Anda di halaman 1dari 86

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS OSILASI DAN STRUKTUR DOMAIN WALL


DI DALAM KONSTRIKSI NOTCH PADA BAHAN
FEROMAGNETIK (Fe, Co, Ni) BERBENTUK NANOWIRE

DISERTASI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor

Widia Nursiyanto
1106143005

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


PROGRAM STUDI DOKTOR ILMU BAHAN-BAHAN

Depok
27 Juni 2014

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Disertasi ini adalah hasil karya saya sendiri,


dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar

Nama

: Widia Nursiyanto

NPM

: 1106143005

Tandatangan :
Tanggal

: 27 Juni 2014

ii

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

HALAMAN PENGESAHAN
Disertasi ini diajukan oleh
Nama

: WidiaNursiyanto

NPM

: 1106143005

Program Studi

: Ilmu Bahan-bahan

Judul Disertasi

: Analisis Osilasi dan Struktur Domain Wall di Dalam


Kontriksi Notch pada Bahan Feromagnetik (Fe, Co, Ni)
Berbentuk Nanowire

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai


bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Doktor pada
Program Studi Ilmu Bahan-bahan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Indonesia

Ditetapkan di : Depok
Tanggal

: 27 Juni 2014

iii
iii
Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur untuk kemulian Allah, karena perkenanNYA,
segala upaya penulis dalam menjalani pendidikan program doktoral di Program
Studi Ilmu Bahan-bahan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indonesia ini dapat terselesaikan.
Ucapan terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada bapak
Promotor, Dr. Bambang Soegijono dan bapak Ko-Promotor, Dede Djuhana,
Ph.D, M.Sc yang tidak jemujemu membimbing, mengarahkan dan memperkaya
ilmu pengetahuan bidang ilmu bahan khususnya simulasi bahan magnet untuk
meningkatkan kinerja devais spintronik dimasa mendatang.
Terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan juga kepada
segenap dosen pasca sarjana program doktoral Ilmu Bahan-bahan Universitas
Indonesia, khususnya bapak-bapak dewan penguji : bapak Dr. Muhammad
Hikam, bapak Dr. Suhardjo Poertadji, bapak Dr. Budhy Kurniawan, bapak
Prof. Dr. Agus Setyo Budi, M.Sc yang telah memberikan pengajaran yang sangat
berharga dalam mempersiapkan penulis sebagai insan penyandang gelar doktor
ilmu bahan-bahan.
Karya kecil ini terselesaikan tidak luput dari dorongan semangat temanteman seperjuangan di program pasca sarjana Universitas Indonesia. Dorongan
dan bantuan juga penulis peroleh dari teman-teman antara lain Dr. Sastra Kusuma
Wijaya, Dr. Harwikarya dan Dr. Y. Edi Gunanto dengan segenap kemampuannya
membantu penulis untuk menyelesaikan program pendidikan doktor ini.
Terima kasih atas dorongan dan doa yang tak putus-putusnya selalu
dipanjatkan oleh istri (Dra.Kristiana), dan anak-anakku (Vidi Christyanto, S.T,
Vicky Hestyanto, S.Kom), sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan
program doktoral ini.
Akhir kata, penulis mempersembahkan disertasi yang belum sempurna ini
kepada dunia pendidikan di Indonesia agar ilmu pengetahuan khususnya bidang
simulasi dapat berkembang.
Depok, 27 Juni 2014
Widia Nursiyanto

iv
iv
Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI


DISERTASI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di


bawah ini :
Nama

: Widia Nursiyanto

NPM

: 8305000078

Program Studi : Ilmu Bahan-bahan


Departemen

: Fisika

Fakultas

: Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Jenis Karya

: Disertasi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Non-eksklusif (Non-exclusive Royalty
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
Analisis Osilasi dan

Struktur Domain Wall di Dalam Kontriksi Notch pada

Bahan Feromagnetik (Fe, Co, Ni) Berbentuk Nanowire


beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan hak bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak

menyimpan, mengalih media/

formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (data base), merawat dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik hak cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di

:Depok

PadaTanggal

: 27 Juni 2014

Yang menyatakan

(Widia Nursiyanto)

v
v
Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

ABSTRAK

Nama
Program Studi
Judul

: Widia Nursiyanto
: Ilmu Bahan-bahan
: Analisis Osilasi dan Struktur Domain Wall di Dalam
Kontriksi Notch pada Bahan Feromagnetik (Fe, Co, Ni)
Berbentuk Nanowire

Saat ini divais spintronik untuk penyimpan data berbasis magnet telah menjadi
perhatian para peneliti. Salah satu bahan yang berpotensi adalah feromagnetik
berbentuk nanowire, seperti Racetrack Memory yang cara kerjanya berdasarkan
pergerakan domain wall (DW). Pada penelitian ini, telah dilakukan analisa osilasi
dan struktur domain wall di dalam kontriksi notch pada bahan feromagnetik (Fe,
Ni, dan Co) berbentuk nanowire. Simulasi mikromagnetik menggunakan
perangkat lunak bersifat publik bernama Object Oriented Micromagnetic
Framework berdasarkan persamaan dinamika spin magnet Landau-LifshitzGilbert. Ukuran nanowire 2000

200

5 nm, di bagian tengah diberikan notch

ganda bersifat simetris berbentuk lengkung, segitiga, dan persegi. Di tengah notch
diletakkan sebuah tipe struktur DW berbentuk transverse-wall (TW) dengan
konfigurasi head-to-head. Penelitian diawali dengan pengamatan kondisi ground
state yang diperoleh hasil bahwa DW stabil di tengah notch.

Selanjutnya diberi

medan magnet bolak-balik dengan amplitudo tetap 2 mT dan variasi frekuensi


dari 0,3 -2,0 GHz. Hal yang menarik, terjadi

osilasi DW dengan struktur TW

yang stabil. Nilai amplitudo osilasi DW terlihat semakin turun dengan


bertambahnya frekuensi medan bolak-balik, artinya notch berfungsi sebagai
potensial pinning. Selanjutnya dilakukan perhitungan lebar DW berdasarkan
FWHM

dari data magnetisasi My dan hasil nilai lebar DW tergantung pada

bentuk notch. Dari nilai lebar DW juga dihitung massa DW dengan


memberlakukan DW sebagai model osilasi harmonik sederhana.
Kata kunci :
Feromagnetik, nanowire, notch, osilasi, mikromagnetik.

vi
vi
Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

ABSTRACT

Name
Program Study
Title

: Widia Nursiyanto
: Materials science
: Analyzed Oscillation and Domain Wall Structure in
Constriction of Notches at Ferromagnetic (Fe, Co, Ni)
Nanowire.

Recently, the development spintronic devices become great attention because its
potential for magnetic storage and magnetic sensor devices. One of the materials
has potential is the ferromagnetic nanowire, such as Racetrack Memory based on
the domain wall motion. In this study, we have analyzed the oscillation and
structure of domain wall in the ferromagnetic nanowire Co, Fe, dan Ni. We used
micromagnetic simulation with public micromagnetic software Object Oriented
Micromagnetic Framework (OOMMF) based on the spin dynamic LandauLifshitz-Gilbert (LLG) equation. The dimension of nanowire is 2000 200 5
nm with double notch is positioned at the center of the nanowire. The shape of
notchs consisted of arch-notch, triangle-notch, and rectangular-notch with initial a
head-to-head transverse wall (TW) is located at the center of nanowire. Firstly,
we investigated the DW in ground state condition and we found the DW is stable
at the center of nanowire. Secondly, we applied AC magnetic field with various
frequency from 0.3 GHz-2.0 GHz and the amplitude of AC field is fixed to be 2
mT. Interestingly, we observed the DW oscillation with stably TW structure.
Increasing the frequency of AC field, the amplitude of DW oscillation showed to
decrease. This mean that the notch acted as the pinning potential. Furthermore, we
also calculated the DW width based on FWHM from My magnetization and
depended on the shape of the notch. From DW width, we also determined the DW
mass with driven simple harmonic model.

Key Words :
Ferromagnetic, nanowire, notch, oscillation, micromagnetic.

vii

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS

ii

HALAMAN PENGESAHAN

iii

KATA PENGANTAR

iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI DISERTASI


UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

ABSTRAK

vi

ABSTRACT

v ii

DAFTAR ISI

viii

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

xi

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Hipotesa

1.4 Tujuan Penelitian

1.5 Manfaat Penelitian

1.6 State of The Art

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Feromagnetik

2.1.1 Domain Magnet

11

2.1.2 Domain Wall Magnet

11

2.2 Energi Sistem Feromagnetik

13

2.2.1 Energi Exchange

13

2.2.2 Energi Magnetostatik

14

2.2.3 Energi Magneto Crystalline Anisotropy

15

2.2.4 Energi Zeeman

17

2.3 Konsep Mikromagnetik

18

2.4 Dinamika Magnetisasi

20

2.4.1 Persamaan Landau-Lifshitz (LL)

21

2.4.2 Persamaan Landau-Lifshitz-Gilbert (LLG)

22

2.5 Domain Wall Feromagnetik Nanowire

viii
viii
Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

23

BAB 3 METODE PENELITIAN

27

3.1 Simulasi Mikromagnetik

27

3.1.1 Perangkat Lunak OOMMF

27

3.1.2 Proses Perhitungan LLG dalam OOMMF

28

3.1.3 Parameter Fisika Bahan Feromagnetik Fe, Co, dan Ni

30

3.1.4 Ukuran Sel Simulasi

30

3.2 Peralatan Simulasi

31

3.3 Prosedur Simulasi Mikromagnetik

31

3.3.1 Pembuatan Script Program

33

3.3.2 Simulasi Pada Kondisi Ground-state

34

3.3.3 Simulasi Pada Kondisi Diberi Medan Bolak-balik

34

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

35

4.1 Simulasi Pada Kondisi Ground-state

35

4.1.1 Struktur Domain Wall

35

4.1.2 Lebar Domain Wall

37

4.1.3 Energi Domain Wall

38

4.2 Simulasi Pada Kondisi Diberi Medan Magnet Bolak-balik


4.2.1 Posisi Domain Wall

42
42

4.2.1.1 Bahan Fe

42

4.2.1.2 Bahan Co

44

4.2.1.3 Bahan Ni

46

4.2.2 Amplitudo Domain Wall

48

4.2.3 Struktur Domain Wall

51

4.2.4 Lebar Domain Wall

60

4.2.5 Massa Domain Wall

63

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

67

5.1 Kesimpulan

67

5.2 Saran

67

DAFTAR REFERENSI

68

ix
ix
Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

DAFTAR TABEL
Tabel 1.1

State of The Art Penelitian

Tabel 3.1

Parameter Bahan Feromagnetik

30

Tabel 3.2

Exchange Length dari Fe, Co dan Ni

30

Tabel 4.1

Lebar DW Bahan Feromagnetik dengan Berbagai Notch

37

Tabel 4.2

Nilai Energi Bahan Fe, Co, dan Ni pada Keadaan GS

41

Tabel 4.3

Lebar DW Bahan Fe dengan Berbagai Notch

60

Tabel 4.4

Lebar DW Bahan Co dengan Berbagai Notch

61

Tabel 4.5

Lebar DW Bahan Ni dengan Berbagai Notch

62

Tabel 4.6

Massa DW Bahan Fe

63

Tabel 4.7

Massa DW Bahan Co

64

Tabel 4.8

Massa DW Bahan Ni

65

x
x
Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1

Perkembangan HDD dari tahun 1994 sampai dengan


tahun 2006 mengikuti hukum Moore

Gambar 1.2

Desain Racetrack Memory

Gambar 2.1

Diagram dari tabel periodik yang menunjukkan jenis


magnet sesuai dengan kelompok warnanya

Gambar 2.2

Penempatan elektron dengan (a) spin berbeda dan (b)


spin sama

10

Gambar 2.3

Struktur elektron bahan Feromagnetik

10

Gambar 2.4

Konfigurasi momen magnet dalam domain-wall berubah


secara perlahan-lahan membentuk struktur domain-wall
1800 dikenal dengan Bloch wall

11

Gambar 2.5

Struktur Nelwall dengan orientasi spin pada bidang


lapisan tipis

12

Gambar 2.6

Pengurangan energi magnetostatik atau energi


demagnetisasi akibat orientasi arah dari dipol-dipol
magnet

15

Gambar 2.7

Ilustrasi densitas energi uniaxial anisotropy (a) easy-axis


anisotropy (K > 0) (b) Easy-plane anisotropy (K<0)

16

Gambar 2.8

Ilustrasi densitas energi untuk cubic anisotropy

17

Gambar 2.9

Gerak presisi dari momen magnet terhadap medan efektif


(a) tanpa redaman, (b) dengan redaman (damping)

22

Gambar 2.10

Skema DW
dalam magnetik nano-strip dengan
magnetisasi longitudinal. (a) (simetris) Transverse Wall,
(b) Vortex Wall dan (c) Asimetris Transverse Wall

24

Gambar 2.11

Struktur domain magnetik (a) bahan film dengan system


koordinat (b) komponen magnetisasi x dan z yang
melalui domain wall A

25

Gambar 3.1

Ilustrasi skematis dari diskretisasi bujur sangkar duadimensi.

27

Gambar 3.2

Diagram proses perhitungan LLG dalam OOMMF

28

xi
xi
Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

Gambar 3.3

Diagram OXSI (OOMMF Extensible solver) pada


OOMMF dengan minimisasi energi menggunakan
Minimization Evolver dan LLG Evolver.
Proses
diskritisasi pada material target menggunakan model
rectangular mesh

29

Gambar 3.4

Bentuk Notch simetri : (a) lengkung, (b) segitiga dan (c)


persegi

31

Gambar 3.5

Diagram alir simulasi bahan feromagnetik nanowire


dengan OOMMF

32

Gambar 3.6

Contoh masukan untuk program


OOMMF dalam bahasa Tcl/Tk.

mikromagnetik

33

Gambar 3.7

Simulasi mikromagnetik secara head-to-head

34

Gambar 4.1

Struktur DW Fe dengan 2 macam ukuran sel diberi notch


(a) Lengkung, (b) Segitiga dan (c) Persegi

35

Gambar 4.2

Struktur DW Co dengan 2 macam ukuran sel diberi notch


(a) Lengkung, (b) Segitiga dan (c) Persegi

36

Gambar 4.3

Struktur DW Ni dengan 2 macam ukuran sel diberi notch


(a) Lengkung, (b) Segitiga dan (c) Persegi

36

Gambar 4.4

Penentuan lebar DW menggunakan fitting model


Gaussian dari data magnetisasi My.

38

Gambar 4.5

Energi DW bahan Fe dengan berbagai notch (a)


2.52.52.5 nm3, (b) 2.52.55.0 nm3 dan (c) Energi
total

39

Gambar 4.6

Energi DW bahan Co dengan berbagai notch (a)


2.52.52.5 nm3, (b) 2.52.55.0 nm3 dan (c) Energi
total

40

Gambar 4.7

Energi DW bahan Ni dengan berbagai notch (a)


2.52.52.5 nm3, (b) 2.52.55.0 nm3 dan (c) Energi
total

41

Gambar 4.8

Posisi DW pada bahan Fe dengan notch lengkung diberi


frekuensi 0,3 GHz, 0,5 GHz, 0,7 GHz, 0,9 GHz, 1,0
GHz, dan 2,0 GHz

42

Gambar 4.9

Posisi DW pada bahan Fe dengan notch segitiga diberi


frekuensi 0,3 GHz, 0,5 GHz, 0,7 GHz, 0,9 GHz, 1,0
GHz, dan 2,0 GHz

43

xii

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

Gambar 4.10

Posisi DW pada bahan Fe dengan notch persegi diberi


frekuensi 0,3 GHz, 0,5 GHz, 0,7 GHz, 0,9 GHz, 1,0
GHz, dan 2,0 GHz

43

Gambar 4.11

Posisi DW pada bahan Co dengan notch lengkung diberi


frekuensi 0,3 GHz, 0,5 GHz, 0,7 GHz, 0,9 GHz, 1,0
GHz, dan 2,0 GHz

44

Gambar 4.12

Posisi DW pada bahan Co dengan notch segitiga diberi


frekuensi 0,3 GHz, 0,5 GHz, 0,7 GHz, 0,9 GHz, 1,0
GHz, dan 2,0 GHz

45

Gambar 4.13

Posisi DW pada bahan Co dengan notch persegi diberi


frekuensi 0,3 GHz, 0,5 GHz, 0,7 GHz, 0,9 GHz, 1,0
GHz, dan 2,0 GHz

45

Gambar 4.14

Posisi DW pada bahan Ni dengan notch lengkung diberi


frekuensi 0,3 GHz, 0,5 GHz, 0,7 GHz, 0,9 GHz, 1,0
GHz, dan 2,0 GHz

46

Gambar 4.15

Posisi DW pada bahan Ni dengan notch segitiga diberi


frekuensi 0,3 GHz, 0,5 GHz, 0,7 GHz, 0,9 GHz, 1,0
GHz, dan 2,0 GHz

47

Gambar 4.16

Posisi DW pada bahan Ni dengan notch persegi diberi


frekuensi 0,3 GHz, 0,5 GHz, 0,7 GHz, 0,9 GHz, 1,0
GHz, dan 2,0 GHz

47

Gambar 4.17

Amplitudo bahan Fe dengan notch lengkung, segitiga


dan persegi

48

Gambar 4.18

Amplitudo bahan Co dengan notch lengkung, segitiga


dan persegi

49

Gambar 4.19

Amplitudo bahan Ni dengan notch lengkung, segitiga


dan persegi

50

Gambar 4.20

Posisi DW bahan Fe dengan notch lengkung saat diberi


medan AC 0,5 GHz, 1,0 GHz dan 2,0 GHz

51

Gambar 4.21

Posisi DW bahan Fe dengan notch segitga saat diberi


medan AC 0,5 GHz, 1,0 GHz dan 2,0 GHz

52

Gambar 4.22

Posisi DW bahan Fe dengan notch persegi saat diberi


medan AC 0,5 GHz, 1,0 GHz dan 2,0 GHz

53

Gambar 4.23

Posisi DW bahan Co dengan notch lengkung saat diberi


medan AC 0,5 GHz, 1,0 GHz dan 2,0 GHz

54

xiii
xiii
Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

Gambar 4.24

Posisi DW bahan Co dengan notch segitiga saat diberi


medan AC 0,5 GHz, 1,0 GHz dan 2,0 GHz

55

Gambar 4.25

Posisi DW bahan Co dengan notch persegi saat diberi


medan AC 0,5 GHz, 1,0 GHz dan 2,0 GHz.

56

Gambar 4.26

Posisi DW bahan Ni dengan notch lengkung saat diberi


medan AC 0,5 GHz, 1,0 GHz dan 2,0 GHz

57

Gambar 4.27

Posisi DW bahan Ni dengan notch segitiga saat diberi


medan AC 0,5 GHz, 1,0 GHz dan 2,0 GHz

58

Gambar 4.28

Posisi DW bahan Ni dengan notch persegi saat diberi


medan AC 0,5 GHz, 1,0 GHz dan 2,0 GHz

59

Gambar 4.29

Lebar DW Fe dengan notch lengkung, segitiga dan


persegi

60

Gambar 4.30

Lebar DW Co dengan notch lengkung, segitiga dan


persegi

61

Gambar 4.31

Lebar DW Ni dengan notch lengkung, segitiga dan


persegi

62

Gambar 4.32

Massa Fe dengan notch lengkung, segitiga dan persegi

63

Gambar 4.33

Massa Co dengan notch lengkung, segitiga dan persegi

64

Gambar 4.34

Massa Ni dengan notch lengkung, segitiga dan persegi

65

xiv
xiv
Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Dalam satu dekade terakhir, penelitian feromagnetik telah mendapatkan

perhatian yang cukup besar di kalangan ilmuwan karena memiliki potensi untuk
aplikasi bidang spintronik (spintronic device) yaitu media penyimpan berbasis
magnetik (magnetic storage), dan sensor berbasis magnetik (magnetic sensor)
(Wolf, et al., 2001). Perkembangan ini tidak terlepas dari penemuan efek Giant
Magneto Resistance (GMR) pada tahun 1988 oleh dua orang ilmuwan yaitu
Albert Fert dan Peter Grnberg (Binasch, Grnberg, Saurenbach, dan Zinn, 1989),
yang menjadi momentum kelahiran era baru yaitu era spintronik. Atas
kontribusinya dalam penemuan efek GMR, kedua ilmuwan tersebut dianugrahi
Nobel bidang Fisika pada tahun 2007. Istilah spintronik umumnya digunakan
pada suatu divais yang beroperasi dengan memanfaatkan perubahan konfigurasi
momen magnet/spin di dalam bahan feromagnetik. Dibandingkan dengan divais
elektronik,

divais

spintronik

menjanjikan

kelebihan,

yaitu

mempunyai

kemampuan proses data yang cepat, ukuran divais lebih kecil, non-volative, dan
konsumsi energi lebih rendah. Pada Gambar 1.1 memperlihatkan perkembangan
media penyimpan berbasis magnetik dari tahun 1994 sampai tahun 2006.
Perkembangan kapasitas media penyimpan hardisk drive (HDD) mengikuti
hukum Moore, yaitu kapasitas HDD meningkat secara eksponensial.

Gambar 1.1 Perkembangan HDD dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2006
mengikuti hukum Moore
(Sumber: Smith dan Williams, 2007)
Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

2
Saat ini, penelitian bahan feromagnetik bentuk nanowire begitu pesat
dalam kaitan dengan aplikasi magnetic storage. Salah satu penelitian
feromagnetik bentuk nanowire yang cukup menjanjikan sebagai media penyimpan
adalah magnetic domain-wall racetrack memory (RM). RM ini terbuat dari bahan
feromagnetik Permalloy (lihat Gambar 1.2) yang mampu membawa 10 sampai
100 buah domain wall (DW) dalam lebar nanowire sebesar 100 nm (Parkin,
Hayashi, dan Thomas, 2008). Pergerakan DW ini diinjeksi dengan menggunakan
arus terpolarisasi (polarized current). Penggunaan arus terpolarisasi menghindari
tumbukan antara DW yang satu dengan lainnya, sehingga DW tetap terjaga.
Namun dalam RM, besarnya injeksi arus polarisasi tidak melebih dari arus
polarisasi ambang yaitu sekitar 3108 A/cm2. Jika melebih dari nilai ambang,
maka akan menyebabkan DW menjadi hilang akibat terjadinya pengaruh termal
(Joule heating).

Gambar 1.2 Desain Racetrack Memory


(Sumber : Parkin, Hayashi, dan Thomas, 2008)

Untuk mengontrol kecepatan DW di dalam nanowire agar stabil,


diperkenalkan sebuah hambatan (constriction) berbentuk notch atau anti-notch.
Secara umum penelitian dinamika DW dengan melibatkan notch/anti-notch

Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

3
adalah untuk menentukan medan depinning, yaitu medan magnet minimal agar
DW di dalam sebuah notch/anti-notch dapat terlepas. Hal yang sama juga diamati
dengan menggunakan arus terpolarisasi atau di kenal kerapatan arus ambang
(current density cut off).
Penelitian sifat-sifat DW di dalam notch telah banyak dipublikasi baik
secara eksperimen maupun secara simulasi mikromagnetik.

Secara eksperimen,

Himeno et al. (2005) meneliti tentang perambatan DW di dalam feromagnetik


bentuk nanowire dengan notch tidak simetris atau rachet dengan DW bergerak
dalam satu arah. Bogart, dan Atkinson (2009) melakukan pengamatan sifat-sifat
DW pada notch bentuk persegi (rectangular notch) dan segitiga (triangle notch)
menggunakan Magneto-Optical Kerr Effect (MOKE). Zambano dan Pratt ( 2004)
memperlihatkan bahwa struktur DW sangat dipengaruhi bentuk notch dan sifat
chirality dari struktur vortex wall. Faulkner, Michael, Allwood, Petit, Atkinson,
dan Cowburn (2004) melakukan pengamatan DW yang terperangkap dalam notch
dengan menggunakan sistem arus tegak lurus pada bidang GMR. Pengamatan
proses pinning dan depinning DW dilakukan pada nanowire bentuk L (L-shaped)
menggunakan MOKE. Medan depinning meningkat dengan bertambahnya ukuran
notch.
Secara simulasi mikromagnetik, kecepatan DW pada nanowire bentuk
strip berkaitan dengan medan magnet luar kritis atau yang dikenal dengan medan
Walker breakdown (Nakatani,

Thiavile, dan Miltat, 2005; Djuhana et al.,

2011; Beach, Knutson, Tsoi, dan Erskinc, 2006; Djuhana, Piao, Yu, Oh,
dan Kim, 2009; Thiaville, Nakatani, Miltat, dan Vernier, 2004). Kecepatan
DW linier dengan perubahan besar medan magnet luar. Ketika besar medan di
bawah medan Walker breakdown kecepatan DW bertambah besar dan kecepatan
turun secara tiba-tiba ketika medan luar di atas medan Walker breakdown. Medan
Walker breakdown sangat bergantung pada ketebalan dan lebar dari feromagnetik
nanowire (McMichael, dan Donahue,1997).

Formulasi medan depinning

pada bentuk notch segitiga pada bahan Py bergantung pada tebal dan lebar
notch (Kim, You, dan Choe, 2008).

Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

4
Sifat-sifat struktur DW di sekitar notch yaitu struktur vortex/anti vortex
dan transverse wall. Struktur transverse wall lebih mudah masuk ke dalam notch
dan struktur vortex/anti vortex mengalami osilasi dan berubah menjadi struktur
transverse wall untuk masuk ke dalam. Hasil simulasi ini memperlihatkan notch
merupakan sebuah sumur potensial (potensial well) artinya membutuhkan energi
untuk lepas dari notch yang dikenal sebagai medan depinning (Klui, 2008).
Selain pengamatan medan depinning, sifat-sifat DW di dalam notch juga diamati
menggunakan medan magnet fungsi waktu atau medan magnet AC.

Dengan

aplikasi medan magnet AC, DW mengalami osilasi tertentu seperti pada hasil
penelitian Liu dan Grtter (1998) tentang osilasi DW di dalam bahan Co.
Penelitian memperlihatkan DW memiliki kelembaman (inertia) yang dapat
dimodelkan menjadi gerak harmonik teredam (damped harmonic oscillation) dan
massa dari DW berbanding terbalik dengan lebar DW. Osilasi DW pada
feromagnetik bentuk tabung pada bahan Py, osilasi DW mempunyai beda fase
dengan medan magnet AC. Struktur DW pada bentuk tabung memperlihatkan tipe
cross-tie, pergeseran fasenya meningkat dan amplitudo DW menurun dengan
bertambahnya frekuensi medan magnet AC (Betancourt, Hrkac, dan Schrefl,
2008). Medan depinning pada DW dengan medan magnet AC dan notch sebagai
pinning atau sumur potensial karena kontribusi energi magnetostatik lokal. Bentuk
notch yang digunakan adalah persegi ganda (double symmetric rectangular) dan
osilasi harmonik terbentuk ketika frekuensi medan magnet AC-nya lebih besar
dari frekuensi alamiah (Alejos, Martinez, dan Diaz, 2010). Terjadinya perubahan
struktur DW di dalam sebuah notch pada bahan Py karena notch bertindak sebagai
potensial pinning untuk DW (Djuhana, Soegijono, Piao, Oh, Yu, dan Kim, 2013).
Dari uraian hasil publikasi tentang sifat-sifat DW baik secara eksperimen
dan simulasi mikromagnetik di atas, ternyata bahwa dengan memahami tentang
sifat-sifat DW di dalam bahan feromagnetik bentuk nanowire sangatlah esensial
baik dipandang secara teoritis fundamendal maupun pada aplikasi industri dalam
upaya merealisasikan media penyimpan berbasis feromagnetik. Dengan demikian,
perlu dilakukan penelitian secara sistematik tentang osilasi DW di dalam sebuah
notch berbentuk lengkung ganda simetris (double symmetric arch), segitiga ganda
simetris (double symmetric triangle), dan persegi ganda simetris (double
Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

5
symmetric rectangular). Bahan feromagnetik yang digunakan terdiri dari Besi
(Fe), Kobalt (Co) dan Nickel (Ni). Model awal dari DW berbentuk muka-ke-muka
(head to head) dengan ukuran nanowire 2000 nm, lebar 200 nm dan tebal 5 nm.
Ukuran notch dengan ke dalaman 50 nm dibuat tetap dan panjang notch 800 nm.
Digunakan medan magnet AC dengan amplitudo tetap sebesar 2 mT dan variasi
frekuensi dari 0,3 GHz sampai 2,0 GHz.
1.2

Perumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian dirumuskan sebagai berikut:

1. Pada kondisi medan magnet luar sama dengan nol (ground-state), apakah
konfigurasi DW pada keadaan energi minimum (equilibrium) berada di tengah
nanowire (stabil di dalam notch)?
2. Ketika medan magnet AC diaplikasikan pada notch, apakah DW mengalami
osilasi?
3. Ketika frekuensi medan magnet AC meningkat, apakah amplitudo DW
mengalami kenaikan atau penurunan?
4. Bagaimana perubahan lebar DW ketika ada perubahan frekuensi medan
magnet AC?
5. Apakah ditemukan amplitudo DW maksimum dari aplikasi frekuensi dari 0,3
2,0 Ghz?
6. Apakah ada pengaruh bentuk notch terhadap amplitudo DW dan lebar DW?
7. Bagaimana menentukan massa DW dengan pendekatan model osilasi
harmonik?
1.3 Hipotesa
Dari rumusan masalah di atas dapat disusun hipotesa sebagai berikut :
1. Konfigurasi DW pada keadaan energi minimum (equilibrium) berada di
tengah nanowire, ketika feromagnetik dalam kondisi ground-state.
2. Terjadi osilasi DW pada saat diberi medan magnet luar dengan frekuensi
tinggi.
3. Amplitudo DW mengalami penurunan ketika frekuensi medan magnet AC
meningkat.
4. Lebar DW tidak terpengaruh oleh perubahan frekuensi medan magnet AC.

Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

6
5. Amplitudo DW maksimum kemungkinan dapat ditemukan, tergantung pada
bahan feromagnetik dan bentuk notch.
6. Bentuk notch berpengaruh terhadap nilai amplitudo DW dan nilai lebar DW.
7. Besarnya massa dari DW berbanding terbalik dengan lebar DW.
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemberian medan
magnet luar pada bahan feromagnetik Fe, Co dan Ni berbentuk nanowire yang
diberi notch simetris sehingga dapat memberikan informasi-informasi yang dapat
diaplikasikan sebagai devais spintronik dengan lebih baik, yaitu :
1. Mendapatkan data posisi, lebar, energi dan struktur DW ketika bahan
feromagnetik dengan kondisi head to head pada keadaan ground-state.
2. Mendapatkan data osilasi posisi dan struktur DW ketika bahan feromagnetik
dengan kondisi head to head diberikan medan luar arah longitudinal dalam
bentuk AC field dengan frekuensi bervariasi dari 0,3 GHz hingga 2,0 GHz.
3. Mendapatkan data besar amplitudo DW untuk masing-masing bahan
feromagnetik yang diberi medan luar dengan frekuensi berorde GHz
4. Mendapatkan data nilai lebar DW untuk masing-masing bahan feromagnetik
yang diberi medan luar dengan frekuensi dari 0,3 GHz hingga 2,0 GHz.
5. Mendapatkan

informasi

nilai

lebar DW untuk masing-masing bahan

feromagnetik dengan masing-masing notch dengan nilai maksimum


6. Mendapatkan informasi pengaruh bentuk notch terhadap nilai amplitudo DW
dan nilai lebar DW.
7. Mendapatkan nilai massa DW untuk masing-masing bahan.
1.5

Manfaat Penelitian
Penelitian ini menghasilkan data informasi yang sangat bermanfaat untuk

kegiatan eksperimen bahan feromagnetik nanowire yang akan diaplikasikan pada


devais spintronik.

Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

7
1.6

State of The Art


Berbagai

penelitian

yang

dilakukan

untuk

mendapatkan

bahan

feromagnetik yang diaplikasikan pada devais spintronik, mulai dari memahami


proses magnetisasi, pergerakan dan pengendalian DW terlihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 State of The Art Penelitian
No Nama Peneliti

Judul Penelitian

Hasil Penelitian

Spintronics : A spinbased electronics vision for the future.


Science 294, 1488
(2001)

Paper ini menjelaskan mengenai paradigma baru dalam


media penyimpanan data. Ke
depan kombinasi antara material magnetik dan semikonduktor berpotensi sebagai devais spintronik.
Hasil penelitian ini menjelaskan tentang potensi pergerakan DW dapat dimanfaatkan
sebagai bit memori. Riset ini
juga
menyatakan
bahwa
penggunaan arus terpolarisasi
sangat efektif untuk mendorong DW dalam bahan
feromagnetik berbentuk wire
(nano wire).
Hasil penelitian ini menjelas
kan bahwa notch merupakan
sebuah sumur potensial yang
mengakibatkan dinding domain membutuhkan energi
untuk lepas dari notch
Penelitian tentang penentuan
massa DW dengan menggunakan induksi arus pada
bahan permalloy berbentuk
setengah lingkaran baik secara eksperimen maupun simulasi.
Penelitian ini mengamati DW
dengan memakai bahan feromagnetik Py berbentuk tabung. Osilasi DW berbeda
fase dengan medan magnet
AC yang meningkat dengan
naiknya frekuensi. Struktur
DW memiliki tipe cross-tie,

S. A. Wolf, et al

S. S. P. Parkin, et Magnetic domain wall


al
racetrack memory.
Science 320, 190
(2008)

M. Klui

Head-to-head domain
walls in magnetic nanostructures. J. Phys.
: Condens. Matter 20,
313001 (2008)

E. Saitoh, et al

Current-induced resonance and mass determination of a single


magnetic domain wall
Nature 432, 203-206
(2004)

5 I.Betancourt, et al

Micromagnetic
simulation of domain
wall
dynamics
in
permalloy nanotubes
at high frequencies. J.
Appl. Phys. 104,
023915 (2008)

Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

6 Y. Liu dan P. Theory of magnetoGrtter


elastic dissipation due
to domain wall width
oscillation. Journal of
Applied Physics vol.
83 no. 11 (1998)
7 O. Alejos, et al

A micromagnetic study of oscillations of


pinned domain walls
in magnetic ribbons.
Journal of Magnetism
and Magnetic Materials 316 : 295-298.
(2007)

8 D. Djuhana, et al

Oscillatory transformative domain wall


inner structure of the
depinning
domain
wall around a notched
ferromagnetic wire. J.
of the Korea Phys.
Society vol. 63 no. 3,
654-658 (2013)
Analisis osilasi dan
struktur domain wall
di dalam konstriksi
notch pada bahan
feromagnetik (Fe, Co,
Ni) berbentuk nanowire. Disertasi (2014)

9 W. Nursiyanto

dan amplitude DW menurun


dengan naiknya frekuensi.
Penelitian memperlihatkan
DW dapat dimodelkan menjadi gerak harmonik teredam
(damped harmonic oscillation) dan massa dari DW
berbanding terbalik dengan
lebar DW.
Penelitian menggunakan bentuk notch persegi ganda
(double symmetric rectangular). Terlihat adanya medan
depinning pada DW dan
notch sebagai pinning karena
adanya kontribusi energi
magnetostatik lokal. Osilasi
harmonik terbentuk ketika
frekuensi medan magnet ACnya lebih besar dari frekuensi
alamiah.
Penelitian ini mengamati
perubahan struktur DW di
dalam sebuah notch pada
bahan Py. Ternyata notch
bertindak sebagai potensial
pinning untuk DW.

Penelitian ini mengamati


osilasi dan struktur DW pada
bahan Fe, Co, Ni berbentuk
nanowire yang diaplikasi
medan bolak-balik dengan
amplitudo tetap sebesar 2 mT
dan variasi frekuensi dari 0,3
GHz sampai 2,0 GHz.

Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab tinjauan pustaka, dijelaskan tentang bahan feromagnetik dan


konsep dasar domain magnet serta struktur domain-wall (DW) pada bentuk bulk
dikenal Blochwall dan lapisan tipis (thin film) dikenal dengan Nelwall termasuk
energi dan lebar dari DW. Juga dijelaskan energi yang berkontribusi pada sistem
yaitu energi exchange, energi magnetostatik, energi anisotropi, dan energi Zeeman
serta dinamika momen magnet dalam DW yang menggunakan prinsip torka dan
persamaan diferensial LandauLifshitz-Gilbert (LLG). Dari persamaan LLG akan
didapatkan informasi magnetisasi dan energi yang berkontribusi pada sistem
feromagnetik. Diakhiri dengan uraian tentang DW feromagnetik nanowire.
2.1. Feromagnetik
Bahan feromagnetik, memiliki momen magnetik yang searah dan memiliki
kecenderungan lebih mudah untuk menjadi sejajar satu sama lain ketika di bawah
pengaruh medan magnet. Sifat kemagnetan bahan feromagnetik akibat adanya
gaya dorong internal yang menyebabkan spin elektron menjadi selaras/paralel.
Interaksi momen-momen setempat disebut exchange interaction.

Gambar 2.1

berikut ini merupakan tabel periodik yang menunjukkan unsur-unsur dan jenis
magnet pada suhu kamar:

Gambar 2.1 Diagram dari tabel periodik yang menunjukkan jenis magnet
sesuai dengan kelompok warnanya
(Sumber :University of Cambridge, 2004-2013)

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

Universitas Indonesia

10
10

Terjadinya exchange interaction mengikuti prinsip larangan Pauli yaitu


jika dua elektron memiliki spin yang berbeda maka mereka dapat menempati
orbital yang sama sehingga

memiliki gaya tolak Coulomb yang kuat.

Ketika

elektron memiliki spin yang sama maka mereka akan menempati orbital yang
berbeda sehingga memiliki gaya tolak Coulomb yang lemah dan menghasikan
energi exchange yang minimum. Gambar 2.2 menunjukkan penempatan elektron
yang memiliki spin berbeda dan spin sama.

(a)

(b)

Gambar 2.2 Penempatan elektron dengan (a) spin berbeda dan (b) spin sama
(Sumber : University of Cambridge, 2004-2013)

Aturan di atas membantu menjelaskan urutan feromagnetik yang kuat pada


Fe, Co dan Ni dengan struktur elektron sebagai berikut (Gambar 2.3):
3d

2s

Fe

Co

Ni
Gambar 2.3 Struktur elektron bahan feromagnetik
(Sumber :University of Cambridge, 2004-2013)

Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

11
11

2.1.1 Domain Magnet


P. Weiss (1907) menjelaskan bahwa sebuah bahan magnetik terdiri dari
sejumlah daerah yang berbeda disebut domain yaitu ketika masing-masing sudah
jenuh dan memiliki arah yang berbeda. Konsep domain magnet menjelaskan
kondisi kesetimbangan momen magnet mempunyai arah tertentu (magnetization)
di bawah temperatur Curie.
Terbentuknya domain merupakan persaingan antara energi magnetostatik,
energi

magnetostriktif

dan

energi

magnetokristalin,

sehingga

orientasi

magnetisasi di setiap domain dan ukuran domain dapat ditentukan.


2.1.2 Domain Wall Magnet

F. Bloch (1932) telah membuktikan adanya daerah transisi yang


membatasi antara domain magnet dalam bahan feromagnetik yang dikenal sebagai
magnetic domain-wall atau domain-wall.

Konfigurasi spin dalam DW berubah

secara berlahan-lahan pada bidang kristal dan dikenal sebagai Bloch wall seperti
diilustrasikan pada Gambar 2.4.

Bloch wall umumnya ditemukan pada bahan

feromagnetik berbentuk bulk, yaitu ketika spin berotasi pada bidang yang sejajar
dengan DW Pada bahan feromagnetik bentuk lapisan tipis (thin film), orientasi
spin berada di sepanjang bidang thin film dikenal dengan Nel wall yang
diilustrasikan pada Gambar 2.5.

Gambar 2.4 Konfigurasi momen magnet dalam domain-wall berubah secara


perlahan-lahan membentuk struktur domain-wall 1800 dikenal dengan Bloch wall
(Sumber: C. Kittel, 2005)

Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

12
12

Gambar 2.5 Struktur Nelwall dengan orientasi spin pada bidang lapisan tipis
(Sumber : M. Getzlaff, 2008)

Pembentukan DW magnet pada bahan feromagnetik merupakan kompetisi


antara energi exchange dan

energi anisotropi.

Energi exchange berasal dari

interaksi antara spin atom dengan tetangganya. Energi exchange cenderung untuk
mempertebal DW namun karena transisi arah spin menyebabkan efek anisotropi
meningkat

yang

cenderung untuk

membuat

tipis

DW.

Pada

kondisi

kesetimbangan, energi dan lebar DW dapat ditentukan dari energi exchange dan
energi anisotropi.
Kompetisi antara energi exchange dan energi anisotropi ditandai dengan
adanya exchange length (Chikazumi, dan Charap, 1964; Miltat, dan Donahue,
2007 dan Guimares, 2009)

l exc

2A
0 M s2

(2.1)

Lebar DW merupakan karakterisasi dari lebar daerah transisi yang


terjadi antara dua domain magnetik :

A
K

(2.2)

Sedangkan besarnya energi DW per unit area pada bahan feromagnetik


dengan kristal kubik adalah (Guimares, 2009) :

DW 4 AK

(2.3)

dengan DW : energi domain per unit area (Jm-1), K : konstanta anisotropi (J/m3),
dan A = konstanta exchange stiffness (J/m) Untuk diketahui nilai A sangat
dipengaruhi pada struktur kisi (Chikazumi, dan Charap, 1964).
Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

13
13

2.2 Energi Sistem Feromagnetik


2.2.1 Energi Exchange
Energi exchange merupakan energi yang timbul dari interaksi spin dengan
spin tetangganya melalui exchange coupling. Energi exchange Eex dari interaksi
antara spin dalam bahan feromagnetik dapat dinyatakan:

Eex 2 J Si .S j

(2.4)

ij

dengan

dan

adalah unit vektor dua spin atom yang berinteraksi, persamaan

(2.4) disebut juga dengan Heisenberg model. Interaksi dua spin tergantung pada
spin paralel atau antiparalel yang harus mengikuti prinsip larangan Pauli (Pauli
exclusion) yaitu tidak diperkenankan ada dua elektron yang mempunyai bilangan
kuantum yang sama pada tempat dan waktu yang sama. Dengan menggunakan
ekspansi Taylor energi exchange pada persamaan (2.4) dapat dituliskan (Getzlaff,
2008).

1
Eex 2 JS 2 cos ij 2 JS 2 (1 ij2 )
2
ij
ij
const JS

(2.5)

2
ij

ij

dengan ij merupakan sudut antara m j dan mi dan ij m j mi , sehingga


persamaan (2.5) dapat ditulis

Eex const. JS 2 m j mi

(2.6)

dengan m : vektor magnetisasi dan S : besar nilai spin. Jarak vektor m j mi


dapat ditulis dalam bentuk fungsi kontinu m yaitu m j mi rj .m dengan
r j r j ri . Maka, energi exchange dapat ditulis menjadi

Eex const. JS 2 r j .m
i

const. JS

r .m r .m r .m
2

(2.7)

Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

karena sifat simetris bentuk kubik, maka

x y
j

0 dan

Penjumlahan seluruh indeks j dan total bilangan spin

14
14

2
j

1/ 3rj2 .

per unit volume, maka

energi exchange per unit volume ex adalah


2
2
2
ex A m x m y m z

(2.8)

1
dengan A n JS 2 r j2 adalah konstanta exchange stiffness dalam J/m.
6

Sehingga, energi exchange untuk seluruh volume bahan magnet adalah :


Eex A m dV
2

A
2
M dV
2
Ms V

(2.9)

dengan M M sm dan Ms adalah magnetisasi saturasi. Persamaan (2.9) bersifat


isotropik karena

tidak tergantung pada arah perubahan magnetisasi (Getzlaff,

2008).

2.2.2 Energi Magnetostatik


Energi magnetostatik pada bahan magnet berasal dari interaksi muatan
pada kutub-kutub seperti muatan positif dan negatif (dipol-dipol) yang berasal
dari bahan itu sendiri. Gambar 2.6 mengilustrasikan bahwa magnetisasi
menyebabkan dipol-dipol berperilaku sebagai magnet dengan medan magnetik
disekitarnya. Medan magnetik tersebut dikenal dengan medan demagnetisasi
(demagnetizing field), Hd. Oleh karena itu, energi magnetostatik sering juga
disebut sebagai energi demagnetisasi.

Besarnya energi magnetostatik sangat

bergantung pada jumlah dipol serta arah orientasi antara dipol-dipol. Ketika dipoldipol dari bahan magnet memiliki orientasi arah yang sama satu dengan lainnya,
energi magnetostatiknya besar, seperti pada Gambar 2.6 (a), dibandingkan dengan
bahan magnet dengan dipol-dipol anti paralel satu dengan lainnya, Gambar 2.6
(b). Sedangkan keadaan dipol-dipol seperti pada Gambar 2.6 (c) menyebabkan
energi magnetostatik pada keadaan ini adalah minimum (Spaldin, 2011 dan
Guimares, 2009).

Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

15
15

Gambar 2.6 Pengurangan energi magnetostatik atau energi demagnetisasi akibat


orientasi arah dari dipol-dipol magnet
(Sumber : Spaldin, 2011 )

Energi magnetostatik Ed , dianggap sebagai besarnya energi magnetisasi di dalam


medan demagnetisasi, yang dijelaskan oleh

1
Ed 0 Hd .M dV
V
2

(2.10)

dengan H d : medan demagnetisasi dan M : magnetisasi.


Energi magnetostatik Ed juga dapat ditulis sebagai:

Ed

1
0
Hd2 dV
2 allspace

(2.11)

dengan

Hd N d M

(2.12)

dengan N merupakan faktor demagnetisasi yang bergantung pada bentuk bahan


dan arah magnetisasi.

2.2.3 Energi Magneto Crystalline Anisotropy


Energi magneto crystalline anisotropy adalah energi yang tergantung pada
orientasi arah magnetisasi dan sumbu kristalografi (crystallographic axes). Energi
anisotropi ini berasal dari interaksi spin-orbit dan tergantung pada orientasi arah
magnetisasi relatif terhadap arah kristalografi. Jadi, besarnya energi magneto
Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

16
16

crystalline anisotropi tergantung pada karakteristik kristalografi dari bahan. Ada


dua jenis magneto crystalline anisotropy yang dijelaskan yaitu uniaxial
anisotropy dan cubic anisotropy (Getzlaff, 2008).
(i) Uniaxial anisotropy, dengan bentuk kristal hexagonal (seperti halnya bahan
kobalt) dan tetragonal.
Energi anisotropi dapat dinyatakan dengan :
uniax
Eani
[ K1 sin 2 K 2 sin 4 K3 sin 6 ]dV

(2.13)

dengan K1 , K2 , dan K3 adalah konstanta anisotropi per satuan unit volume


(J/m3) dan sudut antara magnetisasi terhadap sumbu-z. K adalah konstanta
uniaksial anisotropi dapat bernilai positif atau negatif. Untuk

, maka

energi minimumnya pada 0 dan . Hal ini menunjukkan bahwa


sumbu mudah (easy-axis) sejajar dengan sumbu simetris dan dikenal sebagi
easy-axis-anisotropy, seperti Gambar 2.7. (a). Untuk K 0 , energi menjadi
minimum ketika / 2 dan dikenal sebagai easy-plane-anisotropy. Seperti
yang diilustrasikan pada Gambar 2.7.(b).

(a)

(b)

Gambar 2.7 Ilustrasi densitas energi uniaxial anisotropy


(a) easy-axis anisotropy (K > 0) (b) Easy-plane anisotropy (K<0)
(Sumber: Getzlaff, 2008)
Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

17
17

(ii) Cubic anisotropy, misalnya untuk bahan Besi dan Nikel. Besarnya energi
anisotropi pada bahan ini diberikan oleh:
cubic
Eani
[ K0 K1 12 22 1232 2232 K 2 12 22 32 ] dV

(2.14)

dengan n adalah arah kosinus magnetisasi terhadap sumbu-x, y, dan z.


Untuk contoh, Besi (Fe) dengan struktur kristal kubik mempunyai easy-axis
sepanjang (100) dan K 0 , Nikel (Ni) mempunyai easy-axis sepanjang (111)
dan K 0 , seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.8 (Getzlaff, 2008)..

(a)

(b)

Gambar 2.8 Ilustrasi densitas energi untuk cubic anisotropy


(a) Fe mempunyai K1 >0 , arah orientasi sumbu mudah (easy-axis) pada [100],
[010], dan [001]. Untuk arah sumbu sulit (hard-axis) pada [111]. (b) Ni
dengan K1 < 0 arah sumbu mudah (easy-axis) [111] dan arah sumbu sulit
(hard-axis) [100], [010], dan [001]
(Sumber :Getzlaff, 2008)

2.2.4 Energi Zeeman


Energi Zeeman adalah energi yang berasal dari interaksi energi medan
vektor magnetisasi (momen magnet) dengan medan magnet eksternal H ext
Besarnya energi Zeeman diberikan oleh:
Ez 0 Hext .M dV

(2.15)

Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

18
18

dengan Hext merupakan medan eksternal yang diberikan pada bahan. Nilai energi
Zeeman akan terminimalisasi jika orientasi arah magnetisasi searah dengan arah
medan yang diberikan.
2.3 Konsep Mikromagnetik
Heisenberg pada tahun 1928 berhasil menjelaskan bahan feromagnetik
berdasarkan interaksi exchange, yang membuka jalan lahirnya
mikromagnetik.

Teori

teori continuum

continuum merupakan gabungan Teori Maxwell yang

menjelaskan fenomena medan elektromagnetik secara makroskopis dan teori


kuantum yang mendeskripsikan sifat magnetik pada tingkat atomis.
Konsep dasar mikromagnetik adalah menggunakan konsep continuum
yaitu suatu konsep fisika untuk menjelaskan sifat-sifat bahan feromagnetik pada
skala mikro menggunakan pendekatan mekanika klasik dengan fungsi energi
sistem yang bersifat kontinu pada kondisi kesetimbangan. Menggunakan konsep
continuum memungkinkan untuk perhitungan distribusi magnetisasi pada sampel
dengan bentuk acak (Miltat, dan Donahue, 2007). Perhitungannya berdasarkan
prinsip minimisasi pada fungsi energi sistem, sehingga evolusi magnetisasi dan
profil energi dapat ditentukan.
Energi-energi yang terlibat pada proses magnetisasi dikenal dengan energi
bebas Gibb (Gibbs free energy). Secara termodinamika energi bebas Gibb G
sebagai fungsi medan magnet, magnetisasi, dan temperatur dapat dituliskan
G( H , M , T ) U (M ) TS 0 HM

(2.16)

dengan U adalah energi bebas, S adalah entropi, H adalah medan magnet


eksternal, dan M adalah magnetisasi. Energi bebas Gibb dalam mikromagnetik di
kenal juga dengan energi bebas Landau G L . Energi bebas Landau terdiri dari
beberapa energi yaitu energi exchange, energi anisotropi, energi demagnetisasi,
dan energi Zeeman dalam elemen volume,

1
A
(M)2 Eani (M) 0 H d M 0 H ex M) dV
GL (M, H) (
2
2
| Ms |

(2.17)

Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

19
19

dengan M M sm dan M s adalah saturasi magnetisasi. Kemudian berdasarkan


prinsip minimum energi yaitu menurunkan energi bebas Landau terhadap
magnetisasi atau GL / M 0
G

[2( Am

Eani
m

0 M s H d 0 M s H ext m dV

[2 A
S

m
n

(2.18)

]dA 0

dengan menggunakan sifat m m dimana vektor menyatakan rotasi pada


sudut dan sifat v(w u) u( v w) u(w v) , maka persamaan (2.18)
dituliskan menjadi :

GL m [2( Am
V

Eani
0 M s H d 0 M s H ext ]ddV
m
m
+ [2 A
m] dA 0
n
S

(2.19)

Persamaan (2.19) akan bernilai nol jika dan hanya jika :


m 2( Am Eani M H M H 0
0
s
d
0
s
ext

2 A m m 0

Suku kedua pada persamaan bentuk

(2.20)

m
m
0 artinya vektor
m 0 atau
n
n

m
bersifat orthogonal. Selanjutnya, besar medan efektif Heff dapat
n
definisikan sebagai :
2
1 Eani
(2.21)
Heff
( Am)
Hd Hext
0 M s
0 M s m

m dan

masing-masing suku menyatakan interaksi exchange, anisotropi, demagnetisasi,


dan medan magnet eksternal. Sehingga persamaan (2.20) dapat juga dituliskan
menjadi:

0 M sm Heff 0 dan

m
0
n

(2.22)

Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

20
21

Persamaan (2.21) di kenal dengan persamaan Brown. Dengan menyelesaikan


persamaan Brown maka distribusi magnetisasi bahan feromagnetik dalam keadaan
setimbang dapat ditentukan secara keseluruhan (Brown, 1968).
2.4 Dinamika Magnetisasi
Persamaan Brown hanya dapat menentukan keadaan kesetimbangan
magnetisasi dari bahan feromagnetik, namun tidak dapat menjelaskan proses
dinamika magnetisasi yang terjadi ketika menuju kesetimbangan. Menyinggung
isu ini, model dinamika magnetisasi pertama kali diperkenalkan oleh Landau dan
Lifshitz (LL) pada tahun 1935 (Landau dan Lifshitz, 1935, Gilbert, 1955 dan
Sthr dan Siegmann, 2006). Pada perkembangannya, persamaan LL sangat baik
dalam menjelaskan dinamika magnetisasi pada kondisi energi kecil dan dengan
faktor redaman yang kecil. Pada tahun 1955, Gilbert memformulasikan kembali
persamaan LL dengan memperhitungkan parameter redaman (Gilbert, 2004 dan
Sthr dan Siegmann, 2006) dan dikenal sebagai persamaan Landau-LifshitzGilbert (LLG).
Konsep dasar dinamika magnetisasi adalah suatu momen magnet m yang
mendapatkan medan eksternal H sehingga menghasilkan torka dengan arah tegak
lurus terhadap momen magnet dan medan magnet eksternal. Torka ini
mengakibatkan momen magnet melakukan gerak presisi (precission motion)
disekitar arah dari medan magnet eksternal yang diberikan. Hubungan torka dan
perubahan momentum angular terhadap waktu adalah :

dL
m H
dt

(2.23)

Momen magnet sendiri pada orde atom memiliki hubungan dengan momentum
angular yang diekspresikan sebagai :

m L

(2.24)

dengan 2,11 x105 m A1 s 1 adalah nilai absolut dari gyromagnetic rasio untuk
elektron ;

|e|
2me c

(2.25)

Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

21
21

dengan g 2 adalah faktor Lande, muatan elektron e 1,6 x1019 C , dan massa
elektron ms 9,1 x1031 Kg , serta kecepatan cahaya c 3 x108 m s 1 .
Dengan menggunakan prinsip persamaan (2.24), maka persamaan gerak momen
magnetik m terhadap waktu dapat dituliskan sebagai berikut :

dm
m H
dt

(2.26)

Dengan asumsi bahwa spin momen magnet bergerak sepanjang elemen volume
dV, maka persamaan (2.26) dapat ditulis :

d m
1 d m

H
dV dt
dV
dengan M

(2.27)

dm
, sehingga persamaan (2.27) dapat tulis kembali menjadi :
dV

M
M H
t

(2.28)

2.4.1 Persamaan Landau-Lifshitz (LL)


Pada dasarnya, model ini merujuk persamaan (2.28). Dinamika gerak spin
magnet digambarkan sebagai gerak rotasi dari momen magnet terhadap arah
medan efektif Heff pada saat kondisi ekuilibrium. Heff diberikan oleh persamaan
(2.21). Sehingga persamaan (2.28) dapat ditulis sebagai :

M
M Heff
t

(2.29)

Dari persamaan (2.29) tergambar fenomena yang mendeskripsikan bahwa tidak


ada kecenderungan gerak dari spin magnet untuk menyearahkan diri terhadap Heff.
Seperti yang diilustrasikan pada Gambar 2.9 (a). Landau-Lifshitz menyempurnakannya dengan memasukan faktor redaman (Gambar 2.9 (b)) ke dalam persamaan
sehingga menjadi :

M Heff
M M Heff
t
M

(2.30)

Di mana 0 merupakan faktor redaman Landau-Lifshitz dan M M S .


Selanjutnya persamaan (2.30) ini dikenal sebagai Persamaan Landau-Lifshitz
(LL).
Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

22
22

Gambar 2.9 Gerak presisi dari momen magnet terhadap medan efektif
(a) tanpa redaman, (b) dengan redaman (damping)
(Sumber : Gilbert, 2004)

2.4.2 Persamaan Landau-Lifshitz-Gilbert (LLG)


Sebuah pendekatan yang berbeda diusulkan oleh Gilbert pada tahun 1955.
Hal ini dilakukan setelah mengamati fenomena disipasi yang menyebabkan
persamaan LL tidak akurat untuk kasus dengan faktor redaman yang besar.
Gilbert menambahkan persamaan torka :

MS

M
t

(2.31)

Sehingga persamaan (2.30) di tulis :

M
M H eff
M
t
MS
t

(2.32)

dengan 0 merupakan konstanta redaman Gilbert. Secara umum, persamaan


(2.32) ini dikenal sebagai persamaan Landau-Lifshitz-Gilbert.
Jika persamaan (2.32) dikalikan M, maka akan diperoleh :

Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

23
23


M
M
M M Heff M
M

t
t
MS

dengan menggunakan sifat


menganggap M.

(2.33)

identitas vektor a bc = a.c b - a.b c dan

M
0 , maka :
t

M
M
M M Heff M S
t
t

(2.34)

Substitusi persamaan (2.34) pada persamaan (2.32), maka akan menghasilkan :


M

M
M Heff
M M Heff 2
t
MS
t

(2.35)

Dengan pendekatan lain, persamaan terakhir ini dapat diekspresikan kembali


menjadi :
M

M M Heff
M Heff
2
t
1
1 2 M S

(2.36)

Persamaan (2.36) merupakan ekspresi dari persamaan Landau-Lifshitz (Persamaan


(3.30)) dalam formula Gilbert, dengan mengasumsikan :

1 2

1 2

Suku pertama pada sisi kanan pada persamaan (2.36) menjelaskan proses gerakan
presesi dari spin berotasi akibat pengaruh medan magnet eksternal (giro magnetic
precession) atau dikenal dengan Larmor precession dan suku kedua menjelaskan
efek disipasi dari gerakan presesi atau disebut juga the damping effect of
precession. Untuk nilai faktor damping yang kecil, maka suku (1 + 2) sama
dengan satu. Sehingga persamaan LLG dapat disederhanakan menjadi persamaan
LL.
2.5 Domain Wall Feromagnetik Nanowire
Pengamatan gerakan DW akibat medan luar telah dilakukan pada
Permalloy nano strip dengan ukuran l = 4 w, dengan dilakukan variasi w dari 75Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

24
24

500 nm dan variasi t dari 1-64 nm yang diberi kondisi head to head dan medan
magnet arah longitudinal. Terdapat 2 stuktur DW yaitu. Transverse Wall (TW)
dan Vortex Wall (VW) Pada stuktur TW memiliki energi DW rendah ketika
dimensi bahan lebih rendah lkritis wkritis 130 A/ 0Ms 2 (McMichael dan Donahue,
1997).
Namun pada tahun 2004 dilakukan pengamatan yang sama ternyata
diperoleh struktur diantara TW dan WW yaitu struktur Asymetric Transverse Wall
(ATW) seperti terlihat pada Gambar 2.10.

Kecepatan VW lebih rendah dari

kecepatan TW akibat adanya kenaikan energi disipasi pada pusat vortex


(Nakatani, Thiavile, dan Miltat, 2005).

(a)

(b)

(c)

Gambar 2.10 Skema DW dalam magnetik nano-strip dengan magnetisasi


longitudinal. (a) (simetris) Transverse Wall, (b) Vortex Wall dan
(c) Asimetris Transverse Wall
(Sumber : Nakatani, Thiavile, dan Miltat, 2005)

Osilasi lebar DW terjadi akibat adanya hambatan pada bahan


magnet (magnetostriction). Domain wall dapat dimodelkan sebagai gerak
harmonik teredam (damped harmonic oscillation) dan massa dari DW berbanding
terbalik dengan lebar DW. Ketika

hanya

ada

redaman

pada

efek

magnetoelastik, maka persamaan osilasi lebar DW ditulis sebagai : (Liu


dan Grtter, 1998)


mw

w
( w w0 ) F
w

(2.37)

Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

25
25

dengan w0 merupakan besar lebar DW pada keadaan setimbang, dan


F F0 exp(i 2ft )

(2.38)

merupakan gaya yang mengakibatkan lebar DW berosilasi. Amplitudo F0 dari


gaya tersebut tergantung pada medan magnet luar AC sebagai fungsi amplitudo
osilasi.

Dengan

memasukkan

nilai

w w0 w1 exp(i(2 ft )) ,

maka

penyelesaian persamaan (2.37) dan (2.38) adalah :

w1

F02 2

(2.39)

( 2 f ) 2 m

Frekuensi resonansi dari osilasi DW ditentukan dengan :

f0

1
2

(2.40)

Struktur domain magnetik dengan menggunakan sistem koordinat dapat dilihat


pada Gambar 2.11

Gambar 2.11 Struktur domain magnetik (a) bahan film dengan sistem koordinat
(b) komponen magnetisasi x dan z yang melalui domain wall A
(Sumber : Liu dan Grtter, 1998)

Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

26
26

Massa efektip

dari osilasi DW per satuan luas DW dapat

dihitung sepanjang Hd proporsional dengan w energi demagnetisasi


proporsional dengan
w2, maka energi kinetik dinding adalah :

1
mw2 0 H d2 dV
2
8

(2.41)

dengan memasukkan nilai H d

1
y
dan 2 w ke dalam persamaan

(2.41) diperoleh massa efektif sebagai berikut :

2
m 0 2 2
8 w0

1
w
2 0

12 w0

dy

0
48 2 w0

(2.42)

dengan 0 4 10 7 Wb/A.m dan 2.211 105 m/A.s


Besarnya massa efektip (m) berbanding terbalik terhadap lebar DW (w0).
Persamaan 2.42 berlaku untuk Nel Wall ketika merupakan sudut antara spinspin di dalam Nel Wall dengan sumbu y. Dengan demikian, massa efektip untuk
osilasi DW tidak tergantung pada struktur mikromagnetiknya.

Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian tentang bahan feromagnetik Fe, Co dan Ni dilakukan dengan


menggunakan simulasi mikromagnetik yang meliputi proses preparasi, running
simulasi, pengolahan data numerik, analisis dan interpretasi hasil olahan data.
3.1 Simulasi Mikromagnetik
Simulasi mikromagnetik menggunakan perangkat lunak bersifat publik
bernama Object Oriented Micromagnetic Framework (OOMMF) dari National
Institute of Standard Technology Laboratory (NIST) (Donahue, M.J dan Porter,
D.G.,2002).
3.1.1 Perangkat Lunak OOMMF
Perangkat

lunak

mikromagnetik

OOMMF

menggunakan

bahasa

pemograman jenis Tcl/Tk dan C dengan metode beda hingga (finite difference)
berdasarkan persamaan LLG dalam menyelesaikan evolusi magnetisasi fungsi
waktu. Untuk pemetaan evolusi spin feromagnetik dilakukan dengan proses
diskritisasi seperti terlihat pada Gambar 3.1. Ukuran diskritisasi dikenal dengan
ukuran sel (cell size). Bentuk masukan data dipresentasikan dalam file berformat
omf dan gambar model sampel dalam file berformat gif.

Gambar 3.1 Ilustrasi skematis dari diskretisasi bujur sangkar dua-dimensi.


Universitas Indonesia

27

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

28
28
3.1.2 Proses Perhitungan LLG dalam OOMMF.
Proses perhitungan LLG dalam OOMMF terdiri dalam 5 tahapan yang
diilustrasikan pada Gambar 3.2. Tahap pertama, mendefinisikan parameterparameter yang menjadi dasar perhitungan antara lain : konstanta exchange
stiffnes A, konstanta anisotropi K, magnetisasi saturasi Ms, arah easy axisnya,
konstanta redaman, dimensi sampel yang akan disimulasi, ukuran sel, besar dan
arah medan luar yang ingin diberikan, dan waktu kapan iterasi berhenti.

Gambar 3.2 Diagram proses perhitungan LLG dalam OOMMF

Tahap kedua, memberikan momen magnet awal untuk setiap sel. Pada
simulasi tanpa medan eksternal, momen magnet awal untuk setiap sel dibuat
head-to-head sedemikian rupa hingga momen magnet totalnya nol dengan tujuan
Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

29
29
akan terbentuk DW di sekitar notch. Simulasi dengan medan magnet luar, momen
magnet untuk setiap sel awal tetap dibuat head-to-head dan momen magnet
totalnya dibuat maksimum (M/Ms =1) pada arah medan yang diberikan, artinya
besar dan arah momen magnet awal untuk setiap sel dibuat sesuai dengan keadaan
saat sistem berada dalam keadaan saturasinya.
Tahap ketiga, dengan informasi parameter komputasi dari M awal untuk
setiap sel maka komponen-komponen medan efektif, yakni medan demagnetisasi,
exchange, anisotropi dan atau Zeeman, untuk setiap sel dihitung.
Tahap keempat, nilai medan-medan tersebut kemudian dimasukkan ke
dalam persamaan LLG sehingga satu set persamaan LLG yang lengkap untuk
setiap sel dapat diselesaikan dan diintegralkan keseluruh area yang disimulasikan
dengan menggunakan metode Euler.
Tahap kelima, saat iterasi mencapai kondisi yang sudah ditentukan,
kondisi saat tidak terjadi perubahan momen magnet yang signifikan, maka sistem
diasumsikan telah mencapai keadaan equilibrium/stabil. Jika tidak, maka M baru
tersebut digunakan sebagai M awal (kembali ke tahap dua).
Secara garis besar proses perhitungan magnetisasi dan energi sebagai
fungsi waktu serta orientasi dilakukan oleh bagian OXSI atau OOMMF extensible
solver, seperti diilustrasikan pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3. Diagram OXSI (OOMMF Extensible solver) pada OOMMF dengan
minimisasi energi menggunakan Minimization Evolver dan LLG Evolver. Proses
diskritisasi pada material target menggunakan model rectangular mesh
(Sumber: Donahue dan Porter, 2012)

Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

30
30
3.1.3 Parameter Fisika Bahan Feromagnetik Fe, Co, dan Ni
Dalam penelitian tentang kurva histerisis bahan nanomagnet Fe, Co, dan
Ni secara sendiri-sendiri, Lopes-Urias, Torres-Heredia, dan Munoz-Sandoval,
(2005) menggunakan parameter-parameter fisika bahan yang juga digunakan
dalam penelitian ini, seperti terlihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Parameter Bahan Ferromegnetik
No Bahan

Magnetisasi
Saturasi (Ms)
(103 A/m)

Konstanta
Exchange (A)
(10-12 J/m)

Konstanta
Anisotropi (K)
(103 J/m3)

Besi (Fe)

1700

21

48

Cobalt (Co)

1400

20-30

530

Nikel (Ni)

490

-5.7

(Sumber : Lopes-Urias, Torres-Heredia, dan Munoz-Sandoval, 2005)

3.1.4 Ukuran Sel Simulasi


Diskritisasi pada mikromagnetik dikenal dengan ukuran sel (cell size).
Pemilihan ukuran sel pada diskritisasi berdasarkan ukuran yang lebih kecil dari
exchange length (lexc ) yang menurut Guimaraes, (2009) merupakan sifat panjang
bahan magnetik jika berada di bawah nilai ini akan terjadi efek magnetostatik,
dengan besar nilainya seperti terlihat pada persamaan (2.1). Hasil perhitungan
ketika parameter setiap bahan dimasukkan ke dalam persamaan (3.1) diperoleh
nilai lexc masing-masing bahan seperti terlihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Exchange Length dari Fe, Co dan Ni

No Bahan

Exchange Length (Lex)


(nm)

Besi (Fe)

3,40

Cobalt (Co)

4,94

Nikel (Ni)

7,73

Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

31
31
3.2 Peralatan Simulasi
Peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan modeling mikromagnetik ini
adalah :
o Seperangkat komputer PC core i7 dengan operating system windows7 64 bit
o HDD dengan kapasitas simpan 3 TB
o RAM minimal 8 GB
o Layar LCD yang luas 19 inch
3.3 Prosedur Simulasi Mikromagnetik
Dalam penelitian ini digunakan bahan simulasi berbentuk nanowire
dengan ukuran panjang (L) = 2000 nm, lebar (W) = 200 nm, tebal (t) = 5 nm.
Ukuran sel setiap bahan ditetapkan yaitu 2,5 2.5 2,5 nm3 dan 2,5 2.5
5,0 nm3 serta faktor redaman (damping constant) = 0,01. Setiap bahan diberi
notch bersifat simetri dengan 3 macam bentuk notch yaitu notch lengkung, notch
segitiga dan notch persegi seperti terlihat pada Gambar 3.4.

(a)

(b)

(c)
Gambar 3.4 Bentuk Notch simetri : (a) lengkung, (b) segitiga dan (c) persegi
Penelitian diawali dengan menjalankan script program dalam kondisi
Ground-state (GS) dan dilanjutkan dengan kondisi diberi medan bolak-balik yang
dilakukan sesuai diagram alir seperti terlihat pada Gambar 3.5.

Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

32
32

Gambar 3.5 Diagram alir simulasi bahan feromagnetik nanowire dengan


OOMMF

3.3.1 Pembuatan Script Program


Pembuatan script

program yang berisi masukan untuk program

mikromagnetik OOMMF dalam bahasa Tcl/Tk. Oxs_BoxAtlas menyatakan ukuran


material (panjang, lebar, dan tebal), Oxs_RectangularMesh menyatakan ukuran
sel, dan Oxs_UniformExchange menyatakan parameter konstanta exchange
magnet material terlihat pada Gambar 3.6

Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

33
33

Gambar 3.6. Contoh masukan untuk program mikromagnetik OOMMF


dalam bahasa Tcl/Tk.
3.3.2 Simulasi Pada Kondisi Ground-state
Pengamatan GS dilakukan untuk melihat domain spin magnet pembawaan
asal (intrinsic) dari masing-masing bahan feromagnetik Fe, Co dan Ni, serta
melihat sistem energi mula-mula ketika medan magnet luar tidak ada. Simulasi
dilakukan pada kondisi konfigurasi momen magnetik berbentuk head-to-

Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

34
34
head sehingga diperoleh DW tepat ditengah notch seperti terlihat pada
Gambar 3.7.

Gambar 3.7 Simulasi mikromagnetik secara head-to-head


3.3.3 Simulasi Pada Kondisi Diberi Medan Bolak-balik
Pengamatan pada kondisi diberi medan magnet bolak-balik dilakukan
untuk mengetahui struktur, amplitudo, lebar dan massa DW yang mengalami
osilasi akibat adanya medan luar. Medan magnet bolak-balik yang diberikan
mengikuti persamaan sebagai berikut :
H (t ) A sin(2ft )

(3.1)

Pengamatan dilakukan dengan menvariasikan frekuensi mulai dari 0,3 Ghz 2,0
Ghz dan amplitudo konstan sebesar 2mT. Selain itu, juga dimasukkan nilai hasil
GS dari setiap bahan feromagnetik.

Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini, akan dijelaskan secara sistematis tentang struktur, lebar
dan energi sistem DW untuk kondisi ground state. Kemudian dibahas posisi DW,
amplitudo DW, struktur DW, perhitungan lebar DW dan massa DW untuk
kondisi diberi dengan medan magnet bolak-balik
4.1 Simulasi Pada Kondisi Ground-state
Hasil pengolahan data simulasi pada kondisi ground-state dari bahan Fe,
Co dan Ni yang diberi notch lengkung, segitiga dan persegi dilakukan
pembahasan lebih lanjut tentang struktur, lebar, dan bentuk energi DW.
4.1.1 Struktur Domain Wall
Struktur DW pada kondisi kesetimbangan untuk bahan Fe, Co dan Ni
dengan notch lengkung, segitiga dan persegi serta ukuran sel 2.5 2.5 2.5 nm3
dan 2.5 2.5 5.0 nm3 terlihat pada Gambar 4.1, Gambar 4.2, dan Gambar 4.3.

Gambar 4.1 Struktur DW Fe dengan 2 macam ukuran sel diberi notch


(a) Lengkung, (b) Segitiga dan (c) Persegi
Universitas Indonesia

35

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

36
36

Gambar 4.2 Struktur DW Co dengan 2 macam ukuran sel diberi notch


(a) Lengkung, (b) Segitiga dan (c) Persegi

Gambar 4.3 Struktur DW Ni dengan 2 macam ukuran sel diberi notch


(a) Lengkung, (b) Segitiga dan (c) Persegi
Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

37
37

Struktur DW pada kondisi GS bahan feromagnetik Fe, Co dan Ni pada


kondisi konfigurasi momen magnetik berbentuk head-to-head dengan notch
bentuk lengkung, segitiga, dan persegi menghasilkan struktur domain TW tepat di
tengah-tengah notch.

Hal ini sesuai dengan penelitian

Klui,

(2008) bahwa

terdapat dua kemungkinan struktur yang terjadi ketika pada keadaan awal pada
kondisi konfigurasi momen magnetik berbentuk head-to-head tanpa medan
luar yaitu TW dan atau VW. Ukuran sel tidak mempengaruhi struktur DW.
Dengan demikian ketiga bahan Fe, Co dan Ni merupakan bahan feromagnetik
yang memenuhi kritieria untuk penyimpanan data, karena memiliki struktur TW.
4.1.2 Lebar Domain Wall
Lebar DW pada kondisi kesetimbangan dihitung menggunakan data
magnetisasi arah My. Menurut Djuhana, et al., (2010) bahwa dengan menggunakan kurva fitting model Gaussian, lebar DW dapat ditentukan dari nilai Full
Wide Half Maximum (FWHM) terlihat pada Gambar 4.4. Nilai lebar DW untuk
bahan Fe, Co dan Ni dengan notch lengkung, segitiga dan persegi serta ukuran sel
2.5 2.5 2.5 nm3 dan 2.5 2.5 5.0 nm3 terlihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4. 1 Lebar DW Bahan Feromagnetik dengan Berbagai Notch


Bahan

Fe
Co
Ni

Lengkung
2.5 nm 5.0 nm
73
73
92
92
152
152

Lebar DW
(nm)
Segitiga
2.5 nm
5.0 nm
77
77
96
96
166
166

Persegi
2.5 nm 5.0 nm
75
75
93
93
146
146

Terlihat bahwa lebar DW untuk masing-masing bahan memperlihatkan


nilai sama dengan ukuran sel yang berbeda. Kemudian berdasarkan hasil
perhitungan teoretis dengan menggunakan persamaan 0 A / K didapatkan
lebar DW untuk masing-masing bahan Fe = 63,7 nm, Co = 25,9 nm dan Ni = 123
nm (Guimaraes, 2009). Jika dibandingkan dengan hasil simulasi mikromagnetik,
,
Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

38
38

secara umum mendekati seperti Fe dan Ni, namun untuk bahan Co hasil simulasi
sebesar 92 nm sedangkan hasil teoretis 25,9 nm. Artinya pada Co, hasil simulasi
memperlihatkan 3 kali lebih besar dari perhitungan teoretis. Nilai lebar DW pada
bahan Co dibandingkan dengan nilai teoretis dipengaruhi oleh nilai anisotropi
yang tinggi dari Co dan perubahan nilai konstanta exchange tidak jauh berbeda.
Hal lain juga bentuk notch mempengaruhi lebar DW.

Gambar 4.4 Penentuan lebar DW menggunakan fitting model Gaussian dari data
magnetisasi My.

4.1.3 Energi Domain Wall


Pada bagian ini menjelaskan energi magnetisasi pada kondisi ground state.
Energi sistem terdiri dari energi exchange, energi demagnetisasi, energi anisotropi
dan energi Zeeman. Namun karena medan magnet luar bernilai nol maka energi
Zeeman bernilai nol. Kurva energi untuk masing-masing bahan Fe (Gambar 4.5),
Co (Gambar 4.6) dan Ni (Gambar 4.7) untuk setiap bentuk notch.
Secara

umum

dari

profil

kurva

energi

memperlihatkan

energi

demagnetisasi lebih besar dari energi exchange. Hasil ini dikonfirmasikan dengan
bentuk struktur DW pada kondisi kesetimbang berbentuk transverse wall

Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

39
39

(Djuhana et al., 2010). Dengan detail, memperlihatkan energi bahan Co paling


tinggi dibandingkan dengan Fe dan Ni.

Gambar 4.5 Energi DW bahan Fe dengan berbagai notch


(a) 2.52.52.5 nm3, (b) 2.52.55.0 nm3 dan (c) Energi total

Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

40
40

Gambar 4.6 Energi DW bahan Co dengan berbagai notch


(a) 2.52.52.5 nm3, (b) 2.52.55.0 nm3 dan (c) Energi total
Kemudian, bentuk

notch berpengaruh pada energi demagnetisasi pada

setiap bahan dengan memperlihatkan kenaikan energi dari bentuk notch model
lengkung, segitiga dan persegi. Untuk model persegi mempunyai energi
demagnetisasi paling besar dengan volume notch paling kecil. Nilai pengamatan
energi pada bahan Co, Fe dan Ni untuk setiap bentuk notch diperlihatkan pada
Tabel. 4.2.

Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

41
41

Gambar 4.7 Energi DW bahan Ni dengan berbagai notch


3
3
(a) 2.52.52.5 nm , (b) 2.52.55.0 nm dan (c) Energi total
Tabel 4.2 Nilai energi bahan Fe, Co, dan Ni pada keadaan GS

Bahan

Notch Lengkung
Demag

Energi
(10-18 J)
Notch Segitiga

Notch Persegi

Exch Total Demag Exch Total Demag Exch Total

Fe

16,5

1,2

20,1

17,7

1,2

21,5

17,8

1,4

22,3

Co

11,9

2,2

927,6

12,8

2,2

946,1

13,2

2,5

863,7

Ni

2,0

- 0,8

1,6

2,1

- 0,7

1,8

2,4

- 1,0

1,8

Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

42
42

Dari hasil simulasi kondisi ground-state untuk bahan Fe, Co dan Ni


struktur DW memperlihatkan struktur transverse wall dan terletak di tengah
notch untuk bentuk notch lengkung, segitiga dan persegi. Energi demagnetisasi
lebih besar dibandingkan dengan energi exchange.
4. 2 Simulasi Pada Kondisi Diberi Medan Magnet Bolak-balik
Hasil pengolahan data simulasi pada kondisi diberi medan magnet bolakbalik dari bahan Fe, Co dan Ni yang diberi notch lengkung, segitiga dan persegi
dilakukan pembahasan lebih lanjut tentang posisi DW, amplitudo DW, struktur
DW, perhitungan lebar DW dan massa DW.
4.2.1 Posisi Domain Wall
Posisi DW ketika diberi dengan medan magnet bolak-balik didapatkan
dari data magnetisasi searah aplikasi medan atau Mx. Karena DW mengalami
osilasi maka posisi DW dihitung dari nilai Ms dengan faktor 1000 nm.
4.2.1.1 Bahan Fe
Hasil kurva posisi DW bahan Fe dengan notch lengkung, saat diberi
medan AC dengan frekuensi antara 0,3 sampai 2,0 GHz terlihat pada Gambar 4.8.

Gambar 4.8 Posisi DW pada bahan Fe dengan notch lengkung diberi frekuensi
0,3 GHz, 0,5 GHz, 0,7 GHz, 0,9 GHz, 1,0 GHz, dan 2,0 GHz

Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

43
43

Kurva posisi DW bahan Fe dengan notch segitiga, saat diberi medan AC


dengan frekuensi antara 0,3 sampai 2,0 GHz terlihat pada Gambar 4.9.

Gambar 4.9 Posisi DW pada bahan Fe dengan notch segitiga diberi frekuensi
0,3 GHz, 0,5 GHz, 0,7 GHz, 0,9 GHz, 1,0 GHz, dan 2,0 GHz
Kurva posisi DW bahan Fe dengan notch persegi, saat diberi medan AC
dengan frekuensi antara 0,3 sampai 2,0 GHz terlihat pada Gambar 4.10.

Gambar 4.10 Posisi DW pada bahan Fe dengan notch persegi diberi frekuensi
0,3 GHz, 0,5 GHz, 0,7 GHz, 0,9 GHz, 1,0 GHz, dan 2,0 GHz
Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

44
44

Kurva posisi DW bahan Fe dengan notch lengkung, segitiga dan persegi


diberi medan bolak-balik memiliki frekuensi yang sama seperti frekuensi
medannya dengan amplitudo menurun ketika frekuensi medan bolak-balik
meningkat. Pada notch segitiga, terjadi pembalikan posisi kesetimbangan
sehingga kurva posisi DW berada di sumbu negatip.

Posisi DW bergerak

sepanjang nanowire mengalami redaman yang semakin besar ketika frekuensi


medan magnet bolak-balik semakin tinggi. .
4.2.1.2 Bahan Co
Kurva posisi DW bahan Co dengan notch lengkung, saat diberi medan
AC dengan frekuensi antara 0,3 sampai 2,0 GHz terlihat pada Gambar 4.11.

Gambar 4.11 Posisi DW pada bahan Co dengan notch lengkung diberi frekuensi
0,3 GHz, 0,5 GHz, 0,7 GHz, 0,9 GHz, 1,0 GHz, dan 2,0 GHz
Kurva posisi DW bahan Co dengan notch segitiga, saat diberi medan AC
dengan frekuensi antara 0,3 sampai 2,0 GHz terlihat pada Gambar 4.12.

Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

45
45

Gambar 4.12. Posisi DW pada bahan Co dengan notch segitiga diberi frekuensi
0,3 GHz, 0,5 GHz, 0,7 GHz, 0,9 GHz, 1,0 GHz, dan 2,0 GHz
Kurva posisi DW bahan Co dengan notch persegi, saat diberi medan AC
dengan frekuensi antara 0,3 sampai 2,0 GHz terlihat pada Gambar 4.13.

Gambar 4.13. Posisi DW pada bahan Co dengan notch persegi diberi frekuensi
0,3 GHz, 0,5 GHz, 0,7 GHz, 0,9 GHz, 1,0 GHz, dan 2,0 GHz

Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

46
46

Posisi DW bahan Co mengalami hal yang sama seperti pada bahan Fe


yaitu memiliki

frekuensi yang sama dengan frekuensi medan bolak-balik yang

diberikan dengan amplitudo yang menurun ketika frekuensi medan bolak-balik


meningkat. semakin kecil dengan meningkatnya frekuensi medan bolak-balik
yang diberikan.

Pada notch segitiga, selain terjadi pembalikan posisi

kesetimbangan sehingga kurva posisi DW berada di sumbu negatip juga muncul


beberapa puncak noise hingga frekuensi 1,0 GHz.
4.2.1.3 Bahan Ni
Kurva posisi DW bahan Ni dengan notch lengkung, saat diberi medan AC
dengan frekuensi antara 0,3 sampai 2,0 GHz terlihat pada Gambar 4.14.

Gambar 4.14. Posisi DW pada bahan Ni dengan notch lengkung diberi frekuensi
0,3 GHz, 0,5 GHz, 0,7 GHz, 0,9 GHz, 1,0 GHz, dan 2,0 GHz
Kurva posisi DW bahan Ni dengan notch segitiga, saat diberi medan AC
dengan frekuensi antara 0,3 sampai 2,0 GHz terlihat pada Gambar 4.15

Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

47
47

Gambar 4.15. Posisi DW pada bahan Ni dengan notch segitiga diberi frekuensi
0,3 GHz, 0,5 GHz, 0,7 GHz, 0,9 GHz, 1,0 GHz, dan 2,0 GHz
Kurva posisi DW bahan Ni dengan notch persegi, saat diberi medan AC
dengan frekuensi antara 0,3 sampai 2,0 GHz terlihat pada Gambar 4.16.

Gambar 4.16. Posisi DW pada bahan Ni dengan notch persegi diberi frekuensi
0,3 GHz, 0,5 GHz, 0,7 GHz, 0,9 GHz, 1,0 GHz, dan 2,0 GHz

Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

48
48

Posisi DW bahan Ni mengalami hal yang sama seperti pada bahan Fe dan
Co yaitu memiliki frekuensi yang sama dengan frekuensi medan bolak-balik yang
diberikan.

Amplitudo semakin kecil dengan meningkatnya frekuensi medan

bolak-balik yang diberikan. Pada notch segitiga, selain terjadi pembalikan posisi
kesetimbangan sehingga kurva posisi DW berada di sumbu negatip terjadi mulai
frekuensi 0.9 GHz.
4.2.2 Amplitudo Domain Wall
Kurva amplitudo DW untuk masing-masing bahan feromagnetik diperoleh
dari nilai amplitudo setiap frekuensi yang diberikan. Kurva amplitudo bahan Fe
dengan notch lengkung, segitiga dan persegi terlihat pada Gambar 4.17.

Gambar 4.17 Amplitudo bahan Fe dengan notch lengkung, segitiga dan persegi

Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

49
49

Kurva amplitudo bahan Co dengan notch lengkung, segitiga dan persegi


dapat dilihat pada Gambar 4.18.

Gambar 4.18 Amplitudo bahan Co dengan notch lengkung, segitiga dan persegi
Kurva amplitudo bahan Ni dengan notch lengkung, segitiga dan persegi
dapat dilihat pada Gambar 4.19.

Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

50
50

Gambar 4.19 Amplitudo bahan Ni dengan notch lengkung, segitiga dan persegi
Nilai amplitudo semakin menurun dengan naiknya frekuensi medan bolak
balik yang diberikan, hal ini menunjukan terjadinya proses peredaman. Ukuran
sel tidak berpengaruh pada nilai amplitudo. Ternyata bentuk (volume) notch dan
konstanta anisotropi sangat berpengaruh pada nilai amplitudo gelombang posisi
DW. Semakin besar volume notch menghasilkan amplitudo semakin kecil namun
dengan konstanta anisotropi yang sangat besar (Co)

dan konstanta anisotropi

negatip (Ni) berlaku sebaliknya yaitu semakin besar volume notch menghasilkan
amplitudo semakin besar. Nilai amplitudo dengan kurva puncak maksimum hanya
terdapat pada bahan Co dengan notch lengkung dengan frekuensi 0,7 GHz.
Pengaruh fekuensi medan bolak-balik terhadap nilai amplitudo dapat diklasifikasi
dalam 3 katagori yaitu frekuensi < 0,3 GHz terjadi redaman kecil, 0,3<f<1,0 GHz
terjadi redaman sedang dan f 2,0 GHz terjadi redaman besar.
Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

51
51

4.2.3 Struktur Domain Wall


Dari kurva posisi ketika bahan feromagnetik Fe, Co dan Ni dengan notch
lengkung, segitiga, dan persegi diberikan medan bolak-balik, kemudian diambil 5
titik yang mewakili posisi osilasi DW dapat dipresentasikan kurva struktur DW.
Struktur DW bahan Fe dengan notch lengkung saat diberi medan AC dengan
frekuensi 0,5 GHz, 1,0 GHz dan 2,0 GHz terlihat pada Gambar 4.20.

Gambar 4.20 Posisi DW bahan Fe dengan notch lengkung


saat diberi medan AC 0,5 GHz, 1,0 GHz dan 2,0 GHz
Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

52
52

Struktur DW bahan Fe dengan notch segitiga saat diberi medan AC


dengan frekuensi 0,5 GHz, 1,0 GHz dan 2,0 GHz terlihat pada Gambar 4.21.

Gambar 4.21 Posisi DW bahan Fe dengan notch segitga


saat diberi medan AC 0,5 GHz, 1,0 GHz dan 2,0 GHz
Struktur DW bahan Fe dengan notch persegi saat diberi medan AC dengan
frekuensi 0,5 GHz, 1,0 GHz dan 2,0 GHz terlihat pada Gambar 4.22.

Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

53
53

Gambar 4.22 Posisi DW bahan Fe dengan notch persegi


saat diberi medan AC 0,5 GHz, 1,0 GHz dan 2,0 GHz.
Bentuk notch pada bahan Fe berpengaruh terhadap perpindahan posisi DW
yaitu semakin cepat waktunya ketika frekuensi medan bolak-balik yang diberikan
semakin tinggi terjadi pada notch lengkung dan persegi.

Pada notch segitiga

waktunya tidak terpengaruh dengan perubahan frekuensi, hal ini terutama


disebabkan oleh volume notch yang besar, dan konstanta exchange length yang
kecil.
Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

54
54

Struktur DW bahan Co dengan notch lengkung saat diberi medan AC


dengan frekuensi 0,5 GHz, 1,0 GHz dan 2,0 GHz terlihat pada Gambar 4.23.

Gambar 4.23 Posisi DW bahan Co, dengan notch lengkung


saat diberi medan AC 0,5 GHz, 1,0 GHz dan 2,0 GHz
Struktur DW bahan Co dengan notch segitiga saat diberi medan AC
dengan frekuensi 0,5 GHz, 1,0 GHz dan 2,0 GHz terlihat pada Gambar 4.24.

Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

55
55

Gambar 4.24 Posisi DW bahan Co dengan notch segitiga


saat diberi medan AC 0,5 GHz, 1,0 GHz dan 2,0 GHz
Struktur DW bahan Co dengan notch persegi saat diberi medan AC
dengan frekuensi 0,5 GHz, 1,0 GHz dan 2,0 GHz terlihat pada Gambar 4.25.

Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

56
56

Gambar 4.25 Posisi DW bahan Co dengan notch persegi


saat diberi medan AC 0,5 GHz, 1,0 GHz dan 2,0 GHz.
Sama seperti pada bahan Fe, bahan Co perpindahan posisi DW
dipengaruhi oleh bentuk notch. Waktunya semakin cepat ketika frekuensi medan
bolak-balik yang diberikan semakin tinggi. Urutan waktu yang tercepat pada
bahan Co terjadi pada notch lengkung, notch persegi dan notch segitiga. Dengan
demikian volume notch sangat mempengaruhi kecepatan osilasi yaitu makin besar
volume notch makin lambat osilasi posisi DWnya.
Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

57
57

Struktur DW bahan Ni dengan notch lengkung saat diberi medan AC


dengan frekuensi 0,5 GHz, 1,0 GHz dan 2,0 GHz terlihat pada pada Gambar 4.26.

Gambar 4.26 Posisi DW bahan Ni dengan notch lengkung


saat diberi medan AC 0,5 GHz, 1,0 GHz dan 2,0 GHz
Struktur DW bahan Ni dengan notch segitiga saat diberi medan AC
dengan frekuensi 0,5 GHz, 1,0 GHz dan 2,0 GHz terlihat pada Gambar 4.27.

Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

58
58

Gambar 4.27 Posisi DW bahan Ni dengan notch segitiga


saat diberi medan AC 0,5 GHz, 1,0 GHz dan 2,0 GHz
Struktur DW bahan Ni dengan notch persegi saat diberi medan AC dengan
frekuensi 0,5 GHz, 1,0 GHz dan 2,0 GHz terlihat pada Gambar 4.28.

Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

59
59

Gambar 4.28 Posisi DW bahan Ni dengan notch persegi


saat diberi medan AC 0,5 GHz, 1,0 GHz dan 2,0 GHz.
Bahan Ni, juga menghasilkan perpindahan posisi DW yang sama seperti
pada bahan Fe, bahan Co dipengaruhi oleh bentuk notch. Waktunya semakin
cepat ketika frekuensi medan bolak-balik yang diberikan semakin tinggi. Urutan
waktu yang tercepat pada bahan Ni terjadi pada notch persegi, notch lengkung,
dan notch segitiga.

Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

60
60

4.2.4 Lebar Domain Wall


Lebar DW pada kondisi AC field dihitung dengan menggunakan fitting
Gaussian puncak tunggal My yang berasal dari data frekuensi 0,5 GHz, 1,0 GHz
dan 2,0 GHz. Nilai lebar DW

bahan Fe dengan notch lengkung, segitiga dan

persegi terlihat pada terlihat pada Tabel 4.3.


Tabel 4.3 Lebar DW Bahan Fe dengan Berbagai Notch
Lebar DW
(nm)
Bahan

2.5 nm
0,5GHz 1,0 GHz

Fe

47

47

Fe

53

53

Fe

31

16

2,0 GHz 0,5GHz


Lengkung
47
47
Segitiga
53
53
Persegi
18
31

5.0 nm
1,0 GHz

2,0GHz

47

47

53

53

17

0,13

Dari Tabel 4.6 dibuat grafik lebar DW versus frekuensi bahan Fe untuk
masing-masing notch terlihat pada Gambar 4.29.

Gambar 4. 29 Lebar DW Fe dengan notch lengkung, segitiga dan persegi


Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

61
61

Lebar DW bahan Co dengan notch lengkung, segitiga dan persegi terlihat


pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Lebar DW Bahan Co dengan Berbagai Notch
Lebar DW
(nm)
Bahan

2.5 nm
0,5GHz 1,0 GHz

Co

66

66

Co

74

74

Co

11

0,06

2,0 GHz 0,5GHz


Lengkung
66
66
Segitiga
74
74
Persegi
0,07
22

5.0 nm
1,0 GHz

2,0GHz

66

66

74

74

0,07

0,09

Dari Tabel 4.7 dibuat grafik lebar DW versus frekuensi bahan Co untuk
masing-masing notch terlihat pada Gambar 4.30

Gambar 4. 30 Lebar DW Co dengan notch lengkung, segitiga dan persegi


Lebar DW bahan Ni dengan notch lengkung, segitiga dan persegi terlihat
pada Tabel 4.5.
Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

62
62

Tabel 4.5 Lebar DW Bahan Ni dengan Berbagai Notch


Lebar DW
(nm)
Bahan

2.5 nm
0,5GHz 1,0 GHz

Ni

116

116

Ni

136

136

Ni

107

107

2,0 GHz 0,5GHz


Lengkung
116
116
Segitiga
136
136
Persegi
109
120

5.0 nm
1,0 GHz

2,0GHz

116

116

136

136

120

123

Dari Tabel 4.8 dibuat grafik lebar DW versus frekuensi bahan Ni untuk
masing-masing notch terlihat pada Gambar 4.31.

Gambar 4. 31 Lebar DW Ni dengan notch lengkung, segitiga dan persegi


Nilai lebar DW ketika posisi diberi medan luar dipengaruhi oleh volume
notch, konstanta anisotropi dan konstanta exchange masing-masing bahan.

Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

63
63

4.2.5 Massa Domain Wall


Hasil perhitungan massa DW dengan menggunakan persamaan (2.42)
untuk bahan Fe dengan notch lengkung, segitiga dan persegi terlihat pada Tabel
4.6.

Bahan

Fe
Fe
Fe

Tabel 4.6 Massa DW Bahan Fe


Massa DW
( 10-23 kg)
2.5 nm
5.0 nm
0,5GHz 1,0 GHz 2,0 GHz 0,5GHz 1,0 GHz
Lengkung
1,13
1,13
1,13
1,13
1,13
Segitiga
1,01
1,01
1,01
1,01
1,01
Persegi
1,7
3,3
3,0
17,0
30,8

2,0GHz
1,13
1,01
423,2

Dari Tabel 4.10 dibuat grafik massa DW versus frekuensi bahan Fe untuk
masing-masing notch terlihat pada Gambar 4.32.

Gambar 4.32 Massa Fe dengan notch lengkung, segitiga dan persegi


Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

64
64

Hasil perhitungan massa DW untuk bahan Co dengan notch lengkung,


notch segitiga dan notch persegi terlihat pada Tabel 4.7.

Bahan

Co
Co
Co

Tabel 4.7 Massa DW bahan Co


Massa DW
( 10-23 kg)
2.5 nm
5.0 nm
0,5GHz 1,0 GHz 2,0 GHz 0,5GHz 1,0 GHz
Lengkung
81
81
81
81
81
Segitiga
72
72
72
72
72
Persegi
5
895
767
2
267

2,0GHz
81
72
596

Dari Tabel 4.11 dibuat grafik massa DW versus frekuensi bahan Co untuk
masing-masing notch terlihat pada Gambar 4.33.

Gambar 4.33 Massa Co dengan notch lengkung, segitiga dan persegi


.
Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

65
65

Hasil perhitungan massa DW untuk bahan Ni dengan notch lengkung,


segitiga dan persegi terlihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Massa DW untuk bahan Ni


Massa DW
( 10-23 kg)
Bahan

2.5 nm
0,5GHz 1,0 GHz

Ni

Ni

39

39

Ni

50

50

2,0 GHz 0,5GHz


Lengkung
5
5
Segitiga
39
39
Persegi
49
45

5.0 nm
1,0 GHz

2,0GHz

39

39

45

44

Dari Tabel 4.12 dibuat grafik massa DW versus frekuensi bahan Ni untuk
masing-masing notch terlihat pada Gambar 4.34.

Gambar 4.34 Massa Ni dengan notch lengkung, segitiga dan persegi

Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

66
66

Nilai massa DW pada bahan Fe, Ni dan Co yang diberi notch lengkung,
segitiga dan persegi bergantung pada bentuk notch, namun tidak bergantung pada
besar frekuensi medan magnet bolak-balik yang diberikan. Besarnya nilai massa
DW berbanding terbalik dengan lebar DW.
Secara umum, pada kondisi diberi medan magnet bolak-balik dari bahan
Fe, Co dan Ni yang diberi notch lengkung, segitiga dan persegi terjadi osilasi DW.
Ukuran sel tidak berpengaruh pada posisi DW, amplitudo DW, struktur DW,
lebar DW, dan massa DW, namun dipengaruhi oleh bentuk notch. Kurva posisi
DW pada notch segitiga menghasilkan pembalikan posisi kesetimbangan. Nilai
amplitudo DW dengan nilai paling kecil terjadi pada notch segitiga untuk bahan
Fe. Nilai lebar DW segitiga untuk bahan Fe relatif cukup kecil dengan nilai 53
nm. Dan nilai massa DW berbanding terbalik dengan nilai lebar DW dan pada
notch segitiga untuk bahan Fe nilainya paling kecil.

Universitas Indonesia

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Simulasi pada kondisi ground-state, terbentuk struktur TW tepat di tengah
notch, yang juga diperkuat dengan nilai energi demagnetisasi lebih besar dibandingkan dengan energi exchange.
2. Ketika bahan Fe, Co dan Ni dengan notch lengkung, segitiga dan persegi
dikenai medan magnet AC terjadi osilasi DW di dalam notch.
3. Nilai amplitudo dipengaruhi oleh frekuensi, yaitu

semakin menurun ketika

frekuensi medan bolak balik yang diberikan nilai amplitudonya semakin naik.
4. Nilai lebar DW tidak dipengaruhi oleh besarnya frekuensi medan magnet.
5. Ditemukan amplitudo DW maksimum hanya pada bahan Co dengan notch
lengkung dengan frekuensi 0,7 GHz.
6. Nilai amplitudo dan nilai lebar DW dipengaruhi oleh bentuk notch.
7. Massa DW dapat ditentukan dengan memodelkan DW sebagai gerak
harmonik teredam (damped harmonic oscillation). Nilai massa DW
berbanding terbalik dengan lebar DW.
5.2 Saran
Agar mendapatkan hasil pengamatan yang lebih baik, khususnya pada
simulasi notch persegi sebaiknya dimensi lebar notch diperkecil dan divariasikan
agar diperoleh dimensi lebar yang optimum.

Universitas Indonesia

67

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

DAFTAR REFERENSI

Ahn, S. M., Kim, D. H., dan Choe, S. B. (2009). Kinetic and static domain-wall
pinning at notches on ferromagnetic nanowires. IEEE Transactions on
Magnetics, Vol. 45, No. 6.
Alejos, O., Martinez, E., dan Diaz, L. L. (2010). Micromagnetic simulation of
domain wall depinning forced by oscillating field. App. Phys. A 100, 501504.
Alejos, O., Torres, C., Gomez, P. H., Diaz, L. L., Torres, L., dan Martinez, E.
(2007). A micromagnetic study of oscillations of pinned domain walls in
magnetic ribbons. Journal of Magnetism and Magnetic Materials 316 : 295298.
Baibich, M. N., Broto, J. M., Fert, A., Van Dau F. N., dan Petroff, F. (1988).
Giant magnetoresistance of Fe/Cr magnetic superlattices. Phys. Rev. Lett.
61, 2472.
Beach, G.S.D., Knutson, C., Tsoi, M., dan Erskinc, J. L. (2006). Field and
current-driven domain wall dynamic: An experimental picture. J.
Mag. Magnetic Materials 2038-2040.
Betancourt, I., Hrkac, G., dan Schrefl, T. (2008). Micromagnetic simulation of
domain wall dynamics in permalloy nanotubes at high frequencies. J. Appl.
Phys. 104, 023915.
Binasch, G., Grnberg, P., Saurenbach, F., dan Zinn, W. (1989). Enhanced
magnetoresistance in layered magnetic structures with anti ferromagnetic
inter layer exchange. Phys. Rev B 39, 4828.
Bloch, F. (1932). Theory of exchange problem and remanence phenomena of
ferromagnetic substances. Zeitschrift fr Physik 74, 295.
Bogart, L. K. dan Atkinson, D. (2009). Dependence of domain wall pinning
potential landscapes on domain wall chirality and pinning site geometry in
planar nanowires, Physical Review B79, 054414.
Brown, W. F. (1968). The fundamental theorem of fine ferromagnetic particle
theory. J. Appl. Phys. 39, 993

Universitas Indonesia
68

Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

69
69

Chikazumi, S. dan Charap, S. H. (1964). Physics of Magnetism, John Wiley &


Sons, Inc,
Djuhana, D., Piao, H. G., Lee, S.H., Kim, D. H., Ahn, S. M., dan Choe, S. B.
(2010). Asymmetric ground state spin configuration of transverse domain
wall on symmetrically notched ferromagnetic nanowires. Appl. Phys. Lett.
97, 022511.
Djuhana, D., Piao, H. G., Shim, J. H., Lee, S. H., Jun, S. H., Yu, S. C., Oh, S. K.,
dan Kim, D. H. (2010). Spontanious domain wall motion at zero external
magnetic field in ferromagnetic nanowire. IEEE Transaction on Magnetics
vol. 46 no. 2.
Djuhana, D., Piao, H. G., Shim, J. H., Lee, S. H., Kim, D. H., Ahn, S. M.,
dan Kim, D. H. (2011). Interaction of antiparallel transverse domain
walls in ferromagnetic

nanowires.

Journal of Nanoscience

and

Nanotechnology Vol. 11, 62376240.


Djuhana, D., Piao, H. G., Yu, S. C., Oh, S.K., dan Kim, D. H. (2009).
Magnetic

domain

wall collision

around

walker

breakdown

in

ferromagnetic nanowire. J.Appl.Phys, 106, 103926.


Djuhana, D., Soegijono, B., Piao, H. G., Oh, S. K., Yu, S. C., dan Kim, D. H.
(2013). Oscillatory transformative domain wall inner structure of the
depinning domain wall around a notched ferromagnetic wire. Journal of the
Korea Physical Society vol. 63 no. 3, 654-658.
Donahue,

M.J

dan

Porter,

D.G.

(2002).

OOMMF

Users

Guide.

http://math.nist.gov/oommf
Faulkner, C.C., Michael D. C., Allwood, D.A., Petit, D.,

Atkinson, D. dan

Cowburn, R.P. (2004). Artificial domain wall nanotraps in Ni81Fe19 wires,


Journal of Applied Physics Vol. 95, No. 11
Getzlaff, M. (2008). Fundamentals of Magnetism, Springer- Verlag Berlin
Heidelberg.
Gilbert, T.L. (2004). Phenomenological theory of damping in ferromagnetic
materials, IEEE Trans. Magn.40, 3443.
Guimaraes, A.P. (2009). Principles of Nanomagnetism. Springer.

Universitas Indonesia
Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

70
70

Himeno, A. et al (2005). Propagation of a magnetic domain wall in magnetic


wires with asymmetric notches, Journal of Applied Physics 97, 066101.
Hubert, A. dan Schfer, R. (2009). Magnetic Domains: The Analysis of Magnetic
Microstructure, Springer, Berlin.
Kim, K. J., You, C. Y., dan Choe. S. B. (2008). Numerical formula of
depinning field from notches in ferromagnetic permalloy nanowire.
Journal of Magnetics 13(4), 136-139.
Kim, S. D., Chun, B. S., dan Kim, Y. K. (2007). Domain wall width and
velocity behaviors in notched magnetic devices. Journal of Appl.
Phys. 101, 09F504.
Kim, W. J., Seo, S. M., Lee, T. D., dan Lee, K. J. (2004). Oscillatory domain wall
velocity of current-induced domain wall motion. Journal of Magnetism and
Magnetic Materials 310, 2032-2034.
Kittel, C. (2005). Introduction to solid state physics 8th, John Wiley & Sons, Inc,.
Klui, M. (2008). Head-to-head domain walls in magnetic nanostructures. J.
Phys.: Condens. Matter 20, 313001.
Kunz, A., dan Priem, J. D. (2010). Dynamic notch pinning fields for
domain walls in ferromagnetic nanowire. IEEE Trans. Magn Vol. 46
No. 6 : 1559 - 1561.
Landau, L., dan Lifshitz, E. (1935). On the theory of the dispersion of magnetic
permeability in ferromagnetic bodies. Physikalische Zeitschrift der
Sowjetunion 8, 153.
Liu, Y., dan Grtter, P. (1998). Theory of magnetoelastic dissipation due to
domain wall width oscillation. Journal of Applied Physics vol. 83 no. 11.
Martinez, E., Diaz, L. L., Alejos, O., Torres, L., dan Tristan, C. (2007). Thermal
effect on domain wall depinning from a single notch. Phys. Rev. Lett. 98,
267202.
McMichael, R. D., dan Donahue, M. J. (1997). Head to head domain wall
structures in thin magnetic strips. IEEE Trans. Magn Vol. 33, No. 5:
4167-4169.
Miltat, T. J. E. dan Donahue, M. J. (2007). Numerical micromagnetics: Finite
difference methods. USA: NIST University.

Universitas Indonesia
Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

71
71

Mohler, G., dan Harter, A. W. (2005). Micromagnetic investigation of resonance


frequencies in ferromagnetic particles. J. Appl. Phys. 97, 10E313.
Nakatani, Y., Thiavile, A., dan Miltat, J. (2005). Head to head domain
wall in soft nano-strips : A refined phase diagram.

Journal

of

Magnetism and Magnetic Materials 290291, 750753.


Parkin, S. S., Hayashi, M., dan Thomas, L. (2008). Magnetic domain wall
racetrack memory, Science 320, 190.
Piao, H. G. et al (2010). Micromagnetic simulation of damped oscillatory
behavior. IEEE Transaction on Magnetics vol. 46 no. 2.
Saitoh, E., Miyajima, H., Yamaoka, T., dan Tatara, G. (2004). Current-induced
resonance and mass determination of a single magnetic domain wall.
Nature 432, 203-206.
Smith, D.M., dan Williams, M.L. (2007). Data Loss and Hard Drive Failure:
Understanding the Causes and Costs, http://www.deepspar.com/wp-dataloss.html.
Spaldin, N. A. (2011). Magnetic Materials Fundamentals and Applications.
Cambridge University..
Sthr, J., dan Siegmann, H. C. (2006). Magnetism from fundamental to nanoscale
dynamics. Springer-Verlag Berlin Heidelberg.
Thiaville, A., Nakatani, Y., Miltat, J., dan Vernier, N. (2004). Domain wall
motion by spin-polarized current: A micromagnetic study. J. Applied
Physics, Vol 95 : 7049-7051.
Thomas, L., Hayashi, M., Jiang, X., Moriya, R., Rettner, C., dan Parkin, S. S.
(2007). Resonant amplification on magnetic domain-wall motion by a train
of current pulses . Science Vol. 315.
Thomas, L., dan Parkin, S. S. (2007). Current induced domain-wall motion
in magnetic nanowires. John Wiley & Sons, Ltd.
University of Cambridge (2004-2013). Ferromagnetic materials. http://www.
doitpoms.ac.uk/tlplib/ferromagnetic/ why_ferromagnetic. Php.

Lopes-Urias, F., Torres-Heredia, J. J., dan Munoz-Sandoval, E. (2005).


Magnetization pattern simulations of Fe, Ni, Co and Permalloy individual
nanomagnets. Journal of Magnetism and Magnetic Materials 294 : 7-12.

Universitas Indonesia
Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

72
72

Weiss, P. (1907). Hypothesis of molecular field and ferromagnetic properties, J.


Phys. 4, 661.
Wolf, S. A. et al (2001). Spintronics: A spin-based electronics vision for the
future, Science 294, 1488
Zambano, A. J. dan Pratt, W. P. Jr. (2004). Detecting domain wall trapping and
motion at a constriction in narrow ferromagnetic wires using perpendicularcurrent giant magnetoresistance, App. Phys. Lett. 85_1562.

Universitas Indonesia
Analisis osilasi..., Widia Nursiyanto, FMIPA UI, 2014.

Anda mungkin juga menyukai