Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stroke adalah penyebab kematian tersering ketiga pada orang
dewasa di Amerika Serikat. Angka kematian setiap tahun akibat stroke
baru atau rekuren adalah lebih dari 200 ribu. Di Amerika Serikat
perempuan membentuk lebih dari separuh kasus stroke yang meninggal,
lebih dari dua kali dari jumlah perempuan yang meninggal akibat kanker
payudara. Empat juta orang Amerika mengalami deficit neurologic akibat
stroke. Kemungkinan meninggal adalah 30-35%, dan kemungkinan
kecacatan mayor pada yang selamat adalah 35-40% (Price dan Wilson,
2006). Di dunia, stroke menempati urutan kedua setelah penyakit jantung,
baru kemudian diikuti oleh kanker sebagai urutan ketiga.
Melihat fenomena di atas, storke merupakan penyakit yang
menjadi penyebab tingginya angka kematian. Selain itu, stroke menyerang
dengan tiba-tiba. Orang yang menderita stroke sering tidak menyadari
bahwa dia terkena stroke. Tiba-tiba saja, penderita merasakan dan
mengalami kelainan seperti lumpuh pada sebagian sisi tubuhnya
(hemiplegia), pandangan kabur, dan lain sebagainya tergantung bagian
otak mana yang terkena.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Stroke adalah terjadinya kerusakan pada jaringan yang disebabkan
berkurangnya aliran darah ke otak/retaknya pembuluh darah yang menyuplai
darah ke otak dengan berbagai sebab yang ditandai dengan kelumpuhan
sensorik atau motorik tubuh sampai dengan terjadinya penurunan kesadaran.
Stroke Iskemik (penyumbatan pembuluh darah) adalah stroke yang
terjadi apabila salah satu cabang dari pembuluh darah otak mengalami
penyumbatan, sehingga bagian otak yang seharusnya mendapat suplai darah
dari cabang pembuluh darah tersebut, akan mati karena tidak mendapatkan
suplai oksigen dan aliran darah sebagaimana seharusnya.

B. Etiologi
Stroke biasanya diakibatkan oleh :
1. Trombosis (bekuan darah didalam pembuluh darah otak atau leher)
2. Embolisme Serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak
dari bagian tubuh yang lain)
3. Iskemia (penurunan aliran darah ke area otak)
4. Hemoragi Serebral (pecahnya pembuluh

darah

serebral

dengan

pendarahan ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak).

C. Tanda dan Gejala


1. Gejala stroke sementara (sembuh dalam beberapa menit/jam)
a. Sakit kepala secara tiba-tiba, pusing, bingung
b. Penglihatan kabur atau kehilangnya ketajaman penglihatan pada satu
atau kedua mata
c. Kehilangan keseimbangan (limbung), lemah
d. Rasa kebal atau kesemutan pada sisi tubuh
2. Gejala stroke ringan

a. Mengalami beberapa atau semua gejala stroke sementara


b. Kelemahan/kelumpuhan tangan/kaki
c. Bicara tidak jelas
3. Gejala stroke berat (sembuh/mengalami perbaikan dalam beberapa
bulan/tahun, atau tidak bisa sembuh sama sekali)
a. Mengalami beberapa atau semua gejala stroke sementara dan ringan
b. Koma jangka pendek (kehilangan kesadaran)
c. Kelemahan/kelumpuhan tangan/kaki
d. Bicara tidak jelas/hilangnya kemampuan bicara
e. Sukar menelan
f. Kehilangan kontrol terhadap pengeluaran air seni dan fases
g. Kahilangan daya ingat dan konsentrasi
h. Terjadi perubahan perilaku misalnya : bicara tidak menentu, mudah
marah, tingkah laku seperti anak kecil, dan lain-lain

D. Patofisiologi
Stroke adalah penyakit gangguan peredaran darah ke otak, disebabkan
oleh karena penyumbatan yang dapat mengakibatkan terputusnya aliran darah
ke otak sehingga menghentikan suplay oksigen, glukosa dan nutrisi lainya
kedalam sel otak yang mengalami serangan pada gejala gejala yang dapat
pulih, seperti kehilangan kesadaran, jika kekurangan oksigen berlanjut lebih
dari beberapa menit dapat meyebabkan nekrosis mikroskopis neuron neuron,
area nekrotik disebut infak.
Mekanisme iskemik (non-hemoragik) terjadi karena adanya oklusi atau
sumbatan di Pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak
sebagian atau keseluruhan terhenti.Keadaan tersebut menyebabkan terjadinya
stroke, yang disebut stroke iskemik.
1. Stroke iskemik
Stroke iskemik terjadi karena tersumbatnya pembuluh darah yang
menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti.
80% stroke adalah stroke Iskemik. Penyumbatan dapat terjadi karena

penumpukan timbunan lemak yang mengandung koleserol (plak) dalam


pembuluh darah besar (ateri karotis) atau pembuluh darah sedang (arteri
serebri) atau pembuluh darah kecil.
Plak menyebabkan dinding dalam arteri menebal dan kasar
sehingga aliran darah tidak lancar, mirip aliran air yang terhalang oleh
batu. Darah yang kental akan tertahan dan menggumpal (trombosis),
sehingga alirannya menjadi semakin lambat. Akibatnya otak akan
mengalami kekurangan pasokan oksigen. Jika kelambatan pasokan ini
berlarut, sel-sel jaringan otak akan mati. Tidak heran ketika bangun tidur,
korban stroke akan merasa sebelah badannya kesemutan. Jika berlajut
akan menyebabkan kelumpuhan.
Penyumbatan aliran darah biasanya diawali dari luka kecil dalam
pembuluh darah yang disebabkan oleh situasi tekanan darah tinggi,
merokok atau arena konsumsi makanan tinggi kolesterol dan lemak.
Seringkali daerah yang terluka kemudian tertutup oleh endapan yang
kaya kolesterol (plak). Gumpalan plak inilah yang menyumbat dan
mempersempit jalanya aliran darah yang berfungsi mengantar pasokan
oksigen dan nutrisi yang diperlukan otak. Stroke iskemik ini dibagi
menjadi 2 jenis, yaitu :
a. Stroke Trombotik
Pada stroke trombotik didapati oklusi ditempat arteri serebral
yang bertrombus. Trombosis merupakan bekuan darah di dalam
pembuluh darah otak atau leher dan penyebab stroke yang paling
sering. Arteriosclerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral
adalah penyebab utama trombosis serebral. Tanda-tanda trombosis

serebral bervariasi, sakit kepala adalah awitan yang tidak umum.


Beberapa pasien mengalami pusing, perubahan kognitif atau kejang
dan beberapa awitan umum lainnya. Secara umum trombosis serebral
tidak terjadi secara tiba-tiba, dan kehilangan bicara sementara,
hemiplegia atau parestesia pada setengah tubuh dapat mendahului
awitan paralysis berat pada beberapa jam atau hari. Proses
aterosklerosis ditandai oleh plak berlemak pada pada lapisan intima
arteria besar. Bagian intima arteria sereberal menjadi tipis dan
berserabut, sedangkan sel-sel ototnya menghilang. Lamina elastika
interna robek dan berjumbai, sehingga lumen pembuluh sebagian
terisi oleh materi sklerotik tersebut. Plak cenderung terbentuk pada
percabangan atau tempat-tempat yang melengkung. Trombi juga
dikaitkan

dengan

tempat-tempat

khusus

tersebut.

Pembuluh-

pembuluh darah yang mempunyai resiko dalam urutan yang makin


jarang adalah sebagai berikut : arteria karotis interna, vertebralis
bagian atas dan basilaris bawah. Hilangnya intima akan membuat
jaringan ikat terpapar. Trombosit menempel pada permukaan yang
terbuka sehingga permukaan dinding pembuluh darah menjadi kasar.
Trombosit akan melepasakan enzim, adenosin difosfat yang
mengawali mekanisme koagulasi. Sumbatan fibrinotrombosit dapat
terlepas dan membentuk emboli, atau dapat tetap tinggal di tempat
dan akhirnya seluruh arteria itu akan tersumbat dengan sempurna.
b. Stroke Embolik

Tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah. Penderita


embolisme biasanya lebih muda dibanding dengan penderita
trombosis. Kebanyakan emboli serebral berasal dari suatu trombus
dalam jantung, sehingga masalah yang dihadapi sebenarnya adalah
perwujudan dari penyakit jantung. Setiap bagian otak dapat
mengalami embolisme, tetapi embolus biasanya akan menyumbat
bagian-bagian yang sempit. Tempat yang paling sering terserang
embolus sereberal adalah arteria serebral media, terutama bagian atas.
E. Komplikasi
Ada 3 komplikasi utama:
1. Vasospasme
2. Hidrosefalus
3. Disritmia

F. Penatalaksanaan
Tindakan medis terhadap pasien stroke meliputi :
1. Diuretik untuk menurunkan edema serebral yang mencapai tingkat
maksimum 3-5 hari setelah infark serebral.
2. Antikoagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya/memberatnya
trimbosis atau embolisasi dari tempat lain dalam sistem kardiovaskuler.
3. Medikasi anti trombosit dapat diresepkan karena trombosit memainkan
peran sangat penting dalam pembentukan trombus dan embolisasi.
4. Memberikan obat tertentu yang berfungsi menghancurkan bekuan darah
(misal: striptokinase atau plasminogen jaringan) diberikan dalam waktu 3
jam setelah timbulnya stroke, hal ini dapat mencegah dan memulihkan
kelumpuhan dan gejala lainnya.
5. Monitol atau kortikosteroid untuk mengurangi pembengkakan dan tekanan
didalam otak pada penderita stroke akut.

6. Respirator diberikan pada penderita stroke yang sangat berat untuk


mempertahankan pernapasan yang adekuat.
7. Terapi psikis atau obat-obatan diberikan setelah serangan stroke yang
biasanya terjadi perubahan suasana hati (terutama depresi).

G. Pencegahan
Pencegahan stroke iskemik adalah memungkinkan pendekatan yang
paling baik. Langkah-langkah yang dilakukan untuk mencegah stroke antara
lain :
1. Pengendalian hipertensi
2. Mencegah kolesterol tinggi
3. Mengendalikan dan mengatur makan dan minum
4. Jangan mengkonsumsi alcohol
5. Hindari memakai obat-obatan terlarang (kokain)
6. Hindari merokok
7. Kurangi makan-makanan yang berlemak, kolentrol, dan terlalu manis
8. Hindari kontrasepsi oral (khususnya disertai hipertensi, merokok dan
kadar estrogen tinggi)

H. Pemeriksaan Penunjang
1. CT Scan merupakan pemeriksaan baku emas untuk membedakan infark
dengan pendarahan.
2. Scan resonasi magnetik (MRI) lebih sensitif dari CT Scan dalam
mendeteksi infark serebri dini dan infark batang otak.
3. Ekokardiografi untuk mendeteksi adanya sumber emboli dari jantung.
Pada pasien, ekokardiografi transtorakal sudah memadai. Ekokardiografi
transesofageal memberikan hasil yang lebih mendetail, terutama kondisi

atrium kiri dan arkus aorta, serta lebih sensitif untuk mendeteksi trombus
mural atau vegetasi katup.
4. Ultrasonografi Doppler Karotis diperlukan untuk menyingkirkan stenosis
karotis yang simtomatis serta lebih dari 70% yang merupakan indikasi
untuk enarterektomi karotis.
5. Ultrasonografi Doppler Transkranial dapat dipakai untuk mendiagnosis
oklusi atau stenosis arteri intrakranial besar. Gelombang intrakanial yang
abnormal dan pola aliran kolateral dapat juga dipakai untuk menentukan
apakan suatu stenosis pada leher menimbulkan gangguan hemodinamik
yang bermakna.
6. Angiografi resonansi magnetik dapat dipakai untuk mendiagnosis stenosis
atau oklusi arteri ekstrakranial atau intrakranial.
7. Pemantauan Holter dapat dipakai untuk mendeteksi fibrilasi atrium
intermiten.

I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Data dasar yang dikaji pada klien dengan gangguan system persy arafan
Stroke Haemorrhagic adalah :
a. Aktivitas/ Istirahat
Gejala : Merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena kelemahan,
kehilangan sensasi atau paralisis (hemiplegia).
Merasa mudah lelah, susah untuk beristirahat (nyeri/kejang otot).
Tanda : Gangguan tonus otot (flaksid, spastis), paralitik (hemiplegia)
dan terjadi kelemahan umum.
Gangguan penglihatan.
Gangguan tingkat kesadaran.
b. Sirkulasi
Gejala : Adanya penyakit jantung, polisitemia, riwayat hipotensi
posturnal.

Tanda : Hipertensi Arterial sehubungan dengan adanya embolisme/


malformasi vaskular.
Nadi : frekuensi dapat bervariasi.
Disritmia, perubahan EKG
Desiran pada waktu karotis, femoralis dan arteri iliaka/aorta yang
abnormal.
c. Integritas ego
Gejala : Perasaan tidak berdaya, perasaan putus asa.
Tanda : Emosi yang labil dan ketidaksiapan untuk marah, sedih dan
gembira.
Kesulitan untuk mengekspresikan diri.
d. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih, seperti : inkontinensia urine,
anuria.
Distensi abdomen, bising usus negatif.
e. Makanan/ Cairan
Gejala : Nafsu makan hilang.
Mual muntah selama fase akut (peningkatan TIK).
Kehilangan sensasi pada lidah, pipi dan tengkorak.
Disfagia.
Adanya riwayat diabetes, peningkatan lemak dalam darah.
Tanda : Kesulitan menelan.
f. Neurosensori
Gejala : Sinkope/ pusing.
Sakit kepala.
Kelemahan/kesemutan/kebas.
Penglihatan menurun.
Sentuhan : hilangnya rangsang sensorik kontralateral pada ekstremitas
dan kadang-kadang pada ipsilateral.
Gangguan rasa pengecapan dan penciuman.
Tanda : Status mental/tingkat kesadaran : koma (haemorrhagic), tetap
sadar (non haemorrhagic) gangguan tingkah laku, gangguan fungsi
kognitif (penurunan memori, pemecahan masalah).
Ekstremitas : kelemahan/ paralisis.
Pada wajah terjadi paralisis atau parese.
Afasia.
Kehilangan kemampuan untuk mengenali/menghayati masuknya
rangsang visual, pendengaran, taktil ( agnosia ), seperti gangguan

10

kesadaran terhadap citra tubuh, kewaspadaan, kelalaian terhadap bagian


tubuh yang terkena, gangguan persepsi.
Kehilangan kemampuan menggunakan motorik saat pasien ingin
menggerakkannya.
Ukuran/ reaksi pupil tidak sama, dilatasi atau miosis pupil ipsilateral.
Kekakuan nukal.
Kejang.
g. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Sakit kepala dengan intensitas yang berbeda-beda.
Tanda : Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan pada
otot/fasia.
h. Pernafasan
Gejala : Merokok (faktor resiko).
Tanda : ketidakmampuan menelan/ batuk/ hambatan jalan nafas.
Timbulnya pernafasan sulit dan tidak teratur.
Suara nafas terdengar/ ronki ( aspirasi sekresi ).
i. Keamanan
Gejala : Motorik/ Sensorik : masalah dengan penglihatan
Perubahan persepsi terhadap orientasi tempat tubuh (stroke
kanan),kesulitan untuk melihat objek dari sisi kiri.
Tidak mampu mengenali objek, warna, kata dan wajah yang pernah
dikenalnya dengan baik.
Gangguan berespon terhadap panas dan dengan dingin/ gangguan
regulasi suhu tubuh.
Kesulitan dalam menelan, tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi
sendiri.
Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan,
tidak sabar/ kurang kesadaran diri ( stroke kanan ).
i. Interaksi Sosial
Gejala : Masalah bicara, ketidakmampuan untuk berkomunikasi.
j. Penyuluhan/ Pembelajaran
Gejala : Adanya riwayat hipertensi pada keluarga, stroke (faktor risiko);
pemakaian kontrasepsi oral, kecanduan alkohol (faktor risiko).
k. Pertimbangan Rencana Pemulangan
DRG menunjukkan rerata lama dirawat : 7,3 hari.

11

Mungkin memerlukan obat/ penanganan terapeutik. Bantuan dalam hal


transportasi, penyiapan makanan, perawatan diri dan tugas-tugas rumah,
mempertahankan kewajiban.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Dx I : Ketidakefektikfan perfusi jaringan serebral b/d gangguan oklusif,
vasospasme serebral, edema serebral.
b. Dx II : Hambatan mobilitas fisik b/d kelemahan, parestesia, kerusakan
perceptual/ kognitif.
c. Dx III : Defisiensi pengetahuan mengenai kondisi dan pengobatan b/d
keterbatasan

kognitif,

kesalahan

interpretasi

informasi,

kurang

kemampuan mengingat kembali, kurang familier dengan sumbersumber informasi.


3. Perencanaan Keperawatan
a. Dx I : Ketidakefektikfan perfusi jaringan serebral b/d gangguan
oklusif, vasospasme serebral, edema serebral.
Tujuan : Perfusi jaringan serebral kembali normal.
Kriteria hasil :
Dapat mempertahankan tingkat kesadaran, fungsi kognitif dan

motorik/sensorik membaik.
Menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil.
Tidak ada kekambuhan defisit (sensori, bahasa, intelektual dan
emosi).

Intervensi
a. Pantau/catat
neurologis

Rasional
status a. Mengetahui kecenderungan tingkat
sesering

kesadaran dan potensial peningkatan

mungkin dan bandingkan

TIK dan mengetahui lokasi, luas dan

dengan keadaan normalnya


b. Pantau tanda-tanda vital

kemajuan/ resolusi kerusakan SPP.


b. Variasi mungkin terjadi oleh karena
tekanan/

c. Evaluasi

pupil,

catat

ukuran, bentuk, kesamaan,

trauma

serebral

pada

daerah vasomotor otak.


c. Reaksi pupil diatur oleh saraf

12

dan

reaksinya

terhadap

cahaya.
d. Kaji fungsi-fungsi

kranial okulomotor (III) dan berguna


dalam menentukan apakah batang

yang

otak tersebut masih baik.


lebih tinggi, seperti fengsi d. Perubahan dalam isi kognitif dan

bicara jika pasien sadar.


e. Letakkan kepala dengan

bicara merupakan indikator dari

dalam posisi anatomis.


f. Berikan oksigen sesuai

peningkatan drainase dan perfusi

gangguan serebral.
posisi agak ditinggikan dan e. Menurunkan tekanan arteri dan

indikasi.

serebral.
f. Menurunkan hipoksia yang dapat
menyebabkan vasodilatasi serebral.

b. Dx II : Hambatan mobilitas fisik b/d kelemahan, parestesia, kerusakan


perceptual/ kognitif.
Tujuan : Mobilitas fisik kembali normal
Kriteria hasil :
Dapat meningkatkan kekuatan dan fungsi tubuh yang terkena.
Pasien dapat menunjukkan teknik/ prilaku yang memungkinkan

melakukan aktivitas.
Dapat mempertahankan integritas kulit.

Intervensi
a. Kaji kemampuan secara
fungsional melalui skala

Rasional
a. Mengedentifikasi kekuatan/
kelemahan dan dapat memberikan

aktivitas ( 0-4 )
b. Ubah posisi minimal

informasi mengenai pemulihan.


b. Menurunkan resiko terjadinya

setiap 2 jam
c. Lakukan latihan gerak

trauma/ iskemia jaringan (dekubitus).


c. Meminimalkan atrofi otot,

aktif dan pasif pada

meningkatkan sirkulasi, membantu

semua ekstremitas
d. Tinggikan tangan dan
kepala.
e. Alasi kursi duduk atau
tempat tidur dengan busa

mencegah kontraktur.
d. Perubahan dalam isi kognitif dan
bicara merupakan indikator dari
gangguan serebral.
e. Meningkatkan aliran balik vena dan

13

atau balon air.


f. Berikan tempat tidur

membantu mencegah edema.


f. Mencegah/ menurunkan tekanan

dengan matras bulat.

koksigeal/ kerusakan kulit.

c. Dx III : Defisiensi pengetahuan mengenai kondisi dan pengobatan b/d


keterbatasan

kognitif,

kesalahan

interpretasi

informasi,

kurang

kemampuan mengingat kembali, kurang familier dengan sumbersumber informasi.


Tujuan : Klien memiliki pengetahuan kondisi dan pengobatan.
Kriteria hasil :
Klien tidak tampak meminta informasi lagi mengenai kondisi

penyakit dan pengobatan.


Tampak dari pernyataan klien bahwa ia memiliki informasi yang
benar.

Intervensi
Rasional
a. Diskusi keadaan patologis a. Membantu
dalam
yang khusus dan kekuatan

harapan

pada individu.

mengingatkan pemahaman terhadap

b. Tinjau ulang keterbatasan


saat

ini

dan

diskusikan

rencana melakukan aktivitas


kembali.
c. Tinjau

meberikan

harapan

pada

masa

datang dan menimbulkan harapan


keterbatasan

pada

d. Diskusikan rencana untuk


perawatan diri.

dan

hidup

secara

normal.
pengobatan c. Merupakan suatu hal yang penting

yang diberikan.

memenuhi

realistis

keadaan dan kebutuhan saat ini.


b. Meningkatkan
pemahaman,

dari
ulang

yang

membangun

kebutuhan

kemajuan

pemulihan

komplikasi.
d. Berbagai tingkat bantuan mungkin
diperlukan

berdasarkan

kebutuhan secara individual.

pada

14

e. Berikan

instruksi

dan e. Memberikan pengetahuan visual dan

jadwal mengenai aktivitas,


pengobatan

dan

faktor-

faktor penting lainnya.

sumber rujukan setelah sembuh.

15

DAFTAR PUSTAKA

Mardjono & Sidharta. (2008). Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat.
Price & Wilson. (2006). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta: EGC.
Sidharta, P. (2008). Neurologi Klinis dalam Praktik Umum. Jakarta: Dian Rakyat
Smeltzer & Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Wilkinson, J., M., & Ahern, N., R. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan.
Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai