DISUSUN OLEH
HERI NUGROHO
KELAS
39 EKSEKUTIF A
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
JAKARTA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
Republik
sinkronisasi
penyelenggaraan
dan
pemerintahan
pengendalian
di
bidang
urusan
kementerian
pembangunan
manusia.
dalam
Proses
tahapan kegiatan mempunyai tenggang waktu antara satu kegiatan dan kegiatan
lainnya. Selain itu untuk memberikan pelayanan dan kenyamanan seperti
tersediannya akomodasi yang tepat dan transportasi yang efektif kepada para
peserta dan offical dari negara peserta perlu dilakukan perencanaan strategis yang
tepat yang melibatkan berbagai pihak terkait.
Struktur Organisasi INAISGOC
BAB II
LANDASAN TEORI
Metode CPM dan PERT adalah metode penggunaan jaringan yang digunakan
untuk menganalisa proyek oleh para manager dalam membuat perencanaan,
penjadualan dan pengontrolan proyek yang dinilai kompleks. Kedua metode tersebut
dikembangkan pada tahun 1950-an. Meskipun dikembangkan pada saat yang hampir
bersamaan, namun model CPM ini pada mulanya dikembangkan secara terpisah dari
model PERT. Mereka dikembangkan oleh dua lembaga atau organisasi yang
berbeda.CPM dikembangkan oleh Perusahaan DuPont pada tahun 1957 untuk
pembangunan pabrik kimia. Sedangkan PERT dikembangkan oleh perusahaan
konsultan Booz-Allen dan Hamilton pada tahun 1958-1959 untuk penyusunan model
perencanaan dan pengendalian proyek
(Angkatan Laut Amerika).
hukum-hukum
statistik.
Sedangkan
CPM
lebih
memusatkan
perhatiannya pada penemuan waktu percepatan suatu kegiatan dengan biaya minimum
agar proyek bisa selesai dalam waktu tertentu.
berangkai sebagai salah satu alat dasar koordinasi. Ketidaktepatan waktu dari
salah satu kegiatan tentu akan menyebabkan jadwal kegiatan lain berubah.
Dalam proses pengendalian, PERT menjadi pedoman untuk peninjauan
kegiatan, analisis kegiatan dan tindakan koreksi yang bersifat adaptif. Parameter
utama pada model PERT adalah waktu penyelesaian kegiatan. Dalam
kehidupan sehari-hari, kita sering membuat estimasi tentang penyelesaian suatu
pekerjaan atau melihat orang lain memperkirakan waktu penyelesaian dari suatu
pekerjaan secara intuitif. Proses penaksiran atau perkiraan dengan cara
demikian sangat subjektif sifatnya, dan sangat sulit dijabarkan apoalagi di
pelajari.
Model PERT pada dasarnya menjabarkan proses perkiraan tersebut
secara ilmiah ke dalam distribusi Beta sehingga bisa diketahui bagaiman proses
perkiraan waktu penyelesaian suatu kegiatan dilakukan. Selain itu, penjabaran
tersebut juga memungkinkan pembuat keputusan mengetahui tingkat kepastian
waktu penyelesaian suatu kegiatan.
PERT, melalui distribusi Beta, menggunakan perkiraan atau estimasi
waktu untuk menentukan waktu penyelesaian suatu kegiatan agar lebih realistik.
Tiga macam perkiraan waktu tersebut adalah
1. Estimasi waktu optimis (optimistic estimate), dengan notasi a, yaitu perkiraan
waktu yang akan terjadi dengan kemungkinan 1/100 jika segala sesuatu berjalan
dengan baik. Secara statistik, a adalah estimasi batas bawah distribusi
probalitas.
2. Estimasi waktu yang paling mungkin terjadi (most likely estimate), dengan notasi
m, yaitu perkiraan waktu penyelesaian suatu kegiatan yang paling realistik.
Secara statistik, m adalah estimasi terhadap modus atau titik tertinggi dari
distribusi probalitas waktu penyelesaian kegiatan.
3. Estimasi waktu pesimis (pesimistic estimate), dengan notasi b, yaitu perkiraan
waktu yang akan terjadi dengan kemungkinan 1/100 jika segala sesuatu berjalan
a + 4m + b
t =
6
standar deviasi () dari a dan b adalah 6, sehingga variance dari model ini
adalah sebagai berikut :
Varian () = b - a
6
PERT
memang
memerlukan
bagan
Jaringan
Kerja
guna
2
Kegiatan A
Arti dari
(AON)
kegiatan
datang
sebelum B, yang
datang
sebelum
dan
keduanya harus
A
C
diselesaikan
sebelum
B
dapat dimulai
B dan C tidak
dapat di mulai
sebelum
A
1
selesai
C
C
A
A
C
C
C dan D tidak
dapat
dimulai
dimulai setelah
D tidak dapat
dimulai sebelum
B
selesai.
Kegiatan
Dummy
ditunjukan pada
AOA
Dummy
activity
A dan B selesai,
B
selesai
C tidak dapat
C
3
hingga A dan B
keduanya
B dan C tidak
B
A
dapat
D
tidak
dimulai
dimulai
1
hingga A selesai.
D
dapat
sebelum
B dan C selesai.
C
Dummy
activity
Kegiatan dummy
ditunjukan
pada
C
3
AOA.
x -
Z =
besar
biaya
untuk
menyelesaikan
sebuah
proyek
jika
waktu
penyelesaiannya normal
2. Jika waktu penyelesaian suatu proyek harus dipercepat maka berapa besar
biayanya dan kegiatan mana yang harus dipercepat agar biaya percepatan total
minimum.
Dengan demikian ada dua kondisi yang diobservasi oleh model CPM, yaitu :
1. Kondisi penyelesaian proyek secara normal
2. Kondisi penyelesaian proyek yang dipercepat (akselerasi)
Dari dua macam kondisi yang diobservasi tersebut, maka model ini menurunkan
empat macam parameter, yaitu :
1. Waktu penyelesaian normal atau waktu normal
2. Biaya penyelesaian normal atau biaya normal
3. Waktu penyelesaian yang dipercepat atau waktu akselerasi
4. Biaya penyelesaian yang dipercepat atau biaya akselerasi
Jika waktu penyelesaian suatu kegiatan normal, maka biaya langsung yang
terlibat dalam penyelesaian kegiatan itu dikategorikan sebagai biaya normal;
sedangkan jika dilakukan percepatan terhadap sutau kegiatan maka diperlukan
tambahan biaya langsung sebagai biaya percepatan.Waktu untuk menyelesaikan
kegiatan yang lebih cepat dari wkatu normal tersebut dinamakan waktu akselerasi
dan biaya yang berkaitan dengan percepatan kegiatan tersebut dinamakan baiya
akselerasi.Jadi, istilah normal disini semata-mata digunakan untuk membedakan
kondisi normal dari kondisi tidak normal, yaitu waktu yang lebih cepat atau biaya
yang lebih besar. Rumus yang dapat digunakan adalah
dilakukan
dengan
cara
Studi
pustaka.
Sumber Data
Sumber data dari penelitian ini adalah data salah satu event olahraga
Internasional dimana Indonesia mengambil bagian di dalamnya adalah Islamic
Solidarity Games (ISG) yang berasal dari Asisten Deputi Koordinasi Bidang
Olahraga Kedeputian Bidang Pariwisata, Budaya dan Olahraga, Kementerian
Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat.
3.3
Proses Pengolahan Data
3.3.1 Metode Analisis Data
Perencanaan kegiatan-kegiatan proyek merupakan suatu masalah yang sangat
penting sebab perencanaan kegiatan-kegiatan merupakan dasar untuk proyek
dapat dilaksanakan secara optimal. Perencanaan kegiatan-kegiatan tersebut
dapat berupa jadwal, anggaran, pengisian personil, dan urutan langkah
pelaksanaan kegiatan. Selain itu, organisasi memiliki sumber daya yang
terbatas, maka diperlukan perencanaan yang matang dan baik untuk mengelola
sumber daya dan penetapan jadwal kerja proyek. Perencanaan digunakan
sebagai
pedoman
dalam
pelaksanaan
proyek
sehingga
proyek
dapat
dapat
berhasil
dengan
baik.Kemudian
untuk
mengoptimalkan
penyediaan akomodasi untuk Altet dan official peserta ISG 2013 digunakan
metode
transportasi
serta
untuk
membuat
penyusunan
pelayanan
transportasi yang otimal untuk atlet dan official peserta ISG 2013
digunakan metode assignment.
3.3.2 Perhitungan dengan Menggunakan Metode CPM/PERT
Metode CPM dan PERT adalah metode penggunaan jaringan yang digunakan
untuk menganalisa proyek oleh para manager dalam membuat perencanaan,
penjadualan dan pengontrolan proyek yang dinilai kompleks. Kedua metode
tersebut dikembangkan pada tahun 1950-an. Meskipun dikembangkan pada saat
yang hampir bersamaan, namun model CPM ini pada mulanya dikembangkan
secara terpisah dari model PERT. Mereka dikembangkan oleh dua lembaga atau
organisasi yang berbeda. CPM dikembangkan oleh Perusahaan DuPont pada
tahun 1957 untuk pembangunan pabrik kimia. Sedangkan PERT dikembangkan
oleh perusahaan konsultan Booz-Allen dan Hamilton pada tahun 1958-1959
Polaris
menggunakan
hukum-hukum
statistik.
Sedangkan
CPM
lebih
yang
ditunjuk
melalui
Keppres
untuk
menjadi
panita
nasional
penyelenggaraan islamic solidarity games III tahun 2013 yang dalam pelaksanaan
kegiatan ISG 2013 telah membuat suatu perencanaan kegiatan proyek. Proyek
tersebut dari persiapan hingga penutupan kegiatan ISG 2013.
BAB V
ANALISIS dan REKOMENDASI
1. Menghitung ketepatan waktu Penyelenggaran ISG 2013 menggunakan metode
CPM/PERT.
Terkait tugas panitia Nasional INAISGOC, maka dilakukan perencanaan kegiatan
dengan menggunakan metode CPM/Pert. Adapun tahapan kegiatan yang dianalisis
dalam penelitian ini adalah kegiatan yang dilakukan oleh Panitia Nasional
(INAISGOC). Penyelenggaraan ISG 2013 dari tahap persiapan sampai dengan
penutupan meliputi 34 kegiatan. Rincian urutan kegiatan dan waktu yang digunakan
untuk penyelesaian kegiatan dapat dilihat pada tabel berikut :
Rincian Kegiatan Penyelenggaraan ISG 2013
No
Aktivitas
Aktivitas yang
Mendahului
Perkiraan Waktu
(hari)
tim ISSF
Rapat koordinasi teknis INAISGOC dengan pihak-
5,6
pihak terkait
INAISGOC mengirimkan official invitation dan
10
10
INAISGOC
INAISGOC mengirimkan Entry by number forms ke
10
11
negara peserta
Negara Peserta mengembalikan Entry by number
10
40
forms ke INAISGOC
No
12
Aktivitas
INAISGOC mengirimkan Entry By name and
Aktivitas yang
Mendahului
Perkiraan Waktu
(hari)
11
10
11
10
14
11
10
15
11
20
16
INAISGOC (1)
Negara Peserta revisi terakhir Entry by number forms
15
15
17
ke INAISGOC (2)
INAISGOC menginformasikan The new keydates
16
18
12,13,14,17
110
INAISGOC
Validasi Entry By name and Accreditation & sport
18
20
20
21
Entry (acr&SE)
Rapat Koordinasi teknis INAISGOC
Pengecekan lapangan atas laporan kesiapan venue,
19
20
1
5
22
23
20
20
14
14
24
21, 22,23
25
26
27
pihak terkait
Technical Delegate & CDM meeting
Pre Delegation Registration Meeting
INASIGOC mengirimkan form informasi kedatangan
24
25
26
2
2
7
28
27
30
negara peserta
Pengecekan Lokasi Pertandingan oleh negara
28
30
31
32
33
34
peserta
Rapat koordinasi teknis INAISGOC
Delegation Registration Meeting
Pelaksanaan Pertandingan
Penutupan Pertandingan
Evaluasi Pelaksanaan ISG tahun 2013
29
30
31
32
33
2
1
14
1
-
Design jaringan dan lintasan kritis kegiatan ISG 2013 adalah sebagai berikut :
Precedence Graph
Berdasarkan model yang dibuat untuk penyelesaian kegiatan ISG 2013, maka
diperoleh jalur kritis seperti pada gambar diatas dengan total waktu penyelesaian
proyek selama 347 hari.
September sampai 1 Oktober 2013 (421 hari dihitung mulai rapat awal panitia
nasional ISG 2015 pada tanggal 4 Agustus 2014) maka diperoleh nilai Z= 2,93
(x=421, = 399, = 2,042), dan berdasarkan tabel distribusi normal maka
probabilitas penyelesaian proyek mencapai deadline 421 hari adalah sebesar
99,83% (0,4983+0,5=0,9983).
Namun demikian berdasarkan
hasil
penelitian
yang
dilakukan
penulis
perencanaan waktu bisa lebih efektif dari yang telah dilaksanakn selama 421 hari
dapat lebih dipersingkat menjadi 371 hari atau hemat 74 hari.