Anda di halaman 1dari 12

Urgensi Kebijakan dalam Menunjang Daya Saing Pelaku Usaha Industri

Kreatif di Kabupaten Bandung


Ratu Belladina Kismawardani
Email: rkismawardanii@gmail.com
Abstract
Ideas as foundation creation of an innovation. Ideas comes from
individuals who are creative, then creative individual can help others to be
creative as well. Creative economy based on the creativity of human resource,
likely to boost the competitiveness of Indonesia in the future. If the Indonesian
human resource has the ability to be creative to create innovation and value
product, then the creativity will be a renewable resource that is endless. Creativity
and innovation will make the cultural heritage and local knowledge that has a
major contribution not only to the national economy but also to improve the
image of Indonesia in the international world. The problem faced by the creative
industries sector in Indonesia, is a good policy of the government through the
production process, technology, distribution and have not provided solutions for
the problems being faced by businesses. Governments in developing has prepared
a policy instrument to support the creative industries. It's just common
implementation of these policies is less satisfactory. This study will describe the
evaluation of policies in the "How to make money from ideas" for the developing
creativity.
Keywords: creative, economy, policy.
Intisari
Ide menjadi landasan terciptanya sebuah inovasi. Ide dan gagasan berasal
dari individu yang kreatif, maka individu yang kreatif dapat membantu orang lain
menjadi kreatif pula. Ekonomi kreatif yang berbasis kepada modal kreativitas
sumberdaya manusia, berpeluang mendorong daya saing bangsa Indonesia di
masa mendatang. Jika sumberdaya manusia Indonesia yang jumlahnya sangat
besar memiliki kemampuan untuk berkreasi untuk menciptakan inovasi dan nilai
tambah, maka kreativitas tersebut akan menjadi sumberdaya terbarukan yang
tidak ada habisnya. Kreativitas dan inovasi pun akan menjadikan warisan budaya
dan kearifan lokal yang memiliki kontribusi besar tidak hanya bagi perekonomian
nasional namun juga bagi meningkatkan citra bangsa Indonesia di dunia
internasional. Permasalahan yang dihadapi sektor industri kreatif di Indonesia,
adalah pemerintah melalui kebijakan baik proses produksi, teknologi, distribusi
dan lain sebagainya belum memberikan solusi bagi masalah yang sedang dihadapi
oleh pelaku usaha. Pemerintah sudah menyiapkan instrumen kebijakan untuk
mendukung kegiatan industri kreatif. Hanya saja sering ditemukan penerapan dari

kebijakan tersebut kurang memuaskan. Penelitian ini akan menjabarkan peran dan
evaluasi kebijakan dalam How to make money from ideas untuk pengembangan
kreativitas.
Kata kunci: kreatif, ekonomi dan kebijakan.

I. Pendahuluan
Ekonomi yang bersumber pada kegiatan ekonomi dapat dikenali sebagai
ekonomi kreatif. Ekonomi kreatif dapat dikembangkan di seluruh wilayah, karena
tiap wilayah memiliki keunikan dan daya tarik masing-masing. Indonesia adalah
negara dengan beribu keanekaragaman yang dapat dioptimalkan pertumbuhan dan
perkembangannya. Ekonomi kreatif erat kaitannya dengan industri kreatif.
Industri kreatif didefinisikan sebagai industri yang berfokus pada kreasi dan
eksploitasi karya kepemilikan intelektual seperti seni, film, permainan atau desain
fashion, dan termasuk layanan kreatif antar perusahaan seperti iklan (Simatupang,
2007).
Industri kreatif ini bersumber dari ide, seni dan teknologi yang dikelola
untuk menciptakan kemakmuran. Sumberdaya manusia yang tidak akan pernah
habis adalah kreativitas. Kreativitas manusia akan tersampaikan dengan baik
apabila dilibatkan dalam kegiatan pembangunan. Tiap manusia yang mampu
memanfaatkan ide, kreativitas atau gagasan uniknya adalah pribadi unggul dan
mampu untuk bertahan hidup. Pribadi yang unggul dapat menjadi aktor utama
dalam ekonomi kreatif. Aktor utama inilah yang mampu membuat perputaran roda
ekonomi, meningkatkan tingkat ekonomi, dan memiliki keinginan untuk terus
menghasilkan uang.
Adapun sektor industri kreatif sesuai dengan KBLI 2005, mencantumkan
14 sektor yang dapat diberi perhatian lebih oleh pemerintah. Periklanan,
arsitektur, pasar barang seni, kerajinan, desain, fesyen, film, permainan interaktif,
musik, seni pertunjukan, penerbitan dan percetakan, layanan komputer dan piranti
lunak, radio dan televisi serta riset dan pengembangan hingga kemudian
diperbarui kembali menjadi 16 sub sektor. Industri kreatif perlu dikembangkan di
Indonesia karena mampu memberikan kontribusi ekonomi secara signifikan,
mampu menciptakan iklim bisnis yang positif, membangun citra dan identitas
bangsa, berbasis kepada sumberdaya terbarukan, mampu menciptakan inovasi dan
kreativitas yang merupakan keunggulan komppetitif serta memberikan dampak
sosial yang positif (Pangestu, 2008).
Kabupaten/ Kota sebagai basis daya saing dalam bidang industri seperti
yang dikemukakan oleh Richard Florida (2002), bahwa daya saing wilyah
dipengaruhi oleh daya tarik wilayah tersebut dan juga pengaruh dari campur

tangan pemerintah lokal. Sedangkan daya saing suatu wilayah seperti kota atau
propinsi sangat bergantung pada kapasitas masyarakatnya untuk berinovasi dan
melakukan pembaharuan terus menerus, dan untuk ini sumberdaya manusia
mgrupakan salah satu faktor yang penting. Suatu wilayah mencapai keunggulan
daya saing melalui tindakan inovasi yang dapat dilakukan dengan menciptakan
suatu rancangan produk baru oleh sumberdaya manusia yang kreatif.
Campur tangan pemerintah lokal sangat mempengaruhi kegiatan dalam
sektor industri ini. Kebijakan hingga diimplementasikan dalam program harus
tepat sasaran dan sesuai kebutuhan pelaku usaha industri. Kebijakan merupakan
sebuah konsep yang dijadikan pedoman sebagai dasar rencana dalam pelaksanaan
suatu pekerjaan. Kebijakan yang padu dengan kebutuhan penerima kebijakan akan
meghasilkan keserasian suatu pekerjaan.
Oleh karena itu tanpa kebijakan, industri kreatif tidak dapat bertahan
karena talenta akan pergi dan dapat terjadi eksploitasi yang tidak adil terhadap
penemu kreativitas, seperti seniman, artis dan laln-lain. Penelitian ini akan
mengkaji bagaimana ide mampu menghasillkan uang, urgensi dari ekonomi
kreatif, meninjau potensi dan permasalahan industri kreatif serta mengevaluasi
penerapan kebijakan ekonomi kreatif, khususnya industri kreatif di Kabupaten
Bandung. Penelitian ini dilakukan tidak karena belum adanya kebijakan yang
mendukung iklim kreatif, namun karena belum terciptanya keadaan yang
kondusif dalam implementasi kebijakan untuk sektor industri.

II. Hasil dan Pembahasan


Dikutip dari dokumen penyusunan rencana pengembangan ekonomi
kreatif Kabupaten Bandung 2014-2019, Penduduk dalam menjalankan aktivitas
dan usaha ekonomi telah mengalami transformasi. Hal ini sesuai dengan
perkembangan daerahnya dan wilayahnya. Pada tahun 50 70-an dominasi
perekonomian nasional digerakan oleh sektor pertanian, bahkan hampir seluruh
penduduk di Indonesia memiliki anggota keluarga yang berada di sektor
pertanian. Kemajuan zaman dan teknologi yang pesat telah menggantikan peranan
sektor pertanian, di mana pada era 80 90an, industri menjadi andalan nasional
dalam menggerakan roda perekonomian nasional. Krisis ekonomi tahun
1997/1998 telah merubah haluan postur ekonomi nasional, dimana jasa menjadi
salah satu cikal bakal sektor yang dominan. Sektor pertanian dan industri
memiliki share yang cenderung menurun dan diikuti oleh share sektor
perdagangan dan jasa yang meningkat.
Bagi negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, kesadaran
pengembangan sumberdaya yang mengandalkan kreativitas masih dianggap
marginal. Padahal industri kreatif mendorong pendapatan negara sekaligus

menurunkan angka kemiskinan. Di tengah tantangan perekonomian global yang


semakin besar, pemerintah tengah berupaya mendorong berkembangnya industri
kreatif menjadi sektor strategis yang mampu berperan lebih besar dalam
perekonomian nasional dalam hal kontribusi terhadap PDB, penciptaan lapangan
pekerjaan, dan ekspor. Sejumlah terobosan kebijakan telah dilakukan, diantaranya
telah diprioritaskannya pengembangan ekonomi kreatif dalam RPJM Nasional
2015-2019 serta telah dibentuknya Badan Ekonomi Kreatif sebagai lembaga yang
akan mengawal pengembangan ekonomi kreatif secara khusus.
Perkembangan sektor jasa yang diikuti oleh perkembangan daerah,
memiliki kota-kota dengan tingkat perkembangan yang pesat yang diikuti oleh
lahirnya generasi kreatif telah mengalir begitu saja. Diperkirakan trend
perkembangan pelaku ekonomi kreatif akan terus berlangsung di berbagai daerah,
terutama kota-kota khusus yang memiliki sejarah, kebudayaan, dan isiatif yang
tinggi, menuju pada efisiensi ekonomi dan skala ekonomi. Kabupaten Bandung
memiliki potensi insan kreatif yang melimpah yang didukung oleh bahan baku
yang cukup besar. Selain itu kesatuan daerah dengan kota Bandung dan Kota
Bekasi, dan Kabupaten Sumedang dalam Metropolitan Bandung menempatkan
Kabupaten Bandung sebagai daerah dengan basis dan ekonomi kreatif terbesar di
Indonesia. Tumbuhnya insan kreatif di Kabupaten Bandung juga memiliki
dukungan.
Kondisi Ekonomi Kreatif di Kabupaten Bandung
Kegiatan perdagangan adalah kegiatan ekonomi yang mengaitkan antara
para produsen dan konsumen. Sebagai kegiatan distribusi, perdagangan menjamin
peredaran, penyebaran dan penyediaan barang melalui mekanisme pasar.
Perdagangan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kegiatan
perekonomian suatu daerah. Giatnya aktivitas perdagangan suatu daerah menjadi
indikasi tingkat kemakmuran masyarakatnya serta menjadi tolok ukur tingkat
perekonomian daerah itu sendiri. Kegiatan perekonomian di Kabupaten Bandung
dikuasai oleh industri kreatif.
Sektor industri merupakan sektor utama dalam perekonomian Kab.
Bandung, sektor ini merupakan penyumbang terbesar dalam pembentukan PDRB.
Pada tahun 2015 jumlah perusahaan mencapai 822 perusahaan yang teridri dari
perusahaan industri besar sebanyak 204 sedangkan industri sedang sebanyak 618
perusahaan (Kab. Bandung dalam angka, 2015). Semakin berkembangnya
pembangunan terutama di sektor industri pengolahan beberapa tahun terakhir
berbanding lurus dengan meningkatnya kebutuhan akan energi listrik dan air
bersih dewasa ini. Sebagian besar kebutuhan listrik baik industri maupun untuk
rumah tangga di Kabupaten Bandung dilayani oleh Perusahaan Umum Listrik
Negara (PLN). Hal ini membuktikan bahwa peningkatan kualitas sektor unggulan

sangat dibutuhkan kerja sama dari pemerintah dalam hal infrastruktur, sarana dan
prasarana. Kabupaten Bandung sudah dapat dikatakan berhasil karena
pencapaiannya.
Dalam era globalisasi, tantangan yang dihadapi Kabupaten Bandung
semakin berat karena harus mampu bersaing dengan kota/ kabupaten lain di
Indonesia maupun negara lain pada semua bidang. Oleh karena itu, perlu upaya
pemanfaatan semua keunggulan untuk dapat bertahan pada iklim ekonomi yang
semakin kompetitif. Dalam kondisi persaingan yang semakin ketat, industri harus
mampu meningkatkan kualitas produk, menggiatkan pemasaran dan eksistensi
serta terus menciptakan inovasi. Industri berdasarkan kreativitas telah menjadi
bukti dapat meningkatkan daya saing.
Pengaruh peran kebijakan di Sektor Industri
Pemerintah telah menetapkan pengembangan ekonomi kreatif sebagai
bagian dari agenda prioritas nasional, serta membentuk BEKRAF untuk
mengawal perkembangan ekonomi kreatif. Untuk mewujudkan ekonomi kreatif
sebagai kekuatan ekonomi baru Indonesia, pengembangan ekonomi kreatif di
Indonesia dalam jangka panjang diarahkan tidak hanya untuk menumbuh
kembangkan industri kreatif tetapi lebih jauh lagi mampu mengutamakan
kreativitas dan inovasi di setiap sektor dan kehidupan bermasyarakat. Pencarian
solusi terhadap berbagai permasalahan atau potensi yang ada di berbagai sektor
prioritas pembangunan nasional perlu dilakukan secara kreatif, inovatif dan dapat
dijawab oleh industri kreatif ataupun kolaborasi antara berbagai industri kreatif,
untuk dapat menciptakan daya saing global dan kualitas hidup bangsa Indonesia.
Perpres Nomor 72 Tahun 2015 tentang perubahan atas peraturan presiden
nomor 6 tahun 2015 tentang badan ekonomi kreatif telah mengklasifikasi ulang
sub-sektor industri kreatif dari 15 sub-sektor menjadi 16 sub-sektor, yaitu
arsitektur; desain interior; desain komunikasi visual; desain produk; film, animasi,
dan video; fotografi; kriya; kuliner; musik; fashion; aplikasi dan game developer;
penerbitan; periklanan; televisi dan radio; seni pertunjukan; dan seni rupa.
Kontribusi 15 sub-sektor industri kreatif terhadap proporsi PDB tahun 2014, yang
menunjukkan bahwa industri kuliner merupakan sub sektor dengan kontribusi
PDB terbesar yaitu sebesar 32%. Sedangkan hasil analisa kuadran dengan
menggunakan variabel tingkat pertumbuhan PDB dan proporsi terhadap PDB
menunjukan bahwa industri fashion merupakan industri yang paling tinggi tingkat
pertumbuhan dan proporsinya terhadap PDB. Sedangkan industri layanan
komputer dan perangkat lunak; periklanan; arsitektur; riset dan pengembangan;
fotografi, film, dan video; radio dan televisi; serta permainan interaktif, meskipun
proporsinya terhadap PDB masih rendah, namun mencatat tingkat pertumbuhan
tinggi sehingga potensial untuk dikembangkan (Anonim, 2015).

Berdasarkan laporan akhir penyusunan masterplan ekonomi kreatif di


Kabupaten Bandung 2014-2019 yang dikeluarkan oleh Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kab. Bandung, Kebijakan yang disusun sudah sangat baik
menjadi indikator kesiapan mengelola sektor industri. Hal ini dapat dilihat pada
gambar dibawah ini;

Gambar 1.1. Kebijakan Pengembangan Industri Kreatif Kabupaten Bandung


Tahun 2014-2019 (Bappeda, 2014).

Kabupaten Bandung sudah termasuk maju dan unggul dalam sektor


andalannya ini, maka yang harus dioptimalkan bukan pada produksi dan bahan
baku namun pemasaran dan legitimasi produk. Peningkatan pemasaran dan
perluasan jejaring informasi dapat ditunjang dengan sistem informasi berbasis
ICT untuk memperkuat daya saing produk. Hal yang harus diperhatikan adalah
kemampuan pelaku usaha agar siap menghadapi tantangan global dan iklim usaha
yang kompetitif dengan daerah lain.
Landasan yang kuat akan menjadi senjata bagi sektor ini berimplikasi pada
transisi penguatan ekonomi kreatif, sumberdaya manusia menjadi modal utama
melalui daya cipta dan kreasi. Kabupaten Bandung memiliki struktur kelompok
umur yang produktif, dan keinginan untuk maju yang tinggi. Landasan hukum ini
menjadi upaya penguatan pelaku industri kreatif mengantisipasi tantangan
pembangunan kedepan yang harus segera dipersiapkan. Landasan yang dijadikan
pedoman oleh pelaku usaha industri kreatif berdasarkan laporan akhir penyusunan
masterplan ekonomi kreatif di Kabupaten Bandung adalah sebagai berikut;

No

Landasan Hukum

UU No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian


UU No. 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri dalam Pelrindungan Hak Atas Kekayaan
Intelektual
UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
UU No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun
2005-2025
UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanam Modal
UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
UU No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah
Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota
Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Nasional
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri
Peraturan Presiden No. 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)
Peraturan Presiden No. 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional
Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014
Keputusan Presiden No. 41 Tahun 1996 tentang Kawasan Industri
Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi
Kreatif
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 20/MPP/Kep/I/2001 tentang
pembentukan Dewan Desain Nasional/ Pusat Desain Nasional (PDN)
Peraturan Daerah Kabupaten Bandung tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Bandung.
Perpres Nomor 72 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 6
Tahun 2015 Tentang Badan Ekonomi Kreatif
Tabel 1.1. Landasan Hukum Ekonomi Kreatif di Kabupaten Bandung.

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

Landasan hukum tersebut`selalu diperbarui dan ditambah seiring


berjalannya pengalaman kegiatan operasional ekonomi kreatif khususnya industri
di lapangan. Landasan hukum dapat diartikan peraturan baku sebagai tempat
terpijak atau titik tolak dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu agar
kegiatan industri berjalan sesuai koridornya.
Analisis Permasalahan Kebijakan Sektor Industri di Kabupaten Bandung
Masalah industri kreatif di Indonesia dapat dibedakan menjadi dua garis
besar yaitu pada daerah yang masih terisolir dan daerah yang sudah maju.
Menurut data indeks pembangunan desa, dituangkan 3 kategori desa yaitu
tertinggal, berkembang dan mandiri. Tentunya perlakuan untuk kondisi daerah

berbeda-beda dari pemerintah. Sebagai contoh untuk daerah yang masih tertinggal
misalnya di salah satu desa di Kabupaten Banyuasin, Sumsel memiliki potensi
olahan ikan untuk dijadikan kerupuk kemplang. Maka dari itu dinas perikanan dan
kelautan meminta bantuan alat dari kementerian desa, pembangunan daerah
tertinggal dan transmigrasi berupa alat olahan ikan. Namun saat alat sampai pada
daerah yang memerlukan ternyata di desa tersebut belum memiliki listrik sehingga
alat yang digunakan menjadi tidak terpakai. Hal ini yang menjadi alasan bahwa
seharusnya dilakukan survey secara menyeluruh pada kondisi desa yang
membutuhkan dan data yang digunakan harus terbaru dan teruji validitasnya.

Gambar 1.2. Indeks Pembangunan Desa 2014 per Kabupaten di Provinsi Jawa
Barat.
Dilansir dari buku Indeks Pembangunan Desa tahun 2015, Provinsi Jawa
Barat memiliki nilai Indeks Pembangunan Desa secara rata-rata sebesar 66,45.
Nilai ini diatas nilai rata-rata Indeks Pembangunan Desa secara nasional. Di
Kabupaten Bandung didominasi oleh desa mandiri sebesar 59 desa. Dapat
disimpulkan bahwa Kabupaten Bandung adalah daerah yang sudah mapan dan
mandiri. Berdasarkan data masterplan dapat disimpulkan bahwa model industri
kreatif yang diinginkan adalah tahap lepas landas. Kabupaten Bandung memiliki
arahan target dalam penguatan kemapanan identitas, peningkatan SDM, dan
memperluas jaringan usaha sebagai upaya untuk mendongkrak popularitas
(promosi) industri kreatif. Perbedaan perlakuan pemerintah pada kondisi ekonomi

warganya sangat terlihat berbeda. Secara tidak langsung terdapat perbedaan yang
signifikan antara daerah yang sudah maju dan daerah yang masih harus
ditingkatkan sektor industrinya.
Pengembangan ekonomi kreatif saat ini masih dihadapkan pada berbagai
tantangan dan hambatan. Rencana Induk Ekonomi Kreatif: Kekuatan Baru
Indonesia menuju 2025 mengidentifikasi tujuh isu utama yang menjadi tantangan
bagi perkembangan ekonomi kreatif, yaitu sumberdaya manusia kreatif, bahan
baku, daya saing industri, pembiayaan, pasar, infrastruktur dan teknologi, serta
kelembagaan dan iklim usaha. Beberapa pilihan tindakan mulai dibuat oleh
pemerintah kota Bandung bekerjasama dengan berbagai pihak untuk merespon
kebutuhan kongkrit pelaku industri kreatif seperti pemberian ijin helarfest, helar
kria Jabar, kickfest, dan agenda pendukung lainnya (Anonim, 2009).
Tetapi ternyata dukungan pemerintah kota dianggap tidak cukup, masih
ada kekurangan seperti sosialisasi acara yang kurang, media informasi yang
terbatas, sulitnya perijinan dan perumusan agenda tahun depan untuk pelaku
industri kreatif. Begitu pula dengan pembentukan forum, informasi dan media
bersama di ruang publik serta penyediaan kawasan bagi pengembangan industri
kreatif di kota Bandung menjadi kebutuhan utama yang harus segera diwujudkan.
Permasalahan industri kreatif di Kabupaten Bandung selain minimnya
dukungan pemerintah, kurangnya persiapan kegiatan, publikasi yang kurang
mumpuni, sulitnya perijinan, pembajakan atau plagiarism oleh daerah lain dan
tidak mendaftarkan hasil kreativitasnya melalui HAKI (Hak Atas Kekayaan
Intelektual) karena sulitnya proses hingga 2 tahun serta biaya yang sangat mahal
harus dikeluarkan oleh pelaku industri kreatif. Hal ini menjadi masalah karena
bagi para pelaku usaha lebih baik menggunakan uangnya untuk mengembangkan
usahanya dbandingkan mendaftarkan produknya ke HAKI. HAKI berfungsi untuk
menghargai kreativitas anak bangsa dan agar orang lain tidak dapat
mengembangkannya lebih lanjut lagi. Sistem HAKI menunjang adanya sistem
pembukuan yang baik atas segala bentuk kreativitas untuk mencegah
dihasilkannya karya yang sama. HAKI tidak diindahkan oleh pelaku industri
karena sulitnya administrasi yang harus dilalui, maka diperlukan kemudahan
dalam proses mendapatkan HAKI. (Florida, 2002).

Arahan Pengembangan Industri Kreatif


Arahan sektor industri kreatif yang prospektif pada tahun selanjutnya
adalah fashion, penerbitan/percetakan, kerajinan dan kuliner. Pada tahap sekarang
Kabupaten Bandung sudah pada kategori mandiri. Pemerintah harus siaga

mengantisipasi dan memiliki inisiatif mengimbangi produksi industri kreatif


menuju kategori mapan. Kategori mapan dicirikan dengan optimalnya pemasaran,
distribusi produk, iklan, promosi bahkan sampai ke dunia internasional.

Gambar 1.3. Tahapan Kemapanan Industri Kreatif Kabupaten bandung


(Bappeda, 2014).
Ada 4 tahapan tingkat industri kreatif dirunut secara temporal dari tahun
ke tahun. Tahap bermula dari tahap pra berdaya, berdaya, mandiri kemudian
mapan. Pada tahap pra berdaya, sektor yang diunggulkan hanyalah radio dan
televisi. Pada waktu itu radio dan televisi menjadi satu-satunya sumber informasi
bagi warga bandung karena belum masuknya teknologi, smartphone, dan lain
sebagainya. Pada tahap berdaya, sektor yang diunggulkan adalah arsitektur,
komputer, radio dan televisi, barang antik dan film serta musik. Pada waktu itu
barang bersejarah dijadikan kesempatan pelaku usaha untuk memiliki nilai jual
sekaligus melestarikan budaya melalui bentuk bangunan, musik dan perfilman.
Namun karena media yang digunakan masih minim maka masih menggunakan
komputer dan radio.
Kabupaten Bandung dan sekitarnya dekat dengan pusat pertumbuhan
(jakarta) sehingga terkena dampak dari kemajuan kota jakarta baik teknologi dan
sistem informasi. Hal ini didukung oleh julukan Bandung sebagai pusat studi dan
banyak pemuda kreatif. Pada tahap selanjutnya adalah tahap mandiri yang
meninggalkan sektor pada tahap sebelumnya dan mulai melirik sektor lain. Sektor
periklanan, desain, fashion, permainan interaktif, musik, pertunjukan, penerbitan
dan percetakan, riset dan kuliner. Pada tahap ini sektor yang dikuasai Kabupaten
Bandung sangat dinamis dan rentan pembajakan, banyak kasus terjadi terkait
pembajakan. Maka dari itu diperlukannya sertifikat HAKI, untuk mengimbangi
upaya pemerintah mencegah terjadinya plagiarism. Hal ini sangat membutuhkan
perhatian lebih karena menyangkut penghargaan atas kreativitas seseorang.
Masyarakat Bandung sudah mampu menghasilkan uang melalui kreativitas, maka

pantas untuk diberikan penghargaan. Pada tahap yang rawan ini pemerintah
dianggap sudah cukup tanggap namun tetap dibutuhkan peningkatan pengawasan
untuk mengimbangi Bandung untuk maju kepada tahap yang lebih maju yaitu
mapan.
Pada tahap mapan, sektor yang diharapkan akan menjadi unggul dan
memiliki pengaruh yang besar terhadap perekonomian nasional adalah kerajinan,
fashion, kuliner dan penerbitan serta percetakan. Fashion menjadi unggul karena
perilaku masyarakat yang konsumtif dan terkesan sosialita, didukung dengan
julukan paris van java dan kota kembang. Banyak industri/ UMKM semacam
distro yang menyebar ke penjuru Indonesia berasal dari jawa barat dan sekitarnya.
Kerajinan menjadi unggulan karena semakin maju, maka masyarakat akan
semakin berdaya dan memiliki ide kreatif mengoptimalkan sumberdaya alam
yang ada. Kemudian penerbitan dan percetakan berbanding lurus dengan fashion,
kerajinan dan kuliner. Penerbitan dan percetakan sangat dibutuhkan ketika konser
musik, acara seminar,workshop, acara fashion shot pasti membutuhkan baliho/
banner untuk mengundang penonton. Maka sesungguhnya sektor-sektor yang
menjadi unggul ini mempunyai hubungan yang saling berkaitan.
III. Kesimpulan
Seorang manusia yang memiliki kreativitas akan terlibat langsung dalam
ekonomi kreatif. Gagasan yang berasal dari kreativitas manusia mampu
menghasilkan uang dan memperbaiki tingkat ekonomi. Ekonomi kreatif memiliki
peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi secara nasional. Dalam
pelaksanaannya membutuhkan panduan untuk melakukan kegiatan ekonomi
kreatif, yaitu kebijakan namun dalam implementasi penerapannya sering
ditemukan ketidakpuasan penerima kebijakan akan kebijakan yang dicanangkan.
Kabupaten Bandung harus mempersiapkan diri untuk memasuki tahap
mapan. Permasalahan seperti kesulitan pembuatan HAKI, kesulitan promosi dan
peningkatan kualitas produk, pembajakan dan lain sebagainya harapannya tidak
terjadi lagi. Dengan adanya prediksi sektor unggulan apa saja yang akan
mengungguli Kabupaten Bandung mampu membantu penentu kebijakan
mengambil langkah tegas dalam optimalisasi pemasaran dan pengawasan tindak
kriminal terhadap karya anak bangsa.
IV. Daftar Pustaka
Referensi Buku

Pangestu, D. M. (2008). Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025.


JCC: Departemen Perdagangan Republik Indonesia.
Simatupang, Togar M., 2007, Industri Kreatif Jawa Barat, Sekolah Bisnis
dan Manajemen ITB: Masukan kepada Dinas Perindustrian dan dan Perdagangan
Provinsi Jawa Barat.
Florida, R. (2002). The Rise Of The Creative Class: And How It's
Transforming Work, Leisure, Community And Everyday Life. New York.
Referensi Internet
Anonim. (2014). Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian Republik
Indonesia:
https://www.ekon.go.id/berita/print/ekonomi-berbasiskreativitas.1659.html
Anonim. (2009). Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Republik Indonesia. Retrieved from Kemenkop-Degdag Kerjasama
Dorong
Industri
Kre
atif:
http://www.depkop.go.id/component/content/article/237kemenkopdepdag-kerjasama-dorong-industri-kreatif.html.
Lainnya
Anonim. 2005 Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia ISSN : 0216 - 6771
No. Publikasi : 03120.0601 Katalog BPS : 6129.
Dokumen penyusunan rencana pengembangan ekonomi kreatif Kabupaten
Bandung 2014-2019.
Data Statistika Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2015.
Perpres Nomor 72 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor
6 Tahun 2015 Tentang Badan Ekonomi Kreatif.
Laporan Akhir Penyusunan Masterplan Ekonomi Kreatif di Kabupaten Bandung
2014-2019.
Buku Indeks Pembangunan Desa Tahun 2015.

Anda mungkin juga menyukai