan terkait


dengan pembahasan yang akan diuraikan. Adapun istilah-istilah tersebut antara
lain:
1. Transaksi Elektronik
Transaksi elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan
menggunakan Komputer, jaringan Komputer, dan/atau media elektronik
lainnya.14
2. Teknologi Informasi
14

Indonesia, Undang-Undang Informasi Dan Transaksi Elektronik, UU No. 11 Tahun 2008,


LN No. 58 RI Tahun 2008, TLN RI No. 4843, Ps. 1 angka 2.

12

Teknologi informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan,


menyimpan,

memproses,

mengumumkan,

menganalisis,

dan/atau

menyebarkan informasi.15
3. Electonic Commerce (E-commerce)
Electronic commerce is a general concept covering any form of business
transactions or information exchange executed using information and
communication technology, between companies, between companies and their
customers, or between companies and public administrations.16
4. Online Marketplace
Online marketplace adalah suatu tempat di internet dimana banyak pihak
berkumpul untuk melakukan proses transaksi jual beli, ada yang ingin mencari
suatu barang dan ada pihak lain yang sedang ingin menjual barang.17
5. Toko online
Toko online adalah media, sarana, ataupun tempat dimana kita bisa menjual
produk maupun jasa dan pembeli dapat memesan produk atau jasa tersebut
melalui komputer PC ataupun melalui produk gadget lainnya yang terhubung
dan terkoneksi dengan internet sehingga terjadi transaksi jual-beli tanpa harus
bertemu langsung dengan calon konsumennya. 18
6. Konsumen
Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia
dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain
maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.19
7. Perlindungan konsumen
Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian
hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.20
8. Pelaku Usaha
Pelaku usaha adalah setiap orang atau badan usaha, baik yang berbentuk badan
hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau
melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik
15

Ibid., Ps. 1 angka 3.

16

David Whiteley, E-commerce Strategy, Technologies, and Application, (London: McGrawHill, 2000), hlm. 5.
17

Max Manroe, Mencermati Perbedaan Toko Online dan Marketplace,


https://www.maxmanroe.com/mencermati-perbedaan-toko-online-dan-marketplace.html diunduh 7
Desember 2016
18

Ibid.

19

Indonesia, Undang-Undang Perlindungan Konsumen, UU No. 8 Tahun 1999, LN No.136


RI Tahun 1999, TLN RI No. 3281, Ps. 1 angka 2.
20

Ibid, Ps. 1 angka 1.

13

sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan


usaha dalam berbagai bidang ekonomi.21
9. Sengketa
Sengketa adalah sesuatu yang menyebabkan

perbedaan

pendapat;

pertengkaran; perbantahan22
10. Alternatif Penyelesaian Sengketa
Alternatif Penyelesaian Sengketa adalah lembaga penyelesaian sengketa atau
beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni
penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi,
konsiliasi, atau penilaian ahli.23
V.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan suatu unsur yang mutlak harus ada dalam
suatu penelitian ilmiah, karena dapat membantu mendekatkan antara masalah
yang dihadapi dengan teori yang ada, lalu mengaitkannya dengan kenyataan
yang terjadi.
Bentuk penelitian yang digunakan oleh penulis adalah dengan metode
penelitian hukum normatif, yaitu dengan penelitian hukum yang dilakukan
dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka.24
Tipe penelitian yang digunakan untuk menghimpun data yang diperoleh
dalah melalui studi pustaka dengan tipologi deskriptif, yaitu penelitian yang
dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang keadaan,
atau gejala-gejala lainnya. maksudnya adalah terutama untuk mempertegas
hipotesa-hipotesa, agar dapat membantu didalam memperkuat teori-teori lama,
atau di dalam kerangka menyusun teori-teori baru.25
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder atau
data yang diperoleh dari kepustakaan.26
Bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini berupa:
21

Ibid., Ps. 1 angka 3.

22

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), http://kbbi.web.id/sengketa diunduh 7 Desember

2016
23

Indonesia, Undang-Undang Arbitrase dan Penyelesaian Sengketa, UU No. 30 Tahun 1999,


LN No. 138 RI Tahun 1999, TLN RI No. 3872, Ps. 1 angka 10.
24

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 1995), hlm. 13-14.
25

Ibid, hlm. 10

26

Sri Mamudji, et.al., Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, (Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005), hlm. 6.

14

1. Bahan hukum primer yang bersumber pada hukum positif, diantaranya:


a. Undang-Undang nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik.
b. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen
c. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
2. Bahan hukum sekunder meliputi buku, jurnal, artikel, surat kabar, dan
internet.
3. Bahan hukum tersier yang dalam hal ini penulis menggunakan kamus
hukum dan Kamus Besar Bahasa Indonesia guna menunjang penelitian
yang dilakukan.
Alat pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi studi dokumen atau
bahan pustaka.
Metode analisis data yang digunakan adalah metode kualitatif, yaitu
mendalami makna dibalik realitas atau tindakan atau data yang diperoleh dan
yang diteliti atau dipelajari adalah obyek penelitian yang utuh.27 Dalam
penelitian ini,apa yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan
dipelajari secara lebih mendalam khususnya mengenai aspek hukum
perlindungan konsumen dalam penyelesaian sengketa transaksi elektronik.
Bentuk hasil penelitian ini adalah bertujuan memberikan jalan keluar atau
saran dalam mengatasi permasalahan yang ada.

VI.

KEGUNAAN PENELITIAN
Dari bahan hukum yang dikumpulkan dan dianalisis dalam penelitian
ini, diharapkan dapat tercapai manfaat praktis penelitian ini yaitu sebagai
pemahaman bagi studi hukum yang lebih mendalam di bidang hukum
perlindungan konsumen, sehingga dapat memberikan kontribusi positif
dalam perkembangan ilmu hukum, khususnya di bidang hukum
perlindungan konsumen yang terkait dengan masalah penyelesaian
sengketa dalam transaksi elekronik yang berkaitan erat dengan kepastian
dan perlindungan hukum bagi konsumen dalam transaksi elektronik.
Adapun pegunaan praktis ditujukan agar dapat menjadi sistem
referensi yang cukup dalam hal penyelesaian sengketa yang pada intinya
merupakan hak konsumen untuk mendapatkan kepastian dan perlindungan
hukum. atas pelanggaran hak yang dialaminya.
27

Ibid, hlm. 67.

15

Pemberian manfaat atau sumbangsih yang akan diperoleh dari


penelitian ini bagi mahasiswa ataupun masyarakat secara keseluruhan atau
stakeholder tertentu secara khusus. Penelitian ini diharapkan dapat
membantu masyarakat dalam mendapatkan pengetahuan tentang klausula
baku serta hak dan kewajiban konsumen maupun pelaku usaha.

VII.

BIAYA PENELITIAN
Berdasarkan tahapan penelitian yang ada, maka perencanaan rincian
anggaran biaya untuk kegiatan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Administrasi
a. Alat tulis
b. Kertas
c. Tinta printer

: Rp.

: Rp. 150.000,00
: Rp. 500.000,00
800.000,00+
: Rp. 1.450.000,00

2. Operasional
a. Honorarium pembantu peneliti
3 orang @ Rp. 350.000,00
b. Honorarium kolektor data 2
orang @ Rp. 200.000,00

: Rp. 1.050.000,00
: Rp.

400.000,00+

: Rp. 1.450.000,00
3. Biaya Percetakan
i. Biaya fotokopi proposal
(5 x 20 lembar x Rp 250,00)
ii.
( 5 x 100 lembar x Rp250,00 )
iii.
( 5 buah x Rp 5.000,00 )
iv.
(5 buah x Rp 5.000,00)
v.
(2 buah x Rp50.000,00)
vi.

Rp 25.000,00
Biaya fotokopi hasil penelitian
Rp 125.000,00
Biaya jilid proposal
Rp 25.000,00
Biaya jilid hasil penelitian
Rp 25.000,00
Biaya jilid hard cover hasil penelitian
Rp 100.000,00
Biaya fotokopi buku sumber

(20 x 100 lembar x Rp 100,00)

Rp 100.000,00
: Rp. 400.000,00

3. Pembelian data pustaka


(6buah x Rp100.000,-)

: Rp.
16

600.000,00

4. Transportasi penelitian

: Rp. 1.500.000,00+

Total biaya

: Rp5.400.000,00

17

Anda mungkin juga menyukai