kebijakan tersebut kurang memuaskan. Penelitian ini akan menjabarkan peran dan
evaluasi kebijakan dalam How to make money from ideas untuk pengembangan
kreativitas.
Kata kunci: kreatif, ekonomi dan kebijakan.
I. Pendahuluan
Ekonomi yang bersumber pada kegiatan ekonomi dapat dikenali sebagai
ekonomi kreatif. Ekonomi kreatif dapat dikembangkan di seluruh wilayah, karena
tiap wilayah memiliki keunikan dan daya tarik masing-masing. Indonesia adalah
negara dengan beribu keanekaragaman yang dapat dioptimalkan pertumbuhan dan
perkembangannya. Ekonomi kreatif erat kaitannya dengan industri kreatif.
Industri kreatif didefinisikan sebagai industri yang berfokus pada kreasi dan
eksploitasi karya kepemilikan intelektual seperti seni, film, permainan atau desain
fashion, dan termasuk layanan kreatif antar perusahaan seperti iklan (Simatupang,
2007).
Industri kreatif ini bersumber dari ide, seni dan teknologi yang dikelola
untuk menciptakan kemakmuran. Sumberdaya manusia yang tidak akan pernah
habis adalah kreativitas. Kreativitas manusia akan tersampaikan dengan baik
apabila dilibatkan dalam kegiatan pembangunan. Tiap manusia yang mampu
memanfaatkan ide, kreativitas atau gagasan uniknya adalah pribadi unggul dan
mampu untuk bertahan hidup. Pribadi yang unggul dapat menjadi aktor utama
dalam ekonomi kreatif. Aktor utama inilah yang mampu membuat perputaran roda
ekonomi, meningkatkan tingkat ekonomi, dan memiliki keinginan untuk terus
menghasilkan uang.
Adapun sektor industri kreatif sesuai dengan KBLI 2005, mencantumkan
14 sektor yang dapat diberi perhatian lebih oleh pemerintah. Periklanan,
arsitektur, pasar barang seni, kerajinan, desain, fesyen, film, permainan interaktif,
musik, seni pertunjukan, penerbitan dan percetakan, layanan komputer dan piranti
lunak, radio dan televisi serta riset dan pengembangan hingga kemudian
diperbarui kembali menjadi 16 sub sektor. Industri kreatif perlu dikembangkan di
Indonesia karena mampu memberikan kontribusi ekonomi secara signifikan,
mampu menciptakan iklim bisnis yang positif, membangun citra dan identitas
bangsa, berbasis kepada sumberdaya terbarukan, mampu menciptakan inovasi dan
kreativitas yang merupakan keunggulan komppetitif serta memberikan dampak
sosial yang positif (Pangestu, 2008).
Kabupaten/ Kota sebagai basis daya saing dalam bidang industri seperti
yang dikemukakan oleh Richard Florida (2002), bahwa daya saing wilyah
dipengaruhi oleh daya tarik wilayah tersebut dan juga pengaruh dari campur
tangan pemerintah lokal. Sedangkan daya saing suatu wilayah seperti kota atau
propinsi sangat bergantung pada kapasitas masyarakatnya untuk berinovasi dan
melakukan pembaharuan terus menerus, dan untuk ini sumberdaya manusia
mgrupakan salah satu faktor yang penting. Suatu wilayah mencapai keunggulan
daya saing melalui tindakan inovasi yang dapat dilakukan dengan menciptakan
suatu rancangan produk baru oleh sumberdaya manusia yang kreatif.
Campur tangan pemerintah lokal sangat mempengaruhi kegiatan dalam
sektor industri ini. Kebijakan hingga diimplementasikan dalam program harus
tepat sasaran dan sesuai kebutuhan pelaku usaha industri. Kebijakan merupakan
sebuah konsep yang dijadikan pedoman sebagai dasar rencana dalam pelaksanaan
suatu pekerjaan. Kebijakan yang padu dengan kebutuhan penerima kebijakan akan
meghasilkan keserasian suatu pekerjaan.
Oleh karena itu tanpa kebijakan, industri kreatif tidak dapat bertahan
karena talenta akan pergi dan dapat terjadi eksploitasi yang tidak adil terhadap
penemu kreativitas, seperti seniman, artis dan laln-lain. Penelitian ini akan
mengkaji bagaimana ide mampu menghasillkan uang, urgensi dari ekonomi
kreatif, meninjau potensi dan permasalahan industri kreatif serta mengevaluasi
penerapan kebijakan ekonomi kreatif, khususnya industri kreatif di Kabupaten
Bandung. Penelitian ini dilakukan tidak karena belum adanya kebijakan yang
mendukung iklim kreatif, namun karena belum terciptanya keadaan yang
kondusif dalam implementasi kebijakan untuk sektor industri.
sangat dibutuhkan kerja sama dari pemerintah dalam hal infrastruktur, sarana dan
prasarana. Kabupaten Bandung sudah dapat dikatakan berhasil karena
pencapaiannya.
Dalam era globalisasi, tantangan yang dihadapi Kabupaten Bandung
semakin berat karena harus mampu bersaing dengan kota/ kabupaten lain di
Indonesia maupun negara lain pada semua bidang. Oleh karena itu, perlu upaya
pemanfaatan semua keunggulan untuk dapat bertahan pada iklim ekonomi yang
semakin kompetitif. Dalam kondisi persaingan yang semakin ketat, industri harus
mampu meningkatkan kualitas produk, menggiatkan pemasaran dan eksistensi
serta terus menciptakan inovasi. Industri berdasarkan kreativitas telah menjadi
bukti dapat meningkatkan daya saing.
Pengaruh peran kebijakan di Sektor Industri
Pemerintah telah menetapkan pengembangan ekonomi kreatif sebagai
bagian dari agenda prioritas nasional, serta membentuk BEKRAF untuk
mengawal perkembangan ekonomi kreatif. Untuk mewujudkan ekonomi kreatif
sebagai kekuatan ekonomi baru Indonesia, pengembangan ekonomi kreatif di
Indonesia dalam jangka panjang diarahkan tidak hanya untuk menumbuh
kembangkan industri kreatif tetapi lebih jauh lagi mampu mengutamakan
kreativitas dan inovasi di setiap sektor dan kehidupan bermasyarakat. Pencarian
solusi terhadap berbagai permasalahan atau potensi yang ada di berbagai sektor
prioritas pembangunan nasional perlu dilakukan secara kreatif, inovatif dan dapat
dijawab oleh industri kreatif ataupun kolaborasi antara berbagai industri kreatif,
untuk dapat menciptakan daya saing global dan kualitas hidup bangsa Indonesia.
Perpres Nomor 72 Tahun 2015 tentang perubahan atas peraturan presiden
nomor 6 tahun 2015 tentang badan ekonomi kreatif telah mengklasifikasi ulang
sub-sektor industri kreatif dari 15 sub-sektor menjadi 16 sub-sektor, yaitu
arsitektur; desain interior; desain komunikasi visual; desain produk; film, animasi,
dan video; fotografi; kriya; kuliner; musik; fashion; aplikasi dan game developer;
penerbitan; periklanan; televisi dan radio; seni pertunjukan; dan seni rupa.
Kontribusi 15 sub-sektor industri kreatif terhadap proporsi PDB tahun 2014, yang
menunjukkan bahwa industri kuliner merupakan sub sektor dengan kontribusi
PDB terbesar yaitu sebesar 32%. Sedangkan hasil analisa kuadran dengan
menggunakan variabel tingkat pertumbuhan PDB dan proporsi terhadap PDB
menunjukan bahwa industri fashion merupakan industri yang paling tinggi tingkat
pertumbuhan dan proporsinya terhadap PDB. Sedangkan industri layanan
komputer dan perangkat lunak; periklanan; arsitektur; riset dan pengembangan;
fotografi, film, dan video; radio dan televisi; serta permainan interaktif, meskipun
proporsinya terhadap PDB masih rendah, namun mencatat tingkat pertumbuhan
tinggi sehingga potensial untuk dikembangkan (Anonim, 2015).
No
Landasan Hukum
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
berbeda-beda dari pemerintah. Sebagai contoh untuk daerah yang masih tertinggal
misalnya di salah satu desa di Kabupaten Banyuasin, Sumsel memiliki potensi
olahan ikan untuk dijadikan kerupuk kemplang. Maka dari itu dinas perikanan dan
kelautan meminta bantuan alat dari kementerian desa, pembangunan daerah
tertinggal dan transmigrasi berupa alat olahan ikan. Namun saat alat sampai pada
daerah yang memerlukan ternyata di desa tersebut belum memiliki listrik sehingga
alat yang digunakan menjadi tidak terpakai. Hal ini yang menjadi alasan bahwa
seharusnya dilakukan survey secara menyeluruh pada kondisi desa yang
membutuhkan dan data yang digunakan harus terbaru dan teruji validitasnya.
Gambar 1.2. Indeks Pembangunan Desa 2014 per Kabupaten di Provinsi Jawa
Barat.
Dilansir dari buku Indeks Pembangunan Desa tahun 2015, Provinsi Jawa
Barat memiliki nilai Indeks Pembangunan Desa secara rata-rata sebesar 66,45.
Nilai ini diatas nilai rata-rata Indeks Pembangunan Desa secara nasional. Di
Kabupaten Bandung didominasi oleh desa mandiri sebesar 59 desa. Dapat
disimpulkan bahwa Kabupaten Bandung adalah daerah yang sudah mapan dan
mandiri. Berdasarkan data masterplan dapat disimpulkan bahwa model industri
kreatif yang diinginkan adalah tahap lepas landas. Kabupaten Bandung memiliki
arahan target dalam penguatan kemapanan identitas, peningkatan SDM, dan
memperluas jaringan usaha sebagai upaya untuk mendongkrak popularitas
(promosi) industri kreatif. Perbedaan perlakuan pemerintah pada kondisi ekonomi
warganya sangat terlihat berbeda. Secara tidak langsung terdapat perbedaan yang
signifikan antara daerah yang sudah maju dan daerah yang masih harus
ditingkatkan sektor industrinya.
Pengembangan ekonomi kreatif saat ini masih dihadapkan pada berbagai
tantangan dan hambatan. Rencana Induk Ekonomi Kreatif: Kekuatan Baru
Indonesia menuju 2025 mengidentifikasi tujuh isu utama yang menjadi tantangan
bagi perkembangan ekonomi kreatif, yaitu sumberdaya manusia kreatif, bahan
baku, daya saing industri, pembiayaan, pasar, infrastruktur dan teknologi, serta
kelembagaan dan iklim usaha. Beberapa pilihan tindakan mulai dibuat oleh
pemerintah kota Bandung bekerjasama dengan berbagai pihak untuk merespon
kebutuhan kongkrit pelaku industri kreatif seperti pemberian ijin helarfest, helar
kria Jabar, kickfest, dan agenda pendukung lainnya (Anonim, 2009).
Tetapi ternyata dukungan pemerintah kota dianggap tidak cukup, masih
ada kekurangan seperti sosialisasi acara yang kurang, media informasi yang
terbatas, sulitnya perijinan dan perumusan agenda tahun depan untuk pelaku
industri kreatif. Begitu pula dengan pembentukan forum, informasi dan media
bersama di ruang publik serta penyediaan kawasan bagi pengembangan industri
kreatif di kota Bandung menjadi kebutuhan utama yang harus segera diwujudkan.
Permasalahan industri kreatif di Kabupaten Bandung selain minimnya
dukungan pemerintah, kurangnya persiapan kegiatan, publikasi yang kurang
mumpuni, sulitnya perijinan, pembajakan atau plagiarism oleh daerah lain dan
tidak mendaftarkan hasil kreativitasnya melalui HAKI (Hak Atas Kekayaan
Intelektual) karena sulitnya proses hingga 2 tahun serta biaya yang sangat mahal
harus dikeluarkan oleh pelaku industri kreatif. Hal ini menjadi masalah karena
bagi para pelaku usaha lebih baik menggunakan uangnya untuk mengembangkan
usahanya dbandingkan mendaftarkan produknya ke HAKI. HAKI berfungsi untuk
menghargai kreativitas anak bangsa dan agar orang lain tidak dapat
mengembangkannya lebih lanjut lagi. Sistem HAKI menunjang adanya sistem
pembukuan yang baik atas segala bentuk kreativitas untuk mencegah
dihasilkannya karya yang sama. HAKI tidak diindahkan oleh pelaku industri
karena sulitnya administrasi yang harus dilalui, maka diperlukan kemudahan
dalam proses mendapatkan HAKI. (Florida, 2002).
pantas untuk diberikan penghargaan. Pada tahap yang rawan ini pemerintah
dianggap sudah cukup tanggap namun tetap dibutuhkan peningkatan pengawasan
untuk mengimbangi Bandung untuk maju kepada tahap yang lebih maju yaitu
mapan.
Pada tahap mapan, sektor yang diharapkan akan menjadi unggul dan
memiliki pengaruh yang besar terhadap perekonomian nasional adalah kerajinan,
fashion, kuliner dan penerbitan serta percetakan. Fashion menjadi unggul karena
perilaku masyarakat yang konsumtif dan terkesan sosialita, didukung dengan
julukan paris van java dan kota kembang. Banyak industri/ UMKM semacam
distro yang menyebar ke penjuru Indonesia berasal dari jawa barat dan sekitarnya.
Kerajinan menjadi unggulan karena semakin maju, maka masyarakat akan
semakin berdaya dan memiliki ide kreatif mengoptimalkan sumberdaya alam
yang ada. Kemudian penerbitan dan percetakan berbanding lurus dengan fashion,
kerajinan dan kuliner. Penerbitan dan percetakan sangat dibutuhkan ketika konser
musik, acara seminar,workshop, acara fashion shot pasti membutuhkan baliho/
banner untuk mengundang penonton. Maka sesungguhnya sektor-sektor yang
menjadi unggul ini mempunyai hubungan yang saling berkaitan.
III. Kesimpulan
Seorang manusia yang memiliki kreativitas akan terlibat langsung dalam
ekonomi kreatif. Gagasan yang berasal dari kreativitas manusia mampu
menghasilkan uang dan memperbaiki tingkat ekonomi. Ekonomi kreatif memiliki
peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi secara nasional. Dalam
pelaksanaannya membutuhkan panduan untuk melakukan kegiatan ekonomi
kreatif, yaitu kebijakan namun dalam implementasi penerapannya sering
ditemukan ketidakpuasan penerima kebijakan akan kebijakan yang dicanangkan.
Kabupaten Bandung harus mempersiapkan diri untuk memasuki tahap
mapan. Permasalahan seperti kesulitan pembuatan HAKI, kesulitan promosi dan
peningkatan kualitas produk, pembajakan dan lain sebagainya harapannya tidak
terjadi lagi. Dengan adanya prediksi sektor unggulan apa saja yang akan
mengungguli Kabupaten Bandung mampu membantu penentu kebijakan
mengambil langkah tegas dalam optimalisasi pemasaran dan pengawasan tindak
kriminal terhadap karya anak bangsa.
IV. Daftar Pustaka
Referensi Buku