Anda di halaman 1dari 7

Soal !

1. Bagaimana peran sistem imun terhadap kanker dan immunosurveillence?


2. Perkembangan dari tumor
3. Proses dari neoplasma menimbulkan gejala-gejala ? sindrom praneoplastik
?
4. Bagamana tumor memberikan efek local dan efek sistemik pada tubuh ?
5. Dari gejala yang ada di scenario, apa diagnosisnya dan bagaimana cara
pemeriksaannya ?
6. Antigen tumor?
7. Hubungan faktor risiko dengan kanker?
8. Mengapa metastasis limfogen lebih parah dari pada metastasis
hematogen ?
9. Prinsip tumor marker (imunoserologi) ?
Jawaban :
1. immunosurveillance adalah sistem imun tubuh yang normal yang
melakukan pengenalan dan destruksi sel tumor yang baru jadi, yang
dianggap benda asing oleh sistem pertahanan tubuh. Walaupun antibody
bisa dibuat melawan tumor, tidak ada bukti mempunyai peran dalam
kondisi fisiologi. Adapun efektor selular yang memediasi imunitas :
a. limfosit T sitotoksik (CTL), Proteksi terhadap neoplasma terkait virus
EBV, HPV (CD8+ MHC restricted) yang dapat membunuh sel tumor
pada manusia.
b. Natural killer cells (NK cells), Limfosit dapat menghancurkan sel
tumor tanpa sensitisasi lebih dahulu (setelah diaktifkan oleh IL-2),
tumor yang gagal mengekspresikan antigen MHC kelas I tidak dapat
dikenali oleh sek T, tetapi tumor ini dapat memicu sel NK karena sel
ini di inhibisi mengenal molekul autologous kelas I normal. Jadi tumor
dapat downregulate MHC class I molecules untuk mencegah
pengenalan sel T, sehingga merupakan target utama untuk sel NK.
c. Macrophages, melalui aktivator Interferon dari sel NK dan sel T
sehingga akan membunuh tumor dengan mekanisme yang mirip
dengan mematikan mikroba, misalnya membentuk Oksigen realtif,
sekresi TNF dll
d. Mekanisme Humoral, aktivasi komplemen, induksi sitotoksisitas
selular dependen antibodi oleh sel NK
Mekanisme tumor menghindari immunosurveillence :
1. Pertumbuhan berlebih selektif varian yang antigen negatif
2. Hilang/ berkurang ekspresi antigen histokompatibilitas
3. Tidak ada kostimulasi
4. Imunosupresi
- agen onkogenik : radiasi ionisasi, bahan kimiawi
- produk tumor : TGF-

- respon imune yang diinduksi oleh sel tumor aktivatisi sel T


supresor
5. Apoptosis oleh sel T sitotoksik
referensi : Kumar, dkk. 2013. Buku Ajar Patologi Robbins. Edisi 9.
Singapore. Elsevier.
2. Perkembangan tumor

referensi : kuliah pakar dr. didik setyo heriyanto, Ph.D., Sp.PA judul :
Molecular Pathology of Cancer I & Molecular Basis of the development of
cancer.
3. sindrom paraneoplasma adalah sekelompok gejala yang terjadi pada pasien
kanker yang tidak dapat dijelaskan, apakah akibat penyebaran local atau
penyebaran jauh atau elaborasi hormone yang tidak berasal dari jaringan
asal tumor. Yang tersering dijumpai itu adalah hiperkalsemia, sindrom
cushing, dan endocarditis trombotik nonbakteri. Hiperkalsemia pada

penderita kanker bersifat multifaktorm tetapi mekanime yang terpenting


ialah sintesa protein yang berhubungan dengan hormone paratiroid oleh
sel tumor. Sindrom cushing yang timbul sebagai fenomena paraneoplasma
biasanya berhubungan dengan produksi ACTH ektopik atau polipeptida
yang mirip ACTH oleh sel kanker.
referensi : Kumar, dkk. 2013. Buku Ajar Patologi Robbins. Edisi 9.
Singapore. Elsevier.
4. Efek local yang diberikan tumor
a. destruksi dari jaringan sekitar
b. terganggunya sirkulasi darah
c. pembesaran pertumbuhan ex. Ulcer
d. obstruksi dari organ berongga ex. adenoCa colon
e. infeksi sekunder
f. penekanan saraf
efek sistemik yang diberikan tumor :
a. cachexia
b. demam
c. penurunan BSR
d. anemia
e. penurunan resisten tubuh
referensi : kuliah pakar dr. didik setyo heriyanto, Ph.D., Sp.PA judul :
Molecular Pathology of Cancer I & Molecular Basis of the
development of cancer.
5. diagnosisnya adalah suspect Ca serviks, diagnosis kanker adalah usaha
untuk mengidentifikasi jenis kanker yang diderita dengan cara
pemeriksaan tertentu. Pemeriksaan yang dilakukan pada kanker leher
rahim meliputi :
a. Pemeriksaan Ginekologi
Dengan melakukan Vaginal tauche atau rectal tauche yang berguna
untuk mengetahui keadaan leher rahim serta sangat penting untuk
mengetahui stadium kanker leher rahim.
b. Pemeriksaan Pap smear
Pemeriksaan pap smear adalah pemeriksaan sitologi epitel porsio dan
leher rahim untuk menentukan tingkat praganas dan ganas pada portio
dan leher rahim serta diagnosa dini karsinoma leher rahim.
c. Pemeriksaan Kolposkopi
Kolposkopi adalah mikroskop teropong stereoskopis dengan
pembesaran yang rendah 10-40 X, dengan kolposkopi maka metaplasia
scuomosa infeksi HPV, neoplasma Intraepiteliel leher rahim akan
terlihat putih dengan asam asetat atau tanpa corak pembuluh darah.
Kelemahanya: hanya dapat memeriksa daerah terlihat saja yaitu portio,
sedangkan kelainan pada SCJ dan intraepitel tidak bisa dilihat.
d. Pemeriksaan Biopsi

Pemeriksaan ini dikerjakan dengan mata telanjang pada beberapa


tempat di leher rahim yaitu dengan cara mengambil sebagian/seluruh
tumor dengan menggunakan tang oligator, sampai jaringan lepas dari
tempatnya.
e. KonisasiAdalah suatu tindakan operasi untuk mengambil sebagian
besar jaringan leher rahim sehingga berbentuk menyerupai kuretase
dengan alat di ektoleher rahim dan punkankerknya pada kanalis
servikalis, kemudian dilakukan pemotongan maupun pemeriksaan
mikroskopis secara serial sehingga diagnosa lebih tepat.Konisasi di
laksanakan bila hasil pap smear mencurigakan, biasanya dikerjakan
pada karsinoma insitu serta untuk mengatahui apakah sudah ada
penembusan sel kanker dibawah membran basalis.
f. Diagnosa PastiDiagnosa pasti dapat ditegakkan berdasarkan hasil
pemeriksaan histopatologi ( patologi Anatomi ).
Referensi : Kustiati, S. 2011. Deteksi Dini Kanker Leher Rahim
dengan Metode IVA di Wilayah Kerja Puskesmas Ngoresan Surakarta.
Volume 8. Nomor 1. Viewed 26 Februari 2015. From
<http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=119502&val=5466>
6. Transformasi maligna suatu sel dapat disertai dengan perubahan fenotip
sel normal dan hilangnya komponen antigen permukaan atau timbulnya
neoantigen yang tidak ditemukan pada sel normal atau perubahan lain
pada membran sel. Perubahan-perubahan tersebut dapat menimbulkan
respon sistem imun. Secara serologis antigen tumor dapat dibedakan
menjadi:
Antigen kelas I, yang hanya ditemukan pada tumor itu saja dan
tidak pada sel normal atau keganasan lain
Antigen kelas II, yang juga ditemukan pada tumor lain. Antigen
tersebut juga dapat ditemukan pada beberapa sel normal dan oleh
karena itu antigen tersebut disebut diferensiasi autoantigen.
Antigen kelas III, yang ditemukan pada berbagai sel normal dan
ganas. Antigen kelas III lebih sering ditemukan dibanding dengan
antigen kelas I dan II.
Dengan adanya teknologi antibodi monoklonal, saat ini dapat ditegakkan
diagnosis dan rencana penatalaksanaan dengan teridentifikasinya antigen
sel tumor. Molekul MHC-II (Major Histocompatibility Complex class
II),HLA-DR, telah terbukti mempunyai hubungan yang erat dengan
keganasan kepala dan leher, terutama karsinoma skuamous sel. Antigen
lain yang dapat diidentifikasi pada karsinoma skuamous sel adalahCD44,
integrin 6 dan 1.
Sumber : Liza novita.2010.imunologi dan biologi kanker kepalaleher.from
https://yayanakhyar.files.wordpress.com/2010/03/doctorsfiles_imunologi_kanker_kepala-leher.pdf

7. faktor resiko :
a. Perilakuseksual
Banyak faktor yang disebutsebut mempengaruhi terjadinya kanker
serviks. Pada berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa
golonganwanitayangmulaimelakukanhubunganseksualpadausia<
20tahunataumempunyaipasanganseksualyangbergantigantilebih
berisikountukmenderitakankerserviks.
b. Kontrasepsi.
Kondom dan diafragma dapat memberikan perlindungan. Kontrasepsi
oral yang dipakai dalam jangka panjang yaitu lebih dari 5 tahun dapat
meningkatkan risiko relatif 1,53 kali. WHO melaporkan risiko relatif
pada pemakaian kontrasepsi oral sebesar 1,19 kali dan meningkat
sesuai dengan lamanya pemakaian.(4,9).
c. Merokok.
Tembakau mengandung bahan-bahan karsinogen baik yang dihisap
sebagai rokok/sigaret atau dikunyah. Asap rokok menghasilkan
polycyclic aromatic hydrocarbon heterocyclic nitrosamines. Pada
wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah serviks 56 kali lebih
tinggi dibandingkan di dalam serum. Efek langsung bahan-bahan
tersebut pada serviks adalah menurunkan status imun lokal sehingga
dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus.(3,8)
d. Nutrisi
Antioksidan dapat melindungi DNA/RNA terhadap pengaruh buruk
radikal bebas yang terbentuk akibat oksidasi karsinogen bahan kimia.
Banyak sayur dan buah mengandung bahan-bahan antioksidan dan
berkhasiat mencegah kanker misalnya advokat, brokoli, kol, wortel,
jeruk, anggur, bawang, bayam, tomat. Dari beberapa penelitian
ternyata defisiensi asam folat (folic acid), vitamin C, vitamin E, beta
karoten/retinol dihubungkan dengan peningkatan risiko kanker serviks.
Vitamin E, vitamin C dan beta karoten mempunyai khasiat antioksidan
yang kuat. Vitamin E banyak terdapat dalam minyak nabati (kedelai,
jagung, biji-bijian dan kacang- kacangan). Vitamin C banyak terdapat
dalam sayur-sayuran dan buah-buahan.(1,3,6)
e. Hygiene yang buruk
Ketika terdapat virus ini pada tangan seseorang, lalu menyentuh daerah
genital, virus ini akan berpindah dan dapat menginfeksi daerah serviks
atau leher rahim Anda. Cara penularan lain adalah di closet pada WC
umum yang sudah terkontaminasi virus ini. Seorang penderita kanker
ini mungkin menggunakan closet, virus HPV yang terdapat pada
penderita berpindah ke closet .
Referensi : Wulandari, SA. 2011. Pengertiandanpemahamanresikoca
cervixpadaWanitausiasuburdiIndonesia.Viewed26februari2015.
From
<http://elib.fk.uwks.ac.id/asset/archieve/jurnal/Vol2.no1.Januari2010/P
ENGERTIAN%20DAN%20PEMAHAMAN%20RESIKO%20CA
%20CERVIX%20PADA.pdf>


8. Terutama pada carcinoma
Pola penyebaran metastasis kelenjar limfe mengikuti rute normal dari
lymphatic drainage.
contoh: Ca mamma - metastasis KGB axilla
Ca paru metastasis ke KGB hilus
Ca nasofaring metastasis KGB colli
referensi : Kumar, dkk. 2013. Buku Ajar Patologi Robbins. Edisi 9.
Singapore. Elsevier.
9. penanda tumor adalah uji biokimia untuk enzim yang berkaitan dengan
tumor, hormone, dan petanda tumor di darah tidak dapat dipakai untuk
diagnosis pasti kanker; namun, bermanfaat untuk menyaring dan pada
beberapa keadaan untuk menentukan kualitas reaksi pengobatan atau
mendeteksi kekambuhan.
Dalam teori, petanda tumor yang ideal harus mempunyai beberapa
atribut:
a. Petanda tumor harus dibuat oleh tumor tersebut dan tidak terdapat pada
individu sehat atau pada individu yang mengalami kelainan non
neoplastic.
b. Petanda tumor disekresikan kedalam sirkulasi dalam jumlah banyak
sehingga kadar dalam serum meningkat dalam keadaan adanya
sejumlah relatif kecil sel-sel yang bersifat kanker.Kadar petanda tumor
akan seusuai dengan volume dan luasnya neoplasia sehingga kadar
serialnya secara akurat akan mencerminkan perkembangan klinis
penyakit dan regresi ke kadar normal akan terkait dengan kesembuhan.
Klasifikasi lain dari petanda tumor berdasarkan :
a. Produk yang dihasilkan oleh sel tumor itu sendiri (tumor derived
product). Berupa antigen onkofetal, yang terdiri dari senyawa-senyawa
yang dihasilkan oleh sel embrio dan sel tumor. Senyawa ini juga
dihasilkan oleh sel normal yang undifferentiated tetapi dalam jumlah
yang sangat kecil. Dan kadar senyawa ini akan meningkat secara
bermakna pada penderita kanker.
Contoh :
- Carcinoembryonic Antigen (CEA)
- Alfa Fetoprotein (AFP)
b. Produk yang menyertai proses keganasan (tumor associated
product).
Produk ini merupakan senyawa yang dibentuk secara sekunder sebagai
akibat dari proses keganasan, dan kadarnya juga akan meningkat
secara bermakna pada penderita kanker.
Contoh :
- Carbohydrate Antigen 19 9 (CA 19 9)
- Cancer Antigen 125 (CA 125)
- Ferritin
- B2 Microglobulin

Petanda Tumor Hormonal


Yang termasuk dalam golongan petanda tumor hormonal adalah
a. Human Chorionic Gonadotropin
b. Human Plasental Lactogen
c. Steroid
d. Inhibin
Penggunaan macam macam petanda tumor, dapat diklasifikasikan sebagi
berikut :
a. Deteksi dini atau ujisaring untuk kanker primer
b. Diagnosis
c. Menentukan tingkat keganasan (tumor staging) sebelum dilakukan
terapi
d. Deteksi adanya kekambuhan dan metastase
e. Evaluasi prognosis
f. Pemantauan respon terhadap terapi
referensi : Kumar, dkk. 2013. Buku Ajar Patologi Robbins. Edisi 9.
Singapore. Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai

  • REFARAT
    REFARAT
    Dokumen14 halaman
    REFARAT
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LO Nyeri
    LO Nyeri
    Dokumen14 halaman
    LO Nyeri
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LO Kejang
    LO Kejang
    Dokumen8 halaman
    LO Kejang
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LO Blok17scene1
    LO Blok17scene1
    Dokumen7 halaman
    LO Blok17scene1
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LO Blok20scene4Psiko
    LO Blok20scene4Psiko
    Dokumen10 halaman
    LO Blok20scene4Psiko
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • KLH
    KLH
    Dokumen7 halaman
    KLH
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LO Blok16scene1
    LO Blok16scene1
    Dokumen19 halaman
    LO Blok16scene1
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LOPK Blok20scene1
    LOPK Blok20scene1
    Dokumen6 halaman
    LOPK Blok20scene1
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LO Blok21scene2
    LO Blok21scene2
    Dokumen8 halaman
    LO Blok21scene2
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LO Blok20scene1psiko
    LO Blok20scene1psiko
    Dokumen8 halaman
    LO Blok20scene1psiko
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • Struktur dan Fisiologi Organ Sensorik
    Struktur dan Fisiologi Organ Sensorik
    Dokumen4 halaman
    Struktur dan Fisiologi Organ Sensorik
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LO Blok19scene3
    LO Blok19scene3
    Dokumen15 halaman
    LO Blok19scene3
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • Fungsi otot dan faktor yang mempengaruhinya
    Fungsi otot dan faktor yang mempengaruhinya
    Dokumen5 halaman
    Fungsi otot dan faktor yang mempengaruhinya
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LOblok 20 Scene 2 Alergi
    LOblok 20 Scene 2 Alergi
    Dokumen9 halaman
    LOblok 20 Scene 2 Alergi
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LO Blok20scene1Alergi
    LO Blok20scene1Alergi
    Dokumen3 halaman
    LO Blok20scene1Alergi
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • Dapus
    Dapus
    Dokumen2 halaman
    Dapus
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LOblok11 Scene3
    LOblok11 Scene3
    Dokumen11 halaman
    LOblok11 Scene3
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LO Blok13scene3
    LO Blok13scene3
    Dokumen9 halaman
    LO Blok13scene3
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LO Block18scene1
    LO Block18scene1
    Dokumen16 halaman
    LO Block18scene1
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LO Blok6 Scene2
    LO Blok6 Scene2
    Dokumen4 halaman
    LO Blok6 Scene2
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • Lo 2
    Lo 2
    Dokumen4 halaman
    Lo 2
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LOblok 18 Scene 3 Betul
    LOblok 18 Scene 3 Betul
    Dokumen18 halaman
    LOblok 18 Scene 3 Betul
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • Lo !
    Lo !
    Dokumen4 halaman
    Lo !
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • Tutorial
    Tutorial
    Dokumen7 halaman
    Tutorial
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LO 3 Blok12scene3
    LO 3 Blok12scene3
    Dokumen15 halaman
    LO 3 Blok12scene3
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Critical PDF
    Jurnal Critical PDF
    Dokumen6 halaman
    Jurnal Critical PDF
    Nanda Nabilah Ubay
    Belum ada peringkat
  • Learning Objective Blok 5
    Learning Objective Blok 5
    Dokumen10 halaman
    Learning Objective Blok 5
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • Papan Nama
    Papan Nama
    Dokumen1 halaman
    Papan Nama
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • Grafik
    Grafik
    Dokumen1 halaman
    Grafik
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • Tutorial
    Tutorial
    Dokumen7 halaman
    Tutorial
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat