I.
TUJUAN
Uji Kekerasan
Mengetahui kekerasan logam (bahan) sebagai ukuran ketahanan logam tersebut
terhadap deformasi plastis. Kekerasan ini dinyatakan dengan angka kekerasan
Brinnel, Vickers atau skala Rockwell.
Jominy Test
Mengetahui kemampuan pengerasan
logam (baja) dengan menentukan
ketebalan dan distribusi kekerasan yang dicapai bila diberikan perlakuan panas
tertentu sesuai dengan
TEORI DASAR
Pada kondisi tertentu diperlukan adanya peningkatan dari baja yang
telah tersedia. Tetapi tidak semua baja dapat dinaikan kekerasannya sesuai
dengan yang kita inginkan. Pengerasan baja tergantung pada komposisi kimia
dan kecepatan pendinginannya. Untuk mengetahui mampu keras suatu baja
dilakukan
percobaan
Jominy.
Percobaan Jominy merupakan suatu standar yang banyak digunakan untuk
mengetahui sifat mampu keras suatu baja. Melalui prosedur ini, semua factor
yang berpengaruh terhadap kekerasannya (seperti bentuk specimen , ukuran
specimen dan quenching treatment) dijaga agar tetap sama/konstan. Hal ini
ditentukan
menurut
standar
sebagai
berikut
:
Dari pengujian Jominy ini kita akan mendapatkan kurva hubungan antara
Kekerasan (HRc) terhadap jarak dari quenched end (gambar diatas). Semakin
jauh jarak dari quenched end maka harga kekerasan suatu baja akan semakin
kecil.
Hal yang harus diperhatikan dalam pengujian ini salah satunya adalah
Severity of quench. Severity of quench merupakan ukuran dari suatu media
quench dalam menyerap panas/kalor dari benda kerja. Media quench yang
sering digunakan antara lain air, oli, dan udara. Dari ketiga contoh tersebut air
memiliki kemampuan menyerap panas paling tinggi, sehingga laju pendinginan
benda kerja dalam media quench air paling cepat dibandingkan media
pendinginan yang lain.
: AISI 4142
Diameter
: 1
Panjang
: 4
Kekerasan Awal
: 60 HRA
Teori tambahan
Percobaan ini diawali dengan pemanasan baja hingga temperature
austenisasinya sehingga seluruh bagian baja berubah menjadi austenit. Setelah
dilakukan holding time yang dirasa cukup (untuk menghomogenasi kalor pada
seluruh bagian specimen), dilakukan pendinginan dengan menggunakan water
jet yang ditembakan/disemprotkan pada salah satu ujung dari specimen (pusat
quenching. Mekanisme pengerasan baja tersebut yaitu dengan pembentukan
martensit dari austenit sebagai akibat dari proses pendinginan dengan laju yang
cepat. Pada pusat quenching (bagian yang disemprot dengan water jet) karena
laju pendinginannya paling cepat maka martensit banyak terbentuk disana. Hal
ini menyebabkan kekerasan pada bagian ini paling keras. Sedangkan makin
menjauhi pusat quench laju pendinginan akan makin melambat sehingga
martensit yang terbentuk makin sedikit namun perlit yang akan terbentuk akan
makin banyak. Hal ini dapat terlihat dari diagram CCT bahwa makin lambat laju
pendinginan maka akan mempengaruhi jumlah martensit yang terbentuk (untuk
suatu baja yang sama)
Dari kurva diatas akan terukur harga kekerasan yang berbeda pada laju
pendinginan A,B,C,danD. Urutan kekerasan : A>B>C>D.
Secara teoritis specimen, yang dalam hal ini bja AISI 4142 termasuk
jenis baja karbon medium. Dalam hal ini seharusnya baja jenis ini memiliki sifat
mampu keras yang baik. Jika kita melihat dari diagram CCT-nya maka kita akan
melihat bahwa letak hidung kurvanya terletak cukup jauh dari sumbu tegaknya
sehingga dengan proses pendinginan yang cepat memungkinkan terbentuknya
martensit. Disamping itu didukung oleh letak martensit start yang tidak begitu
rendah sehingga kemungkinan terbentuk 100% martensit lebih besar jika
disbanding dengan baja karbon tinggi (Pada baja karbon tinggi sering masih ada
austenit sisia yang belum sempat berubah menjadi martensit).
Namun apabila kita memplotkan kurva hardenability hasil percobaan
bersama dengan kurva hardenability band-nya, terlihat bahwa specimen yang
kita uji tersebut sifat mampu kerasnya kurang baik. Hal ini terlihat dari letak
kurva hardenabilitynya yang terletak dibawah batas minimum hardenability
band-nya.Padahal seharusnya baja karbon medium yang secara teoritis memiliki
sifat mampu keras yang baik, kurva hardenabilitynya berada di dalam
hardenability band-nya. Berikut kurva gabungan antara kurva hardenability yang
diperoleh dengan kurva hardenability band-nya :
Hardenability dari specimen hasil uji jominy dapat diketahui melalui kurva
hardenabilitynya, yaitu sebagai berikut :
Semakin landai jarak antara puncak dengan lembahnya pada kurva yang
didapat, maka martensit yang terbentuk akan lebih sempurna atau dapat
dikatakan pembentukannya merata. Semakin landai kurvanya, maka
mampu kerasnya semakin baik jika dibandingkan dengan kurva yang jarak
puncak dengan lembahnya cukup curam
b. Metode Vickers
Vickers adalah hampir sama dengan uji kekerasan Brinell hanya saja dapat
mengukur sekitar 400 VHN. Pengujian kekerasan dengan metode Vickers
bertujuan menentukan kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahan
material terhadap intan berbentuk piramida dengan sudut puncak 136.Derajat
yang ditekankan pada permukaan material uji tersebut. Angka kekerasan Vickers
(HV) didefinisikan sebagai hasil bagi (koefisien) dari beban uji (F) dalam Newton
yang dikalikan dengan angka faktor 0,102 dan luas permukaan bekas luka tekan
(injakan) bola baja (A) dalam milimeter persegi.
Secara matematis dan setelah disederhanakan, HV sama dengan 1,854 dikalikan
beban uji (F) dibagi dengan diagonal intan yang dikuadratkan. Beban uji (F) yang
biasa dipakai adalah 5 N per 0,102; 10 N per 0,102; 30 N per 0,102N dan 50 per
0,102 N. Dalam Praktiknya, pengujian Vickers biasa dinyatakan dalam (contoh ) :
HV 30 hal ini berarti bahwa kekerasan Vickers hasil pengujian dengan beban uji
(F) sebesar 30 N per 0,102 dan lama pembebanan 15 detik. Contoh lain misalnya
HV 30 / 30 hal ini berarti bahwa kekerasan Vickers hasil pengujian dengan beban
uji (F) sebesar 30 N per 0,102 dan lama pembebanan 30 detik.
c. Rockwell
Rockwell merupakan metode yang paling umum digunakan karena simple dan
tidak menghendaki keahlian khusus. Digunakan kombinasi variasi indenter dan
beban untuk bahan metal dan campuran mulai dari bahan lunak sampai keras.
DAFTAR PUSTAKA
Callister,
William
D,
2003. Materials
Science
and
Engineering
an
Introduction. Sixth edition, John Wiley & Son Inc, New York. Hal 361-368,hal 323324