Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TUJUAN PRAKTIKUM
1
II
DASAR TEORI
Validasi metoda analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter
tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium,
untuk
membuktikan bahwa
Definisi masalah
Definisi masalah terkait dengan informasi analisis yang berhubungan dengan
tingkat akurasi yang dibutuhkan. Selain itu menyangkut berapa lama waktu yang
dibutuhkan, biaya diperlukan, ketersediaan alat, bahan, dan pelarut yang
dibutuhkan untuk analisis.
Pengambilan sampel
Sampel harus dapat mewakili materi yang akan dianalisis secara utuh.
Masalah pengambilan sampel merupakan hal yang tidak boleh dipandang ringan
karena dari cara kita mengambil sampel itulah diperoleh hasil analisis.
8. Kemungkinan adanya gangguan pada saat deteksi atau pada saat pengukuran
sampel.
Metode yang baik harus memenuhi beberapa kriteria yaitu metode harus:
1
Peka (sensitive), artinya metode harus dapat digunakan untuk menetapkan kadar
senyawa dalam kosentrasi yang kecil.
Accuracy adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analis dengan
kadar analit yang sebenarnya. Accuracy dinyatakan sebagai persen perolehan
kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Kecermatan hasil analis sangat
tergantung kepada sebaran galat sistematik di dalam keseluruhan tahapan analisis.
Oleh karena itu untuk mencapai kecermatan yang tinggi hanya dapat dilakukan
dengan cara mengurangi galat sistematik tersebut seperti menggunakan peralatan
yang telah dikalibrasi, menggunakan pereaksi dan pelarut yang baik, pengontrolan
suhu, dan pelaksanaannya yang cermat, taat asas sesuai prosedur (Gandjar, 2007)
Selektivitas adalah kemampuannya yang hanya mengukur zat tertentu saja secara
cermat dan seksama dengan adanya komponen lain yang mungkin ada dalam
matriks sampel. (Riyadi, 2009)
Praktis, artinya metode tersebut mudah dikerjakan serta tidak banyak memerlukan
waktu dan biaya.
Precision adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji
individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika prosedur
diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil dari campuran yang
homogen. (Riyadi,2009).
Walaupun untuk memenuhi semua persyaratan di atas sulit dicapai, namun
farmakologi
yang
timbul
dapat
diukur
secara
Cuplikan darah sangat relevan, karena semua proses obat dalam tubuh
kuantitatif.
melibatkan
darah sebagai media, suatu alat ukur dari organ satu ke organ lain seperti
absorpsi,distribusi, metabolisme, ekskresi.
Pengukuran
darah,
konsentrasi
serum,
a d a l a h pendekatan secaralangsung
obat
atau
yang
paling
di
plasma
baik
untuk
menilai
konsentrasi
obat
akan
merefleksikan
III
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
mikropipet
tabung reaksi
tabung penampung darah (ephendrof)
vortex-mixer
sentrifuge
spektrofotometer uv
scalpel
pipet volume
filler
pipet tetes
beaker glass
sonikator
BAHAN :
1 Paracetamol
2 Asam trikloroasetat (TCA) 20%
3 Asam sulfamat 15%
4 HCl 6N
5 Heparin
6 NaOH 10%
7 Aquadest
Hewan uji : tikus
ANALISIS BAHAN
Paracetamol (Asetaminofen)
Pemerian
Berat jenis
Titik lebur
Kelarutan
Kadar menjadi
2. Pembuatan
kurva 1mg/L
baku atau 1000
g/ml
Kadar menjadi 0, 100, 200, 300, 400, 500, 600, 700 g/ml
Campur sampai homogen
2,0mlgelombang
TCA 20% ke dalam tabung centrifugasi
4. Ditambahkan
Mencari panjang
Baca intensitas
di spektrofotometer
dengan panjang gelombang 435nm
5. Validasi
metodewarna
penetapan
kadar paracetamol
a. Mencari panjang gelombang dan operating time
Larutan paracetamol dengan kadar 400 g/ml
0,5882 gram
Kertas + sisa
0,4887 gram
Paracetamol
0,0995 gram =
99,5 mg
Konsentrasi Paracetamol
99,5mg
g
=995
100 ml
ml
Deret Baku
0 g/ml (blanko)
Koreksi Kadar
0 g/ml (blanko)
V1 . C1
V2 . C2
V 1 . C1
V 2 . C2
V1 . 1000
500 . 0
0 . 995
500 . C2
V1
0 l induk +
C2 =
0 g/ml
500 l darah
100 g/ml
100 g/ml
V1 . C1
V2 . C2
V 1 . C1
V 2 . C2
V1 . 1000
500 . 100
50 . 995
500 . C2
V1
50 l induk +
C2
99,5 g/ml
450 l darah
200 g/ml
200 g/ml
V1 . C1
V2 . C2
V 1 . C1
V 2 . C2
V1 . 1000
500 . 200
100 . 995
500 . C2
V1
100 l induk +
C2
199 g/ml
400 l darah
300 g/ml
300 g/ml
V1 . C1
V2 . C2
V 1 . C1
V 2 . C2
V1 . 1000
500 . 300
150 . 995
500 . C2
V1
150 l induk +
C2
298,5 g/ml
350 l darah
400 g/ml
400 g/ml
V1 . C1
V2 . C2
V 1 . C1
V 2 . C2
V1 . 1000
500 . 400
200 . 995
500 . C2
V1
200 l induk +
C2 =
398 g/ml
300 l darah
500 g/ml
V1 . C1
V2 . C2
500 g/ml
V 1 . C1
V 2 . C2
V1 . 1000
500 . 500
V1
250 l induk +
250 . 995
C2 =
500 . C2
497,5 g/ml
250 l darah
600 g/ml
600 g/ml
V1 . C1
V2 . C2
V 1 . C1
V 2 . C2
V1 . 1000
500 . 600
300 . 995
500 . C2
V1
300 l induk +
C2 =
597 g/ml
200 l darah
700 g/ml
700 g/ml
V1 . C1
V2 . C2
V 1 . C1
V 2 . C2
V1 . 1000
500 . 700
350 . 995
500 . C2
V1
350 l induk +
C2
696,5 g/ml
150 l darah
total darah yang diperlukan = 500 l + 450 l + 400 l + 350 l + 300 l + 250 l +
200 l + 150 l =2.600 l = 3 ependrof
Absorbansi
Absorbansi
Kelompok IV
Kelompok V
Kelompok VI
99,5
0,180
0,053
0,174
199
0,378
0,083
0,269
298,5
0,518
0,171
0,344
398
0,594
0,256
0,477
497,5
0,605
0,621
0,499
597
0,765
0,697
0,567
696,5
0,779
0,755
0,798
Konsentrasi (g/ml)
Kelompok IV
a = 0,1656
b = 9,5466 x 10-4
r = 0,9600
y = bx + a
y = 0,0009546 x + 0,1656
A = 0,180
y
0,180
x
A = 0,378
y
0,378
x
= 9,5466.10-4x + 0,1656
= 9,5466.10-4x + 0,1656
= 15,0848 g/ml
= 9,5466.10-4x + 0,1656
= 9,5466.10-4x + 0,1656
= 222,5015 g/ml
A = 0,518
y
0,518
x
= 9,5466.10-4x + 0,1656
= 9,5466.10-4x + 0,1656
= 369,1598 g/ml
A = 0,594
y
0,594
x
= 9,5466.10-4x + 0,1656
= 9,5466.10-4x + 0,1656
= 448,7743 g/ml
A = 0,605
y
0,605
x
= 9,5466.10-4x + 0,1656
= 9,5466.10-4x + 0,1656
= 460,2975 g/ml
A = 0,765
y
0,765
x
= 9,5466.10-4x + 0,1656
= 9,5466.10-4x + 0,1656
= 627,9069 g/ml
A = 0,779
y
0,779
x
= 9,5466.10-4x + 0,1656
= 9,5466.10-4x + 0,1656
= 642,5728 g/ml
Kelompok V
a = -0,1640
y = bx + a
b = 0,1358 x 10-4
r = 0,9612
y = 0,001358 x + 0,1656
A = 0,053
y
0,053
x
A = 0,083
y
0,083
x
= 0,001358x - 0,1640
= 0,001358x - 0,1640
= 159,7938 g/ml
= 0,001358x - 0,1640
= 0,001358x - 0,1640
= 181,0851 g/ml
A = 0,171
y
0,171
x
= 0,001358x - 0,1640
= 0,001358x - 0,1640
= 246,6863 g/ml
A = 0,256
y
0,256
x
= 0,001358x - 0,1640
= 0,001358x - 0,1640
= 309,2784 g/ml
A = 0,621
y
0,621
x
= 0,001358x - 0,1640
= 0,001358x - 0,1640
= 578,0559 g/ml
A = 0,697
y
0,697
x
= 0,001358x - 0,1640
= 0,001358x - 0,1640
= 634,0206 g/ml
A = 0,755
y
0,755
x
= 0,001358x - 0,1640
= 0,001358x - 0,1640
= 676,7304 g/ml
Kelompok VI
a = 0,0731
b = 9,4149 x 10-4
y = bx + a
y = 0,0009415x + 0,0731
A = 0,174
y
= 0,0009415x + 0,0731
r = 0,9759
0,174
x
= 0,0009415x + 0,0731
= 108,2315 g/ml
A = 0,269
y
0,269
x
= 0,0009415x + 0,0731
= 0,0009415x + 0,0731
= 209,1344 g/ml
A = 0,344
y
0,344
x
= 0,0009415x + 0,0731
= 0,0009415x + 0,0731
= 288,7945 g/ml
A = 477
y
0,477
x
= 0,0009415x + 0,0731
= 0,0009415x + 0,0731
= 430,0584 g/ml
A = 0,499
y
0,499
x
= 0,0009415x + 0,0731
= 0,0009415x + 0,0731
= 453,4254 g/ml
A = 0,567
y
0,567
x
= 0,0009415x + 0,0731
= 0,0009415x + 0,0731
= 525,6506 g/ml
A = 0,798
y
0,798
x
= 0,0009415x + 0,0731
= 0,0009415x + 0,0731
= 771,0037 g/ml
PERHITUNGAN % RECOVERY
kadar terukur
Perolehan Kembali kadar diketa hui 100
Kadar
diketahui
99,5
199
298,5
398
497,5
Kadar Terukur
% Recovery
Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok
IV
15,0848
222,5015
369,1508
448,7743
460,2975
V
159,7938
181,8861
246,6863
309,2784
578,0559
VI
108,2315
209,1344
288,7945
430,0584
453,4254
IV
15,16
106,97
118,32
107,88
88,52
V
160,60
87,45
79,07
74,35
111,16
VI
108,78
100,55
92,56
103,38
87,20
597
696,5
627,9069
642,5728
634,0206
676,7304
525,6506
771,0037
100,63
88,27
101,61
92,96
84,24
105,91
= 100 % Recovery
Kadar
diketahui
Kelompok IV
84,84
-6,97
-18,32
-7,88
11,48
-0,63
11,73
99,5
199
298,5
398
497,5
597
696,5
Kelompok V
-60,60
12,55
20,93
25,65
-11,16
-1,61
7,04
Kelompok VI
-8,78
-0,55
7,44
-3,38
12,80
15,76
-5,91
Kesalahan acak
Kadar
diketahui
99,5
199
298,5
398
497,5
597
696,5
Kelompok
simpangan baku
x 100
ratarata
Kadar Terukur
Kelompok Kelompok
IV
VI
15,0848
222,5015
369,1508
448,7743
460,2975
627,9069
642,5728
15,0848
222,5015
369,1508
448,7743
460,2975
627,9069
642,5728
15,0848
222,5015
369,1508
448,7743
460,2975
627,9069
642,5728
Kesalahan
SD
73,34
20,7
62,22
75,72
70,06
60,88
66,52
Acak (%)
94,37
204,51
301,54
396,04
497,26
595,86
696,77
77,72
10,12
20,63
19,12
14,09
10,22
9,55
PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini dilakukan optimasi metode analisis obat dengan tujuan
memahami langkah-langkah analisa obat di dalam darah dan mampu melakukan
validasinya. Suatu metode analisa obat perlu divalidasi agar hasil analisis yang diperoleh
sesuai dengan nilai-nilai parameter farmakokinetik obat dan dapat dipercaya. Metode
analisa obat dikatakan valid jika metode tersebut dapat memberikan nilai perolehan
kembali yang tinggi (parameter:75%-90% atau lebih), kesalahan acak dan sistematiknya
yang rendah (parameter: < 10%). Pada percobaan ini digunakan darah karena darah
merupakan tempat yang paling cepat dicapai obat dan paling logis bagi penetapan kadar
obat di dalam tubuh.
Suatu metode dapat dikatakan valid apabila memenuhi beberapa kriteria diantaranya
sensitivitas, spesifitas, akurat, presisi, dan praktis. Sensitivitas adalah suatu metode yang
digunakan dapat menetapkan kadar senyawa dalam konsentrasi yang kecil.
Spesifitas
dari suatu metode yaitu jika metode tersebut hanya dapat digunakan untuk menetapkan
kadar dari senyawa yang kita inginkan. Akurat yaitu dari pengukuran menggunakan
metode tertentu dapat dihasilkan nilai rata-rata yang mendekati nilai sesungguhnya.
Presisi adalah dari suatu seri pengukuran didapat hasil satu sama lain yang hamper sama.
Praktis yaitu metode yang akan dilakukan mudah,tidak memerlukan waktu pengerjaan
yang lama dan dilihat dari segi ekonomi metode tersebut tidak memerlukan biaya yang
banyak.
Praktikum kali ini kelompok kami mendapatkan obat paracetamol (analgesikantipiretik) untuk ditetapkan kadar senyawanya. Adapun mekanisme dari Paracetamol
adalah hambatan terhadap enzim siklooksigenase yang menyebabkan adanya
prostaglandin, suatu mediator yang berperan penting dalam proses terjadinya inflamasi,
nyeri dan demam.
Hewan uji yang digunakan adalah tikus, yang diambil darahnya pada bagian vena
ekor. Sampel diambil dari ekor tikus dengan cara memotong sedikit pada ujung ekor
tikus dan ditampung dalam ependorf yang sudah diberi heparin. Heparin digunakan agar
darah yang berada di ependrof tidak cepat menggumpal. Selain itu, heparin juga dapat
menjernihkan plasma yang mengandung lipid. Mekanisme heparin adalah meningkatkan
efek antitrombin III dan menginaktifasi trombin (demikian juga dengan faktor koagulan
IX, X, XI, XII dan plasmin) dan mencegah konversi fibrinogen menjadi fibrin. Akibatnya
tidak terbentuk benang-benang fibrin dan darah menjadi encer atau tidak menggumpal.
Jika darah susah keluar bisa diberi etanol pada ekor dengan cara dioleskan dengan kapas
sambil diurut, supaya aliran darahnya lancar.
Larutan stok dibuat kurva baku dengan kadar 0, 100, 200, 300, 400, 500, 600, dan 700
untuk baku Paracetamol, fungsi dari deret baku ini untuk membuat suatu persamaan
regresi linier. Lalu masing-masing kadar ditambah dengan larutan TCA 20% sebanyak
2,0 ml dan divortexing. Vortexing bertujuan untuk menghomogenkan pencampuran
antara heparin dan darah. Kemudian dilakukan proses pemusingan dengan menggunakan
sentrifuge pada kecepatan 2500 rpm selama 5-10 menit.
Proses sentrifuge bertujuan untuk membantu larutan TCA dalam memisahkan protein
dari darah. Proses sentrifuge juga dilakukan untuk lebih mengendapkan protein plasma
darah dan didapatkan plasmanya dalam bentuk beningan (supernatan). Larutan TCA
mampu mengendapkan protein darah karena ion negative dari larutan TCA mampu
bergabung dengan protein darah yang bermuatan positif (sebagai kation). Pada dasarnya
di dalam darah mengandung suatu protein, diantaranya albumin. Tanpa larutan TCA
protein darah mampu berikatan dengan obat terutama albumin. Juga dengan adanya
protein dapat menggangu dalam pengukuran absorbansi menggunakan spektrofotometer.
Baku tengah paracetamol yaitu 400 g/ml digunakan untuk mengukur operating time
dan panjang gelombang. Tahap selanjutnya diambil 1,5 ml supernatan. Kemudian
supernatan ditambah NaNO2 10% dan 0,5 ml HCl untuk reaksi diazotasi, yaitu
pembentukan garam diazonium yang sangat reaktif. Dengan adanya reaksi diazotasi
inilah yang menyebabkan paracetamol dapat diukur di spektrofotometer.
Reaksi ini dikenal dengan reaksi diazotasi, dengan persamaan yang berlangsung
dalam dua tahap seperti dibawah ini :
Karena alasan itulah setelah penambahan HCl dan NaNO 2 didiamkan selama 15
menit dibawah suhu <15oC. agar garam dizonium yang terjadi tidak mudah
terdegradasi membentuk senyawa fenol dan gas nitrogen. Selanjutnya ditambahkan
asam sulfamat dan NaOH. Fungsi penambahan asam sulfamat ini adalah agar tidak
tebentuk HNO2 yang berlebih. Apabila HNO2 bereaksi dengan TCA, akan membentuk
ion nitroniuom yang menyebabkan reaksi diazotasi tidak sempurna. Hal yang
menujukkan hilangnya HNO2 yaitu dengan berkurangnya gas N2 atau gelembung
udara yang terbentuk. Penambahan NaOH bertujuan untuk melarutkan parasetamol
dan untuk meningkatkan intensitas serapan(absorbansi).
Dalam praktikum ini, didapatkan operating time selama 10 menit yang ditandai
dengan nilai absorbansi sampel sudah konstan. Tahap selanjutnya, dibuat kurva baku
untuk Paracetamol 100 g/ml 700 g/ml sehingga diperoleh persamaan kurva baku
untuk masing masing kelompok. Kemudian dihitung perolehan kembali atau recovery.
G. Kesimpulan
1. Optimasi metode analisis mempunyai tujuan untuk menjamin bahwa metode
analisis yang digunakan memenuhi syarat yang sesuai dan dapat diterima sesuai
dengan tujuan yang ditetapkan.
2. Bahan obat yang digunakan adalah Paracetamol
3.
Hasil
perhitungan
Kesalahan
paracetamol
acak
menunjukkan
Dan
nilai
recovery
kesalahan
yang
sistematis
H. Daftar Pustaka
1. Gandjar, G.H., (2007). Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar: Yogyakarta
2. Chan, C.C., Lam, H., Lee, Y.C dan Zhang X.M. (2004). Analytical Method
Validation and Instrument Performance Verification. Canada: A John Wiley & Sons
Inc. Hal 11-49
3. Riyadi, W. 2009. Validasi Metode Analisis. Tersedia di http://www.chem-istry.org
4. Sudjadi. 2008. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka pelajar
Yogyakarta.
5. Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo.