PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertolongan persalinan adalah orang yang membantu ibu dalam proses kelahiran
bayinya ke dunia. Salah satu indikator proses yang penting dalam program safemotherhood
adalah memperharikan seberapa banyak persalinan yang dapat ditangani, khususnya oleh
pertolongan persalinan. (www suprayanto,bloges 2012).
Dalam melakukan pertolongan persalinan perlunya dukungan suami yaitu dukungan
suami dalam pengambilan keputusan untuk menggunakan pelayanan kesehatan untuk
memilih siapa penolong persalinan. Pengambilan keputusan ini harus didasarkan atas adanya
informasi atau pengetahuan ibu tentang persalinan.
Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra, yakni
indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh dari mata dan telinga. (Notoatmodjo,2003).
Pengetahuan tentang masalah kehamilan perlu diketahui oleh suami ataupun kerabat
dekat untuk memilih siapa akan melakukan persalinan pada ibu hamil. Hal ini sangat
ditentukan oleh orang yang paling dominan berpengaruh dalam keluarga dalam hal ini suami
sehingga sifat kepatuhan selalu diutamakan. (Depkes 2009)
Pertologan persalinan adalah kegiatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan yang
dapat memberikan pertolongan kepeda masyarakat guna memberikan pelayanan kesehatan
yang baik sehingga masyarakat dapat ditingkatkan status kesehatan mereka melalui
pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil dalam memberikan pelayanan kebidanan.
Berbagai tanaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan juga bermacam-macam
dimana saat inibanyak sekali tenaga kesehatan yang sudah mampu memberikan pelanyanan,
banyak juga tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan belum tahu statusnya
sehingga ada kalanya masnyarakat susah memilih mau kemana mereka meminta pertolongan
kesehatan khususnya pertolongan persalinan (Depkes 2001).
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
pertolongan persalinan pada non naken atau juga sebaliknya, jika keluarga ditolong oleh
bidan maka akan cendrung keluarga mereka yang lain akan memilih tenaga Bidan sebagai
penolong (Anderson 2006).
Persiapan persalinan adalah persiapan tindakan yang dibuat ibu,anggota keluarganya
dan bidan. Dengan adanya persiapan persalinan akan mengurangi kebingungan dan
kekacauan pada saat persalinan dan meningkatkan kemungkinan bahwa ibu akan menerima
asuhan yang sesuai serta tepat waktu.
Persalinan dan kelahiran bayi mungkin terjadi dirumah (rumah ibu atau rumah
kerabat), di tempat Bidan, Puskesmas, Polindes atau Rumah Sakit. Pastikan ketersediaan
bahan-bahan dans arana yang memadai. Laksanakan upaya pencegahan infeksi (PI) sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan.
Di manapun persalinan dan kelahiran bayi terjadi, diperlukan hal-hal pokok seperti
berikut ini :
Ruangan yang hangat dan bersih, memiliki sirkulasi udara yang baik dan terlindung
dari tiupan angin.
Sumber air bersih dan mengalir untuk cuci tangan dan memandikan ibu sebelum dan
sesudah melahirkan.
Air disinfeksi tingkat tinggi (air yang didihkan dan didinginkan) untuk membersihkan
vulva dan perineum sebelum dilakukan periksa dalam dan membersihkan perineum
ibu setelah bayi lahir.
Kecukupan air bersih, klorin, deterjen, kain pembersih, kain pel, dan sarung tangan
karet untuk membersihkan ruangan, lantai, perabotan, dekontaminasi dan proses
pelarutan.
Kamar mandi yang bersih untuk kebersihan pribadi ibu dan penolong persalinan.
Pastikan bahwa kamar kecil dan kamar mandi telah di dekontaminasi dengan larutan
klorin 0,5%, dibersihkan dengan deterjen dan air sebelum persalinan dimulai (untuk
melindungi ibu dari risiko infeksi), dan setelah bayi lahir (untuk melindungi keluarga
dari risiko infeksi melalui darah dan sekresi tubuh ibu).
Tempat yang lapang untuk ibu berjalan-jalan dan menunggu saat persalinan,
melahirkan bayi dan untuk memberikan asuhan bagi ibu dan bayinya setelah
persalinan. Pastikan bahwa ibu mendapatkan privasi yang diinginkannya.
Tempat tidur yang bersih untuk ibu. Tutupi kasur dengan plastic atau lembaran yang
mudah dibersihkan jika terkontaminasi selama persalinan atau kelahiran bayi.
Jika tempat persalinan dan kelahiran bayi akan terjadi jauh dari fasilitas kesehatan,
bawalah semua keperluan tersebut ke lokasi persalinan. Ketidak-mampuan untuk
menyediakan semua perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obat esensial pada saat diperlukan
akan meningkatkan risiko terjadinya penyulit pada ibu dan bayi baru lahir sehingga keadaan
ini dapat membahayakan keselamatan jiwa mereka.
Penolong Pada setiap persalinan dan kelahiran bayi :
Periksa semua peralatan sebelum dan setelah memberikan asuhan. Segera ganti
peralatan yang hilang atau rusak.
Periksa semua obat-obatan dan bahan-bahan sebelum dan setelah menolong ibu
bersalin dan melahirkan bayinya. Segera ganti ob at apapun yang telah digunakan atau
hilang.
Pastikan bahwa perlengkapan dan bahan-bahan sudah bersih dan siap pakai. Partus
set, peralatan untuk melakukan penjahitan, dan peralatan untuk resusitasi bayi baru
lahir sudah dalam keadaan disinfeksi tingkat tinggi atau steril.
C. Persiapan Rujukan
Kaji ulang rencana rujukan bersama ibu dan keluarganya. Jika terjadi penyulit,
keterlambatan untuk merujuk ke fasilitas yang sesuai dapat membahayakan jiwa ibu atau
bayinya. Jika perlu dirujuk, siapkan dan sertakan dokumentasi tertulis semua asuhan atau
perawatan yang telah diberikan dan semua hasil penilaian (termasuk partograf) untuk dibawa
ke fasilitas rujukan.
Jika ibu datang hanya untuk mendapatkan asuhan persalinan dan kelahiran bayi dan ia
tidak siap atau kurang memahami bahwa kondisinya memerlukan upaya rujukan maka
lakukan konseling terhadap ibu dan keularganya tentang perlunya memiliki rencana rujukan.
Bantu mereka mengembangkan rencana rujukan pada saat awal persalinan.
D. Memberikan Asuhan Sayang Ibu
Persalinan adalah saat yang menegangkan dan dapat menggugah emosi ibu dan
keluarganya atau bahkan dapat menjadi saat yang menyakitkan dan menakutkan bagi ibu.
Upaya untuk mengatasi gangguan emosional dan pengalaman yang menegangkan tersebut
sebaiknya dilakukan melalui asuhan sayang ibu selama persalinan dan proses kelahiran
bayinya.
Prinsip-prinsip umum asuhan sayang ibu adalah :
Menyapa ibu dengan ramah dan sopan, bersikap dan bertindak tenang dan berikan
dukungan penuh selama persalinan dan kelahiran bayi.
Jawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh ibu atau anggota keluarganya.
Anjurkan suami dan anggota keluarga ibu untuk hadir dan memberikan dukungannya.
Waspadai gejala dan tanda penyulit selama proses persalinan dan lakukan tindakan
yang sesuai jika diperlukan.
Pencegahan infeksi.
Dukungan Emosional
Dukung dan anjurkan suami dan anggota keluarga yang lain untuk mendampingi ibu
selama persalinan dan proses kelahiran bayinya. Anjurkan mereka untuk berperan aktif dalam
mendukung dan mengenali berbagai upaya yang mungkin sangat membantu kenyamanan ibu.
Hargai keinginan ibu untuk menghadirkan teman atau saudara yang secara khusus diminta
untuk menemaninya (Enkin, et al, 2000).
Bekerja bersama anggota keluarga untuk :
Memijat punggung, kaki atau kepala ibu dan tindakan-tindakan bermanfaat lainnya.
Menyeka muka ibu secara lembut dengan menggunakan kain yang dib asahi air
hangat atau dingin.
6
melahirkan bayi serta anjurkan suami dan pendamping lainnya untuk membantu ibu berganti
posisi. Ibu boleh berjalan, berdiri, duduk, jongkok, berbaring miring atau merangkak. Posisi
tegak seperti berjalan, berdiri atau jongkok dapat membantu turunnya kepala bayi dan
seringkali memperpendek waktu persalinan. Bantu ibu untuk sering berganti posisi selama
persalinan. Beritahukan pada ibu untuk tidak berbaring telentang lebih dari 10 menit.
Alasan : Jika ibu berbaring terlentang maka berat uterus dan isinya (janin, cairan
ketuban, plasenta, dll) akan menekan vena cava inferior. Hal ini akan mengakibatkan
turunnya aliran darah dari sirkulasi ibu ke plasenta. Kondisi seperti ini dapat menyebabkan
hipoksia atau kekurangan pasokan oksigen pada janin. Selama itu, posisi terlentang
berhubungan dengan gangguan terhadap proses kemajuan persalinan (Enkin, et al, 2000).
Pemberian Cairan dan Nutrisi
Anjurkan ibu untuk mendapat asupan (makanan ringan dan minum air) selama
persalinan dan proses kelahiran bayi. Sebagian ibu masih ingin makan selama fase laten
persalinan tetapi setelah memasuki fase aktif, mereka hanya ingin mengkonsumsi cairan saja.
Anjurkan agar anggota keluarga sesering mungkin menawarkan minum dan makanan ringan
selama proses persalinan.
Alasan : Makanan ringan dan asupan cairan yang cukup selama persalinan akan member
lebih banyak energi dan mencegah dehidrasi. Dehidrasi bisa memperlambat kontraksi dan/
atau membuiat kontraksi menjadi tidak teratur dan kurang efektif.
Kamar Mandi
Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya secara rutin selama persalinan,
ibu harus berkemih sedikitnya setiap 2 jam, atau lebih sering jika ibu merasa ingin berkemih
sedikitnya setiap 2 jam, atau lebih sering jika ibu merasa ingin berkemih atau jika kandung
kemih terasa penuh. Periksa kandung kemih sebelum memeriksa denyut jantung janin (amati
atau lakukan palpasi tepat diatas simfisis pubis untuk mengetahui apakah kandung kemih
7
penuh). Anjurkan dan antarkan ibu untuk berkemih di kamar mandi. Jika ibu tidak dapat
berjalan ke kamar mandi, berikan wadah urin.
WHO dan Asosiasi Rumah Sakit Internasional menganjurkan untuk tidak menyatukan
ruang bersalin dengan kamar mandi atau toilet karena tingginya frekuensi penggunaan, lalu
lintas antar ruang, potensi cemaran mikroorganisme, percika air atau lantai yang basah atau
meningkatkan risiko infeksi nosokomial terhadap ibu, bayi baru lahir dan penolong sendiri.
Hindarkan terjadinya kandung kemih yang penuh karena berpotensi untuk :
pascapersalinan dan malahan akan meningkatkan jumlah tinja yang keluar selama kala dua
persalinan (Enkin, et al, 2000).
E. Membuat Keputusan Klinik
Membuat keputusan klinik adalah proses pemecahan masalah yang akan digunakan
untuk merencanakan arahan bagi ibu dan bayi baru lah. Membuat keputusan merupakan
proses yang menentukan untuk menyelesaikan masalah dan menentukan asuhan yang
diperlukan oleh pasien. Keputusan itu harrus akurat , kompreheensif dan aman, baik bagi
pasien dan keluarganya maupun petugas yang memberikan pertolongan. Membuat keputusan
klinik tesebut dihasilkan melalui serangkaian proses dan metode yang sistematik
menggunakan informasi dan hasil dari olah kognitif dan intuitif serta di padukan dengan
kajian teoristis dan intervensi berdasarkan bukti (evidence-based), keterampilan dan
pengalaman yang di kembangkan melalui berbagai tahap yang logis dan diperlukan dalam
upaya untuk menyelesaikan masalah dan terfokus pada pasien (varney, 1997).
Membuat keputusan merupakan proses menentukan penyelesaian masalah dan asuhan
yang diperlukan oleh pasien. Keputusan itu harus :
a) Akurat
b) Komprehensif bagi pasien, keluarga pasien dan petugas kesehatan
c) Aman
Agar tercipta asuhan atau pertolongan yang maksimaldan memenuhi standar kualitas
pelayanan dan harapan pasien, maka dibutuhkan:
a) Pengetahuan
b) Keterampilan
c) Perilaku terpuji
Tujuh langkah dalam membuat keputusan klinik :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
F. Pencegahan infeksi
9
5. Disinfeksi
Disinfeksi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan hampir semua
mikroorganisme penyebab penyakit pada benda-benda mati atau instrumen.
6. Disinfeksi tingkat tinggi (DTT)
Disinfeksi tingkat tinggi (DTT) adalah tindakan yang dilakukan untuk
menghilangkan semua mikroorganisme kecuali endospora bakteri, dengan cara
merebus atau cara kimiawi.
7. Sterilisasi
Sterilisasi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua
mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit), termasuk endospora bakteri
pada benda-benda mati atau instrumen.
Prinsip-prinsip pencegahan infeksi yang efektif berdasarkan :
1. Setiap orang (ibu, bayi baru lahir, penolong persalinan) harus dianggap dapat
menularkan penyakit karena infeksi yang terjadi bersifat asimptomatik (tanpa
gejala).
2. Setiap orang harus dianggap beresiko terkena infeksi.
3. Permukaan tempat pemeriksaan, peralatan dan benda-benda lain yang akan dan
telah bersentuhan dengan kulit tak utuh, selaput mukosa, atau darah harus
dianggap terkontaminasi sehingga setelah selesai digunakan harus dilakukan
proses pencegahan infeksi secara benar.
4. Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda lainnya telah
diproses dengan benar, harus dianggap telah terkontaminasi.
5. Resiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total tetapi dapat dikurangi hingga
sekecil mungkin dengan menerapkan tindakan-tindakan pencegahan infeksi
yang benar dan konsisten.
Tindakan-tindakan Pencegahan Infeksi
Ada berbagai praktek PI yang dapat mencegah mikroorganisme berpindah dari satu
individu ke individu lainnya (ibu, bayi baru lahir dan para penolong persalinan) sehingga
dapat memutus rantai penyebar infeksi.
Cuci Tangan
Cuci tangan adalah prosedur yang paling penting dari pencegahan penyebaran infeksi yang
menyebabkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir.
11
Gunakan sarung tangan steril atau disinfeksi tingkat tinggi untuk prosedur apapun
yang akan mengakibatkan kontak dengan jaringan dibawah kulit seperti persalinan,
12
Dekontaminasi
Cuci dan bilas
Disinfeksi tingakt tinggi atau sterilisasi
Benda-benda steril atau DTT harus disimpandalam keadaan kering dan bebas debu. Jaga agar
bungkusan-bungkusan yang tetap kering dan utuh sehingga kondisinya tetap terjaga dan
dapat digunakan hingga satu minggu setelah proses. Jika pealatan-peralatan tersebut tidak
digunakan dalam tenggang waktu penyimpanan tersebut maka proses kembali dulu sebelum
digunakan kembali.
Dekontaminasi
13
14
Sarung tangan karet tebal atau sarung tangan rumah tangga dari lateks
Sikat (boleh menggunakan sikat gigi)
Wadah plastic atau baja antikarat (stainless steel)
Air bersih
Sabun atau deterjen
15
dalam situasi tersebut. DTT dapat dilakukan dengan cara merebus, mengukus atau kimiawi.
Untuk peralatan, perebusan seringkali metoda DTT yang paling sederhana dan efisien.
Ingat: Agar proses DTT atau sterilisasi menjadi efektif, terlebih dahulu lakukan
dekontaminasi dan cuci-bilas peralatan secara seksama sebelum melakukan proses tersebut.
-
G. Anamnesis dan pemeriksaan fisik rutin bagi ibu yang sedang bersalin
Asuhan sayang ibu yang baik dan aman selama persalinan memerlukan: anamnesis
dan pemeriksaan fisik secara seksama. Pertama, sapa ibu dan beritahukan apa yang akan anda
lakukan. Jelaskan pada ibu tujuan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jawab setiap pertanyaan
yang diajukan oleh ibu. Selama anamnesis dan pemeriksaan fisik, perhatikan tanda-tanda
penyulit atau gawat darurat dan segera lakukan tindakan yang sesuai bila diperlukan
(Lihat Tabel 2-1 hal. 14) untuk memastikan persalinan yang aman. Catat semua temuan
anamnesis dan pemeriksaan fisik secara seksama dan Iengkap. Kemudian jelaskan hasil
pemeriksaan dan kesimpulannya pada ibu dan keluarganya.
Anamnesis
Tujuan dan anamnesis adalah mengumpulkan informasi tentang riwayat kesehatan dan
kehamilan. Informasi ini digunakan dalam proses membuat keputusan klinik untuk
menentukan diagnosis dan mengembangkan rencana asuhan atau perawatan yang sesuai.
Tanyakan pada ibu :
Alergi obat-obatan
Apakah ihu pernah inelakukan peineriksaan antenatal? Jika ya, periksa kartu asuhan
hipertensi, dll)?
Kapan mulai kontraksi?
Apakah kontraksi teratur? Seberapa sering terjadi kontraksi?
Apakah ibu masih merasakan gerakan bayi?
Apakah selaput ketuban sudah pecah? Jika ya, apa warna cairan ketuban? Apakah
kental atau encer? Kapan selaput ketuban pecah? (Periksa perineum ibu dan lihat!
darah segar pervaginain? (Periksa perineum ibu dan lihat darah di pakaian nya.)
Kapankah ibu terakhir kali makan atau minum?
Apakah ibu men galami kesulitan untuk berkeinih?
Apakah ada masalah selama persalinan atau kelahiran sebeluinnya (bedah sesar
persalinan dengan ekstraksi vakuin atau forseps, induksi oksitosin, hipertensi yang
Masalah medis saat ini (sakit kepala, gangguan penglihatan, pusing atau nyeri
epigastrium). Jika ada, periksa tekanan darahnya dan jika mungkin periksa protein
dalam urin ibu.
Pertanyaan tentang hal-hal lain yang belum jelas atau berbagai bentuk kekhawatiran
lainnya.
17
informasi dan hasil anamnesis untuk proses membuat keputusan klinik untuk menentukan
diagnosis serta mengembangkan rencana asuhan atau perawatan yang paling sesuai.
Jelaskan pada ibu dan keluarganya tentang apa yang akan dilakukan selama pemeriksaan dan
jelaskan pula aiasannya. Anjurkan mereka untuk bertanya dan menjawab pertanyaan yang
diajukan sehingga mereka memahami kepentingan pemeriksaan.
Langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan fisik :
Bersikaplah lemah lembut dan sopan, tenteramkan hati ibu dan bantu ibu agar merasa
nyaman. Jika ibu tegang atau gelisah, anjurkan untuk menarik napas perlahan dan
dalam.
Minta ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya. (Jika perlu, periksa jumlah urin,
protein dan aseton dalam urin).
Nilai kesehatan dan keadaan umum ibu, suasana hatinya, tingkat kegelisahan atau
nyeri, warna konjungtiva, kebersihan, status nutrisi dan kecukupan air tubuh.
Nilai tanda-tanda vital ibu (tekanan darah, temperatur, nadi dan pernapasan). Agar su
paya bisa menilai tekanan darah dan nadi ibu dengan akurat, lakukan pemeriksaan di
antara dua kontraksi.
Pemeriksaan abdomen
Pemeriksaan abdomen digunakan untuk :
1. Menentukan tinggi fundus
2. Memantau kontraksi uterus
3. Memantau denyut jantung janin
18
4. Menentukan presentasi
5. Menentukan penurunan bagian terbawah janin
Sebelum memulai pemeriksaan, pastikan bahwa ibu sudah mengosongkan kandung
kemihnya. Minta ibu berbaring, tempatkan bantal di bawah kepala dan bahunya kemudian
minta ibu untuk menekukkan lututnya. Jika ibu gugup, bantu untuk santai dan tenang dengan
cara meminta ibu menarik napas dalam.
1. Menentukan tinggi fundus
Pastikan tidak terjadi kontraksi selama penilaian. Ukur tinggi fundus dengan
menggunakan pita pengukur. Mulai dan tepi atas simfisis pubis, rentangkan hingga ke puncak
fundus uteri mengikuti aksis atau linea medialis pada abdomen (Pita pengukur harus
menempel pada kulit abdomen). Jarak antara tepi atas simfisis pubis dan pun cak fundus uteri
adalah tinggi fundus.
2. Memantau kontraksi uterus
Gunakan jarum detik yang ada pada jam dinding atau jam tangan untuk mcmantau
kon traksi uterus. Letakkan tangan (dengan hati-hati) di atas uterus dan rasakan jum]ah kon
traksi yang terjadi dalam kurun waktu 10 menit. Tentukan durasi atau lama setiap kontraksi
berlangsung. Pada fase aktif, minimal terjadi dua kontraksi dalam waktu 10 menit, lama
kontraksi 40 detik atau lehih. Di antara dua kontraksi. dinding uterus melunak kembali dan
mengalami relaksasi.
3. Memantau denyut jantung janin
Gunakan jarum detik yang ada pada jam dinding atau jam tangan dan scbuah fetoskop
Pinnards atau Doppler untuk memantau denyut jantung janin (DJJ); Dengan fetoskop
dengarkan denyut jantung janin yang dihantarkan melalui dinding abdomen. Tentukan titik
tertentu pada dinding abdomen di mana DJJ terdengar paling kuat.
Tips : Jika DJJ sulit ditemukan palpasi abdomen dan tentukan dataran punggung bayi.
Biasanya denyut jantung bayi lebih mudah digeser melalui dinding abdomen yang sesuai
dengan dataran punggung bayi.
19
Nilai DJJ selama dan segera setelah kontraksi uterus. Mulailah penilaian sebelum atau
selama puncak kontraksi. Dengarkan DJJ selama minimal 60 detik, dengarkan sampai
sedikitnya 30 detik setelah kontraksi berakhir. Lakukan penilaian DJJ tersebut pada lebih dan
satu kontraksi. Jika DJJ kurang dan 120 atau lebih dan 160, pertimbangkan adanya gangguan
sirkulasi utero-plasenter padajanin. Jika DJJ kurang dan 100 atau lebih dan 180 per menit,
baringkan ibu ke sisi kiri dan anjurkan ibu untuk santai. Lakukan penilaian ulang denyut
jantung 5 menit kemudian untuk menentukan apakah DJJ tetap abnormal., Jika DJJ tidak
mengalami perbaikan, siapkan untuk segera dirujuk.
4. Menentukan presentasi
Untuk menentukan presentasi bayi (apakah presentasi kepala atau bokong/sungsang) :
Berdiri di samping ibu, menghadap ke arah kepalanya (pastikan lutut ihu ditekuk).
Dengan ibu jari dan jari tengah dan satu taugan (hati-hati tapi mantap) pegang bagian
bawah abdomen ibu, tepat di atas simfisis pubis. Bagian terbawah janin atau
presentasi dapat diraba di antara ibu jari dan jari tengah.
Jika bagian terbawah janin belum masuk ke dalam rongga panggul, bagian tersebut
masih bisa digerakkan. Jika bagian terbawah janin sudah masuk ke dalam panggul
maka bagian tersebut tidak dapat digerakkan lagi.
Nilai penurunan kepala janin dengan hitungan per lima bagian kepala janin yang bisa
di palpasi di atas simfisis pubis (ditentukan oleh jumlah jan yang bisa ditempatkan di bagian
kepala di atas simfisis pubis).
Kepala janin adalah:
5/5 (lima per lima) jika keseluruhan kepala janin dapat diraba di atas simfisis pubis.
4/5 jika sebagian besar kepala janin berada di atas simfisis pubis.
3/5 jika hanya tiga dan lima jam bagian kepala janin teraba di atas simfisis pubis.
2/5 jika hanya dua dan lima jan bagian kepala janin berada di atas simfisis pubis.
Berarti hampir seluruh kepala telah turun ke dalam saluran panggul (bulatnya kepala
tidak dapat diraba dan kepala janin tidak dapat digerakkan).
1/5 jika hanya sebagian kecil kepala dapat diraba di atas simfisis pubis.
0/5 jika kepalajanin tidak teraba dan luar atau seluruhnya sudah melalui simfisis
pubis.
Rujuk primigravida yang berada dalam fase aktif persalinan dengan kepala janin masih 5/5.
Alasan: Kepala harus sudah mulai masuk ke dalam rongga panggui pada fase aktif kala satu
persalinan. Bila kepala tidak dapat turun, mungkin diameternya lebih besar dibandingkan
dengan rongga panggul ibu. Bila ada dugaan disproporsi kepala panggul (cefalo pelvic
disproportion atau CPD), untuk mendapatkan keluaran yang optimal, sebaiknya ibu segera
dirujuk kefasilitas kesehatan yang dapat melaksanakan tindakan seksio sesar. Bila
kepalajanin tidak dapat turun, risiko untuk terjadi tali pusat menumbung akan lebih tinggi
pada saat selaput ketuban pecah.
Pemeriksaan dalam
Sebelum melakukan pemeriksaan dalam, tangan dicuci dengan sabun dan air bersih
yang mengalir, kemudian keringkan dengan handuk kering dan bersih. Minta ibu untuk
berkemih dan membasuh regio genitalia dengan sabun dan air bersih (jika ibu belum
melakukannya). Jelaskan pada ibu setiap langkah yang akan dilakukan selama pemeriksaan.
21
Tenteramkan dan anjurkan ibu untuk nicks. Pastikan privasi ibu terjaga selama pemeriksaan
dilakukan.
Langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan dalam termasuk :
1. Tutupi badan ihu sebanyak mungkin dengan sarung atau selimut.
2. Minta ibu berbaring telentang dengan lutut ditekuk dan paha dibentangkan (mungkin
akan membantu jika ibu menempelkan kedua telapak kakiriya satu sama lain).
3. Menggunakan sarung tangan DTT atau steril pada saat melakukan pemeriksaan.
4. Menggunakan kasa atau gulungan kapas DTT yang dicelupkan ke air DTT atau
larutan antiseptik. Membasuh labia secara hati-hati, seka dan depan kebelakang untuk
menghindarkan kontarninasi feses (tinja).
5. Memeriksa genitalia eksterna, apakah terdapat luka atau massa (termasuk kon
dilornata), varikositas vulva atau rektum, atau luka parut di perineum.
6. Nilai cairan vagina dan tentukan apakah terdapat bercak darah, perdarahan
pervaginam atau mekonium:
7. Jika ada perdarahan per vaginam, jangan lakukan pemeriksaan dalam.
8. Jika ketuban sudah pecah, lihat warna dan bau air ketuban. Jika mekonium
ditemukan, lihat apakah kental atau encer dan periksa DJJ:
1. Jika mekonium encer dan DJJ normal, teruskan memantau DJJ secara seksama
menurut petunjuk pada partograf. Jika ada tanda-tanda akan terjadinya gawat
janin, dan rujuk segera.
2. Jika mekonium kental, nilai DJJ dan rujuk segera.
9. Dengan hati-hati pisahkan labia dengan jari manis dan ibu jari tangan (gunakan
sarung tangan pemeriksa). Masukkan jari telunjuk dengan hati-hati, diikuti oleh jari
tengah. Pada saat kedua jari berada di dalam vagina, jangan mengeluarkannya
sebelum pemeriksaan selesai. Jika ketuban belum pecah, jangan lakukan amniotomi
(memecah kannya).
22
Alasan: Amniotomi ineningkatkan risiko infeksi pada ibu dan bayi, serta gawat janin.
1. Nilai vagina. Luka parut lama di vagina bisa memberikan indikasi luka atau
episiotomi sebelumnya, hal ini mungkin menjadi informasi penting pada saat
kelahiran bayi.
2. Nilai pembukaan dan penipisan serviks.
10. Pastikan tali pusat umbilikus atau bagian-bagian kecil (tangan atau kaki bayi) tidak
teraba pada saat melakukan pemeriksaan per vaginam. Jika teraba, ikuti langkahIangkah kedaruratan dan segera rujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang sesuai.
11. Nilai penurunan janin dan tentukan apakah kepala sudah masuk ke dalam panggul.
Bandingkan penurunan kepala dengan temuan-temuan dan pemeriksaan abdomen
Untuk menentukan kemajuan persalinan.
12. Jika kepala dapat dipalpasi, raba fontanela dan sutura sagitalis untuk menilai
penyusupan tulang kepala atau tumpang tindihnya, dan apakah kepala janin Sesuai
dengan diameter jalan lahir.
13. Jika pemeriksaan sudah lengkap, keluarkan kedua jan pemeriksa dengan hati-hati,
celupkan sarung tangan ke dalam larutan dekontaminasi, lepaskan sarung tangan
secara terbalik dan rendam dalam larutan dekontaminasi selama 10 menit.
14. Cuci kedua tangan dan segera keringkan dengan handuk bersih dan kering.
15. Bantu ibu untuk mengambil posisi yang lebih nyaman.
16. Jelaskan hasil-hasil pemeriksaan pada ibu dan ke!uarganya.
Setelah melengkapi anamnesis dan pemeriksaan fisik
Ketika anamnesis dan pemeriksaan telah lengkap :
1. Catat semua hasil anamnesis dan temuan pemeriksaan fisik secara teliti dan lengkap.
2. Gunakan informasi yang terkumpul untuk menentukan apakah ibu sudah dalam
persalinan (inpartu). Jika pembukaan serviks kurang dan 4 cm, berarti ibu masih
dalam fase laten persalinan. Lakuikan penilaian ulang setelah 4 jam sejak
pemeriksaan pertama. Jika pembukaan serviks 4 cm atau lebih, ibu telah masuk dalam
fase aktif persalinan; mulailah mencatat kemajuan persalinan pada partograf (lihat
bawah).
3. Tentukan ada tidaknya masalah atau penyulit yang harus ditatalaksana secara khusus.
23
4. Setiap kali selesai melakukan penilaian, analisis data yang terkumpul, buat diagnosis
berdasarkan informasi tersebut. Susun rencana penatalaksanaan asuhan bagi ibu.
Penatalaksanaan itu selalu berdasarkan pada hash temuan penilaian.
Contoh: Jika setelah menyelesaikan penilaian awal diagnosisnya adalah kehamilan
intrauterin, cukup bulan, dalam fase aktif kala satu persalinan dengan DJJ dan tanda tanda
vital normal. Rencana selanjutnya adalah terus mernantau kondisi ibu serta janin menurut
parameter-parameter pada partograf dan memberikan asuhan sayang ibu. Jika hasil diagnosis
menunjukkan suatu abnormalitas atau komplikasi, maka rencana selan jutnya mencakup
persiapan untuk rujukan segera, memperbaiki kondisi umum ibu, merujuk sambil terus
menerus memantau dan me!akukan pertolongan awal terhadap masalah tersebut dan tetap
memberikan asuhan sayang ibu. Jelaskan semua temuan, diagnosis dan rencana
penatalaksanaan kepada ibu dan keluar ganya sehingga mereka memahami asuhan yang akan
diberikan.
Mengenali masalah dan penyulit secara dini
Pada saat memberikan asuhan kepada ibu yang sedang bersalin, penolong harus selalu
waspada terhadap masalah atau penyulit yang mungkin terjadi. Ingat bahwa menunda
pemberian asuhan kegawatdaruratan akan meningkatkan risiko kematian dan kesakitan ibu
dan bayi baru lahir. Selama anamnesis dan penieriksaan fisik, tetap waspada terhadap
indikasi-indikasi seperti yang tertera dan lakukan tindakan segera. Lakukan langkah dan
tindakan yang sesuai untuk mernastikan proses persalinan yang aman bagi ibu dan
keselamatan bagi bayi yang dilahirkan.
24