Akper Proposal Yendra
Akper Proposal Yendra
PENDAHULUAN
1.1
(2009:121),
menyatakan
bahwa
profesi
akuntan
publik
RSM
audit atas Vivendi Universal. Di Indonesia juga pernah terjadi hal yang sama
pada kasus PT. Kimia Farma Tbk., yaitu terjadinya overstated pada laba bersih
per 31 Desember 2001. Setidaknya hal ini menjadi pembelajaran bersama bagi
perkembangan profesi auditor di Indonesia untuk lebih meningkatkan kinerja
mereka (Widodo, 2008).
Widodo
(2008)
menyatakan
bahwa
kinerja
individu
perorangan
keuangan bisa tepat waktu atau tidak terlambat dan kerahasiaan informasi
terhadap laporan keuangan tidak bocor kepada pihak lain yang bukan
kompetensinya untuk ikut mempengaruhinya. Tetapi apabila terjadi hal yang
sebaliknya yaitu terjadi keterlambatan maka akan menyebabkan manfaat
informasi yang disajikan menjadi berkurang dan tidak akurat.
Givoly dan Palmon (1982) menyatakan bahwa ketepatan waktu terkait
dengan manfaat dari laporan keuangan itu sendiri. Nilai kemanfaatan dari
informasi yang terkandung dalam laporan keuangan akan bernilai, jika disajikan
secara akurat dan tepat waktu, yakni tersedia pada saat yang dibutuhkan oleh para
pengguna laporan keuangan. Nilai dari ketepatan waktu pelaporan keuangan
merupakan faktor penting bagi kemanfaatan laporan keuangan tersebut Audit
delay yang melewati batas waktu ketentuan akan berakibat pada keterlambatan
publikasi laporan keuangan. Keterlambatan publikasi laporan keuangan bisa
mengindikasikan adanya masalah dalam laporan keuangan, sehingga memerlukan
waktu yang lebih lama dalam penyelesaian audit. Subekti dan Widiyanti (2004)
menyatakan bahwa lamanya waktu penyelesaian audit oleh auditor dilihat dari
perbedaan waktu tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam
laporan keuangan. Perbedaan waktu ini disebut dengan audit delay.
Rick Antle (1984), menyebutkan bahwa independensi dianggap sebagai
atribut penting dari auditor eksternal. Akuntan publik tidak dibenarkan memihak
kepentingan siapapun. Auditor berkewajiban untuk jujur tidak hanya kepada
manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain
yang meletakkan kepercayaan atas pekerjaan akuntan publik (Christiawan, 2005).
yang meliputi
pengaturan
tentang
independensi,
integritas
dan
obyektivitas, standar umum dan prinsip akuntansi, tanggung jawab kepada klien,
tanggung jawab kepada rekan seprofesi, serta tanggung jawab dan praktik lainnya
(Satyo, 2005).
Dalam hal etika, sebuah profesi harus memiliki komitmen moral yang tinggi
yang dituangkan dalam bentuk aturan khusus. Aturan ini merupakan aturan main
dalam menjalankan atau mengemban profesi tersebut, yang biasa disebut sebagai
kode etik. Kode etik harus dipenuhi dan ditaati oleh setiap profesi yang
memberikan jasa pelayanan kepada masyarakat dan merupakan alat kepercayaan
bagi masyarakat luas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setiap
profesional wajib mentaati etika profesinya terkait dengan pelayanan yang
diberikan apabila menyangkut kepentingan masyarakat luas. Jati (2009)
menunjukkan kode etik
independen, (5) kompetensi dan ketentuan profesi, (6) kerahasiaan, dan (7)
perilaku profesional.
Budaya organisasi (kerja) adalah sistem nilai-nilai yang diyakini semua
anggota organisasi dan yang dipelajari, diterapkan, serta dikembangkan secara
berkesinambungan, berfungsi sebagai sistem perekat, dan dapat dijadikan sebagai
acuan berperilaku dalam organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan. Budaya organisasi berkaitan dengan sikap atau perilaku seseorang
dalam melaksanakan kerja sehari-hari yang bermutu dengan selalu berdasarkan
nilai-nilai yang dianut, sehingga menjadi motivator, memberi inspirasi untuk
senantiasa bekerja lebih baik dan memuaskan bagi semua pihak (Andaliza, 2005)
Gaya kepemimpinan (leadership style) juga dapat mempengaruhi kinerja.
Gaya kepemimpinan merupakan cara pimpinan untuk mempengaruhi orang lain
atau bawahannya sedemikian rupa sehingga orang tersebut mau melakukan
kehendak pimpinan untuk mencapai tujuan organisasi meskipun secara pribadi hal
tersebut mungkin tidak disenangi. Menurut Alberto et al. (2005) dalam
Trisnaningsih (2007) menyatakan kepemimpinan berpengaruh positif kuat
terhadap kinerja. Temuan ini memberi gambaran bahwa gaya kepemimpinan
seorang pemimpin sangat berpengaruh terhadap kinerja bawahannya. Di samping
itu, untuk mendapatkan kinerja yang baik diperlukan juga adanya pemberian
pembelajaran terhadap bawahannya. Demikian pula gaya kepemimpinan pada
KAP sangat diperlukan karena dapat memberikan nuansa pada kinerja auditor.
Penelitian akuntansi keperilakuan tentang gaya kepemimpinan dan budaya
organisasi sudah sering dilakukan terhadap bisnis manufaktur, tapi masih jarang
yang diyakini ataupun cara auditor bekerja dan secara tidak langsung dapat
membawa kepada perbedaan pemahaman tentang bagaimana menghasilkan
kinerja yang baik.
1.2
Rumusan Masalah
Penelitian ini merumuskan beberapa permasalah yaitu:
1. Bagaimana pengaruh profesionalisme auditor pada kinerja auditor di
Kantor Akuntan Publik di wilayah Pekanbaru ?
2. Bagaimana pengaruh independensi auditor pada kinerja auditor di Kantor
Akuntan Publik di wilayah Pekanbaru ?
3. Bagaimana pengaruh etika profesi auditor pada kinerja auditor di Kantor
Akuntan Publik di wilayah Pekanbaru ?
4. Bagaimana pengaruh budaya organisasi auditor pada kinerja auditor di
Kantor Akuntan Publik di wilayah Pekanbaru ?
5. Bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan auditor pada kinerja auditor di
Kantor Akuntan Publik di wilayah Pekanbaru?
1.3
1.3.2
Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1)
Kegunaan Teoritis
a. Melalui penelitian ini, peneliti mencoba memberikan bukti empiris tentang
pengaruh profesionalisme auditor, independensi auditor, etika profesi,
budaya organisasi dan gaya kepemimpinan terhadap kinerja auditor.
b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan memberikan
sumbangan konseptual bagi peneliti sejenis maupun civitas akademika
lainnya
dalam
rangka
mengembangkan
ilmu
pengetahuan
untuk
Kegunaan Praktis
a. Dapat digunakan sebagai masukan bagi pimpinan Kantor Akuntan Publik
dalam rangka menjaga dan meningkatkan kinerjanya.
b. Sebagai bahan evaluasi bagi para auditor sehingga dapat meningkatkan
kualitas auditnya maupun kinerjanya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
Pengertian auditing menurut Jusup (2001:1) adalah suatu proses sistematis
akuntan,
peneliti
operasional
dan
ahli
manajemen
telah
11
independensi,
etika
profesi,
budaya
organisasi,
gaya
2.1.3
Pengertian Profesionalisme
Profesi dan profesionalisme dapat dibedakan secara konseptual. Profesi
bukan orang luar yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan
pekerjaan mereka.
e) Hubungan dengan sesama profesi
Hubungan dengan sesama profesi adalah menggunakan ikatan profesi
sebagai acuan, termasuk didalamnya organisasi formal dan kelompok
kolega informal sebagai ide utama dalam pekerjaan. Melalui ikatan profesi
ini para profesional membangun kesadaran profesional.
2.1.4
Independensi Auditor
Independensi merupakan suatu tindakan baik sikap perbuatan atau mental
yang disajikan oleh manajemen. Jika akuntan tersebut tidak independen terhadap
kliennya, maka opininya tidak akan memberikan tambahan apapun (Mautz dan
Sharaf, 1993). Auditor secara intelektual harus jujur, bebas dari kewajiban
terhadap kliennya dan tidak mempunyai kepentingan dengan klien, baik terhadap
manajemen maupun pemilik (IAI, 2013: Seksi 220).
Carey (1960) dalam Mautz
(1961)
segi integritas dan hubungannya dengan pendapat akuntan atas laporan keuangan
meliputi:
1) Kepercayaan terhadap diri sendiri yang terdapat pada
beberapa orang
2.1.5
Etika Profesi
Arens (2010:67) mendefinisikan etika secara umum sebagai perangkat
prinsip moral atau nilai. Perilaku beretika diperlukan oleh masyarakat agar
semuanya dapat berjalan secara teratur. Setiap profesi yang memberikan
pelayanan jasa pada masyarakat harus memiliki kode etik yang merupakan
seperangkat prinsipprinsip moral yang mengatur tentang perilaku profesional.
Tanpa etika, profesi akuntan tidak akan ada karena fungsi akuntan adalah sebagai
penyedia informasi untuk proses pembuatan keputusan bisnis oleh para pelaku
bisnis.
Merujuk pada klasifikasi profesi secara umum, maka salah satu ciri yang
membedakan profesi-profesi yang ada adalah etika profesi yang dijadikan sebagai
standar pekerjaan bagi para anggotanya. Etika profesi diperlukan oleh setiap
profesi, khususnya bagi profesi yang membutuhkan kepercayaan dari masyarakat
seperti profesi auditor. Masyarakat akan menghargai profesi yang menerapkan
standar mutu yang tinggi dalam pelaksanaan pekerjaannya.
Auditor wajib menaati segala peraturan perundang-undangan yang
berlaku, menyimpan rahasia jabatan, menjaga semangat dan suasana kerja yang
baik. Kode etik berkaitan dengan masalah prinsip bahwa auditor harus menjaga,
menjunjung dan menjalankan nilai-nilai kebenaran dan moralitas seperti
bertanggung jawab (responsibility), berintegritas (integrity), bertindak secara
obyektif (objectivity), dan menjaga independensinya terhadap kepentingan
berbagai pihak (independence) serta berhati hati dalam menjalankan profesi.
Etika auditor dalam Standar Profesi Akuntan Publik disebut sebagai norma
akuntan menjadi patokan resmi para auditor Indonesia dalam berpraktik. Normanorma dalam SPAP tersebut menjadi acuan dalam penentuan standar utama dalam
pekerjaan auditor, antara lain:
1) Auditor harus memiliki keahlian teknis, independen dalam sikap mental serta
kemahiran professional dengan cermat dan seksama.
2) Auditor wajib menemukan ketidakberesan, kecurangan, manipulasi dalam
suatu pengauditan.
Dari penjelasan di atas, didapat kesimpulan bahwa etika profesi
merupakan perangkat kaidah perilaku sebagai pedoman yang harus dipenuhi
dalam mengemban profesi.
2.1.6
Budaya Organisasi
Dalam literatur teori organisasi budaya telah didefinisikan dalam berbagai
ragam oleh berbagai ahli. Menurut Hofstede (1990:4), setiap manusia membawa
mental program yang terbentuk sejak dini, dari masa kecil di lingkungan keluarga,
di lingkungan sekolah dan organisasi. Hofstede (1990:15) membagi budaya
organisasional ke dalam enam dimensi:
1) Inovasi dan pengambilan resiko. Sejauh mana anggota organisasi didorong
untuk inovatif dan mengambil resiko.
2) Perhatian ke hal yang rinci. Sejauh mana anggota organisasi diharapkan
mampu menunjukkan ketepatan, analisis dan perhatian pada hal yang
rinci.
3) Orientasi hasil. Sejauh mana para pimpinan berfokus pada hasil/keluaran
dan bagaimana orientasi para pimpinan pada proses/teknik yang dilakukan
untuk mencapai hasil.
4) Orientasi
orang.
Sejauh
mana
keputusan-keputusan
pimpinan
mempertahankan
lingkungan
yang
produktif
dalam
organisasi,
2.1.7
Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan (leadership styles) merupakan cara pimpinan untuk
masing-masing unit kerja itu dipimpin oleh seorang manajer. Gaya manajer untuk
mengelola sumber daya manusia dalam suatu unit kerja akan berpengaruh pada
peningkatan kinerja unit, yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja
perusahaan secara keseluruhan. Selanjutnya, teori kepemimpinan perilaku
(behavioral) berasumsi bahwa gaya kepemimpinan oleh seorang manajer dapat
dikembangkan dan diperbaiki secara sistematik.
2.1.8
Kinerja Auditor
Secara etimologi, kinerja berasal dari kata prestasi kerja (performance).
kualitas, kuantitas, waktu yang dipakai, jabatan yang dipegang, absensi dan
keselamatan dalam menjalankan tugas pekerjaan.
pengalaman
dan
kesungguhan
waktu
yang
diukur
dengan
kesesuaian
waktu
yang
telah
direncanakan.
Karakteristik
yang
membedakan kinerja auditor dengan kinerja manajer adalah pada output yang
dihasilkan.
2.2
etika profesi, budaya organisasi, dan gaya kepemimpinan terhadap kinerja auditor.
Perbedaan kedua yaitu
menggunakan
objek
pengaruh
profesionalisme,
komitmen
Variabel
Dependen
Independen
Kinerja dan Komponen
Tingkat
profesionalis
Materialita me auditor,
Pengalaman
s
Auditor
Teknik
Analisis
Regresi
Linear
Berganda
2.
Sutrisno
(2006)
Motivasi
Kerja,
Komitmen
dan Kinerja
Budaya
Organisasi
Regresi
Linear
Berganda
3.
Gani
(2006)
Kinerja
Organisasi
Gaya
Kepemimpina
n, Budaya
Organisasi,
dan Motivasi
Kerja
Structural
Equation
Modelling
(SEM)
4.
Rahmawa
ti (1997)
Kinerja
Auditor,
Kepuasan
Kerja,komi
tmen dan
keinginan
untuk
berpindah.
Profesionalis
me Internal
Auditor
Analisis
Structural
Equation
Modelling
(SEM)
5.
Yanthi
(2011)
Kinerja
Auditor
Independensi
Auditor,
Etika Profesi,
dan Gaya
Kepemimpina
n
Analisis
Regresi
berganda
No
1.
Hasil Penelitian
Secara
simultan,
variabel
pengabdian
pada
profesi,
kewajiban sosial, kemandirian,
keyakinan pada profesi, dan
hubungan dengan sesama profesi
berpengaruh
terhadap
kinerja
internal auditor. Sedangkan secara
parsial, hanya variabel pengabdian
pada
profesi,
kemandirian,
keyakinan pada profesi, dan
hubungan dengan sesama profesi
berpengaruh
terhadap
kinerja
auditor dan tingkat materialitas.
Budaya organisasi yang dianut
oleh
anggota
organisasi
mempunyai nilai-nilai dan tujuan
bersama terhadap peningkatan
kinerja organisasi.
Gaya
kepemimpinan
dapat
mempengaruhi budaya organisasi,
gaya kepemimpinan tidak dapat
mempengaruhi kinerja organisasi,
budaya organisasi mempunyai
pengaruh
terhadap
kinerja
organisasi.
Semua
dimensi
profesionalisme berhubungan
positif
dengan
kinerja,
kepuasan kerja dan komitmen
efektif.
Komitmen continuance hanya
dipengaruhi oleh dimensi
keyakinan terhadap peraturan
profesi
Keinginan untuk pindah dari
bagian internal auditing hanya
dipengaruhi oleh dimensi
profesionalisme
autonomy
demand, sedangkan keinginan
untuk pindah untuk keluar dari
perusahaan oleh dimensi self
regulation dedication.
Bahwa independensi auditor, Etika
Profesi, dan gaya kepemimpinan
berpengaruh
positif
terhadap
kinerja auditor.
BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1
Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir adalah hasil dan sintesis teori serta kajian pustaka yang
dikaitkan dengan masalah yang dihadapi dalam perumusan masalah penelitian ini.
Kerangka berpikir dalam penelitian ini didasarkan pada pemikiran bahwa segala
sesuatu yang dilakukan oleh manusia selalu berdasarkan suatu motivasi dan minat
tertentu, yang nantinya akan mempengaruhi kinerja individu tersebut.
Penelitian ini menggunakan teori sikap dan perilaku sebagai dasar
pemikiran. Teori sikap memberikan pemahaman tentang tendensi atau
kecenderungan untuk bereaksi. Sikap bukan perilaku tetapi lebih pada kesiapan
untuk menampilkan suatu perilaku, sehingga berfungsi mengarahkan dan
memberikan pedoman bagi perilaku yang nantinya akan terlihat dalam kinerja
(prestasi kerja) yang merupakan suatu hasil karya yang dicapai oleh seseorang
dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan
atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan waktu yang diukur dengan
mempertimbangkan kuantitas, kualitas dan ketepatan waktu. Penelitian ini
mengkaji tentang aspek perilaku manusia seperti profesionalisme, independensi,
etika profesi, budaya organisasi, gaya kepemimpinan dan kinerja auditor.
Menurut Wibowo (2009) bahwa independensi auditor dan gaya
kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja auditor sejalan dengan penelitian
Yanthi (2011) yang menyatakan bahwa independensi auditor, etika profesi dan
27
uraian
di
atas,
maka
peneliti
dapat
merumuskan
3.2
Konsep Penelitian
Berdasarkan
kerangka
berfikir,
kemudian
disusun
konsep
yang
menjelaskan hubungan antar variable dalam penelitian ini. Konsep penelitian ini
merupakan hubungan logis dari landasan teori dan kajian empiris yang telah
dijelaskan pada kajian pustaka. Konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada
H1
H2
H3
H4
H5
3.3
Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari pokok permasalahan
3.3.1
profesionalisme
dan
motivasi
kerja
merupakan
kemauan
individu
untuk
menggunakan usaha yang tinggi dalam upaya mencapai tujuan-tujuan perusahaan dan
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Apabila tuntutan kerja yang dibebankan pada
individu tidak sesuai dengan kemampuannya (ability) maka kinerja yang diharapkan
akan sulit tercapai.
manajemen secara ketat, akan sulit menciptakan tugas yang menimbulkan rasa
kemandirian dalam tugas. Kemandirian yang sudah terwujud dalam diri auditor
akan terwujud pula dalam penentuan tingkat materialitas, sehingga benar-benar
mencerminkan keadaan yang sesungguhnya.
Keyakinan pada profesi adalah suatu keyakinan bahwa yang paling
berwenang menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama profesi, bukan
orang luar yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan
auditor (Hall dalam Astriyani, 2007). Bila yang menilai pekerjaan mempunyai
pengetahuan yang sama, maka kesalahan akan dapat diketahui. Adanya keyakinan
pada profesi tersebut memberikan motivasi bagi auditor untuk memberikan hasil
pekerjaan serta pertimbangan yang dapat dipertanggungjawabkan. Penelitian
lainnya yang dilakukan oleh Rahmawati (1997) dan Cahyasumirat (2006) juga
menyatakan bahwa keyakinan pada profesi berpengaruh terhadap kinerja auditor.
Hubungan dengan sesama profesi adalah menggunakan ikatan profesi
sebagai acuan, termasuk didalamnya organisasi formal dan kelompok kolega
informal sebagai ide utama dalam pekerjaan (Hall dalam Astriyani, 2007).
Melalui ikatan profesi ini para profesional membangun kesadaran profesional.
Dengan banyaknya tambahan masukan akan menambah akumulasi pengetahuan
auditor sehingga dapat lebih bijaksana dalam membuat perencanaan dan
pertimbangan dalam proses pengauditan. Penelitian yang dilakukan sebelumnya
oleh Cahyasumirat (2006) dan Rahmawati (1997) juga menyatakan bahwa
3.3.2
3.3.3
dilaksanakan oleh setiap auditor (Arens, 2003). Agoes (2004) menunjukkan kode
etik IAPI dan aturan etika Kompartemen Akuntan Publik, Standar Profesi
Akuntan Publik (SPAP) dan standar pengendalian mutu auditing merupakan
acuan yang baik untuk mutu auditing. Etika profesi merupakan karakteristik suatu
profesi yang membedakan suatu profesi dengan profesi lain, yang berfungsi untuk
mengatur tingkah laku para anggotanya (Herawaty dan Susanto, 2009). Kode etik
harus dipenuhi dan ditaati oleh setiap profesi yang memberikan jasa pelayanan
kepada masyarakat dan merupakan alat kepercayaan bagi masyarakat luas.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setiap profesional wajib menaati etika
profesinya terkait dengan pelayanan yang diberikan apabila menyangkut
kepentingan masyarakat luas. Pemahaman akan etika profesi tentunya akan
mengarahkan sikap dan perilaku auditor dalam melaksanakan tugas guna
mencapai hasil yang lebih baik. Dalam melaksanakan pemeriksaan, seorang
auditor harus menjunjung tinggi etika profesinya sebagai auditor agar tercipta
transparasi dalam pengelolaan keuangan Negara. Pemahaman etika ini akan
mengarahkan sikap, tingkah laku dan perbuatan auditor dalam mencapai hasil
yang lebih baik. Yanhari (2007) juga menemukan bahwa etika profesi
berpengaruh terhadap kode etik atau etika auditor akan mengarahkan pada sikap,
tingkah laku, dan perbuatan auditor dalam menjalankan tugas dan kewajibannya
kaitannya untuk menjaga mutu auditor yang tinggi. Berdasarkan pemikiran diatas,
maka hipotesis alternatif sebagai berikut:
H3
3.3.4
sendiri, yang meliputi : identitas, ideologi, etos, budaya, pola perilaku, eksistensi,
aturan, filosofi, tujuan spirit, sumber informasi, gaya dan visi perusahaan. Jadi
pada sisi internal karyawan akan memberikan sugesti kepada semua perilaku yang
diusulkan oleh organisasi agar dapat dikerjakan, penyelesaian yang sukses, dan
akibatnya akan memberikan keuntungan pada karyawan itu sendiri (Hofstede,
1990). Akibatnya karyawan akan memiliki kepercayaan pada diri sendiri,
kemandirian dan smengagumi dirinya sendiri. Sifat-sifat ini akan dapat
meningkatkan
harapan
karyawan
agar
kinerjanya
semakin
meningkat.
3.3.5
tugas pemeriksaan yang telah diselesaikan oleh auditor dalam kurun waktu
tertentu. Kriteria penilaian kinerja auditor dalam penelitian ini diukur dengan
menggunakan: (a) Kemampuan, yaitu kecakapan seseorang dalam menyelesaikan
pekerjaan. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, pengalaman kerja, bidang
pekerjaan, dan faktor usia. (b) Komitmen profesional, yaitu tingkat loyalitas
individu pada profesinya. (c) Motivasi, yaitu keadaan dalam pribadi seseorang
yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu
untuk mencapai suatu tujuan. (d) Kepuasan kerja, yaitu tingkat kepuasan individu
dengan posisinya dalam organisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Acito, Andrew A., Burks, Jeffrey J., and Johnson, W. Bruce. 2008.
Materiality Decisions and the Correction of Accounting Errors. www.ssrn.com
(diakses tanggal 13 Agustus 2013)
Agustia, Dian. 2006. Pengaruh Profesionalisme Auditor terhadap
Variabel Variabel Individual Work Outcomes. Majalah Ekonomi, tahun XVI
No. 1 April 2006
Arens dan Loebbecke. 2003. Auditing pendekatan Terpadu. Edisi
Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
Armawan, Made Yudi. 2010. Pengaruh Profesionalisme, Etika Profesi,
Tingkat Pendidikan dan Pengalaman Kerja pada Kinerja Pengawas Koperasi Sebagai
Internal Auditor (Studi Survei pada Koperasi Simpan Pinjam di Kecamatan Denpasar
Selatan). Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.
Astriyani, Ni Wayan. 2007. Pengaruh Profesionalisme Auditor terhadap
Tingkat Materialitas dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan pada Kantor Akuntan
Publik di Bali. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.
Badera, I Dewa Nyoman dan Surya Antari, Ida Ayu. 2007. Pengaruh Fee
Audit, Ukuran Kantor Akuntan Publik dan Lamanya Penugasan Audit terhadap
Independensi Penampilan Auditor. AUDI. Vol 2 No. 1 Januari 2007
Bhagat, S. Dan Black, B. 2001. The Non-Correlation Between Board
Independence and Long Term Firm Performance. Journal of Corporation Law. (27) :
174-231.
Cahyasumirat, Gunawan. 2006. Pengaruh Profesionalisme dan Komitmen
Organisasi Terhadap Kinerja Internal Auditor, Dengan Kepuasan Kerja Sebagai
Variabel Intervening. Tesis. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro
Carrey, P dan Mautz, R,K. 1961. The Philosophy of Auditing. American
Accounting Association, Minneapolis.
Christiawan, Yulius Jogi dan Beta Benaja. 1999. Audit Bisnis. Jurnal
Akuntansi & Keuangan, 1(2): h:103-116.