DISERTASI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor
Widia Nursiyanto
1106143005
Depok
27 Juni 2014
Nama
: Widia Nursiyanto
NPM
: 1106143005
Tandatangan :
Tanggal
: 27 Juni 2014
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Disertasi ini diajukan oleh
Nama
: WidiaNursiyanto
NPM
: 1106143005
Program Studi
: Ilmu Bahan-bahan
Judul Disertasi
Ditetapkan di : Depok
Tanggal
: 27 Juni 2014
iii
iii
Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur untuk kemulian Allah, karena perkenanNYA,
segala upaya penulis dalam menjalani pendidikan program doktoral di Program
Studi Ilmu Bahan-bahan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indonesia ini dapat terselesaikan.
Ucapan terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada bapak
Promotor, Dr. Bambang Soegijono dan bapak Ko-Promotor, Dede Djuhana,
Ph.D, M.Sc yang tidak jemujemu membimbing, mengarahkan dan memperkaya
ilmu pengetahuan bidang ilmu bahan khususnya simulasi bahan magnet untuk
meningkatkan kinerja devais spintronik dimasa mendatang.
Terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan juga kepada
segenap dosen pasca sarjana program doktoral Ilmu Bahan-bahan Universitas
Indonesia, khususnya bapak-bapak dewan penguji : bapak Dr. Muhammad
Hikam, bapak Dr. Suhardjo Poertadji, bapak Dr. Budhy Kurniawan, bapak
Prof. Dr. Agus Setyo Budi, M.Sc yang telah memberikan pengajaran yang sangat
berharga dalam mempersiapkan penulis sebagai insan penyandang gelar doktor
ilmu bahan-bahan.
Karya kecil ini terselesaikan tidak luput dari dorongan semangat temanteman seperjuangan di program pasca sarjana Universitas Indonesia. Dorongan
dan bantuan juga penulis peroleh dari teman-teman antara lain Dr. Sastra Kusuma
Wijaya, Dr. Harwikarya dan Dr. Y. Edi Gunanto dengan segenap kemampuannya
membantu penulis untuk menyelesaikan program pendidikan doktor ini.
Terima kasih atas dorongan dan doa yang tak putus-putusnya selalu
dipanjatkan oleh istri (Dra.Kristiana), dan anak-anakku (Vidi Christyanto, S.T,
Vicky Hestyanto, S.Kom), sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan
program doktoral ini.
Akhir kata, penulis mempersembahkan disertasi yang belum sempurna ini
kepada dunia pendidikan di Indonesia agar ilmu pengetahuan khususnya bidang
simulasi dapat berkembang.
Depok, 27 Juni 2014
Widia Nursiyanto
iv
iv
Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.
: Widia Nursiyanto
NPM
: 8305000078
: Fisika
Fakultas
Jenis Karya
: Disertasi
formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (data base), merawat dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik hak cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di
:Depok
PadaTanggal
: 27 Juni 2014
Yang menyatakan
(Widia Nursiyanto)
v
v
Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.
ABSTRAK
Nama
Program Studi
Judul
: Widia Nursiyanto
: Ilmu Bahan-bahan
: Analisis Osilasi dan Struktur Domain Wall di Dalam
Kontriksi Notch pada Bahan Feromagnetik (Fe, Co, Ni)
Berbentuk Nanowire
Saat ini divais spintronik untuk penyimpan data berbasis magnet telah menjadi
perhatian para peneliti. Salah satu bahan yang berpotensi adalah feromagnetik
berbentuk nanowire, seperti Racetrack Memory yang cara kerjanya berdasarkan
pergerakan domain wall (DW). Pada penelitian ini, telah dilakukan analisa osilasi
dan struktur domain wall di dalam kontriksi notch pada bahan feromagnetik (Fe,
Ni, dan Co) berbentuk nanowire. Simulasi mikromagnetik menggunakan
perangkat lunak bersifat publik bernama Object Oriented Micromagnetic
Framework berdasarkan persamaan dinamika spin magnet Landau-LifshitzGilbert. Ukuran nanowire 2000
200
ganda bersifat simetris berbentuk lengkung, segitiga, dan persegi. Di tengah notch
diletakkan sebuah tipe struktur DW berbentuk transverse-wall (TW) dengan
konfigurasi head-to-head. Penelitian diawali dengan pengamatan kondisi ground
state yang diperoleh hasil bahwa DW stabil di tengah notch.
Selanjutnya diberi
vi
vi
Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.
ABSTRACT
Name
Program Study
Title
: Widia Nursiyanto
: Materials science
: Analyzed Oscillation and Domain Wall Structure in
Constriction of Notches at Ferromagnetic (Fe, Co, Ni)
Nanowire.
Recently, the development spintronic devices become great attention because its
potential for magnetic storage and magnetic sensor devices. One of the materials
has potential is the ferromagnetic nanowire, such as Racetrack Memory based on
the domain wall motion. In this study, we have analyzed the oscillation and
structure of domain wall in the ferromagnetic nanowire Co, Fe, dan Ni. We used
micromagnetic simulation with public micromagnetic software Object Oriented
Micromagnetic Framework (OOMMF) based on the spin dynamic LandauLifshitz-Gilbert (LLG) equation. The dimension of nanowire is 2000 200 5
nm with double notch is positioned at the center of the nanowire. The shape of
notchs consisted of arch-notch, triangle-notch, and rectangular-notch with initial a
head-to-head transverse wall (TW) is located at the center of nanowire. Firstly,
we investigated the DW in ground state condition and we found the DW is stable
at the center of nanowire. Secondly, we applied AC magnetic field with various
frequency from 0.3 GHz-2.0 GHz and the amplitude of AC field is fixed to be 2
mT. Interestingly, we observed the DW oscillation with stably TW structure.
Increasing the frequency of AC field, the amplitude of DW oscillation showed to
decrease. This mean that the notch acted as the pinning potential. Furthermore, we
also calculated the DW width based on FWHM from My magnetization and
depended on the shape of the notch. From DW width, we also determined the DW
mass with driven simple harmonic model.
Key Words :
Ferromagnetic, nanowire, notch, oscillation, micromagnetic.
vii
DAFTAR ISI
ii
HALAMAN PENGESAHAN
iii
KATA PENGANTAR
iv
ABSTRAK
vi
ABSTRACT
v ii
DAFTAR ISI
viii
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
xi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.3 Hipotesa
2.1 Feromagnetik
11
11
13
13
14
15
17
18
20
21
22
viii
viii
Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.
23
27
27
27
28
30
30
31
31
33
34
34
35
35
35
37
38
42
42
4.2.1.1 Bahan Fe
42
4.2.1.2 Bahan Co
44
4.2.1.3 Bahan Ni
46
48
51
60
63
67
5.1 Kesimpulan
67
5.2 Saran
67
DAFTAR REFERENSI
68
ix
ix
Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Tabel 3.1
30
Tabel 3.2
30
Tabel 4.1
37
Tabel 4.2
41
Tabel 4.3
60
Tabel 4.4
61
Tabel 4.5
62
Tabel 4.6
Massa DW Bahan Fe
63
Tabel 4.7
Massa DW Bahan Co
64
Tabel 4.8
Massa DW Bahan Ni
65
x
x
Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1
Gambar 1.2
Gambar 2.1
Gambar 2.2
10
Gambar 2.3
10
Gambar 2.4
11
Gambar 2.5
12
Gambar 2.6
15
Gambar 2.7
16
Gambar 2.8
17
Gambar 2.9
22
Gambar 2.10
Skema DW
dalam magnetik nano-strip dengan
magnetisasi longitudinal. (a) (simetris) Transverse Wall,
(b) Vortex Wall dan (c) Asimetris Transverse Wall
24
Gambar 2.11
25
Gambar 3.1
27
Gambar 3.2
28
xi
xi
Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.
Gambar 3.3
29
Gambar 3.4
31
Gambar 3.5
32
Gambar 3.6
mikromagnetik
33
Gambar 3.7
34
Gambar 4.1
35
Gambar 4.2
36
Gambar 4.3
36
Gambar 4.4
38
Gambar 4.5
39
Gambar 4.6
40
Gambar 4.7
41
Gambar 4.8
42
Gambar 4.9
43
xii
Gambar 4.10
43
Gambar 4.11
44
Gambar 4.12
45
Gambar 4.13
45
Gambar 4.14
46
Gambar 4.15
47
Gambar 4.16
47
Gambar 4.17
48
Gambar 4.18
49
Gambar 4.19
50
Gambar 4.20
51
Gambar 4.21
52
Gambar 4.22
53
Gambar 4.23
54
xiii
xiii
Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.
Gambar 4.24
55
Gambar 4.25
56
Gambar 4.26
57
Gambar 4.27
58
Gambar 4.28
59
Gambar 4.29
60
Gambar 4.30
61
Gambar 4.31
62
Gambar 4.32
63
Gambar 4.33
64
Gambar 4.34
65
xiv
xiv
Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam satu dekade terakhir, penelitian feromagnetik telah mendapatkan
perhatian yang cukup besar di kalangan ilmuwan karena memiliki potensi untuk
aplikasi bidang spintronik (spintronic device) yaitu media penyimpan berbasis
magnetik (magnetic storage), dan sensor berbasis magnetik (magnetic sensor)
(Wolf, et al., 2001). Perkembangan ini tidak terlepas dari penemuan efek Giant
Magneto Resistance (GMR) pada tahun 1988 oleh dua orang ilmuwan yaitu
Albert Fert dan Peter Grnberg (Binasch, Grnberg, Saurenbach, dan Zinn, 1989),
yang menjadi momentum kelahiran era baru yaitu era spintronik. Atas
kontribusinya dalam penemuan efek GMR, kedua ilmuwan tersebut dianugrahi
Nobel bidang Fisika pada tahun 2007. Istilah spintronik umumnya digunakan
pada suatu divais yang beroperasi dengan memanfaatkan perubahan konfigurasi
momen magnet/spin di dalam bahan feromagnetik. Dibandingkan dengan divais
elektronik,
divais
spintronik
menjanjikan
kelebihan,
yaitu
mempunyai
kemampuan proses data yang cepat, ukuran divais lebih kecil, non-volative, dan
konsumsi energi lebih rendah. Pada Gambar 1.1 memperlihatkan perkembangan
media penyimpan berbasis magnetik dari tahun 1994 sampai tahun 2006.
Perkembangan kapasitas media penyimpan hardisk drive (HDD) mengikuti
hukum Moore, yaitu kapasitas HDD meningkat secara eksponensial.
Gambar 1.1 Perkembangan HDD dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2006
mengikuti hukum Moore
(Sumber: Smith dan Williams, 2007)
Universitas Indonesia
2
Saat ini, penelitian bahan feromagnetik bentuk nanowire begitu pesat
dalam kaitan dengan aplikasi magnetic storage. Salah satu penelitian
feromagnetik bentuk nanowire yang cukup menjanjikan sebagai media penyimpan
adalah magnetic domain-wall racetrack memory (RM). RM ini terbuat dari bahan
feromagnetik Permalloy (lihat Gambar 1.2) yang mampu membawa 10 sampai
100 buah domain wall (DW) dalam lebar nanowire sebesar 100 nm (Parkin,
Hayashi, dan Thomas, 2008). Pergerakan DW ini diinjeksi dengan menggunakan
arus terpolarisasi (polarized current). Penggunaan arus terpolarisasi menghindari
tumbukan antara DW yang satu dengan lainnya, sehingga DW tetap terjaga.
Namun dalam RM, besarnya injeksi arus polarisasi tidak melebih dari arus
polarisasi ambang yaitu sekitar 3108 A/cm2. Jika melebih dari nilai ambang,
maka akan menyebabkan DW menjadi hilang akibat terjadinya pengaruh termal
(Joule heating).
Universitas Indonesia
3
adalah untuk menentukan medan depinning, yaitu medan magnet minimal agar
DW di dalam sebuah notch/anti-notch dapat terlepas. Hal yang sama juga diamati
dengan menggunakan arus terpolarisasi atau di kenal kerapatan arus ambang
(current density cut off).
Penelitian sifat-sifat DW di dalam notch telah banyak dipublikasi baik
secara eksperimen maupun secara simulasi mikromagnetik.
Secara eksperimen,
2011; Beach, Knutson, Tsoi, dan Erskinc, 2006; Djuhana, Piao, Yu, Oh,
dan Kim, 2009; Thiaville, Nakatani, Miltat, dan Vernier, 2004). Kecepatan
DW linier dengan perubahan besar medan magnet luar. Ketika besar medan di
bawah medan Walker breakdown kecepatan DW bertambah besar dan kecepatan
turun secara tiba-tiba ketika medan luar di atas medan Walker breakdown. Medan
Walker breakdown sangat bergantung pada ketebalan dan lebar dari feromagnetik
nanowire (McMichael, dan Donahue,1997).
pada bentuk notch segitiga pada bahan Py bergantung pada tebal dan lebar
notch (Kim, You, dan Choe, 2008).
Universitas Indonesia
4
Sifat-sifat struktur DW di sekitar notch yaitu struktur vortex/anti vortex
dan transverse wall. Struktur transverse wall lebih mudah masuk ke dalam notch
dan struktur vortex/anti vortex mengalami osilasi dan berubah menjadi struktur
transverse wall untuk masuk ke dalam. Hasil simulasi ini memperlihatkan notch
merupakan sebuah sumur potensial (potensial well) artinya membutuhkan energi
untuk lepas dari notch yang dikenal sebagai medan depinning (Klui, 2008).
Selain pengamatan medan depinning, sifat-sifat DW di dalam notch juga diamati
menggunakan medan magnet fungsi waktu atau medan magnet AC.
Dengan
aplikasi medan magnet AC, DW mengalami osilasi tertentu seperti pada hasil
penelitian Liu dan Grtter (1998) tentang osilasi DW di dalam bahan Co.
Penelitian memperlihatkan DW memiliki kelembaman (inertia) yang dapat
dimodelkan menjadi gerak harmonik teredam (damped harmonic oscillation) dan
massa dari DW berbanding terbalik dengan lebar DW. Osilasi DW pada
feromagnetik bentuk tabung pada bahan Py, osilasi DW mempunyai beda fase
dengan medan magnet AC. Struktur DW pada bentuk tabung memperlihatkan tipe
cross-tie, pergeseran fasenya meningkat dan amplitudo DW menurun dengan
bertambahnya frekuensi medan magnet AC (Betancourt, Hrkac, dan Schrefl,
2008). Medan depinning pada DW dengan medan magnet AC dan notch sebagai
pinning atau sumur potensial karena kontribusi energi magnetostatik lokal. Bentuk
notch yang digunakan adalah persegi ganda (double symmetric rectangular) dan
osilasi harmonik terbentuk ketika frekuensi medan magnet AC-nya lebih besar
dari frekuensi alamiah (Alejos, Martinez, dan Diaz, 2010). Terjadinya perubahan
struktur DW di dalam sebuah notch pada bahan Py karena notch bertindak sebagai
potensial pinning untuk DW (Djuhana, Soegijono, Piao, Oh, Yu, dan Kim, 2013).
Dari uraian hasil publikasi tentang sifat-sifat DW baik secara eksperimen
dan simulasi mikromagnetik di atas, ternyata bahwa dengan memahami tentang
sifat-sifat DW di dalam bahan feromagnetik bentuk nanowire sangatlah esensial
baik dipandang secara teoritis fundamendal maupun pada aplikasi industri dalam
upaya merealisasikan media penyimpan berbasis feromagnetik. Dengan demikian,
perlu dilakukan penelitian secara sistematik tentang osilasi DW di dalam sebuah
notch berbentuk lengkung ganda simetris (double symmetric arch), segitiga ganda
simetris (double symmetric triangle), dan persegi ganda simetris (double
Universitas Indonesia
5
symmetric rectangular). Bahan feromagnetik yang digunakan terdiri dari Besi
(Fe), Kobalt (Co) dan Nickel (Ni). Model awal dari DW berbentuk muka-ke-muka
(head to head) dengan ukuran nanowire 2000 nm, lebar 200 nm dan tebal 5 nm.
Ukuran notch dengan ke dalaman 50 nm dibuat tetap dan panjang notch 800 nm.
Digunakan medan magnet AC dengan amplitudo tetap sebesar 2 mT dan variasi
frekuensi dari 0,3 GHz sampai 2,0 GHz.
1.2
Perumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1. Pada kondisi medan magnet luar sama dengan nol (ground-state), apakah
konfigurasi DW pada keadaan energi minimum (equilibrium) berada di tengah
nanowire (stabil di dalam notch)?
2. Ketika medan magnet AC diaplikasikan pada notch, apakah DW mengalami
osilasi?
3. Ketika frekuensi medan magnet AC meningkat, apakah amplitudo DW
mengalami kenaikan atau penurunan?
4. Bagaimana perubahan lebar DW ketika ada perubahan frekuensi medan
magnet AC?
5. Apakah ditemukan amplitudo DW maksimum dari aplikasi frekuensi dari 0,3
2,0 Ghz?
6. Apakah ada pengaruh bentuk notch terhadap amplitudo DW dan lebar DW?
7. Bagaimana menentukan massa DW dengan pendekatan model osilasi
harmonik?
1.3 Hipotesa
Dari rumusan masalah di atas dapat disusun hipotesa sebagai berikut :
1. Konfigurasi DW pada keadaan energi minimum (equilibrium) berada di
tengah nanowire, ketika feromagnetik dalam kondisi ground-state.
2. Terjadi osilasi DW pada saat diberi medan magnet luar dengan frekuensi
tinggi.
3. Amplitudo DW mengalami penurunan ketika frekuensi medan magnet AC
meningkat.
4. Lebar DW tidak terpengaruh oleh perubahan frekuensi medan magnet AC.
Universitas Indonesia
6
5. Amplitudo DW maksimum kemungkinan dapat ditemukan, tergantung pada
bahan feromagnetik dan bentuk notch.
6. Bentuk notch berpengaruh terhadap nilai amplitudo DW dan nilai lebar DW.
7. Besarnya massa dari DW berbanding terbalik dengan lebar DW.
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemberian medan
magnet luar pada bahan feromagnetik Fe, Co dan Ni berbentuk nanowire yang
diberi notch simetris sehingga dapat memberikan informasi-informasi yang dapat
diaplikasikan sebagai devais spintronik dengan lebih baik, yaitu :
1. Mendapatkan data posisi, lebar, energi dan struktur DW ketika bahan
feromagnetik dengan kondisi head to head pada keadaan ground-state.
2. Mendapatkan data osilasi posisi dan struktur DW ketika bahan feromagnetik
dengan kondisi head to head diberikan medan luar arah longitudinal dalam
bentuk AC field dengan frekuensi bervariasi dari 0,3 GHz hingga 2,0 GHz.
3. Mendapatkan data besar amplitudo DW untuk masing-masing bahan
feromagnetik yang diberi medan luar dengan frekuensi berorde GHz
4. Mendapatkan data nilai lebar DW untuk masing-masing bahan feromagnetik
yang diberi medan luar dengan frekuensi dari 0,3 GHz hingga 2,0 GHz.
5. Mendapatkan
informasi
nilai
Manfaat Penelitian
Penelitian ini menghasilkan data informasi yang sangat bermanfaat untuk
Universitas Indonesia
7
1.6
penelitian
yang
dilakukan
untuk
mendapatkan
bahan
Judul Penelitian
Hasil Penelitian
S. A. Wolf, et al
M. Klui
Head-to-head domain
walls in magnetic nanostructures. J. Phys.
: Condens. Matter 20,
313001 (2008)
E. Saitoh, et al
5 I.Betancourt, et al
Micromagnetic
simulation of domain
wall
dynamics
in
permalloy nanotubes
at high frequencies. J.
Appl. Phys. 104,
023915 (2008)
Universitas Indonesia
8 D. Djuhana, et al
9 W. Nursiyanto
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.1
berikut ini merupakan tabel periodik yang menunjukkan unsur-unsur dan jenis
magnet pada suhu kamar:
Gambar 2.1 Diagram dari tabel periodik yang menunjukkan jenis magnet
sesuai dengan kelompok warnanya
(Sumber :University of Cambridge, 2004-2013)
Universitas Indonesia
10
10
Ketika
elektron memiliki spin yang sama maka mereka akan menempati orbital yang
berbeda sehingga memiliki gaya tolak Coulomb yang lemah dan menghasikan
energi exchange yang minimum. Gambar 2.2 menunjukkan penempatan elektron
yang memiliki spin berbeda dan spin sama.
(a)
(b)
Gambar 2.2 Penempatan elektron dengan (a) spin berbeda dan (b) spin sama
(Sumber : University of Cambridge, 2004-2013)
2s
Fe
Co
Ni
Gambar 2.3 Struktur elektron bahan feromagnetik
(Sumber :University of Cambridge, 2004-2013)
Universitas Indonesia
11
11
magnetostriktif
dan
energi
magnetokristalin,
sehingga
orientasi
secara berlahan-lahan pada bidang kristal dan dikenal sebagai Bloch wall seperti
diilustrasikan pada Gambar 2.4.
feromagnetik berbentuk bulk, yaitu ketika spin berotasi pada bidang yang sejajar
dengan DW Pada bahan feromagnetik bentuk lapisan tipis (thin film), orientasi
spin berada di sepanjang bidang thin film dikenal dengan Nel wall yang
diilustrasikan pada Gambar 2.5.
Universitas Indonesia
12
12
Gambar 2.5 Struktur Nelwall dengan orientasi spin pada bidang lapisan tipis
(Sumber : M. Getzlaff, 2008)
energi anisotropi.
interaksi antara spin atom dengan tetangganya. Energi exchange cenderung untuk
mempertebal DW namun karena transisi arah spin menyebabkan efek anisotropi
meningkat
yang
cenderung untuk
membuat
tipis
DW.
Pada
kondisi
kesetimbangan, energi dan lebar DW dapat ditentukan dari energi exchange dan
energi anisotropi.
Kompetisi antara energi exchange dan energi anisotropi ditandai dengan
adanya exchange length (Chikazumi, dan Charap, 1964; Miltat, dan Donahue,
2007 dan Guimares, 2009)
l exc
2A
0 M s2
(2.1)
A
K
(2.2)
DW 4 AK
(2.3)
dengan DW : energi domain per unit area (Jm-1), K : konstanta anisotropi (J/m3),
dan A = konstanta exchange stiffness (J/m) Untuk diketahui nilai A sangat
dipengaruhi pada struktur kisi (Chikazumi, dan Charap, 1964).
Universitas Indonesia
13
13
Eex 2 J Si .S j
(2.4)
ij
dengan
dan
(2.4) disebut juga dengan Heisenberg model. Interaksi dua spin tergantung pada
spin paralel atau antiparalel yang harus mengikuti prinsip larangan Pauli (Pauli
exclusion) yaitu tidak diperkenankan ada dua elektron yang mempunyai bilangan
kuantum yang sama pada tempat dan waktu yang sama. Dengan menggunakan
ekspansi Taylor energi exchange pada persamaan (2.4) dapat dituliskan (Getzlaff,
2008).
1
Eex 2 JS 2 cos ij 2 JS 2 (1 ij2 )
2
ij
ij
const JS
(2.5)
2
ij
ij
Eex const. JS 2 m j mi
(2.6)
Eex const. JS 2 r j .m
i
const. JS
r .m r .m r .m
2
(2.7)
Universitas Indonesia
x y
j
0 dan
14
14
2
j
1/ 3rj2 .
(2.8)
1
dengan A n JS 2 r j2 adalah konstanta exchange stiffness dalam J/m.
6
A
2
M dV
2
Ms V
(2.9)
2008).
bergantung pada jumlah dipol serta arah orientasi antara dipol-dipol. Ketika dipoldipol dari bahan magnet memiliki orientasi arah yang sama satu dengan lainnya,
energi magnetostatiknya besar, seperti pada Gambar 2.6 (a), dibandingkan dengan
bahan magnet dengan dipol-dipol anti paralel satu dengan lainnya, Gambar 2.6
(b). Sedangkan keadaan dipol-dipol seperti pada Gambar 2.6 (c) menyebabkan
energi magnetostatik pada keadaan ini adalah minimum (Spaldin, 2011 dan
Guimares, 2009).
Universitas Indonesia
15
15
1
Ed 0 Hd .M dV
V
2
(2.10)
Ed
1
0
Hd2 dV
2 allspace
(2.11)
dengan
Hd N d M
(2.12)
16
16
(2.13)
, maka
(a)
(b)
17
17
(ii) Cubic anisotropy, misalnya untuk bahan Besi dan Nikel. Besarnya energi
anisotropi pada bahan ini diberikan oleh:
cubic
Eani
[ K0 K1 12 22 1232 2232 K 2 12 22 32 ] dV
(2.14)
(a)
(b)
(2.15)
Universitas Indonesia
18
18
dengan Hext merupakan medan eksternal yang diberikan pada bahan. Nilai energi
Zeeman akan terminimalisasi jika orientasi arah magnetisasi searah dengan arah
medan yang diberikan.
2.3 Konsep Mikromagnetik
Heisenberg pada tahun 1928 berhasil menjelaskan bahan feromagnetik
berdasarkan interaksi exchange, yang membuka jalan lahirnya
mikromagnetik.
Teori
teori continuum
(2.16)
1
A
(M)2 Eani (M) 0 H d M 0 H ex M) dV
GL (M, H) (
2
2
| Ms |
(2.17)
Universitas Indonesia
19
19
[2( Am
Eani
m
0 M s H d 0 M s H ext m dV
[2 A
S
m
n
(2.18)
]dA 0
GL m [2( Am
V
Eani
0 M s H d 0 M s H ext ]ddV
m
m
+ [2 A
m] dA 0
n
S
(2.19)
2 A m m 0
(2.20)
m
m
0 artinya vektor
m 0 atau
n
n
m
bersifat orthogonal. Selanjutnya, besar medan efektif Heff dapat
n
definisikan sebagai :
2
1 Eani
(2.21)
Heff
( Am)
Hd Hext
0 M s
0 M s m
m dan
0 M sm Heff 0 dan
m
0
n
(2.22)
Universitas Indonesia
20
21
dL
m H
dt
(2.23)
Momen magnet sendiri pada orde atom memiliki hubungan dengan momentum
angular yang diekspresikan sebagai :
m L
(2.24)
dengan 2,11 x105 m A1 s 1 adalah nilai absolut dari gyromagnetic rasio untuk
elektron ;
|e|
2me c
(2.25)
Universitas Indonesia
21
21
dengan g 2 adalah faktor Lande, muatan elektron e 1,6 x1019 C , dan massa
elektron ms 9,1 x1031 Kg , serta kecepatan cahaya c 3 x108 m s 1 .
Dengan menggunakan prinsip persamaan (2.24), maka persamaan gerak momen
magnetik m terhadap waktu dapat dituliskan sebagai berikut :
dm
m H
dt
(2.26)
Dengan asumsi bahwa spin momen magnet bergerak sepanjang elemen volume
dV, maka persamaan (2.26) dapat ditulis :
d m
1 d m
H
dV dt
dV
dengan M
(2.27)
dm
, sehingga persamaan (2.27) dapat tulis kembali menjadi :
dV
M
M H
t
(2.28)
M
M Heff
t
(2.29)
M Heff
M M Heff
t
M
(2.30)
22
22
Gambar 2.9 Gerak presisi dari momen magnet terhadap medan efektif
(a) tanpa redaman, (b) dengan redaman (damping)
(Sumber : Gilbert, 2004)
MS
M
t
(2.31)
M
M H eff
M
t
MS
t
(2.32)
Universitas Indonesia
23
23
M
M
M M Heff M
M
t
t
MS
(2.33)
M
0 , maka :
t
M
M
M M Heff M S
t
t
(2.34)
M
M Heff
M M Heff 2
t
MS
t
(2.35)
M M Heff
M Heff
2
t
1
1 2 M S
(2.36)
1 2
1 2
Suku pertama pada sisi kanan pada persamaan (2.36) menjelaskan proses gerakan
presesi dari spin berotasi akibat pengaruh medan magnet eksternal (giro magnetic
precession) atau dikenal dengan Larmor precession dan suku kedua menjelaskan
efek disipasi dari gerakan presesi atau disebut juga the damping effect of
precession. Untuk nilai faktor damping yang kecil, maka suku (1 + 2) sama
dengan satu. Sehingga persamaan LLG dapat disederhanakan menjadi persamaan
LL.
2.5 Domain Wall Feromagnetik Nanowire
Pengamatan gerakan DW akibat medan luar telah dilakukan pada
Permalloy nano strip dengan ukuran l = 4 w, dengan dilakukan variasi w dari 75Universitas Indonesia
24
24
500 nm dan variasi t dari 1-64 nm yang diberi kondisi head to head dan medan
magnet arah longitudinal. Terdapat 2 stuktur DW yaitu. Transverse Wall (TW)
dan Vortex Wall (VW) Pada stuktur TW memiliki energi DW rendah ketika
dimensi bahan lebih rendah lkritis wkritis 130 A/ 0Ms 2 (McMichael dan Donahue,
1997).
Namun pada tahun 2004 dilakukan pengamatan yang sama ternyata
diperoleh struktur diantara TW dan WW yaitu struktur Asymetric Transverse Wall
(ATW) seperti terlihat pada Gambar 2.10.
(a)
(b)
(c)
hanya
ada
redaman
pada
efek
mw
w
( w w0 ) F
w
(2.37)
Universitas Indonesia
25
25
(2.38)
Dengan
memasukkan
nilai
w w0 w1 exp(i(2 ft )) ,
maka
w1
F02 2
(2.39)
( 2 f ) 2 m
f0
1
2
(2.40)
Gambar 2.11 Struktur domain magnetik (a) bahan film dengan sistem koordinat
(b) komponen magnetisasi x dan z yang melalui domain wall A
(Sumber : Liu dan Grtter, 1998)
Universitas Indonesia
26
26
Massa efektip
1
mw2 0 H d2 dV
2
8
(2.41)
1
y
dan 2 w ke dalam persamaan
2
m 0 2 2
8 w0
1
w
2 0
12 w0
dy
0
48 2 w0
(2.42)
Universitas Indonesia
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
lunak
mikromagnetik
OOMMF
menggunakan
bahasa
pemograman jenis Tcl/Tk dan C dengan metode beda hingga (finite difference)
berdasarkan persamaan LLG dalam menyelesaikan evolusi magnetisasi fungsi
waktu. Untuk pemetaan evolusi spin feromagnetik dilakukan dengan proses
diskritisasi seperti terlihat pada Gambar 3.1. Ukuran diskritisasi dikenal dengan
ukuran sel (cell size). Bentuk masukan data dipresentasikan dalam file berformat
omf dan gambar model sampel dalam file berformat gif.
27
28
28
3.1.2 Proses Perhitungan LLG dalam OOMMF.
Proses perhitungan LLG dalam OOMMF terdiri dalam 5 tahapan yang
diilustrasikan pada Gambar 3.2. Tahap pertama, mendefinisikan parameterparameter yang menjadi dasar perhitungan antara lain : konstanta exchange
stiffnes A, konstanta anisotropi K, magnetisasi saturasi Ms, arah easy axisnya,
konstanta redaman, dimensi sampel yang akan disimulasi, ukuran sel, besar dan
arah medan luar yang ingin diberikan, dan waktu kapan iterasi berhenti.
Tahap kedua, memberikan momen magnet awal untuk setiap sel. Pada
simulasi tanpa medan eksternal, momen magnet awal untuk setiap sel dibuat
head-to-head sedemikian rupa hingga momen magnet totalnya nol dengan tujuan
Universitas Indonesia
29
29
akan terbentuk DW di sekitar notch. Simulasi dengan medan magnet luar, momen
magnet untuk setiap sel awal tetap dibuat head-to-head dan momen magnet
totalnya dibuat maksimum (M/Ms =1) pada arah medan yang diberikan, artinya
besar dan arah momen magnet awal untuk setiap sel dibuat sesuai dengan keadaan
saat sistem berada dalam keadaan saturasinya.
Tahap ketiga, dengan informasi parameter komputasi dari M awal untuk
setiap sel maka komponen-komponen medan efektif, yakni medan demagnetisasi,
exchange, anisotropi dan atau Zeeman, untuk setiap sel dihitung.
Tahap keempat, nilai medan-medan tersebut kemudian dimasukkan ke
dalam persamaan LLG sehingga satu set persamaan LLG yang lengkap untuk
setiap sel dapat diselesaikan dan diintegralkan keseluruh area yang disimulasikan
dengan menggunakan metode Euler.
Tahap kelima, saat iterasi mencapai kondisi yang sudah ditentukan,
kondisi saat tidak terjadi perubahan momen magnet yang signifikan, maka sistem
diasumsikan telah mencapai keadaan equilibrium/stabil. Jika tidak, maka M baru
tersebut digunakan sebagai M awal (kembali ke tahap dua).
Secara garis besar proses perhitungan magnetisasi dan energi sebagai
fungsi waktu serta orientasi dilakukan oleh bagian OXSI atau OOMMF extensible
solver, seperti diilustrasikan pada Gambar 3.3.
Gambar 3.3. Diagram OXSI (OOMMF Extensible solver) pada OOMMF dengan
minimisasi energi menggunakan Minimization Evolver dan LLG Evolver. Proses
diskritisasi pada material target menggunakan model rectangular mesh
(Sumber: Donahue dan Porter, 2012)
Universitas Indonesia
30
30
3.1.3 Parameter Fisika Bahan Feromagnetik Fe, Co, dan Ni
Dalam penelitian tentang kurva histerisis bahan nanomagnet Fe, Co, dan
Ni secara sendiri-sendiri, Lopes-Urias, Torres-Heredia, dan Munoz-Sandoval,
(2005) menggunakan parameter-parameter fisika bahan yang juga digunakan
dalam penelitian ini, seperti terlihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Parameter Bahan Ferromegnetik
No Bahan
Magnetisasi
Saturasi (Ms)
(103 A/m)
Konstanta
Exchange (A)
(10-12 J/m)
Konstanta
Anisotropi (K)
(103 J/m3)
Besi (Fe)
1700
21
48
Cobalt (Co)
1400
20-30
530
Nikel (Ni)
490
-5.7
No Bahan
Besi (Fe)
3,40
Cobalt (Co)
4,94
Nikel (Ni)
7,73
Universitas Indonesia
31
31
3.2 Peralatan Simulasi
Peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan modeling mikromagnetik ini
adalah :
o Seperangkat komputer PC core i7 dengan operating system windows7 64 bit
o HDD dengan kapasitas simpan 3 TB
o RAM minimal 8 GB
o Layar LCD yang luas 19 inch
3.3 Prosedur Simulasi Mikromagnetik
Dalam penelitian ini digunakan bahan simulasi berbentuk nanowire
dengan ukuran panjang (L) = 2000 nm, lebar (W) = 200 nm, tebal (t) = 5 nm.
Ukuran sel setiap bahan ditetapkan yaitu 2,5 2.5 2,5 nm3 dan 2,5 2.5
5,0 nm3 serta faktor redaman (damping constant) = 0,01. Setiap bahan diberi
notch bersifat simetri dengan 3 macam bentuk notch yaitu notch lengkung, notch
segitiga dan notch persegi seperti terlihat pada Gambar 3.4.
(a)
(b)
(c)
Gambar 3.4 Bentuk Notch simetri : (a) lengkung, (b) segitiga dan (c) persegi
Penelitian diawali dengan menjalankan script program dalam kondisi
Ground-state (GS) dan dilanjutkan dengan kondisi diberi medan bolak-balik yang
dilakukan sesuai diagram alir seperti terlihat pada Gambar 3.5.
Universitas Indonesia
32
32
Universitas Indonesia
33
33
Universitas Indonesia
34
34
head sehingga diperoleh DW tepat ditengah notch seperti terlihat pada
Gambar 3.7.
(3.1)
Pengamatan dilakukan dengan menvariasikan frekuensi mulai dari 0,3 Ghz 2,0
Ghz dan amplitudo konstan sebesar 2mT. Selain itu, juga dimasukkan nilai hasil
GS dari setiap bahan feromagnetik.
Universitas Indonesia
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini, akan dijelaskan secara sistematis tentang struktur, lebar
dan energi sistem DW untuk kondisi ground state. Kemudian dibahas posisi DW,
amplitudo DW, struktur DW, perhitungan lebar DW dan massa DW untuk
kondisi diberi dengan medan magnet bolak-balik
4.1 Simulasi Pada Kondisi Ground-state
Hasil pengolahan data simulasi pada kondisi ground-state dari bahan Fe,
Co dan Ni yang diberi notch lengkung, segitiga dan persegi dilakukan
pembahasan lebih lanjut tentang struktur, lebar, dan bentuk energi DW.
4.1.1 Struktur Domain Wall
Struktur DW pada kondisi kesetimbangan untuk bahan Fe, Co dan Ni
dengan notch lengkung, segitiga dan persegi serta ukuran sel 2.5 2.5 2.5 nm3
dan 2.5 2.5 5.0 nm3 terlihat pada Gambar 4.1, Gambar 4.2, dan Gambar 4.3.
35
36
36
37
37
Klui,
(2008) bahwa
terdapat dua kemungkinan struktur yang terjadi ketika pada keadaan awal pada
kondisi konfigurasi momen magnetik berbentuk head-to-head tanpa medan
luar yaitu TW dan atau VW. Ukuran sel tidak mempengaruhi struktur DW.
Dengan demikian ketiga bahan Fe, Co dan Ni merupakan bahan feromagnetik
yang memenuhi kritieria untuk penyimpanan data, karena memiliki struktur TW.
4.1.2 Lebar Domain Wall
Lebar DW pada kondisi kesetimbangan dihitung menggunakan data
magnetisasi arah My. Menurut Djuhana, et al., (2010) bahwa dengan menggunakan kurva fitting model Gaussian, lebar DW dapat ditentukan dari nilai Full
Wide Half Maximum (FWHM) terlihat pada Gambar 4.4. Nilai lebar DW untuk
bahan Fe, Co dan Ni dengan notch lengkung, segitiga dan persegi serta ukuran sel
2.5 2.5 2.5 nm3 dan 2.5 2.5 5.0 nm3 terlihat pada Tabel 4.1.
Fe
Co
Ni
Lengkung
2.5 nm 5.0 nm
73
73
92
92
152
152
Lebar DW
(nm)
Segitiga
2.5 nm
5.0 nm
77
77
96
96
166
166
Persegi
2.5 nm 5.0 nm
75
75
93
93
146
146
38
38
secara umum mendekati seperti Fe dan Ni, namun untuk bahan Co hasil simulasi
sebesar 92 nm sedangkan hasil teoretis 25,9 nm. Artinya pada Co, hasil simulasi
memperlihatkan 3 kali lebih besar dari perhitungan teoretis. Nilai lebar DW pada
bahan Co dibandingkan dengan nilai teoretis dipengaruhi oleh nilai anisotropi
yang tinggi dari Co dan perubahan nilai konstanta exchange tidak jauh berbeda.
Hal lain juga bentuk notch mempengaruhi lebar DW.
Gambar 4.4 Penentuan lebar DW menggunakan fitting model Gaussian dari data
magnetisasi My.
umum
dari
profil
kurva
energi
memperlihatkan
energi
demagnetisasi lebih besar dari energi exchange. Hasil ini dikonfirmasikan dengan
bentuk struktur DW pada kondisi kesetimbang berbentuk transverse wall
Universitas Indonesia
39
39
Universitas Indonesia
40
40
setiap bahan dengan memperlihatkan kenaikan energi dari bentuk notch model
lengkung, segitiga dan persegi. Untuk model persegi mempunyai energi
demagnetisasi paling besar dengan volume notch paling kecil. Nilai pengamatan
energi pada bahan Co, Fe dan Ni untuk setiap bentuk notch diperlihatkan pada
Tabel. 4.2.
Universitas Indonesia
41
41
Bahan
Notch Lengkung
Demag
Energi
(10-18 J)
Notch Segitiga
Notch Persegi
Fe
16,5
1,2
20,1
17,7
1,2
21,5
17,8
1,4
22,3
Co
11,9
2,2
927,6
12,8
2,2
946,1
13,2
2,5
863,7
Ni
2,0
- 0,8
1,6
2,1
- 0,7
1,8
2,4
- 1,0
1,8
Universitas Indonesia
42
42
Gambar 4.8 Posisi DW pada bahan Fe dengan notch lengkung diberi frekuensi
0,3 GHz, 0,5 GHz, 0,7 GHz, 0,9 GHz, 1,0 GHz, dan 2,0 GHz
Universitas Indonesia
43
43
Gambar 4.9 Posisi DW pada bahan Fe dengan notch segitiga diberi frekuensi
0,3 GHz, 0,5 GHz, 0,7 GHz, 0,9 GHz, 1,0 GHz, dan 2,0 GHz
Kurva posisi DW bahan Fe dengan notch persegi, saat diberi medan AC
dengan frekuensi antara 0,3 sampai 2,0 GHz terlihat pada Gambar 4.10.
Gambar 4.10 Posisi DW pada bahan Fe dengan notch persegi diberi frekuensi
0,3 GHz, 0,5 GHz, 0,7 GHz, 0,9 GHz, 1,0 GHz, dan 2,0 GHz
Universitas Indonesia
44
44
Posisi DW bergerak
Gambar 4.11 Posisi DW pada bahan Co dengan notch lengkung diberi frekuensi
0,3 GHz, 0,5 GHz, 0,7 GHz, 0,9 GHz, 1,0 GHz, dan 2,0 GHz
Kurva posisi DW bahan Co dengan notch segitiga, saat diberi medan AC
dengan frekuensi antara 0,3 sampai 2,0 GHz terlihat pada Gambar 4.12.
Universitas Indonesia
45
45
Gambar 4.12. Posisi DW pada bahan Co dengan notch segitiga diberi frekuensi
0,3 GHz, 0,5 GHz, 0,7 GHz, 0,9 GHz, 1,0 GHz, dan 2,0 GHz
Kurva posisi DW bahan Co dengan notch persegi, saat diberi medan AC
dengan frekuensi antara 0,3 sampai 2,0 GHz terlihat pada Gambar 4.13.
Gambar 4.13. Posisi DW pada bahan Co dengan notch persegi diberi frekuensi
0,3 GHz, 0,5 GHz, 0,7 GHz, 0,9 GHz, 1,0 GHz, dan 2,0 GHz
Universitas Indonesia
46
46
Gambar 4.14. Posisi DW pada bahan Ni dengan notch lengkung diberi frekuensi
0,3 GHz, 0,5 GHz, 0,7 GHz, 0,9 GHz, 1,0 GHz, dan 2,0 GHz
Kurva posisi DW bahan Ni dengan notch segitiga, saat diberi medan AC
dengan frekuensi antara 0,3 sampai 2,0 GHz terlihat pada Gambar 4.15
Universitas Indonesia
47
47
Gambar 4.15. Posisi DW pada bahan Ni dengan notch segitiga diberi frekuensi
0,3 GHz, 0,5 GHz, 0,7 GHz, 0,9 GHz, 1,0 GHz, dan 2,0 GHz
Kurva posisi DW bahan Ni dengan notch persegi, saat diberi medan AC
dengan frekuensi antara 0,3 sampai 2,0 GHz terlihat pada Gambar 4.16.
Gambar 4.16. Posisi DW pada bahan Ni dengan notch persegi diberi frekuensi
0,3 GHz, 0,5 GHz, 0,7 GHz, 0,9 GHz, 1,0 GHz, dan 2,0 GHz
Universitas Indonesia
48
48
Posisi DW bahan Ni mengalami hal yang sama seperti pada bahan Fe dan
Co yaitu memiliki frekuensi yang sama dengan frekuensi medan bolak-balik yang
diberikan.
bolak-balik yang diberikan. Pada notch segitiga, selain terjadi pembalikan posisi
kesetimbangan sehingga kurva posisi DW berada di sumbu negatip terjadi mulai
frekuensi 0.9 GHz.
4.2.2 Amplitudo Domain Wall
Kurva amplitudo DW untuk masing-masing bahan feromagnetik diperoleh
dari nilai amplitudo setiap frekuensi yang diberikan. Kurva amplitudo bahan Fe
dengan notch lengkung, segitiga dan persegi terlihat pada Gambar 4.17.
Gambar 4.17 Amplitudo bahan Fe dengan notch lengkung, segitiga dan persegi
Universitas Indonesia
49
49
Gambar 4.18 Amplitudo bahan Co dengan notch lengkung, segitiga dan persegi
Kurva amplitudo bahan Ni dengan notch lengkung, segitiga dan persegi
dapat dilihat pada Gambar 4.19.
Universitas Indonesia
50
50
Gambar 4.19 Amplitudo bahan Ni dengan notch lengkung, segitiga dan persegi
Nilai amplitudo semakin menurun dengan naiknya frekuensi medan bolak
balik yang diberikan, hal ini menunjukan terjadinya proses peredaman. Ukuran
sel tidak berpengaruh pada nilai amplitudo. Ternyata bentuk (volume) notch dan
konstanta anisotropi sangat berpengaruh pada nilai amplitudo gelombang posisi
DW. Semakin besar volume notch menghasilkan amplitudo semakin kecil namun
dengan konstanta anisotropi yang sangat besar (Co)
negatip (Ni) berlaku sebaliknya yaitu semakin besar volume notch menghasilkan
amplitudo semakin besar. Nilai amplitudo dengan kurva puncak maksimum hanya
terdapat pada bahan Co dengan notch lengkung dengan frekuensi 0,7 GHz.
Pengaruh fekuensi medan bolak-balik terhadap nilai amplitudo dapat diklasifikasi
dalam 3 katagori yaitu frekuensi < 0,3 GHz terjadi redaman kecil, 0,3<f<1,0 GHz
terjadi redaman sedang dan f 2,0 GHz terjadi redaman besar.
Universitas Indonesia
51
51
52
52
Universitas Indonesia
53
53
54
54
Universitas Indonesia
55
55
Universitas Indonesia
56
56
57
57
Universitas Indonesia
58
58
Universitas Indonesia
59
59
Universitas Indonesia
60
60
2.5 nm
0,5GHz 1,0 GHz
Fe
47
47
Fe
53
53
Fe
31
16
5.0 nm
1,0 GHz
2,0GHz
47
47
53
53
17
0,13
Dari Tabel 4.6 dibuat grafik lebar DW versus frekuensi bahan Fe untuk
masing-masing notch terlihat pada Gambar 4.29.
61
61
2.5 nm
0,5GHz 1,0 GHz
Co
66
66
Co
74
74
Co
11
0,06
5.0 nm
1,0 GHz
2,0GHz
66
66
74
74
0,07
0,09
Dari Tabel 4.7 dibuat grafik lebar DW versus frekuensi bahan Co untuk
masing-masing notch terlihat pada Gambar 4.30
62
62
2.5 nm
0,5GHz 1,0 GHz
Ni
116
116
Ni
136
136
Ni
107
107
5.0 nm
1,0 GHz
2,0GHz
116
116
136
136
120
123
Dari Tabel 4.8 dibuat grafik lebar DW versus frekuensi bahan Ni untuk
masing-masing notch terlihat pada Gambar 4.31.
Universitas Indonesia
63
63
Bahan
Fe
Fe
Fe
2,0GHz
1,13
1,01
423,2
Dari Tabel 4.10 dibuat grafik massa DW versus frekuensi bahan Fe untuk
masing-masing notch terlihat pada Gambar 4.32.
64
64
Bahan
Co
Co
Co
2,0GHz
81
72
596
Dari Tabel 4.11 dibuat grafik massa DW versus frekuensi bahan Co untuk
masing-masing notch terlihat pada Gambar 4.33.
65
65
2.5 nm
0,5GHz 1,0 GHz
Ni
Ni
39
39
Ni
50
50
5.0 nm
1,0 GHz
2,0GHz
39
39
45
44
Dari Tabel 4.12 dibuat grafik massa DW versus frekuensi bahan Ni untuk
masing-masing notch terlihat pada Gambar 4.34.
Universitas Indonesia
66
66
Nilai massa DW pada bahan Fe, Ni dan Co yang diberi notch lengkung,
segitiga dan persegi bergantung pada bentuk notch, namun tidak bergantung pada
besar frekuensi medan magnet bolak-balik yang diberikan. Besarnya nilai massa
DW berbanding terbalik dengan lebar DW.
Secara umum, pada kondisi diberi medan magnet bolak-balik dari bahan
Fe, Co dan Ni yang diberi notch lengkung, segitiga dan persegi terjadi osilasi DW.
Ukuran sel tidak berpengaruh pada posisi DW, amplitudo DW, struktur DW,
lebar DW, dan massa DW, namun dipengaruhi oleh bentuk notch. Kurva posisi
DW pada notch segitiga menghasilkan pembalikan posisi kesetimbangan. Nilai
amplitudo DW dengan nilai paling kecil terjadi pada notch segitiga untuk bahan
Fe. Nilai lebar DW segitiga untuk bahan Fe relatif cukup kecil dengan nilai 53
nm. Dan nilai massa DW berbanding terbalik dengan nilai lebar DW dan pada
notch segitiga untuk bahan Fe nilainya paling kecil.
Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Simulasi pada kondisi ground-state, terbentuk struktur TW tepat di tengah
notch, yang juga diperkuat dengan nilai energi demagnetisasi lebih besar dibandingkan dengan energi exchange.
2. Ketika bahan Fe, Co dan Ni dengan notch lengkung, segitiga dan persegi
dikenai medan magnet AC terjadi osilasi DW di dalam notch.
3. Nilai amplitudo dipengaruhi oleh frekuensi, yaitu
frekuensi medan bolak balik yang diberikan nilai amplitudonya semakin naik.
4. Nilai lebar DW tidak dipengaruhi oleh besarnya frekuensi medan magnet.
5. Ditemukan amplitudo DW maksimum hanya pada bahan Co dengan notch
lengkung dengan frekuensi 0,7 GHz.
6. Nilai amplitudo dan nilai lebar DW dipengaruhi oleh bentuk notch.
7. Massa DW dapat ditentukan dengan memodelkan DW sebagai gerak
harmonik teredam (damped harmonic oscillation). Nilai massa DW
berbanding terbalik dengan lebar DW.
5.2 Saran
Agar mendapatkan hasil pengamatan yang lebih baik, khususnya pada
simulasi notch persegi sebaiknya dimensi lebar notch diperkecil dan divariasikan
agar diperoleh dimensi lebar yang optimum.
Universitas Indonesia
67
DAFTAR REFERENSI
Ahn, S. M., Kim, D. H., dan Choe, S. B. (2009). Kinetic and static domain-wall
pinning at notches on ferromagnetic nanowires. IEEE Transactions on
Magnetics, Vol. 45, No. 6.
Alejos, O., Martinez, E., dan Diaz, L. L. (2010). Micromagnetic simulation of
domain wall depinning forced by oscillating field. App. Phys. A 100, 501504.
Alejos, O., Torres, C., Gomez, P. H., Diaz, L. L., Torres, L., dan Martinez, E.
(2007). A micromagnetic study of oscillations of pinned domain walls in
magnetic ribbons. Journal of Magnetism and Magnetic Materials 316 : 295298.
Baibich, M. N., Broto, J. M., Fert, A., Van Dau F. N., dan Petroff, F. (1988).
Giant magnetoresistance of Fe/Cr magnetic superlattices. Phys. Rev. Lett.
61, 2472.
Beach, G.S.D., Knutson, C., Tsoi, M., dan Erskinc, J. L. (2006). Field and
current-driven domain wall dynamic: An experimental picture. J.
Mag. Magnetic Materials 2038-2040.
Betancourt, I., Hrkac, G., dan Schrefl, T. (2008). Micromagnetic simulation of
domain wall dynamics in permalloy nanotubes at high frequencies. J. Appl.
Phys. 104, 023915.
Binasch, G., Grnberg, P., Saurenbach, F., dan Zinn, W. (1989). Enhanced
magnetoresistance in layered magnetic structures with anti ferromagnetic
inter layer exchange. Phys. Rev B 39, 4828.
Bloch, F. (1932). Theory of exchange problem and remanence phenomena of
ferromagnetic substances. Zeitschrift fr Physik 74, 295.
Bogart, L. K. dan Atkinson, D. (2009). Dependence of domain wall pinning
potential landscapes on domain wall chirality and pinning site geometry in
planar nanowires, Physical Review B79, 054414.
Brown, W. F. (1968). The fundamental theorem of fine ferromagnetic particle
theory. J. Appl. Phys. 39, 993
Universitas Indonesia
68
69
69
nanowires.
Journal of Nanoscience
and
domain
wall collision
around
walker
breakdown
in
M.J
dan
Porter,
D.G.
(2002).
OOMMF
Users
Guide.
http://math.nist.gov/oommf
Faulkner, C.C., Michael D. C., Allwood, D.A., Petit, D.,
Atkinson, D. dan
Universitas Indonesia
Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.
70
70
Universitas Indonesia
Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.
71
71
Journal
of
Universitas Indonesia
Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.
72
72
Universitas Indonesia
Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.