Makalah Skenario 5 Tutorial 5
Makalah Skenario 5 Tutorial 5
TUTORIAL 5
FASILITATOR : drg.Maida Fitri
NOVITA PUTRI R
1513101010013
CUTPUTRI ARMALIA
1513101010019
1513101010021
ANNISA RISQI
1513101010041
NAJMI AFFIFI
1513101010044
DESY HAFIZHAH
1513101010057
AULIYA ATTAMIMI
1513101010054
1513101010046
DIOTAMA NUZA
1513101010002
1513101010035
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat dan hidayah-Nya,
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Bleaching dan Restorasi Pasca
Endodontik
Kami haturkan ucapan terimakasih kamikepada drg. Maida Fitri selaku
dosen fasilitator pada tutorial 5 yang telah membimbing kami dalam proses
diskusi. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini.
Untuk itu kami menngharapkan saran serta kritikan yang positif demi perbaikan
laporan yang akan datang.
Diharapkan makalh ini dapat memberikan informasi atau pengetahua
kepada kita semua. Demikian laporan ini semoga data bermanfaat bagi pembaca
guna menambha pengetahuan. Kami mengucapkan terimakasih kepada pihakpihak yang bersangkutan dalam penyusunan makalah ini.
Tutorial 5
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTARi
DAFTAR ISI..ii
SKENARIO...iii
BAB 1 PENDAHULUAN..1
1.1 Latar Belakang...1
1.2 Rumusan Masalah..1
1.3 Tujuan Penulisan1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.2
2.1 Bahasan Topik2
BAB 3 PENUTUP.30
3.1 Kesimpulan..30
DAFTAR PUSTAKA...31
SKENARIO
MF (30 tahun datang ke klinik dengan keluhan gigi depan bawah sakit secara
spontan sejak tadi malam. Sudah minum obat ereda nyeri tetapi masih merasa
sakit yang hebat, dan tidak bisa tidur sejak tadi malam. Pasien ingin giginya
segera di rawat. Pada pemeriksaan klinis tampak pada gigi 31 karies dalam pada
permukaan proksimal hingga palatal. AD(33 tahun) tunangan MF yang
mengantarnya juga mengeluh warnagiginya agak kuning kecoklatan. Menurut AD
waktuu kecil dia sering sakit dan dokter sering member antibiotic MF dan AD
ingin giginya terlihat putih.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam perawatan endodontic atau perawatan saluran akar terhadap pulpa
yang mengalami infeksi perlu dilakukannya restorasi pasca endodontic yang
sangat penting dalam mempertahankan stuktur gigi. Hal yang perlu diperhatikan
dalam pemilihan restorasi sangatlah penting guna tetap menjaga kekuatan stuktur
gigi yang telah hilang. Gigi yang telah mengalami nekrosis juga berpengaruh
terhadap perwarnaan gigi yang dapat merubah warna gigi dari warna aslinya.
Untuk itu perlu tindakan bleaching guna member nilai estetik pada gigi yang
mengalami diskolorasi.
1.2 Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Prosedur Diagnosis
5. Diagnosis
Pulpitis irreversible akut dengan gejala sakit yang muncul secara
spontan dan berlangsung lama.dengan gejala nyeri yang tajam, jika
diberikan obat saki tetap menetap karna telah melewati ambang batas
nyeri.
6. Diagnosis Banding
Abses apikalis akut, periodontitis apikalis akut.
7. Prognosis
Prognosis baik jika dilakukan PSA dan jaringan pulpa yang terinfeksi
dihilangkan.
8. Rencana Perawatan
Pulpektomi, perawatan saluran akar
9. Restorasi Pasca Endo
Direct komposit atau indirect porselen
B. Jenis , Bahan, Indikasi & Kontraindikasi
1
Post
Post adalah bahan restorasi rigid yang diletakkan ke dalam akar gigi yang
dirawat endodontic dengan struktur koronal gigi yang kurang, sebagai retensi
tambahan dari core dan restorasi koronal.
Tujuan
1. memperkuat gigi
2. untuk retensi dari core
Tujuan
1. memperkuat gigi
2. untuk retensi dari core
Jenis
1. Berdasarkan retensi yang dihasilkan :
Active post : pasak aktif terikat secara mekanik dengan
dinding saluran akar
Passive post : tidak terikat dengan dinding saluran akar,
retensi diperoleh dari semen
2. Berdasarkan cara pembuatan :
Prefabricated post : siap pakai, ukuran disesuaikan dengan
saluran kar
Indikasi
Kontra indikasi
kurang dari 3 4 mm
gigi
mahkota klinis
Core
Core adalah bahan yang diletakkan pada area koronal gigi. Core ini adalah
satu kesatuan dari dowel yang masuk kedalam saluran akar gigi yang telah di
preparasi.
Kekurangan:
Korosi (diskolorasi gingiva dan dentin)
GIC (Miracle mix/glass cermet)
Keuntungan:
Kontrol karies
Adhesi pada gigi
Kekurangan:
Sensitif pada lembap
Kekuatan kompresif yang kurang
Bahan rapuh
Membutuhkan jumlah sisa dentin yang banyak
Resin komposit
Keuntungan:
Bahan adhesif
Mudah dimanipulasi
10
Penyusutan polimerisasi
Microleakage
Kerugian:
Tujuan
Untuk mengganti struktur gigi yang lemah oleh karena kontinuitas jaringan dentin
terputus.
Indikasi
Kontra indikasi
periodontal
4. OH jelek
5. Bentuk & diameter gigi pendek,
kecill, membengkok, tidak mampu
menahan daya kunyah
6. Mahkota asli masih punya estetik
yang baik
Crown
1. All metal crown
Mahkota ini sering disebut dengan mahkota tuang penuh atau full cast crown.
Merupakan suatu restorasi yang menyelubungi permukaan gigi dari logam
campur yang dituang.
Indikasi
kontraindikasi
11
2. memerlukan estetik
12
Indikasi
Kontraindikasi
1. Membutuhkan estetik
tinggi
2. Tooth discoloratio
3. Malposisi
4. gigi yang telah dirawat
A. Veneer
Veneer adalah sebuah bahan pelapis sewarna gigi yang diaplikasikan pada
sebagian
diskolorasi.
Pembuatan Veneer dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara direct dan
indirect.
Pada direct veneer, digunakan mikrofil komposit resin dengan keuntungan
dapat dipoles dengan baik dan hasil polesan bertahan lama. Sedangkan pada
indirect veneer, digunakan bahan porselen, porselen fused to metal, dan lain-lain
yang mana dilekatkan dengan etsa asam dan bonding dengan semen resin lightcured.
Indikasi :
1. Fraktur pada sebagian mahkota
2. Karies yang melibatkan sudut insisal gigi anterior
3. Kavitas permukaan labial/klas V, khususnya apabila behubungan dengan karies
proksimal/restorasi klas II
4. Perubahan warna
13
Kontraindikasi :
1. Oral hygiene buruk
2. Gigi dengan tambalan oklusal yang besar
3. Pasien berusia di bawah 18 tahun dengan gambaran radiograf menunjukkan
rongga pulpa yang masih lebar
4. Gigi yang sangat pendek
B. Onlay
Onlay adalah restorasi pada gigi yang morfologi oklusalnya mengalami perubahan
karena restorasi sebelumnya atau karies. Restorasi ini meliputi seluruh daerah
oklusal, yaitu cusp-cusp gigi.
Indikasi :
1. Untuk restorasi posterior pasca perawatan endo dengan dinding bukal dan
lingual masih utuh
2. Pengganti restorasi amalgam yang rusak
3. Sebagai penghubung cusp bukal dan lingual
4. karies interproksimal gigi posterior
5. Restorasi gigi posterior dengan tekanan oklusal yang kuat
14
Kontraindikasi :
1. Oral Hygiene yang buruk
2. Dinding bukal dan lingual sudah rusak
3. Mahkota klinis pendek
4. Insidensi karies tinggi
C. Bahan
1. Porselen
Porselen untuk memperbaiki penampilan gigi yang kurang estetik atau bagus.
Namun, porselen ini mudah beresiko untuk pecah. Kekuatannya tergantung
ketebalan dan kemampuannya melekat pada gigi dengan baik. Setelah melekat,
15
3. Alloy Emas
Bahan ini terdiri dari emas, tembaga, dan logam lainnya. Biasanya digunakan
untuk onlay. Alloy emas tahan karat, tidak merusak gigi antagonis, dan tidak
menyebabkan reaksi alergi. Namun, warnanya yang tidak sewarna gigi kurang
estetik dan bagus.
4. Alloy Logam
Alloy logam tampak seperti perak. Bahan ini tahan karat, sangat kuat, dan tidak
mudah patah. Namun, ada reaksi alergi yang dapat ditimbulkan pasien. Terkadang
pasien dapat merasa tidak nyaman diawal penggunaan karena logam dapat
16
5. Komposit
Bahan komposit yang digunakan sama dengan bahan untuk tambalan.
Keunggulannya ialah komposit tidak menyebabkan terkikisnya gigi antagonis.
Namun, komposit mudah pecah dan berubah warna atau mengalami diskolorasi.
17
18
19
1. Pemeriksaan Klinis
Yang paling lazim dinilai adalah tanda dan gejala klinis. Kriteria klinis
keberhasilan perawatan yang disusun oleh Bennet dan kawan-kawannya adalah:
1. Tidak ada nyeri atau pembengkakan
2. Hilangnya saluran sinus
3. Tidak adanya fungsi yang hilang
4. Tidak ada bukti kerusakan jaringan lunak termasuk pada pemeriksaan dengan
sonde periodontium
2. Temuan radiografis
Menurut gambaran radiograf yang diperoleh, setiap kasus digolongkan ke
dalam kasus yang berhasil, gagal, atau meragukan
A. Berhasil: jika tidak ada leai apeks yang resorptif secara radiologis. Ini berarti
bahwa suatu lesi yang terdapat saat perawatan telah membaik atau bahwa tidak
timbul lesi yang tidak ada saat perawatan.
Dengan begitu, keberhasilan benar-benar terjadi jika radiolusensi hilang setelah
interval waktu pasca perawatan antara 1-4 tahun.
B. Gagal: jika kelainannya menetap atau berkembangnya suatu tanda penyakit
yang jelas secara radiografis. Secara khusus, terdapat lesi radiolusen yang telah
membesar, telah menjadi persisten, atau telah berkembang mulai dari saat
perawatan.
C. Meragukan: jika ada tanda-tanda yang mencerminkan ketidakpastian.
Situasinya tergambar dengan adanya lesi radiolusen yang tidak berkembang
menjadi lebih buruk atau membaik dengan jelas. Suatu status yang meragukan
akan beralih menjadi kegagalan jika situasinya terus berlanjut, pada umumnya
setelah periode 1 tahun.
Regenerasi radiografis yang sempurna dari struktur periapeks tidak selalu terjadi.
Ada kalanya terlihat variasi dalam gambaran radiografisnya, misal suatu rongga
ligamen periodontal yang sedikit lebih besar dari pada normal, atau ada pola
20
trabekuler yang agak berbeda. Tapi radiolusensi apikal yang tetap tidak berubah
atau membaik menandakan kegagalan.
Kemungkinan kesalahan dalam interpretasi radiografis adalah faktor penting lain
yang dapat merumitkan keadaan. Karena biasa radiograf merupakan alat bantu
utama maka teknik dan interpretasinya merupakan hal yang menentukan. Waktu
melalukan foto radiogtaf dan ketika mencuci foto, serta angulasi tabung sinar dan
film merupakan hal penting untuk diperhatikan.
Ketidakkonsistenan dalam menggunakan radiograf dapat menyebabkan kekeliruan
dalam penilaian. Seperti suatu tanda anatomis normal misalnya struktur
radiolusens atau radiopak dapat terdorong istilahnya ke sekitar apeks dengan
mengubah angulasi tabung sinar yang kemudian dapat salah di interpretasikan
sebagai suatu lesi periapikal. Karena itu tidak bisa hanya mengandalkan temuan
radiografis dalam melakukan evaluasi.
3. Pemeriksaan Histologis
Secara histologis, perawatan yang berhasil ditandai dengan suatu perbaikan
struktur periapeks dan tidak adanya inflamasi. Namun karena kurangnya
penelitian histologis prospektif yang terkendali dengan baik, ada ketidaktepatan
mengenai derajat korelasi antara temuan histologis dengan gambaran
radiologisnya. Selain itu, pemeriksaan histologis rutin dari jaringan periapeks
pasien tidak praktis dilakukan. Dengan begitu, temuan klinis dan radiografis
adalah satu-satunya cara menilai keberhasilan dan kegagalan.3
E. Pengaruh Penyakit Hipertensi Terhadap Rencana Perawatan Endodontik
1. Obat
NSAID
NSAID (Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs) atau obat anti
inflamasi non steroid (AINS) adalah suatu kelompok obat yang berfungsi
sebagai anti inflamasi, analgetik dan antipiretik.
21
ANTIMIKROBA
Pada
antimikroba
terdapat
tiga
golongan
obat,yaitu:
kasus
bisa
mencegah
infeksi
oleh
bakteri.
KORTIKOSTEROID ( lokal )
Kortikosteroid adalah obat anti-inflamasi yang digunakan secara
luas untuk mengobati beberapa kondisi medis. Umumnya, obat ini
digunakan untuk meredakan gejala pembengkakan, kemerahan, gatalgatal, dan reaksi alergi.Kortikosteroid merupakan tiruan dari hormon
manusia yang normalnya diproduksi oleh kelenjar adrenal (dua kelenjar
kecil di atas ginjal). Obat ini tergolong jenis obat yang keras, sehingga
memiliki efek samping yang bisa sangat serius.Harap berhati-hati bagi
yang sedang menderita gangguan hati, gangguan mental atau perilaku,
memiliki luka, menderita infeksi lain akibat jamur-bakteri-virus, penyakit
jantung, HIV, hipertensi, diabetes, epilepsi, glaukoma, gangguan kelenjar
tiroid, osteoporosis, obesitas, dan tukak lambung
ANASTESI ( lokal )
Anestesi
lokal
adalah
teknik
untuk
ANTISEPTIK
22
menghilangkan
atau
ANALGESIK
Analgesik adalah sejenis obat yang dibuat untuk menghilangkan rasa nyeri
ANESTESI
Anestesi lokal adalah suatu tindakan yang menyebabkan hilangnya sensasi
23
24
sebagian besar pasien, prosedur atau tindakan dalam bidang kedokteran gigi
seringkali menyebabkan kecemasan dan memicu pelepasan endogen
cathecolamine yang meningkatkan tekanan darah pasien. Pengelolaan dan
pencegahan hipertensi perlu dilakukan pada pasien dengan riwayat hipertensi
dengan tujuan untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas serta memberikan
perawatan dengan strategi preventif dan kuratif yang sesuai dengan kondisi fisik
dan emosional pasien dalam menerima dan merespon perawatan sehingga
komplikasi dapat dihindari.10
Terdapat dua strategi perawatan gigi pada pasien hipertensi, yaitu strategi
preventif dan kuratif (Tabel 1) dan perhatian yang sangat besar harus diberikan
khususnya adanya kemungkinan komplikasi hipertensi akut yang terjadi saat
perawatan gigi (Tabel 8). Pada strategi preventif, meliputi semua tindakan untuk
mengontrol tekanan darah pasien selama periode perawatan, meliputi kontrol
kecemasan, pemilihan anastesi, bahan anastesi dan kontrol sakit, setelah tindakan
selesai.10
Tabel 1 Strategi preventif dan kuratif untuk perawatan gigi pada pasien hipertensi
Tekanan Darah
120/80 mmHg atau kurang
Strategi
tiap
kali
tiap
kali
tiap
kali
25
aktivitas fisik
160/100 sampai 179/109 mmHg
Hipertensi stage 2
Resiko status III :
Tidak
stabil
secara
medis
ada pembatasan aktivitas
fisik
180/110 sampai 209/119 mmHg
Hipertensi stage 2
Resiko status III :
Tidak
stabil
secara
medis
Sangat terbatas dalam
toleransi aktivitas fisik
210/120 atau lebih
Hipertensi stage 2
Resiko status IV :
Tidak toleransi terhadap
aktivitas fisik
Hipertensi mengancam
kehidupan
(dengan pembatasan)
Perawatan
Lemas
Wajah
kemerahan
Sakit kepala
Pusing
Tinnitus
Tekanan darah
>160/110 mmHg
Perubahan status
mental
Sakit pada dada
26
Kepala dinaikkan
Pemberian
oksigen (6L/mnt)
Pemberian
nitroglycerin (0,4
mg)
sublingual/spray
Aktifkan medical
emergensi
Monitor
tanda
vital
Hal penting lain yang perlu diperhatikan dalam perawatan pasien dengan
hipertensi adalah sebagai berikut:
disesuaikan dengan kondisi fisik dan kemampuan emosi pasien untuk dapat
menerima dan merespon terhadapa perawatan yang diberikan. American Society
of Anaesthesiologists (ASA) mengklasifikasikan status resiko pasien menjadi :
ASA I, ASA II, ASA III, dan ASA IV. Untuk pasien dengan ASA I (tekanan darah
normal 120/80 mmHg 130/89 mmHg, tidak ada penyakit sistemik) perawatan
gigi rutin dapat dilakukan. Pasien dengan ASA II (pasien dengan hipertensi stage
1 (140/90 159/99 mmHg), stabil secara medis, tidak ada pembatasan fisik),
perlu pemantauan tekanan darah setelah anastesi local yang mengandung
adrenalin, perawatan gigi rutin bisa diberikan. Pada pasien dengan hipertensi stage
2 dengan tekanan darah 160/100 179/109 mmHg, tidak stabil secara medis dan
toleransi aktifitas fisik terbatas (ASA III), perlu pembatasan vasokonstriktor
dalam anastesi local yang digunakan. Perawatan gigi hanya yang bersifat selektif.
Prosedur gigi selektif meliputi (tetapi tidak dibatasi) untuk: propilaksis,
restorative, periodontal, endodontic dan ekstraksi rutin.
Pasien dengan hipertensi stage 2 dengan tekanan darah 180/110 209/119
mmHg, tidak stabil secara medis dan aktifitas fisik sangat terbatas (ASA IV),
beresiko
untuk
perawatan
dengan
anastesi
local
yang
mengandung
27
Penggunaan Anestetikum
Anestetikum digunakan untuk mengontrol rasa sakit selama perawatan gigi.
Anestesi lokal merupakan jenis anestesi yang lebih baik digunakan pada pasien
dengan hipertensi karena tidak menimbulkan kecemasan. Namun, anestetikum
lokal mengandung vasokonstriktor yang digunakan untuk memperpanjang durasi
anestesi, mengurangi resiko toksis sitemik, mengontrol perdarahan, dan
menghambat absorpsi anestetikum.10
Vasokonstriktor pada bahan anestesi lokal menyerupai mediator system saraf
simpatis, epinefrin, dan nonepinefrin. Vasokonstriktor merupakan salah satu obat
simpatomimetik yang mempengaruhi reseptor adrenergic. Reseptor adrenergik
dibagi dua, alfa dan beta yang keduanya dibagi dua subtype, alfa 1 dan alfa 2 serta
beta 1 dan beta2. Reseptor alfa1 banyak terdapat pada arteriol perifer. Alfa2 dan
beta 1 pada jantung, dan reseptor beta 2 banyak terdapat pada arterior pada otot
skeletal dan otot polos bronkiale. Reseptor Balfa cenderung meningkatkan
tekanan darah tetapi tidak dramatic. Reseptor Beta1 akan meningkatkan frekuensi
nadi jantung dan kekuatan kontraksi jantung sehingga meningkatkan tekanan
darah, sedangkan reseptor beta2 menyebabkan vasodilatasi dan bronchodilatasi.
Epinefrin memiliki pengaruh yang hampir sama terhadap reseptor beta1 dan beta2
sehingga tidak akan meningkatkan tekanan darah secara dramatis. Adrenalin atau
28
waktu
perawatan
gigi
merupakan
hal
yang
harus
29
tidur pagi, mencapai puncak pada pertengahan hari dan fluktuasi tekanan darah
cenderung menurun pada sore hari, oleh karena itu sore hari merupakan waktu
perawatan yang tepat.
Monitoring pasien harus dilakukan selama penatalaksanaan dental dan
memastikan pasien dalam keadaan tenang. Tekanan darah harus diukur minimal
dua atau tiga kali dengan jeda beberapa menit pada pasien dengan riwayat
hipertensi dan pengukuran tekanan darah awal tidak dilakukan langsung ketika
pasien memasuki ruang praktik. Tekanan darah juga harus diukur sebelum dan
setelah injeksi anestesi lokal dengan vasokonstriktor. 10
Kontrol Kecemasan
Kecemasan
dan
stres
dalam
perawatan
gigi
dapat
menyebabkan
meningginya tekanan darah dan mempercepat denyut jantung. Dokter gigi harus
memastikan kembali kondisi pasien dalam keadaan rileks sebelum operasi
dimulai. Premedikasi per oral dengan benzodiazepine seperti triazolam,
oxazepam, diazepam yang dikonsumsi pada malam hari sebelum kunjungan serta
1 jam sebelum tindakan dapat menurunkan kecemasan pasien. Sedasi oral dapat
menolong pasien dalam meredakan kecemasan. Sedasi dengan N2O- O2 dapat
digunakan dalam mengendalikan kecemasan, dan juga dapat mengurangi tekanan
darah (tekanan sistolik dan diastolic 15-10 mmHg) kira-kira 10 menit digunakan
sebelum perawatan dilakukan, namun dapat menyebabkan hipoksia pada pasien
dengan hipertensi. 10
30
Konsultasi Medis
Seluruh pasien yang akan menerima tindakan perlu mendapatkan
pengukuran tekanan darah sebelum tindakan dengan tiga tujuan, yaitu untuk
mengetahui kemungkinan terjadinya kegawatdaruratan medis akibat hipertensi
maupun hipotensi saat tindakan dental, screening dan monitoring pasien, serta
keperluan medikolegal. 10
31
Definisi Diskolorasi
Diskolorasi secara umum diartikan sebagaioerubahan warna pada gigi, atau gigi
telah kehilangan warna aslinya
32
2) Perdarahan Intrapulpa
Pada umumnya berhubungan dengan cedera tumbukan pada
gigi sehingga pembuluh darah di mahkota putus dan terjadi
perdarahan serta lisisnya eritrosit. Produk disintegrasi darah
berupa sulfide memasuki tubulus dentin dan mewarnai
sekeliling dentin. Apabila keadaan ini dibiarkan akan
semakin parah.
3) Calcific metamorphosis
Calcific metamorphosis adalah pembentukan dentin tersier
(dentin sekunder ireguler) yang sangat luas dalam kamar
pulpa atau dindinng saluran akar. Fenomena ini terjadi
setelah cedera tumbukan yang tidak
mengakibatkan
4) Usia
Pasien usia tua, perubahan warna mahkota gigi terjadi
secara fisiologis sebagai akibat aposisi dentin secara
berlebihan, selain itu juga terjadi penipisan dan perubahan
optic didalam enamel. Makanan dan minuman juga
memberikan efek pewarnaan kumulatif karena terjadi
33
5) Defek perkembangan
Perubahan warna dapat terjadi karena kerusakan saat
perkembangan gigi atau karena zat yang masuk ke dalam
email atau dentin saat pembentukan gigi. Bisa karena
fluorosis endemic, obat-obatan sistemik, defek dalam
pembentukan gigi, dan kelainan darah
Fluorosis endemic
Pemakaian fluoride dengan jumlah yang tinggi saat
masa perkembangan gigi dapat berpengaruh pada
proses
mineralisasi
dan
struktur
mineral
hypoplasia.
Gigi
tidak
mengalami
dan
dentin.
34
Kebanyakan
tetrasiklin
3) Medikamen Intrakanal
Obat-obatan dapat menyebabkan perubahan warna interna
pada dentin. Obat intakanal golongan fenol/iodoform yang
biasa dimasukan didalam saluran akar, berkontak langsung
dengan dentin, kadang dalam waktu lama sehingga
memungkinkan terjadinya penetrasi obat dan terjadi
oksidasi.
4) Restorasi Korona
Amalgam : Menyebabkan diskolorasi pada gigi berwarna
abu-abu
Resin Komposit : Kebocoran mikro tepi tumpatan yang
terbuka merupakan tempat masuknya bahan kimia diantara
restorasi dan struktur gigi kemudian akan mewarnai dentin
dibagian bawah. Semakin lama komposit dapat berubah
warna dan mengubah warna mahkotanya.5
H. Bahan Bleaching
3.3.1 Bahan Bleaching
1) Hydrogen Peroksida
35
eksterna
Adanya perubahan warna pada dentin
Kontraindikasi
Adanya perubahan warna enamel superfisial
Terdapat karies
Terjadi perubahan warna pada komposit
Gigi yang mengalami kehilangan dentin yang parah
Gigi yang mengalami pembentukan enamel yang tidak sempurna7
J.Teknik Bleaching
37
2. Termokatalitik
Teknik pemutihan dengan meletakkan
Material Oksidator didalam kamar ulpa dan kemudian
memanaskannya. Panas ini diperoleh dari lampu, alat yang dipanaskan
atau alat pemanas listrik yang dibuat khusus untuk memutihkan gigi`
3. UV photoxidation
Sinar Uv pada permukaan labial yang akan dibleaching H2O2 30%
ditempatkan dalam kamar pulpa diikuti paparan sinar UV 2 menit. Ini
menyebabkan pelepasan O2 pada teknik Termokatalitik
Bleaching Vital
1. In -Office Extracoronal Bleaching/Power Bleaching
Langkah-langkah:
1. Aplikasikan orasel pada daerah gingiva bagian labial atau palatal
38
2. Pasang rubber dam dan setiap gigi yang akan diputihkan diikat
dengan dental floss
3. Pemutihan labial atau bukal dipoles dengan pumice
4). Gigi dengan straining berat dietsa terlebih dahulu
5). Bilas dengan air
6.) Bibir rahang bawah ditutupi dengan kain kasa untuk melindungi
jaringan lunak
7). Siapkan superoksol H2O2 35%
8). Siapkan kain kasa selebar dan sepanjang daerah gigi yang akan
diputihkan kemudian basahi dengan superoksol
39
40
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemilihan material restorasi yang digunakan setelah perawatan saluran
akar atau perawatan endodontic perlu mempertimbangkan beberapa hal yaitu dai
stuktur gigi yang tersisa, fungsi gigi, posisi gigi, dan morfologi gigi. Pemilihan
restorasi yang tepat adalah sentuhan akhir yang baik untuk keberhasilan
perawatan endodontic.
Diskolorasi akibat pulpa yang nekrosis ataupun daripenyebab internal
perlu dilakukannya bleaching guna untuk memberikan sentuhan estetis pada gigi
pasien. Melihat dari indikasi dan kontraindikasi bahan dan tehnik sangat penting
dilakukan untuk memberikan tindakan yang tepat sesuai kebutuhan pasien
41
DAFTAR PUSTAKA
42