Anda di halaman 1dari 20

Operation Management

TUGAS PAPER INDIVIDUAL


Project Evaluation
EFEKTIVITAS ALOKASI WAKTU DALAM PENYELENGGARAAN
ISLAMIC SOLIDARITY GAMES 2013 DI INDONESIA

DISUSUN OLEH
HERI NUGROHO
KELAS
39 EKSEKUTIF A
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
JAKARTA
2016

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pada kesempatan ini penulis mencoba menyusun karya tulis dimana karya tulis ini
merupakan salah satu faktor dalam penilaian untuk mata kuliah operations
management. Secara umum ruang lingkup pelajaran terkait operation management
mencakup : a).Perencanaan Sistem Produksi. Perencanaan Sistem Produksi ini
meliputi Perencanaan Produk, Perencanaan Lokasi Pabrik, Perencanaan Layout
Pabrik, Perencanaan Lingkungan Kerja, Perencanaan Standar Produksi. b).Sistem
Pengendalian Produksi. Meliputi pengendalian proses produksi, bahan, tenaga
kerja, biaya, kualitas dan pemeliharaan. c).Sistem Informasi Produksi. Aspek ini
meliputi struktur organisasi, Produksi atas dasar pesanan, Mass Production. Ketiga
aspek dan komponen-komponennya tersebut agar dapat berjalan dengan baik perlu
planning, organizing, directing, coordinating, controlling (Management Process).
Dalam tulisan ini penulis akan mencoba melakukan evaluasi pelaksanaan proyek
ditinjau dari sisi ketepatan waktu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan proyek.
Pada kali ini penulis akan melakukan penelitian pada institusi pemerintah dimana
tempat penulis bekerja, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia
dan Kebudayaan (Kemenko PMK ) merupakan salah satu dari empat Kementerian
Koordinator dalam kabinet kerja yang dibetuk pada era pemerintahan Presiden Joko
Widodo. Kemenko PMK dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden
Indonesia nomor 7

Republik

tahun 2015 tentang organisasi Kementerian Negara dan

Peraturan Presiden Republik Indonesa nomor 9 tahun 2015 tentang Kementerian


Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Sesuai dengan
Perpres 9 tahun 2015, Kemenko PMK mempunyai tugas menyelenggarakan
koordinasi,

sinkronisasi

penyelenggaraan

dan

pemerintahan

pengendalian
di

bidang

urusan

kementerian

pembangunan

manusia.

dalam
Proses

koordinasi, sinkronisasi dan pengendaian lebih di fokuskan kepada kebijakan yang


terkait dengan proses pembangunan manusia dan kebudayaan (PMK) serta
pelaksanaan fungsi lain yang diberikan presiden (Direktif Presiden). Dalam

menjalankan fungsi koordinasinya, Kemenko PMK mengkoordinasikan Kementerian


dan Lembaga terkait di bidang PMK yaitu: 1). Kementerian Agama, 2). Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, 3). Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan
Tinggi, 4). Kementerian Kesehatan, 5). Kementerian Sosial, 6). Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, 7). Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak, 8). Kementerian Pemuda dan Olahraga dan, 8).
Instansi lainnya yang dianggap perlu. Salah satu yang yang dikoordinasikan oleh
Kemenko PMK adalah pelaksanaan Islamic Solidarity Games 2013 ( ISG)
Namun pada saat pelaksanaan ISG 2013, proses koordinasi pelaksanaan ISG 2013
masih dilakukan oleh Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat pada
masa Kabinet Indonesia Bersatu di bawah Pemerintahan Presiden Susilo Bambang
Yudoyono dan Wakil Presiden Budiono.
Islamic Solidarity Games (ISG) adalah ajang olah raga multinasional yang
melibatkan para atlet dari negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam. ISG
berada di bawah pengawasan Islamic Solidarity Sport Federation (ISSF). Ajang
pertama Islamic Solidarity Games diadakan pada tahun 2005 di Arab Saudi yang
diikuti oleh 57 anggota Organisasi Kerjasama Islam. Pada awalnya, ajang yang
kedua dijadwalkan berlangsung pada bulan Oktober 2009 di Iran, kemudian ajang
tersebut dijadwalkan kembali pada April 2010, dan akhirnya dibatalkan setelah
terjadi perselisihan antara Iran dan Dunia Arab atas penggunaan istilah Teluk Persia
pada logo ajang Islamic Solidarity Games yang kedua, sebagai nama yang paling
umum di Dunia Arab bagi daerah Teluk Arab. Perselisihan nama ini telah menjadi
sumber ketidakharmonisan antara negara-negara Arab dan Iran yang telah
berulang-ulang kali.Hasil dari pertemuan General Assembly the Islamic Solidarity
Sports Federation, menetapkan Indonesia sebagai Tuan Rumah Islamic Solidarity
Games (ISG) 2013 yang akan diadakan di Jakarta dari tanggal 22 September 1
Oktober 2013 yang dikuatkan melalui Keputusan presiden.
Penyelenggaraan ISG 2013 di Jakarta mulai dari persiapan penyelenggaraan
sampai berakhirnya kegiatan ISG 2013 melalui beberapa tahapan atau urutan
kegiatan, yaitu : persiapan, penyelenggaraan, dan penutupan, dimana setiap

tahapan kegiatan mempunyai tenggang waktu antara satu kegiatan dan kegiatan
lainnya. Selain itu untuk memberikan pelayanan dan kenyamanan seperti
tersediannya akomodasi yang tepat dan transportasi yang efektif kepada para
peserta dan offical dari negara peserta perlu dilakukan perencanaan strategis yang
tepat yang melibatkan berbagai pihak terkait.
Struktur Organisasi INAISGOC

Cabang Olahrga dalam ISG 2013

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah :
Efektfitas alokasi waktu dalam pelaksanaan ISG tahun 2013 ?
1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk :


Mengetahui waktu yang paling efisien dalam pelaksanaan ISG 2013
1.4 Lingkup Penelitian
Lingkup penelitian ini hanya dibatasi pada kegiatan-kegiatan penyelenggaraan ISG
2013 Batas kegiatan yang akan diteliti adalah dari persiapan sampai penutupan
kegiatan ISG 2013

BAB II
LANDASAN TEORI

Metode CPM dan PERT adalah metode penggunaan jaringan yang digunakan
untuk menganalisa proyek oleh para manager dalam membuat perencanaan,
penjadualan dan pengontrolan proyek yang dinilai kompleks. Kedua metode tersebut
dikembangkan pada tahun 1950-an. Meskipun dikembangkan pada saat yang hampir
bersamaan, namun model CPM ini pada mulanya dikembangkan secara terpisah dari
model PERT. Mereka dikembangkan oleh dua lembaga atau organisasi yang
berbeda.CPM dikembangkan oleh Perusahaan DuPont pada tahun 1957 untuk
pembangunan pabrik kimia. Sedangkan PERT dikembangkan oleh perusahaan
konsultan Booz-Allen dan Hamilton pada tahun 1958-1959 untuk penyusunan model
perencanaan dan pengendalian proyek
(Angkatan Laut Amerika).

Polaris Weapons System dari U.S Navy

Meskipun dikembangkan oleh dua organisasi yang berbeda, pada dasarnya


model tersebut memiliki konsep yang mirip. Keduanya merupakan modal dasar
manajemen proyek dalam proses perencanaan, penjadualan, dan pengendalian
sumber-sumber organisasi seperti dana, maupun sumber daya manusia. Untuk dapat
menerapkan kedua metode ini, perlu ditetapkan terlebih dahulu kegiatan-kegiatan yang
akan dilakukan dalam suatu proyek dan menyusunnya dalam bentuk jaringan kerja.
Jaringan kerja tersebut menunjukan saling hubungan antara satu kegiatan satu dengan
kegiatan lainnya. Walaupun prinsip penyusunan jaringan pada kedua metode adalah
sama, namun terdapat perbedaan mendasar antara kedua metode tersebut.
PERT memusatkan perhatiannya pada penemuan waktu penyelesaian kegiatan
yang bersifat probabilistik sehingga waktu penyelesaian proyek bisa dianalisis dengan
menggunakan

hukum-hukum

statistik.

Sedangkan

CPM

lebih

memusatkan

perhatiannya pada penemuan waktu percepatan suatu kegiatan dengan biaya minimum
agar proyek bisa selesai dalam waktu tertentu.

1.1 PERT (Program Evaluation and Review Technique)

Teknik evaluasi dan ulasan program (cukup dikenal sebagai program


evaluation and review techique atau PERT) adalah sebuah model Management
Science untuk perencanaan dan pengendalian sebuah proyek.
Perencanaan dan pengendalian adalah dua hal yang tidak mungkin
dipisahkan. Kedua hal tersebut harus ada dalam proses manajemen. Perencanaan
dan pengendalian berarti tidak ada manfaatnya karena kegiatan-kegiatan tidak
akan memiliki arah dan tujuan yang pasti sehingga kordinasi sulit dilakukan.
Sebaliknya pengendalian tanpa perencanaan adalah mustahil karena tidak ada
dasar yang dapat digunakan sebagai tolok ukur penilaian sehingga sulit diketahui
apakah hasil telah sesuai dengan harapan atau belum.
1.1.1 Perkiraan Waktu dan Varian
Dalam manajemen proyek, penentuan waktu penyelesaian kegiatan
merupakan salah satu kegiatan awal yang sangat penting dalam proses
perencanaan dan pengendalian. Waktu bagi manajemen suatu kegiatan yang

berangkai sebagai salah satu alat dasar koordinasi. Ketidaktepatan waktu dari
salah satu kegiatan tentu akan menyebabkan jadwal kegiatan lain berubah.
Dalam proses pengendalian, PERT menjadi pedoman untuk peninjauan
kegiatan, analisis kegiatan dan tindakan koreksi yang bersifat adaptif. Parameter
utama pada model PERT adalah waktu penyelesaian kegiatan. Dalam
kehidupan sehari-hari, kita sering membuat estimasi tentang penyelesaian suatu
pekerjaan atau melihat orang lain memperkirakan waktu penyelesaian dari suatu
pekerjaan secara intuitif. Proses penaksiran atau perkiraan dengan cara
demikian sangat subjektif sifatnya, dan sangat sulit dijabarkan apoalagi di
pelajari.
Model PERT pada dasarnya menjabarkan proses perkiraan tersebut
secara ilmiah ke dalam distribusi Beta sehingga bisa diketahui bagaiman proses
perkiraan waktu penyelesaian suatu kegiatan dilakukan. Selain itu, penjabaran
tersebut juga memungkinkan pembuat keputusan mengetahui tingkat kepastian
waktu penyelesaian suatu kegiatan.
PERT, melalui distribusi Beta, menggunakan perkiraan atau estimasi
waktu untuk menentukan waktu penyelesaian suatu kegiatan agar lebih realistik.
Tiga macam perkiraan waktu tersebut adalah
1. Estimasi waktu optimis (optimistic estimate), dengan notasi a, yaitu perkiraan
waktu yang akan terjadi dengan kemungkinan 1/100 jika segala sesuatu berjalan
dengan baik. Secara statistik, a adalah estimasi batas bawah distribusi
probalitas.
2. Estimasi waktu yang paling mungkin terjadi (most likely estimate), dengan notasi
m, yaitu perkiraan waktu penyelesaian suatu kegiatan yang paling realistik.
Secara statistik, m adalah estimasi terhadap modus atau titik tertinggi dari
distribusi probalitas waktu penyelesaian kegiatan.
3. Estimasi waktu pesimis (pesimistic estimate), dengan notasi b, yaitu perkiraan
waktu yang akan terjadi dengan kemungkinan 1/100 jika segala sesuatu berjalan

dengan semestinya. Secara statistik b adalah estimasi batas atas distribusi


probabilitas.
Dari sebuah distribusi probabilitas waktu penyelesaian kegiatan pada
PERT kita berharap bisa mengetahui expected value (nilai perkiraan waktu )
dengan notasi t dan varian. Kedudukan t sangat bergantung pada nilai estimasi
(a, m, b) sebagai parameter waktu model PERT. Sehingga t dapat dirumuskan
sebagai berikut :

a + 4m + b
t =
6

Estimasi waktu penyelesaian kegiatan (t) merupakan median dari


distribusi Beta, dan mewakili persentil ke-50 serta membagi distribusi menjadi
dua bagian. Olehkarena itu, kemungkinan t berhasil adalah sama dengan
kemungkinan t gagal yaitu 50%. Dengan demikian ada kemungkinan 50% waktu
penyelesaian tidak sama dengan estimasi waktu yang telah ditentukan.
Apabila lebih dari 90% p.d.f (probability density function) setiap macam
distribusi teoritik terletak pada tiga standar deviasi rata-rata atau mean. Selagi a
dan b

merupakan batas atas dan batas bawah distribusi probabilitas,akan

standar deviasi () dari a dan b adalah 6, sehingga variance dari model ini
adalah sebagai berikut :

Varian () = b - a
6

1.1.2 Jaringan Kerja

PERT

memang

memerlukan

bagan

Jaringan

Kerja

guna

menvisualisasikan sistem jaringan penyelesaian proyek yang terdiri dari


rangkaian kegiatan-kegiatan yang terpadu. Visualisasi itu berguna bagi proses
perencanaan dan pengendalian. Hubungan antara kegiatan satu dengan
kegiatan lain dalam model PERT perlu dijelaskan secara visual agar mereka
yang terlibat di dalam proyek dengan mudah dan cepat bisa mengetahui :
1. Jumlah kegiatan dalam proyek
2. Hubungan antar kegiatan
3. Urutan atau tahap penyelesaian masing-masing kegiatan
4. Gambaran proyek secara keseluruhan
Sebuah kegiatan (activity) adalah proses penyelesaian suatu pekerjaan
selama waktu tertentu dan selalu diawali oleh noda awal dan diakhiri oleh noda
akhir yaitu saat tertentu atau event yang menandai awal dan akhir suatu
kegiatan.

Noda awal kegiatan A

Noda awal kegiatan A


1

2
Kegiatan A

Ada dua pendekatan untuk menggambarkan jaringan proyek yakni


kegiatan pada titik (activity on node AON) dan kegiatan pada panah (activity on
arrow AOA).Pada konvensi AON, titik menunjukan kegiatan, sedangkan pada
AOA panah menunjukan kegiatan.
Perbandingan antara konvensi jaringan AON dan AOA
Kegiatan pada titik

Arti dari

(AON)

kegiatan

Kegiatan pada panah (AOA)

datang

sebelum B, yang
datang

sebelum

dan

keduanya harus

A
C

diselesaikan

sebelum
B

dapat dimulai

B dan C tidak

dapat di mulai
sebelum

A
1

selesai
C

C
A
A

C
C

C dan D tidak
dapat

dimulai

dimulai setelah

D tidak dapat
dimulai sebelum
B

selesai.

Kegiatan
Dummy
ditunjukan pada
AOA

Dummy
activity

A dan B selesai,
B

selesai
C tidak dapat

C
3

hingga A dan B
keduanya

B dan C tidak

B
A

dapat
D

tidak

dimulai

dimulai
1

hingga A selesai.
D

dapat
sebelum

B dan C selesai.
C

Dummy
activity

Kegiatan dummy
ditunjukan

pada

C
3

AOA.

1.1.3 Penentuan Jalur Kritis


Jalur Kritis (citical path) adalah jalur penyelesaian rangkaian kegiatan
yang terpanjang. Dimana jalur tersebut digunakan untuk penentuan waktu
penyelesaian sebuah proyek. Oleh karena itu, istilah jalur kritis juga menyiratkan
bahwa perubahan waktu penyelesaian kegiatan pada jalur kritis akan
mempengaruhi waktu penyelesaian proyek.
Jika terdapat jalur kritis pada suatu proyek maka akan ada sisa waktu
(slack time) pada jalur rangkaian kegiatan yang lain karena jumlah waktu
kegiatan mereka lebih pendek dibandingkan jalur kritis. Selain itu, sisa waktu
juga menjadi perhatian manajemen karena sisa waktu akan menjadi sumber
daya yang bisa digunakan dan sumber penghematan yang mungkin dilakukan
oleh manajemen.
PERT adalah alat bantu dalam merencanakan dan pengendalian suatu
manajemen proyek. Agar bisa menjadi suatu alat bantu yang bermanfaat, model
ini juga menyediakan informasi tentang :
Kapan suatu kegiatan bisa mulai dikerjakan
Kapan suatu kegiatan harus mulai dikerjakan
Kapan suatu kegiatan bisa diselesaikan
Kapan suatukegiatan harus dilaksanakan

Informasi tersebut ditandai oleh :


1. Early Start (ES) atau Waktu Mulai Paling Awal => menunjukkan waktu suatu
kegiatan sudah bisa mulai dikerjakan. Dengan kata lain yaitu waktu
permulaan awal untuk aktivitas tertentu.
2. Early Finish (EF) atau Waktu Selesai Paling Awal => menunjukan waktu
suatu kegiatan sudah bisa diselesaikan. Dengan kata lain yaitu waktu
penyelesaian awal untuk aktivitas tertentu.
3. Latest Finish (LF) atau Waktu Selesai paling Lambat => menunjukan saat
suatu kegiatan harus selesai. Dengan kata lain yaitu waktu finish paling akhir
untuk aktivita stertentu.
4. Lates Start (LS) atau Waktu Mulai Paling Lambat => menunjukan saat suatu
kegiatan harus dimulai. Dengan kata lain yaitu waktu start paling akhir untuk
aktivitas tertentu.
Berikut adalah langkah-langkah untuk mennetukan Lintasan Krisis :
1. Hitung waktu penyelesaian awal permulaan sampai awal akhir untuk setiap
aktivitas (mulai dari awal jaringan dan menggunakan waktu awal 0) dengan
rumus : EF = ES + t ->dimana t merupakan waktu penyelesaian aktivitas
yang diperlukan.
2. Hitung waktu permulaan paling akhir dan penyesuaian paling akhir untuk
setiap aktivitas (mulai dari titikpenyelesaian dan menggunakan waktu
penyelesaian akhir) denga rumus : LS = LF - t
3. Mencari jumlah waktu slack (lama waktu suatu aktivitas yang dapat ditunda
ranpa mempengaruhi waktu penyelesaian dari sluruh proyek) dengan rumus
: LS - ES = LF - EF
1.1.4 Probabilitas Penyelesaian Proyek
Waktu penyelesaian suatu proyek ditunjukkan oleh waktu penyelesaian
Jalur Kritis, yaitu jumlah waktu penyelesaian kegiatan-kegiatan kritis. Untuk
menghitung probabilitas dapat digunakan rumus sebagai berikut :

x -
Z =

Dimana => x = menunjukkan waktu penyelesaian


= lama proyek -> diperoleh dari total jumlah keseluruhan t kritis
= V -> V = jumlah varian waktu penyelesaian di jalur kritis
setelah mendapatkan hasil Z, maka kita dapat memperoleh hasil probabilitas dari
Tabel distribusi Normal.
1.2 CPM (Critical Path Method)

CPM adalah model manajemen proyek yang mengutamakan biaya sebagai


objek yang dianalisis. Persoalan pokok yang menjadi perhatian model ini adalah
1. Berapa

besar

biaya

untuk

menyelesaikan

sebuah

proyek

jika

waktu

penyelesaiannya normal
2. Jika waktu penyelesaian suatu proyek harus dipercepat maka berapa besar
biayanya dan kegiatan mana yang harus dipercepat agar biaya percepatan total
minimum.
Dengan demikian ada dua kondisi yang diobservasi oleh model CPM, yaitu :
1. Kondisi penyelesaian proyek secara normal
2. Kondisi penyelesaian proyek yang dipercepat (akselerasi)
Dari dua macam kondisi yang diobservasi tersebut, maka model ini menurunkan
empat macam parameter, yaitu :
1. Waktu penyelesaian normal atau waktu normal
2. Biaya penyelesaian normal atau biaya normal
3. Waktu penyelesaian yang dipercepat atau waktu akselerasi
4. Biaya penyelesaian yang dipercepat atau biaya akselerasi
Jika waktu penyelesaian suatu kegiatan normal, maka biaya langsung yang
terlibat dalam penyelesaian kegiatan itu dikategorikan sebagai biaya normal;
sedangkan jika dilakukan percepatan terhadap sutau kegiatan maka diperlukan
tambahan biaya langsung sebagai biaya percepatan.Waktu untuk menyelesaikan
kegiatan yang lebih cepat dari wkatu normal tersebut dinamakan waktu akselerasi

dan biaya yang berkaitan dengan percepatan kegiatan tersebut dinamakan baiya
akselerasi.Jadi, istilah normal disini semata-mata digunakan untuk membedakan
kondisi normal dari kondisi tidak normal, yaitu waktu yang lebih cepat atau biaya
yang lebih besar. Rumus yang dapat digunakan adalah

Total Biaya Akselerasi


Total Waktu Akselerasi
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1

Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data penelitian

dilakukan

dengan

cara

Studi

pustaka.

Pengumpulan data dengan studi pustaka adalah pengumpulan data dengan


membaca buku literatur, jurnal, internet, dan penelitian terdahulu yang berkaitan
dengan penelitian yang sedang dilakukan
3.2

Sumber Data
Sumber data dari penelitian ini adalah data salah satu event olahraga
Internasional dimana Indonesia mengambil bagian di dalamnya adalah Islamic
Solidarity Games (ISG) yang berasal dari Asisten Deputi Koordinasi Bidang
Olahraga Kedeputian Bidang Pariwisata, Budaya dan Olahraga, Kementerian
Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat.

3.3
Proses Pengolahan Data
3.3.1 Metode Analisis Data
Perencanaan kegiatan-kegiatan proyek merupakan suatu masalah yang sangat
penting sebab perencanaan kegiatan-kegiatan merupakan dasar untuk proyek
dapat dilaksanakan secara optimal. Perencanaan kegiatan-kegiatan tersebut
dapat berupa jadwal, anggaran, pengisian personil, dan urutan langkah
pelaksanaan kegiatan. Selain itu, organisasi memiliki sumber daya yang
terbatas, maka diperlukan perencanaan yang matang dan baik untuk mengelola
sumber daya dan penetapan jadwal kerja proyek. Perencanaan digunakan

sebagai

pedoman

dalam

pelaksanaan

proyek

sehingga

proyek

dapat

dilaksanakan dengan waktu dan biaya yang efisien.


Proyek yang relatif kecil dapat diselesaikan dalam jangka waktu yang pendek,
maka perencanaan akan relatif mudah. Sebaliknya proyek-proyek yang berskala
besar seperti kegiatan ISG 2013 memerlukan waktu penyelesaian yang relatif
lama dan akan terasa betapa sulitnya

menyusun perencanaan untuk

penyelesaian proyek tersebut.


Sehubungan dengan hal itu, maka dikembangkan analisa network dengan
metode PERT dan CPM untuk membantu manajemen proyek dalam
menyusun perencanaan proyek ISG 2013.Pada diagram network, kerangka
penyelesaian pekerjaan dapat dilihat serta dapat diketahui waktu penyelesaian
pekerjaan secara keseluruhan ataupun masing-masing pekerjaan. Dengan
menggunakan analisa network, maka kompleksitas hubungan masing-masing
pekerjaan dapat diuraikan atau dipermudah. Sehingga penyusunan perencanaan
akan

dapat

berhasil

dengan

baik.Kemudian

untuk

mengoptimalkan

penyediaan akomodasi untuk Altet dan official peserta ISG 2013 digunakan
metode

transportasi

serta

untuk

membuat

penyusunan

pelayanan

transportasi yang otimal untuk atlet dan official peserta ISG 2013
digunakan metode assignment.
3.3.2 Perhitungan dengan Menggunakan Metode CPM/PERT
Metode CPM dan PERT adalah metode penggunaan jaringan yang digunakan
untuk menganalisa proyek oleh para manager dalam membuat perencanaan,
penjadualan dan pengontrolan proyek yang dinilai kompleks. Kedua metode
tersebut dikembangkan pada tahun 1950-an. Meskipun dikembangkan pada saat
yang hampir bersamaan, namun model CPM ini pada mulanya dikembangkan
secara terpisah dari model PERT. Mereka dikembangkan oleh dua lembaga atau
organisasi yang berbeda. CPM dikembangkan oleh Perusahaan DuPont pada
tahun 1957 untuk pembangunan pabrik kimia. Sedangkan PERT dikembangkan
oleh perusahaan konsultan Booz-Allen dan Hamilton pada tahun 1958-1959

untuk penyusunan model perencanaan dan pengendalian proyek

Polaris

Weapons System dari U.S Navy (Angkatan Laut Amerika).


Meskipun dikembangkan oleh dua organisasi yang berbeda, pada dasarnya
model tersebut memiliki konsep yang mirip. Keduanya merupakan modal dasar
manajemen proyek dalam proses perencanaan, penjadualan, dan pengendalian
sumber-sumber organisasi seperti dana, maupun sumber daya manusia. Untuk
dapat menerapkan kedua metode ini, perlu ditetapkan terlebih dahulu kegiatankegiatan yang akan dilakukan dalam suatu proyek dan menyusunnya dalam
bentuk jaringan kerja. Jaringan kerja tersebut menunjukan saling hubungan
antara satu kegiatan satu dengan kegiatan lainnya. Walaupun prinsip
penyusunan jaringan pada kedua metode adalah sama, namun terdapat
perbedaan mendasar antara kedua metode tersebut.
PERT memusatkan perhatiannya pada penemuan waktu penyelesaian kegiatan
yang bersifat probabilistik sehingga waktu penyelesaian proyek bisa dianalisis
dengan

menggunakan

hukum-hukum

statistik.

Sedangkan

CPM

lebih

memusatkan perhatiannya pada penemuan waktu percepatan suatu kegiatan


dengan biaya minimum agar proyek bisa selesai dalam waktu tertentu.
3.4 Lokasi Penelitian
Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu di
INAISGOC Dengan pertimbangan bahwa INAISGOC merupakan adalah panitia
nasional

yang

ditunjuk

melalui

Keppres

untuk

menjadi

panita

nasional

penyelenggaraan islamic solidarity games III tahun 2013 yang dalam pelaksanaan
kegiatan ISG 2013 telah membuat suatu perencanaan kegiatan proyek. Proyek
tersebut dari persiapan hingga penutupan kegiatan ISG 2013.

BAB V
ANALISIS dan REKOMENDASI
1. Menghitung ketepatan waktu Penyelenggaran ISG 2013 menggunakan metode

CPM/PERT.
Terkait tugas panitia Nasional INAISGOC, maka dilakukan perencanaan kegiatan
dengan menggunakan metode CPM/Pert. Adapun tahapan kegiatan yang dianalisis
dalam penelitian ini adalah kegiatan yang dilakukan oleh Panitia Nasional
(INAISGOC). Penyelenggaraan ISG 2013 dari tahap persiapan sampai dengan
penutupan meliputi 34 kegiatan. Rincian urutan kegiatan dan waktu yang digunakan
untuk penyelesaian kegiatan dapat dilihat pada tabel berikut :
Rincian Kegiatan Penyelenggaraan ISG 2013
No

Aktivitas

Aktivitas yang
Mendahului

Perkiraan Waktu
(hari)

Persiapan dan Rapat koordinasi awal Panitia

nasional ISG tahun 2012 (INAISGOC)


Rapat koordinasi INAISGOC tentang pembentukan

panitia pelaksana ISG 2013 dan tim Asistensi


Penerbitan SK Menteri tentang pembentukan Panitia

Pelaksana ISG tahun 2013 dan tim asistensi


Rapat koordinasi INAISGOC dan panitia pelaksana

(Jakarta Organizing Committee)


Pemetaan Negara Peserta ISG 2013, Cabang Olah

raga yang dipertandingkan, venue dan lainnya


Pengecekan persiapan administratif dan venue oleh

tim ISSF
Rapat koordinasi teknis INAISGOC dengan pihak-

5,6

pihak terkait
INAISGOC mengirimkan official invitation dan

10

estemated team size ke negara perserta


Negara peserta mengirimkan konfirmasi

10

keikutsertaan dan estemated team size ke


10

INAISGOC
INAISGOC mengirimkan Entry by number forms ke

10

11

negara peserta
Negara Peserta mengembalikan Entry by number

10

40

forms ke INAISGOC

No
12

Aktivitas
INAISGOC mengirimkan Entry By name and

Aktivitas yang
Mendahului

Perkiraan Waktu
(hari)

11

10

Accreditation & Sport Entry (Acr&SE) berserta


13

Arc&SE Manuals ke negara peserta


INAISGOC mengirimkan online accreditation user

11

10

14

name &password ke negara peserta


INAISGOC mengirimkan softcopies of Technical

11

10

15

Handbook ke negara peserta


Negara Peserta merevisi Entry by number forms ke

11

20

16

INAISGOC (1)
Negara Peserta revisi terakhir Entry by number forms

15

15

17

ke INAISGOC (2)
INAISGOC menginformasikan The new keydates

16

18

(timeline) ke negara peserta


Entry By name and Accreditation & sport Entry

12,13,14,17

110

(acr&SE) berserta Arc&SE ditutup, negara peserta


mengembalikan Accreditation & Entry By name ke
19

INAISGOC
Validasi Entry By name and Accreditation & sport

18

20

20
21

Entry (acr&SE)
Rapat Koordinasi teknis INAISGOC
Pengecekan lapangan atas laporan kesiapan venue,

19
20

1
5

22
23

akomodasi, transportasi dll


INAISGOC mendistribusikan Pre Valid Card
INAISGOC mendistribusikan Technical Handbooks

20
20

14
14

24

(hard copy) ke negara peserta


Rapat Koordinasi Panitia Nasional dengan pihak-

21, 22,23

25
26
27

pihak terkait
Technical Delegate & CDM meeting
Pre Delegation Registration Meeting
INASIGOC mengirimkan form informasi kedatangan

24
25
26

2
2
7

28

dan keberangkatan oleh negara peserta


Negara peserta mengirimkan kembali form

27

30

informasi kedatangan dan keberangkatan oleh


29

negara peserta
Pengecekan Lokasi Pertandingan oleh negara

28

30
31
32
33
34

peserta
Rapat koordinasi teknis INAISGOC
Delegation Registration Meeting
Pelaksanaan Pertandingan
Penutupan Pertandingan
Evaluasi Pelaksanaan ISG tahun 2013

29
30
31
32
33

2
1
14
1
-

Design jaringan dan lintasan kritis kegiatan ISG 2013 adalah sebagai berikut :

Project Management ( PERT/CPM) Results

Precedence Graph

Berdasarkan model yang dibuat untuk penyelesaian kegiatan ISG 2013, maka
diperoleh jalur kritis seperti pada gambar diatas dengan total waktu penyelesaian
proyek selama 347 hari.

Berdasarkan jadwal ISG 2013 adalah tanggal 22

September sampai 1 Oktober 2013 (421 hari dihitung mulai rapat awal panitia
nasional ISG 2015 pada tanggal 4 Agustus 2014) maka diperoleh nilai Z= 2,93
(x=421, = 399, = 2,042), dan berdasarkan tabel distribusi normal maka
probabilitas penyelesaian proyek mencapai deadline 421 hari adalah sebesar
99,83% (0,4983+0,5=0,9983).
Namun demikian berdasarkan

hasil

penelitian

yang

dilakukan

penulis

perencanaan waktu bisa lebih efektif dari yang telah dilaksanakn selama 421 hari
dapat lebih dipersingkat menjadi 371 hari atau hemat 74 hari.

Anda mungkin juga menyukai