Pembimbing:
Dr. dr. Emmy Endang S, Sp.S
Disusun oleh:
Luh Putu Prisillia K.D
Eva Silvia Rusdiana
Septiani
15710051
15710034
15710046
SMF NEUROLOGI
RS TK.II DR. SOEPRAOEN MALANG
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2016
1
dari inti trigeminal. Inti trigeminal tulang belakang menunjukkan sensasi nyeri/suhu
pada wajah dan mulut. Tingkat terendah inti mewakili daerah perifer wajah, kulit
kepala, telinga dan dagu; tingkat yang lebih tinggi di atas medulla mewakili daerah
yang lebih sentral, seperti hidung, pipi, dan bibir; tingkat tertinggi dalam pons
mewakili mulut, gigi, dan rongga faring.
b. Inti trigeminal utama
Inti trigeminal utama menunjukkan sentuhan sensasi/posisi dari wajah.
Terletak di pons, dekat dengan jalan masuknya saraf kelima.
c. Inti trigeminal Mesencephalik
Inti trigeminal mesencephalik sebenarnya tidak termasuk inti. Sebaliknya,
merupakan ganglion sensorik (seperti ganglion trigeminal) yang terdapat di batang
otak. Jenis serat sensorik tertentu memiliki badan sel di mesencephalic, serat
proprioceptor dari rahang dan serat mechanoreceptor dari gigi. Beberapa serat
memasuki ke inti motorik dari saraf trigeminal; serat inti mesencephalik memotong
memasuki jalur pusat kesdaran. Salah satu contohnya Jaw-jerk refleks. Refleks
tesebut menimbulkan respon penutupan rahang, dengan cara yang sama saat menekan
lutut memunculkan refleks menendang kaki bagian bawah. Serabut lain dari gigi dan
rahang memasuki inti utama.
Gambar 12.1 Tampilan gambaran CT-scan dari ganglion trigeminal dan cabangcabangnya
3
Gambar 12.2 Lokasi nukleus trigeminal pada pons dan segmen atas spinal cord
Gambar 12.3 Bentukan dari nukleus trigeminal, nervus trigeminal, dan ganglion
trigeminal serta cabang-cabangnya.
Ganglion trigeminal
saraf mandibula.
Foramen ovale berbeda dalam bentuk dan ukuran. Rata-rata pada orang dewasa
panjang maksimal adalah sekitar 7.48 mm, dan lebar 3.7 mm (Gambar. 12.7).
Indikasi untuk blok ganglion trigeminal
indikasi umum adalah sebagai berikut:
Gambar 12.5 Gambaan CT Scan menunjukkan trigeminal neuralgia yang disebabkan oleh pertumbuhan tumor.
infeksi lokal;
koagulopati;
psikopatologi.
kompresi balon perkutan (dijelaskan oleh Mullan dan Lichtor pada tahun
1983);
Catatan: semua teknik ini membutuhkan visualisasi foramen ovale dan bantuan
dengan teknik pencitraan standar. Penting untuk mempunyai keahlian sebelum
melakukan prosedur tersebut.
a)
b)
Figure 12.6 Bentuk anatomi dari foramen ovale (a) gambaran CT scan tiga dimensi dari dasar tengkorak pada tampilan oblique.
(b) gambaran CT scan tiga dimensi menunjukkan foramina dari dasar tengkorak.
Gambar 12.7 (a) CT scan tiga dimensi pada tanda panah merah menunjukkan foramen ovale pada dasar tulang tengkorak (b) CT
scan dasar tengkorang menunjukkan dimensi dari foramen ovale (tanda panah merah)
perlahan sekitar 30 (Gambar. 12.8b), sampai foramen ovale terlihat jelas (Gambar.
12.8c).
Catatan: umumnya foramen ovale dekat medial sisi mandibula pada rahang atas
(molar
kedua
gigi).
a
)
b
)
c
)
Gambar 12.8 Posisi lengan C untuk menemukan foramen ovale. (a) Posteroanterior view. (b) Oblique view. (c) Final position for
the foramen ovale to
be clearly identified.
10
Tandai kulit utuk tempat masuknya jarum sejajar dengan pupil saat melihat dari arah
depan wajah dan jika melihat dari arah samping wajah tempat masuknya jarum dari
middlepoint/titik tengah lengkungan zygomatikum (Gambar. 12,9).
b
Gambar 12.9 (a) CT Scan tiga dimensi pada AP view mengidentifikasi titik masuk
dari rahang atas molar. (b) CT Scan tiga dimensi pada AP view mengidentifikasi titik
masuk dari mandibular.
Langkah 6. Arah jarum
1. Ketika foramen ovale terlihat jelas, masukkan jarum sejajar dengan sumbu
lengan C dalam tampilan submental (Gambar. 12.10).
2. Arahkan jarum ke tepi lateral foramen ovale untuk cabang mandibular, ke
tengah untuk cabang maksilaris, dan medial untuk cabang ophthalmikus
(Gambar. 12.11).
Catatan:
untuk
arahkan
jarum
memudahkan
ke
arah
masuknya
sudut
yang
jarum
dihasilkan
ke
foramen
oleh
clivus
ovale,
yang
dan petrous ridge dari tulang temporal pada gambaran lateral fluoroskopi. Hindari
memasukkan jarum terlalu dalam yang bisa menyebabkan menembus korteks serebral
atau batang otak (Gambar. 12.12).
a
11
Gambar 12.10 (a) Lokasi foramen ovale pada fluoroskopi submental view. Ujung marker menunjukkan lokasi tengah dari
foramen ovale. (b) Tanda panah merah menunjukkan arah jarum yang masuk dari kulit menuju foramen ovale. (c) Fluoroskopi
submental view menunjukkan jarum yang masuk ke dalam foramen ovale pada tunnel vision.
12
Gambar 12.11 (a) Submental view menunjukkan lokasi elektroda untuk radiofrekuensi sisi mandibular (b) Submental view
menunjukkan lokasi elektroda untuk radiofrekuensi sisi maksilaris (c) Submental view menunjukkan lokasi elektroda untuk
radiofrekuensi sisi oftalmikus.
b
a
Gambar 12.12 (a) Posisi fluuroskopi lateral view untuk mengidentifikasi foramen ovale. (b) Identifikasi struktur pada lateral
view.
bahan kontras atau gliserol atau fenol dalam gliserin; saat disuntikkan
kemungkinan akan menyebar ke batang otak, menyebabkan mual dan muntah
dan efek samping neurologis lainnya. Sehinggan hal Ini harus dihindari.
3. posisi yang tidak benar dari jarum dapat dilhat dari penggunnaan fluoroskopi
dari sisi lateral dan PA. Namun, untuk mencegah jarum masuk melalui
foramen lainnya di dasar tengkorak, gunakan tampilan submental secara hatihati untuk mendeteksi apakah jarum telah menembus celah intraorbita,
foramen laserum, atau foramen jugular.
Langkah 8. Uji stimulasi
1. Lakukan prosedur RF thermocoagulation, dimulai dengan uji stimulasi
(Gambar. 12.13).
2. Tujuan dari uji stimulasi adalah untuk memverifikasi masuknya elektroda
melalui foramen ovale, serta menempatkan ujung elektroda tepatnya di bagian
yang diinginkan dari ganglion trigeminal atau cabang-cabangnya.
3. Pasien harus tetap sadar agar dapat merespon rangsangan pada tahap ini.
Mulai dengan merangsang daerah pada 2 Hz, dengan pengaturan 0,1 -1,5 V.
Karena cabang mandibula saraf trigeminal memiliki serabut motorik,
kontraksi mandibula yang diamati pada pengaturan ini. Berikutnya, mencari
paresthesia di cabang yang diinginkan. Merangsang saraf pada 50 -100Hz di
pengaturan 0,1 -1,5 V. Umumnya, pasien merasa paresthesia pada pengaturan
0,5 V. Selanjutnya, pastikan aspirasi negatif. Ketika elektroda dikonfirmasi
berada di tempat untuk RF, kemudian lanjutkan dengan lesioning
thermocoagulation.
14
Gambar 12.13 Teknik radiofrekuensi pada ganglion trigeminal. (a) Gambaran foto
pasien dengan posisi elektroda jarum selama radiofrekuensi termoregulasi. (b)
Fluoroskopi tampilan submental menunjukkan posisi jarum didalam foramen ovale di
kanan. (c) Menunjukkan posisi elektroda jarum pada radiofrekuensi termoregulasi
pada tampilan lateral. (d) Tampak Struktur penting pada lateral view.
Langkah 9. RF thermocoagulation
1. Setelah mengkonfirmasi bahwa elektroda telah di lokasi yang tepat, pasien dibius
jika merasa cemas, menjaga kondisi pasien untuk merespon pertanyaan. Dapat
menuntikkan 0,5 ml 0,25% bupivakain atau lidokain 1%, untuk memberikan
kenyamanan sebelum thermocoagulation lesioning yang sebenarnya. Tunggu waktu
yang singkat (30 detik sampai 1 menit) sebelum memulai tindakan tersebut.
2. Lanjutkan proses tersebut pada suhu 70 C selama 60 detik. Sesudah ini proses
pertama dilakukan, dilanjutkan dengan merangsang saraf dengan gelombang 2 Hz,
dengan pengaturan 0,1-1,5 V untuk membandingkan tingkat respon motor dengan uji
stimulasi pertama. Dilanjutkan dengan merangsang saraf dengan gelombang 50100Hz dengan pengaturan 0,1 -1,5 V untuk melihat apakah tingkat paresthesia telah
berkurang.
3. Jika lebih dari satu cabang saraf trigeminal yang terkena, dapat melakukan reposisi
elektroda pada beberapa lesi di daerah saraf. Ulangi tes stimulasi setelah reposisi
untuk mencari paresthesia di cabang yang terkena.
4. Jika salah satu cabang saraf oftalmikus yang terkena, pertahankan pada level suhu
60 C atau dibawahnya dengan tetap menjaga refleks kornea, Evaluasi refleks kornea
setelah melakukan proses tersebut.
Langkah 10. Perawatan Pascaprosedur
Amati pasien untuk setidaknya 2 jam setelah prosedur. Pantau tanda-tanda vital
(wajib). Selain itu, ealuasi rasa nyeri pada pasien. Setelah observasi baik, instruksikan
15
kepada petugas medis untuk keadaan darurat dan instruksi tersebut sangat membantu
untuk pasien dan keluarga.
a
b
Gambar 12.14 (a) Titik masuk injeksi gliserol pada ganglion trigeminal. Catatan: Pasien dalam posisi setengah
duduk saat prosedur dilakukan. (b) Fluoroskopi lateral view menunjukkan jarum yang masuk kedalam foramen
ovale (c) Fluoroskopi oblique view menunjukkan tempat masuknya jarum di foramen ovale pada sisi kanan.. (d)
Posisi pasien saat cairan serebrospinal mengalir mengikuti grafitasi sebelum gliserol di injeksi.
16
Peralatan khusus
Langkah 4. Visualisasi
Sekali lagi, pastikan posisi foramen ovale dengan fluoroskopi submental.
Langkah 5. Arah jarum
Selanjutnya, arahkan jarum ke pusat geometris foramen ovale dengan memutar lengan
C bagian lateral (Gambar. 12,14).
Langkah 6. Konfirmasikan posisi jarum
1. Dalam tampilan ini, masukkan jarum tanpa hambatan sampai cairan
serebrospinal teraspirasi. Jika saat aspirasi yang tersedot bukan CSF
melainkan darah, tarik jarum kemudain pindahkan sedikit ke sisi lainnya, jika
darah masih teraspirasi, maka akhiri prosedur.
2. Setelah memperoleh cairan serebrospinal yang bening, posisikan pasien
setengah duduk dengan leher terfleksi dan tetap pertahankan posisi pasien
seperti itu.
3. Setelah itu gunakan fluoroskopi dari arah lateral, suntikkan 0,1-0,5ml cairan
kontras (iohexol)
4. Perhatikan cairan yang mengisi foramen, jika belum terisi, ubah posisi jarum.
Ketika foramen cisterna sudah terisi dengan cairan, biarkan beberapa saat agar
cairan menyatu ke seluruh bagian.
5. Setelah proses ini, cairan kontras dapat mengalir keluar mengikuti gravitasi.
Cairan ini tidak boleh diaspirasi.
17
Gambar 12.15 (a) Susunan alat steril untuk melakukan prosedur kompresi balon pada
ganglion trigeminal. (b) Ujung katerer fogarty dengan balon yang mengembang.
Langkah 7. injeksi gliserol Retrogasserian
Bila semua terlihat baik, suntikkan 0,5 ml 50% gliserol ke dalam cisterna. Tetap jaga
posisi pasien setengah duduk selama 2 jam ke depan. Catatan: obsevasi pasien pada
tahap ini sangat penting. Pada beberapa pasien, nyeri kepala hebat dapat terjadi
setelah injeksi gliserol. Hal ini dapat berlangsung selama beberapa hari. Jika, secara
tidak sengaja, gliserol menyebar jauh dari foramen dan menuju batang otak, langsung
hentikan proses injeksi. Observasi mual dan muntah selama lebih dari 1 minggu. nyeri
dapat dirasakan langsung, atau pada beberapa pasien dapat berlangsung 2 minggu.
Langkah 8. Perawatan Pascaprosedur
Amati pasien untuk setidaknya 2 jam setelah prosedur. Pantau tanda-tanda vital
(wajib). Selain itu, ealuasi rasa nyeri pada pasien. Setelah observasi baik, instruksikan
kepada petugas medis untuk keadaan darurat dan instruksi tersebut sangat membantu
untuk pasien dan keluarga.
Teknik kompresi balon perkutan
Siapkan dan posisikan pasien seperti yang dijelaskan pada bagian RF
thermocoagulation. Siapkan peralatan umum dan obat untuk digunakan, selain
peralatan khusus dan obat-obatan yang diperlukan untuk prosedur ini.
Langkah 3. Obat-obatan dan peralatan
obat umum dan jarum (Gambar. 12.15)
Peralatan khusus
14 gauge, 10 cm jarum;
Langkah 4. Visualisasi
Mulailah penempatan balon Fogarty sebagai berikut. Setelah mengkonfirmasi bahwa
pandangan submental dan lateral foramen ovale yang divisualisasikan, masukkan
jarum ke tengah foramen ovale dalam tampilan submental. Jangan maju di luar pintu
masuk foramen ovale.
Langkah 5. Arah jarum
Selanjutnya, masukkan ujung kateter Fogarty kateter (4 French) melalui jarum di
foramen ovale pada tampilan lateral (Gambar. 12,16).
Langkah 6. Konfirmasikan posisi jarum
Setelah memasukkan kateter Fogarty melampaui ujung jarum, kembangkan balon
kateter Fogarty dengan menyuntikkan 1 ml bahan kontras (iohexol). Pada tampilan
fluoroskopik lateral, balon harus menyerupai buah pir. Verifikasi pandangan ini pada
kedua gambar fluoroscope lateral dan anteroposterior (AP) (Gambar. 12.17).
19
Gambar 12.16 (a) Lokasi marker foramen ovale pada tampilan submental. (b)
Gambaran foto pasien dengan posisi jarum pada prosedur kompresi balon. (c)
Gambaran foto pasien dengan posisi jarum pada prosedur kateter forgaty. (d)
Fluoroskopi Submental view penempatan ujung jarum di sisi kiri foramen ovale. (e)
Fluoroskopi lateral view menunjukkan posisi kateter. (f) Fluoroskopi Lateral view
dengan pelepasan stylet.
20
Gambar 12.17 (a) Terlihat bentukan balon pada fluoroskop lateral view setelah cairan
kontras diinjeksikan. (b) Anteroposterior view dengan cairan kontras menunjukkan
posisi balon yang telah mengembang. (c) Oblique view dengan cairan kontras
menunjukkan posisi balon yang telah mengembang
Langkah 7. Kompresi Balon
1. Kembangkan balon, dan pertahankan selama 60 detik sampai 6 menit.
2. Setelah menyelesaikan waktu yang diinginkan untuk inflasi, aspirasi cairan
kontras dan pastikan bahwa balon tampak kempes.
3. Kemudian tarik kateter bersama-sama dengan jarum sebagai satu kesatuan.
Langkah 8. Perawatan Pascaprosedur
Amati pasien untuk setidaknya 2 jam setelah prosedur. Pantau tanda-tanda vital
(wajib). Selain itu, ealuasi rasa nyeri pada pasien. Setelah observasi baik, instruksikan
kepada petugas medis untuk keadaan darurat dan instruksi tersebut sangat membantu
untuk pasien dan keluarga.
Teknik untuk anestesi lokal atau lesioning neurolytic dari saraf trigeminal
Teknik ini biasanya dianjurkan untuk neurolysis diagnostik dan terapeutik
pada pasien kanker. Persiapan dan posisi pasien adalah sama dengan yang dijelaskan
pada bagian RF thermocoagulation (lihat halaman 132).
Langkah 3. obat umum dan peralatan kerahasiaan yang berikut peralatan dan obatobatan yang siap untuk digunakan:
Langkah 4. Visualisasi
Ikuti prosedur yang sama seperti untuk prosedur diagnostik atau neurolytic. Posisikan
pasien untuk masuknya jarum melalui foramen ovale, seperti yang dijelaskan pada
bagian RF thermocoagulation.
21
ini.
Insiden
dolorosa
anestesi
berkurang
jika
22
Motor defisit dan kelemahan masseter terjadi selama terdapat lesi pada saraf
mandibula. Insiden kelemahan masseter adalah yang tertinggi dengan kompresi balon,
jika dibandingkan dengan teknik lain.
Hematoma retrobulbar dan hematoma di pipi
Hematoma retrobulbar terjadi jika jarum mengenai fisura infraorbital. Bola mata
didorong anterior ke ruang retrobulbar, sehingga menyebabkan exophtalmus. Dengan
kompresi pada daerah orbita (dalam sebuah ruang), perdarahan biasanya berhenti; dan
pembengkakan mereda dalam beberapa hari. Jika jarum melewati pembuluh,
hematoma di pipi dapat berkembang. Kompresi pipi dengan suhus dingin sangat
membantu untuk mengurangi ukuran hematoma.
Diplopia
Diplopia dapat terjadi setelah RF lesioning dan retrogasserian gliserol injeksi. Ini
mungkin karena terjadinya kerusakan yang lain pada saraf kranial di dasar tengkorak.
Umumnya, defisit ini bersifat sementara.
Infeksi dan meningitis
Meskipun kejadian infeksi dan meningitis sangat rendah, harus ditangani secara serius
ketika itu terjadi.
Defisit saraf kranial lainnya
Defisit dari saraf kranial lainnya dapat terjadi jika prosedur dilakukan hanya di bawah
satu sudut pandang saja, umumnya karena penyebaran larutan seperti gliserol dan
fenol ke saraf ini.
Petunjuk bermanfaat
Trigeminal neuralgia sangat jarang terjadi pada pasien usia muda. intervensi
perkutan tidak harus menjadi pilihan pertama pada pasien tersebut.
Perlu dilakukakan penilaian psikologis pada pasien sebelum prosedur
dilakukan. Jika ada kekhawatiran tentang stabilitas psikologis, melakukan blok
dengan 2 ml 0,05% bupivacaine untuk memperbaiki prognosis dalam perilaku pasien.
Mungkin mereka akan berkurang mengeluhkan gejala sisa jika prosedur ini dilakukan
dengan aman dan sederhana.
Dalam semua teknik, ada tingkat kekambuhan, yang berarti trigeminal
neuralgia akan muncul kembali setelah periode variabel. Karena kemungkinan ini,
mulai pengobatan untuk trigeminal neuralgia dengan obat, dan, serta dapat diberikan
obat anti nyeri untuk mengurangi rasa nyeri, pertimbangkan teknik perkutan.
23
25
Kontraindikasi
Koagulopati.
27
Gambar 12.20 (a) Computed tomography scan tiga dimensi dari aspek lateral kepala
dan wajah, menunjukkan lokasi mandibula di depan sendi mandibular temporal dan
bawah zygoma. (B) Foto yang menunjukkan entri jarum di kedudukan rahang bawah
untuk blok saraf maksilaris. (C) Computed tomography tiga dimensi menunjukkan
arah jarum dalam tampilan anterioposterior memasuki mandibula dan diarahkan pada
ujung saraf hidung.
28
Gambar 12,21 (a) radiografi AP yang menunjukkan posisi ujung jarum terbalik,
yang kemudian masuk ke dalam
30
Gambar 12.22 gambar ini menunjukkan frekuensi elektroda radio di tempat di mana
seharusnya untuk frekuensi radio prosedur saraf maksilaris.
Komplikasi
Komplikasi Kedokteran
Jika jarum masuk terlalu dalam ke arah cephalad, mungkin memasuki bagian atas
fisura pterygomaxillary. Larutan anestesi lokal dapat menyebar ke daerah orbit, dan
saraf optik, ini dapat menyebabkan kebutaan sementara. Agen neurolytic tidak dapat
diberikan jika hal ini terjadi. Jika jarum memasuki fisura infraorbital mungkin akan
terjadi hematoma orbital, bersama dengan oftalmoplegia, hilangnya ketajaman visual,
atau diplopia.
Tusukan Sengaja faring
Jika jarum diarahkan terlalu posterior, ada risiko tusukan sengaja faring. Udara dapat
disedot pada spuit selama uji aspirasi.
Reaksi Beracun untuk anestesi lokal
Reaksi beracun untuk anestesi lokal dapat terjadi karena intravascular injeksi, serta
karena jumlah besar local anestesi yang disuntikkan. Dianjurkan untuk menjaga
volume larutan anestesi lokal di bawah 5 ml, disuntikkan secara perlahan-lahan di
aliquots lebih kecil.
Petunjuk bermanfaat
Aspirasi wajib dilakukan sebelum menyuntikkan larutan analgesik
di saraf
maksilaris. Prosedur di akhiri jika darah telah disedot pada spuit. Tidak melakukan
blok jika pasien tidak mengalami paresthesia. Hati-hati untuk tidak mendalam
anterior, saraf maksilaris dekat dengan banyak saraf dan struktur vaskular.Menjaga
injeksi di bawah 5 ml anestesi lokal atau 1,5 ml untuk agen neurolytic.
BLOK SARAF MANDIBULA PERKUTAN
Sejarah
Sejarah lesi saraf mandibula adalah berhubungan dengan ganglion dari nervus
trigeminal, sehingga tidak akan dibahas sini.
Anatomi
31
Inervasi
Saraf mandibula menginervasi daerah temporal; kulit wajah yang lebih rendah; pipi;
bibir bawah; anterior bagian dari telinga eksternal, yang merupakan bagian dari
meatus akustik eksternal; anterior dua tiga dari lidah; gigi yang lebih rendah rahang
32
ipsilateral; sel-sel udara mastoid; selaput lendir pipi; mandibula; dan dura dari tengah
fossa kranial.
Kontraindikasi
Koagulopati.
Psychopathologies.
5 ml larutan lidokain 1%
34
Gambar 12.24 Gambar ini menunjukkan pasien dalam posisi terlentang yang akan
dilakuakn prosedur blok saraf mandibula. Jari telunjuk mengidentifikasi titik
masuknya jarum di kedudukan rahang bawah.
Gambar 12.25 (a) computed tomography scan tiga dimensi dari aspek lateral kepala
dan wajah,menunjukkan lokasi mandibula notch di depan sendi mandibular temporal
dan bawah zygoma. (B) Foto menunjukkan jarum di kedudukan rahang bawah untuk
blok saraf mandibula.
35
Gambar 12.26 Teknik untuk blok ekstraoral dari saraf mandibula yang pada dasarnya
sama dengan untuk blok rahang atas, kecuali bahwa jarum diarahkan ke atas dan
posterior; dengan demikian, saraf mandibula di blok dari foramen ovale.
Langkah 8. blok saraf mandibula
1. Aspirasi sebelum menyuntikkan setiap larutan diagnostik atau terapeutik. Jika
darah disedot selama injeksi, mengarahkan jarum sampai negatif untuk setiap
cairan.
2. Setelah dipastikan penempatan jarum yang benar, laukan penyuntikan 3 -5ml
larutan dari lidokain 1%.
3. Untuk blok neurolytic, laukan penyuntikkan 1 -1.5ml larutan fenol 6% dengan
iohexol. Alkohol tidak dianjurkan.
Catatan: tidak dianjrkan memasukkan jarum lebih dari 5,5 cm dari titik masuk. Jika
pasien tidak merasa paresthesia, mengarahkan jarum sampai pada penempatan yang
benar.
Langkah 9. Pulsed RF lesioning saraf mandibula
1. Pulsed RF lesioning dilakukan untuk saraf mandibula karena mengandung
serat-serat somatik A -delta dan A alpha.
Thermocoagulation tidak
Gambar 12.27 Gambar menunjukkan jarum dalam posisi untuk blok saraf mandibula.
37
komplikasi
Selama prosedur, berhati-hatilah terhadap hal berikut.
Tusukan Sengaja faring
Tusukan sengaja faring. Ini bisa terjadi jika jarum diarahkan terlalu posterior. Udara
dapat disedot selama uji aspirasi jika jarum memasuki faring.
Tusukan dari pembuluh darah
Tusukan dari pembuluh darah (arteri meningeal tengah) dapat terjadi. Arteri
meningeal tengah memasuki rongga tengkorak melalui spinosum foramen, di dekat
dengan posterolateral saraf mandibula.
Reaksi Beracun untuk anestesi lokal
Reaksi beracun untuk anestesi lokal dapat terjadi karena intravascular injeksi, serta
karena jumlah besar local anestesi disuntikkan di wilayah tersebut. Menjaga volume
local anestesi atau larutan neurolytic serendah mungkin.
petunjuk bermanfaat
Lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan larutan apapun ke saraf mandibula. Jika
darah disedot, mengarahkan jarum kembali dan aspirasi lagi.
Jangan menyuntikkan larutan diagnostik atau terapeutik jika pasien tidak
merasa paresthesia. Mengarahkan jarum kembali sampai pasien mengalami
parasthesia.
Jangan melakukan penusukan terlalu dalam dan ke belakang. Ini akan
membantu mencegah terjadinya tusukan sengaja pada daerah faring.
Tidak menyuntikkan lebih dari 5 ml anestesi lokal atau 1,5 ml agen neurolytic.
Menyuntikkan larutan dalam bolus kecil ml pada suatu waktu.
Blok perkutan terminal dari cabang saraf trigeminal
Sejarah
Sejarah ganglion trigeminal dan lesi pada cabangnya dijelaskan pada bagian lesi
ganglion trigeminal (lihat halaman 130). blok saraf supraorbital dan lesinya.
Anatomi
Saraf supraorbital adalah cabang terminal dari saraf mata. Saraf ini keluar melalui
foramen supraorbital. Saraf supraorbital menginervasi dahi, kelopak mata bagian atas,
dan kulit kepala anterior (Gambar.12,28).
Indikasi untuk lesioning saraf supraorbital
indikasi umum adalah sebagai berikut:
38
Infeksi lokal;
Koagulopati;
Psychopathologies
Larutan lidokain 1%
1ml dari 6% fenol dalam garam atau gliserin atau iohexol;
2mm tip dengan elektroda 5 cm dan kabel yang diperlukan (untuk prosedur RF
berdenyut).
40
menanggapi uji stimulasi. fentanyl intravena atau midazolam dapat digunakan secara
bijaksana untuk kenyamanan pasien.
Langkah 2. Posisi dan observasi pasien
1. Lakukan akses IV jika obat perlu diberikan.
2. Tempatkan pasien dalam posisi telentang di atas meja.
3. Memperbaiki kepala di atas meja dengan strip pita perekat, tepat jauh dari titik
masuk.
4. tanda-tanda vital Monitor (wajib) pada pasien yang tidak stabil.
5. Siapkan area untuk masuk jarum secara steril.
Langkah 3. Obat-obatan dan peralatan
Mempersiapkan dan pastikan bahwa peralatan seperti jarum, dan obat-obatan yang
siap digunakan untuk blok perifer cabang saraf trigeminal:
Larutan lidokain 1%
2mm tip dengan elektroda 5 cm dan kabel yang diperlukan (untuk prosedur RF
berdenyut).
43
Gambar 12.29 (a) Foto yang menunjukkan jalannya saraf infraorbital saat keluar dari
foramen infraorbital. (B) Foto yang menunjukkan penempatan penanda untuk masuk
jarum ke dalam foramen infraorbital. (C) Posisi pasien dan jarum untuk blok saraf
infraorbital. (D) Posteroanteriorlihat wajah menunjukkan arah jarum di foramen
infraorbital.
3. Memperbaiki kepala di atas meja dengan strip pita perekat, tepat jauh dari titik
masuk.
4. tanda-tanda vital Monitor (wajib) pada pasien yang tidak stabil.
5. Siapkan area untuk masuk jarum secara steril.
Langkah 3. Obat-obatan dan peralatan
Mempersiapkan dan pastikan bahwa peralatan seperti jarum, dan obat-obatan yang
siap digunakan untuk blok perifer cabang saraf trigeminal:
Larutan lidokain 1%
1ml dari 6% fenol dalam garam atau gliserin atau iohexol;
2mm tip dengan elektroda 5 cm dan kabel yang diperlukan (untuk prosedur RF
berdenyut).
Larutan lidokain 1%
1ml dari 6% fenol dalam garam atau gliserin atau iohexol;
2mm tip dengan elektroda 5 cm dan kabel yang diperlukan (untuk prosedur RF
berdenyut).
47
Gambar 12.32 (a) Computed tomography pemindaian menunjukkan foramen mental dan saraf mental. (B) Foto yang
menunjukkan lokasi dari saraf mental, dengan pasien dalam posisi terlentang. (C) penanda dalam radiografi ini poin ke foramen
mental. (D) Foto menunjukkan pasien dalam posisi terlentang, memiliki blok saraf mental yang sedang dilakukan. (E) radiografi
menunjukkan jarum dalam posisi untuk blok saraf mental.
49
Petunjuk Bermanfaat
Blok cabang perifer dari saraf trigeminal harus dilakukan jika neuralgia hanya
terbatas pada persarafan ini atau jika pasien mengalami nyeri kanker.
agent neurolytic lebih disukai pada pasien kanker. Dalam pengobatan idiopatik
neuralgia trigeminal terbatas cabang ini, langkah pertama harus menggunakan
kombinasi anestesi-steroid lokal 2 ml.
Pulsed RF juga dapat diterapkan. Karena tidak ada Data efikasi yang adekuat
pada prosedur ini, tidak dijelaskan di sini.
50
SPG memasok kelenjar lakrimal, sinus paranasal, kelenjar mukosa rongga hidung dan
faring, gingiva, dan selaput lendir dan kelenjar dari langit-langit keras. Ini
menghubungkan daerah anterior dengan saraf nasopalatinus.
Gambar 12.33 Dalam tiga dimensi computed tomography scan, lokasi SPG ditampilkan.
Gambar 12.34 (a) tiga dimensi computed tomography pemindaian menunjukkan lokasi dari SPG dan hubungannya
dengan struktur sekitarnya. (B) Lokasi SPG seperti yang ditunjukkan pada MRI.
Komposisi ganglion
SPG terdiri dari serat yang diterima dari sensorik, motorik, dan asal-usul simpatik.
Asal sensorik
Serat sensorik yang berasal dari dua cabang sphenopalatina saraf rahang atas; mereka,
pada sebagian besar, langsung ke saraf palatine. Pada Beberapa masuknya ganglion
merupakan akar sensorik.
51
Asal parasimpatis
Asal parasimpatis berasal dari nervus antar medius (bagian dari saraf wajah) melalui
nervus petrosal Di SPG, serat parasimpatis preganglionik dari cabang petrosal lebih
besar dari sinaps saraf wajah dengan neuron memiliki akson postganglionik, lator
vasodilatasi dan serat sekretori didistribusikan dengan cabang yang mendalam dari
saraf trigeminal, pada membran mukosa hidung, langit-langit lunak, amandel, uvula,
atap mulut, bibir atas dan gusi, dan bagian atas faring. Hal ini juga mengirimkan
serabut parasimpatis postganglionik ke kelenjar lakrimal melalui saraf zygomatic,
cabang dari saraf rahang atas, yang kemudian menghubungkan dengan saraf lakrimal
untuk tiba di kelenjar lakrimal. Kelenjar hidung dipersarafi dengan serat secretomotor
dari nasopalatinus dan lebih besar pala- tine saraf. Demikian pula, kelenjar palatine
dipersarafi oleh nasopalatinus, palatina lebih besar, dan saraf palatine yang lebih
rendah. Faring saraf innervates kelenjar pharyngeal. Ini semua cabang saraf rahang
atas.
Asal simpatik
ganglion juga terdiri dari eferen simpatis (postganglionik) serat dari ganglion cervical
superior. Serat ini, dari ganglion cervical superior, perjalanan melalui pleksus karotid
dan kemudian melalui saraf petrosus mendalam. Saraf petrosus mendalam bergabung
dengan saraf petrosus lebih besar untuk membentuk saraf dari kanal pterygoideus,
yang memasuki ganglion. Cabang-cabang SPG adalah sebagai berikut:
cabang orbital;
nasopalatinus saraf;
saraf palatine yang lebih besar;
kurang saraf palatine;
cabang nasal superior posterior;
cabang faring saraf maksilaris.
Anatomi dan pembentukan fossa pterygopalatine
Pterygopalatine fossa dibentuk oleh tiga tulang struktural: palatine, maxila, dan tulang
sphenoid. Perbatasan fossa pterygopalatine adalah permukaan posterior rahang atas
anterior, permukaan lateral tulang palatina adalah bagian medial dan permukaan
anterosuperior dari proses pterygoideus dari tulang sphenoid posterior dan di atap.
Beberapa struktur memasuki dan meninggalkan fossa pterygopalatine melalui
52
infeksi lokal;
koagulopati;
sphenopalatina neuralgia.
Sakit kepala.
Migrain.
Postherpetic neuralgia.
53
Gambar 12.35 struktur tulang yang mengelilingi fossa pterygopalatine, seperti yang terlihat pada
tampilan fluoroscopic lateral.
radiografi.
Sangat
penting
bahwa
pterygopalatine
fossa
jelas
54
56
Gambar 12.37. (a) penanda buram ditempatkan pada sisi samping wajah pada rahang bawah (b) garis ditarik di
kedudukan mandibula dan garis tegak lurus yang ditarik dari sana menuju pterygopalatine yang (c) jarum harus
terdeteksi ke arah itu dari titik masuk
Gambar 12.38 (a) tempat Pertama ujung marker pada fossa pterygopalatine dalam tampilan fluoroscopic lateral. (B)
Dalam pandangan ini jarum terbukti di fossa pterygopalatine. Catatan vas bunga terbalik. (C) jarum di dinding lateral
hidung dalam tampilan fluoroscopic AP.
58
Gambar 12.39 Penyebaran solusi kontras di fossa pterygopalatine, melintasi cephalad untuk caudad balik dinding
posterior sinus maksilaris.
Langkah 9. RF lesioning
Lakukan SPG RF lesioning sebagai berikut.
1. Setelah mengkonfirmasi bahwa elektroda di tion lokasi penge- yang
tepat, membius pasien jika mereka cemas, menjaga mereka cukup
mampu untuk menanggapi pertanyaan.
2. Inject 0.5ml 0,25% bupivakain atau lidokain 1%, untuk memberikan
kenyamanan sebelum thermocoagulation lesioning yang sebenarnya.
3. Tunggu waktu yang singkat (30 detik sampai 1 menit) sebelum
memulai lesioning tersebut. Lanjutkan dengan lesioning pada 70 C
selama 60 detik.
59
60
Gambar 12.40 (a) Foto yang menunjukkan pasien dengan jarum frekuensi radio dalam posisi untuk SPG lesioning.
(B) Lateral lihat fluoroskopik menunjukkan ujung jarum di vas terbalik di fossa pterygopalatine.
2ml absolut atau 50% alkohol (tidak disarankan). 2ml dari 6% fenol dalam
garam atau gliserin (disukai).
Langkah 4. anestesi lokal atau lesioning neurolytic dari SPG Lakukan prosedur
(Gambar. 12,41) sebagai berikut.
1. Ikuti prosedur yang sama seperti untuk prosedur litik diagnostik atau neuro.
Posisi pasien untuk masuknya jarum melalui fossa pterygopalatine adalah
seperti yang dijelaskan pada bagian RF thermocoagulation.
2. Setelah mengkonfirmasi bahwa jarum berada di posisi yang benar di kedua AP
dan pandangan fluoroskopik lateral, perlahan-lahan menyuntikkan 2 ml
anestesi lokal.
Gambar 12.41 Needle di fossa pterygopalatine. Catatan penyebaran posterior solusi Berbeda
dengan sinus maksilaris.
62
Epistaksis
Jika jarum atau elektroda mendorong keras, itu akan masuk hidung dan dapat
menyebabkan epistaksis. Ala nasi adalah jaringan lunak, dan jarum dapat dengan
mudah masuk ke hidung.
Cedera dari palatinal saraf Cedera besar dan kecil dari saraf palatinal besar dan
kecil dapat terjadi jika jarum diarahkan anterolaterally dan caudally.
Jika jarum salah arah, tusukan sengaja parotis adalah mungkin. Palpasi kelenjar
parotid sebelum prosedur dapat membantu.
Setelah prosedur.
Hematoma di pipi
tusukan sengaja pleksus vena atau arteri maksilaris mungkin CAUCE hematoma
di pipi. Begitu jarum ditarik, menerapkan kompres dingin di pipi.
Hypesthesia
Hypesthesia dari maksila langit-langit mulut atau faring posterior dapat terjadi
karena RF lesioning.
Diplopia
Penyebaran anestesi lokal dapat menyebabkan diplopia sementara.
Infeksi
Kejadian infeksi adalah sama seperti untuk prosedur lainnya.
Petunjuk bermanfaat
Meskipun landmark anatomi mudah untuk mengenali fluoroskopi, kinerja blok SPG
adalah kompleks karena struktur tulang ditumpangkan dan negosiasi variabel anatomi
ditemui selama masuknya jarum.
Ketika struktur tulang ditemui, hati-hati advanc- ing jarum. Menariknya sedikit dan
mengarahkan. Setelah masing-masing redirection, mengontrol ujung jarum,
memvisualisasikan baik anteropos- teriorly dan lateral bawah tampilan fluoroscopic
untuk mengkonfirmasi lokasi jarum.
Dua
piring
pterygopalatine
harus
ditumpangkan
pada
tampilan
lateral
memvisualisasikan fossa pterygopalatine, karena hal ini mungkin sulit di bawah visi
lateral. Pindahkan C-arm sedikit sampai fossa pterygopalatine divisualisasikan.
Jangan memulai prosedur sebelum vas terbalik dengan benar dan jelas
divisualisasikan.
Jangan melakukan prosedur sebelum pengujian sensorik lokal untuk menunjukkan
bahwa ujung elektroda ditempatkan dengan benar. Saraf rahang atas dan palatinal
berada di dekat dengan SPG tersebut. Uji dengan stimulasi listrik untuk menemukan
trode pemilu benar.
Berhenti ketika jarum mencapai tepi nasi ala bawah pandangan AP. Jika Anda maju
jarum, ada risiko perdarahan lokal dan epistaksis. Jaringan subkutan wajah yang
64
longgar, dan ada risiko ecchymosis setelah prosedur. Terapkan kompres dingin ke
wajah immeditely setelah menarik jarum.
Anatomi
Asal dan tentu saja
Dari medulla oblongata, saraf glossopharyngeal melewati lateral di flocculus dan
meninggalkan tengkorak melalui bagian tengah foramen jugularis, dalam selubung
tingkat atau terpisah dari dura mater, lateral dan di depan saraf vagus dan aksesori.
Dalam perjalanan melalui foramen jugularis, itu alur batas bawah dari bagian petrosa
dari tulang temporal, dan, di pintu keluar dari tengkorak, melewati depan antara vena
jugularis internal dan antar nal arteri karotis; itu turun di depan karotid internal, dan di
bawah proses styloid dan otot-otot yang berhubungan dengan itu, untuk batas bawah
stylopharyngeus tersebut. Kemudian kurva maju, membentuk lengkungan di sisi leher
65
dan berbaring pada sylopharyngeus dan pembatas pharyngis medius. Dari sana lewat
di bawah penutup dari hyoglossus dan akhirnya didistribusikan ke tonsil palatina,
selaput lendir fauces dan pangkal lidah, dan kelenjar lendir mulut (Gambar. 12,42).
Komposisi saraf
Sensorik
Simpatik serabut sensorik aferen dari saraf glossopharingeus timbul dari sel-sel
ganglia superior dan inferior, yang terletak pada batang saraf. Berasal di medula, serat
sensorik, aferen simpatik, arborize sekitar sel-sel bagian atas inti.
Gambar 12.42 Tiga dimensi computed tomography pemindaian menunjukkan jalannya saraf glossopharingeus keluar dari
foramen jugularis. Perhatikan hubungan dekat dengan saraf vagus, arteri karotid internal, dan vena jugularis internal.
Banyak dari serat, mungkin serat rasa, membentuk untai, solitarius fasciculus, yang
turun di medulla oblongata. Serat sensorik somatik (sedikit jumlahnya) bergabung
dengan saluran tulang belakang dari saraf trigeminal.
Motorik
The somatik serabut motorik musim semi dari sel-sel ambiguus inti, yang terletak di
bagian lateral medula, dan terus menerus di bawah dengan kolom abu-abu anterior
medulla spinalis. Dari inti ini, serat bergabung dengan serabut akar sensorik. Inti
66
67
Langkah 1. Siapkan pasien sebelum prosedur Memastikan jenis analgesia atau sedasi
sebelum perform- ing prosedur invasif ini. Jenis obat penenang bervariasi,
berdasarkan teknik yang digunakan. Jika mempertimbangkan blok glossopharyngeal
diagnostik dengan anestesi lokal atau merencanakan agen atau balon kompresi
neurolytic, sedasi dalam dan analgesia mungkin cocok untuk beberapa pasien. Jika
berdenyut frekuensi radio direncanakan, pasien harus terjaga untuk menanggapi uji
stimulasi. Intravena fen- tanyl, midazolam, dan / atau propofol dapat digunakan secara
bijaksana untuk kenyamanan pasien.
Langkah 2. Posisi dan memantau pasien
Posisi dan memantau pasien sebagai berikut (Gambar. 12,43).
Gambar 12.43 Fotografi menunjukkan posisi pasien dalam posisi telentang dengan kepala berpaling sedikit ke
sisi yang berlawanan dalam persiapan untuk blok saraf glossopharingeus.
68
69
Gambar 12.44 (a) tiga dimensi computed tomography pemindaian menunjukkan jalannya saraf
glossopharingeus dan hubungannya dengan saraf vagus, kapal karotid internal, dan vena jugularis interna
saat keluar dari foramen jugularis dan program menuju sudut mandibula dan proses mastoid. (B) Mark
proses mastoid dan sudut mandibula pada kulit. Menarik garis antara dua landmark ini, menempatkan
penanda bawah fluoroscopy. Proses styloid terletak di bawah titik tengah garis ini. (C) pandangan
fluoroskopik Lateral menunjukkan penanda ditempatkan di tempat masuk jarum untuk blok saraf
glossopharingeus.
70
Gambar 12.45 (a) Foto ini menunjukkan posisi arah jarum untuk blok saraf glossopharingeus. (B) jarum
pada posisi akhir karena menyentuh proses styloid untuk blok saraf glossopharingeus.
Gambar 12.46 tiga dimensi computed tomography Scan ini menunjukkan bagaimana untuk berjalan
dari proses styloid posterior.
tegak lurus. Cobalah untuk menghubungi proses styloid pada kedalaman 3cm.
3. Jangan maju lebih dari 3cm. Jika Anda tidak menghubungi tulang,
mengarahkan
jarum, jika diperlukan.
Langkah 7. Konfirmasikan posisi jarum (Gambar. 12.46)
1. Setelah kontak dibuat, berjalan dari proses styloid posterior.
2. Segera setelah kontak hilang, aspirasi darah atau CSF. Jika negatif untuk
melanjutkan ke langkah berikutnya.
Langkah stimulasi 8. Uji stimulasi
71
Terapkan stimulasi sebagai berikut. Teknik untuk RF adalah sama untuk blok
diagnostik kecuali jarum RF digunakan sebagai pengganti jarum 31/2 inci.
1. Ketika ujung elektroda mencapai saraf, merangsang saraf dengan 50 Hz, di 0,5-1 V.
Stimulasi sensorik harus mereproduksi rasa sakit sesuai di dasar lidah, faring dan
tonsil jika ditempatkan dengan tepat.
2. Kemudian merangsang dengan 2Hz, di 0.5-2V stimulasi motorik; ini harus
menyebabkan kontraksi dari otot stylopharyngeus.
Langkah 9. RF lesioning
Lakukan lesioning terapi, menggunakan RF berdenyut dalam tiga siklus 120 s dengan
laju 2 Hz, pada suhu konstan 42 C.
Langkah perawatan 10. pascaprosedur
Setelah menyelesaikan prosedur, mengamati pasien selama minimal 2 jam. Pantau
tanda-tanda vital (wajib). Selain itu, obyektif mendokumentasikan nyeri. Setelah
observasi memuaskan, debit pasien dengan instruksi yang tepat dan memadai
diberikan kepada pengawal. Ditulis instruksi-instruksi yang lebih untuk keadaan
darurat dan mereka sangat membantu untuk pasien dan keluarga.
vagus juga dapat diamati. Trauma ke hypoglossus dan tulang belakang saraf aksesori
Trauma saraf aksesori hypoglossus dan tulang belakang dapat mengakibatkan
kelemahan lidah dan trapezius otot.
paresthesia permanen dan dysesthesia
paresthesia permanen dan dysesthesia dengan gejala terbakar rasa sakit dan
ketidaknyamanan:
hasil
yang
mungkin
blok
neurolytic
atau
prosedur
neurodestructive.
dolorosa Anestesi
Ini adalah komplikasi yang signifikan; nyeri terbakar parah dan kesulitan dalam
menelan berkembang.
Petunjuk bermanfaat
Meskipun titik masuk kulit untuk saraf glossopharyngeal mudah untuk menemukan,
teknik yang sebenarnya berbahaya untuk melakukan dalam praktek klinis, karena
struktur vital yang sangat signifikan yang terletak sangat dekat dengan saraf (vagus,
saraf aksesori tulang belakang, kapal seperti arteri karotis internal dan vena jugularis
internal). Ini harus dilakukan hanya oleh dokter nyeri terampil menggunakan
fluoroskopi.
74