Anda di halaman 1dari 10

Imunologi Veteriner

LIVE AND KILLED VACCINES

Oleh :
AZA ANNISA UTAMI
1402101010099
KELAS : 04/D

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2016

A. PENGERTIAN VAKSIN
Vaksin adalah suatu produk hayati yang berasal dari jasad renik (bakteri, virus, toksin,
dan lain-lain) yang bersifat merangsang terbentuknya antibodi. (Murtidjo, 1992). Vaksin
adalah bibit penyakit yang telah dilemahkan dan dimasukkan ke dalam tubuh ternak untuk
menimbulkan kekebalan terhadap penyakit tersebut. (Suriyadi, 2010)
Vaksin berfungsi membantu tubuh mempersiapkan diri untuk melawan penyakit.
Vaksin adalah sebuah produk yang menghasilkan kekebalan sehingga melindungi tubuh dari
penyakit. Vaksin diberikan melalui suntikan jarum, melalui mulut dan aerosol (Kesehatan,
2014).
Vaksin berfungsi membantu tubuh mempersiapkan diri untuk melawan penyakit. Pada
dasarnya, vaksin memberi tubuh semacam bocoran karakteristik bakteri, virus atau racun
tertentu sehingga memungkinkan tubuh untuk belajar bagaimana cara mempertahankan diri.
Jika tubuh pada akhirnya diserang oleh patogen tertentu setelah vaksin diberikan, maka
sistem kekebalan tubuh sudah siap untuk melawan serangan tersebut.
Vaksin bisa dalam bentuk hidup atau mati. Keduanya memberikan reaksi. Vaksin
hidup terdiri atas mikroorganisme hidup. Vaksin ini dapat diberikan pada umur lebih muda
daripada vaksin mati, dan diberikan melalui injeksi, air minum, inhalasi, atau tetes mata.
Kontaminasi vaksin harus dicegah karena dapat menimbulkan gangguan yang serius. (Hadi,
2001).
Kebanyakan vaksin diberikan dalam bentuk suntikan atau cairan yang dikonsumsi
melalui mulut. Namun, beberapa vaksin diberikan dengan cara dihirup dalam bentuk aerosol
atau bubuk. Mayoritas vaksin mengandung virus atau bakteri yang telah dilemahkan atau
dibunuh. Sedangkan vaksin jenis lain mengandung racun yang dilemahkan. Meskipun
merupakan agen penyebab penyakit, vaksin bersifat aman bagi tubuh dan tidak menyebabkan
penyakit. Ketika patogen lemah atau yang telah mati diperkenalkan ke dalam aliran darah, sel
B tubuh akan langsung bekerja.

Sel B adalah sel-sel yang bertanggung jawab memerangi patogen penyebab penyakit.
Setelah sel B dirangsang untuk bertindak, antibodi kemudian terbentuk sehingga tubuh
mengembangkan kekebalan terhadap patogen tertentu. Setelah seseorang menerima vaksin
dan memiliki kekebalan, dia biasanya akan terlindungi seumur hidup. Namun, terkadang
vaksin tidak memberikan kekebalan seumur hidup. Sebagai contoh, beberapa vaksin, seperti
tetanus dan pertusis, hanya efektif untuk waktu terbatas. Dalam kasus tersebut, pengulangan
pemberian vaksin diperlukan untuk mempertahankan perlindungan. Dosis vaksin penguat
diberikan pada interval tertentu setelah vaksinasi awal. Dilain pihak, ada vaksin yang harus
diberikan secara teratur. Sebagai contoh, vaksin flu harus diberikan setiap tahun akibat
banyaknya strain flu.
Vaksin yang diberikan pada tahun tertentu umumnya hanya memberikan perlindungan
terhadap strain tertentu dari virus flu, tapi ketika terjadi lagi musim flu tahun depan, vaksinasi
terhadap strain baru mungkin diperlukan. Selain itu, vaksin flu tidak memberikan
perlindungan seumur hidup. Setelah satu tahun, efektivitas perlindungan mungkin telah jauh
berkurang (Anonimus, 2014).
B. VAKSIN MATI DAN VAKSIN HIDUP
Membedakan antara vaksin mati dan vaksin hidup yang dilemahkan dengan melihat
kelebihan dan kekurangan antara kedua jenis vaksin ini :
a. Vaksin mati
Semua vaksin mati, yang pemberiannya harus disuntikkan, dapat juga menimbulkan reaksi
yang berasal dari zat pembawanya. Reaksi yang paling umum adalah terjadinya pembentukan
jendolan pada tempat penyuntikan (granuloma). (Hadi, 2001)

Kelebihannya :
Keuntungan vaksin mati adalah bisa dipergunakan untuk semua orang, yang mengalami
kelainan sistim imunologi atau sistem pertahanan tubuh, misalnya penderita penyakit HIV
AIDs, orang yang dicangkok organ tubuh, pasien ginjal yang melakukan dialisis (cuci) darah
atau pasien yang mendapat pengobatan kortiosteroid.
Karena hanya mengandung bakteri atau virus mati, tidak ada lagi kemungkinan mutasi
genetik dari bibit penyakit kembali menjadi ganas, sehingga aman bagi pemakai vaksin
tersebut. Vaksin mati lebih aman daripada vaksin hidup. (Sudarisman, 2001)
Cara menyimpan vaksin mati ini juga lebih mudah daripada vaksin hidup, cukup disimpan
dalam suhu 2 8C.
Kelemahannya :
Kelemahannya adalah karena bakteri atau virus penyebab penyakitnya telah dimatikan, maka
reaksi perangsangan terhadap sistem imunologi tubuh lebih lemah, sehingga untuk
mendapatkan hasil proteksi yang optimal dan berlangsung lama, diperlukan pengulangan
vaksinasi, yang disebut dosis booster atau dosis penguat ulangan. Sebaliknya Frerichs et al,
(1982) menunjukkan bahwa vaksinasi dengan vaksin inaktif tidak memberikan kekebalan
pada hewan, yang mana gejala klinis masih muncul sama seperti pada kelompok hewan
kontrol yang tidak divaksinasi. Ia juga menyatakan bahwa vaksin inaktif tidak merangsang
respons kekebalan pada tubuh.
Catatan: dalam penelitian vaksin, ditemukan bahwa vaksin mati lebih baik dipakai untuk
mencegah penyakit infeksi karena bakteri daripada penyakit infeksi karena virus.
Contoh Vaksin Mati (Killed Vaccines / Inactivated Vaccines) :

b.

Vaksin Polio Inactivated (IPV)


Vaksin DPT
Vaksin Hepatitis A dan B
Vaksin Hib dan Vaksin Influenza
Vaksin Human Papiloma Virus
Vaksin Demam Typhoid
Vaksin Hidup

Kelebihanannya :

Karena mengandung bibit penyakit hidup yang dilemahkan, sehingga menimbulkan reaksi
rangsangan yang sangat kuat terhadap sistem imunologi tubuh untuk memproduksi zat
antibodi dan reaksi ini bertahan cukup lama bahkan seumur hidup, sehingga tidak
memerlukan mengulang vaksinasi atau dosis booster.
Kelemahannya:
Kelemahanya adalah karena ini mengandung bakteri yang hidup meski telah dilemahkan,
sehingga vaksin jenis ini tidak boleh diberikan untuk wanita hamil, mereka yang mengalami
kelainan sistim imunologi atau sistem pertahanan tubuh, misalnya penderita penyakit HIV
AIDs, orang yang dicangkok organ tubuh, pasien ginjal yang melakukan dialisis (cuci) darah
dan penderita yang diobati dengan kortikosteroid. Dapat menyebabkan infeksi menetap pada
tubuh hewan selama bertahun-tahun. (Sudarisman, 2006)
Karena bibit penyakit masih hidup meskipun telah dilemahkan, masih ada kemungkinan
terjadi mutasi genetik, dimana bibit penyakit menjadi ganas kembali, sehinggga
menimbulkan penyakit bagi penerima vaksin tersebut.
Juga dikatakan bahwa kemungkinan efek samping lebih banyak ditemukan dengan vaksin
hidup yang dilemahkan daripada dengan vaksin mati.
Karena mengandung bibit penyakit yang masih hidup, maka dalam penyimpanan vaksin ini
diperlukan suhu rendah untuk menyimpannya, biasanya adalah suhu -20C.
Catatan : dalam penelitian vaksin, ditemukan bahwa vaksin hidup lebih baik dipakai untuk
mencegah penyakit infeksi karena virus daripada penyakit infeksi karena bakteri.
Contoh vaksin hidup yang dilemahkan (Live Attenauted Vaccines) :

Vaksin MMR
Vaksin Oral Polio (OPV)
Vaksin Varicella
Vaksin Yellow Fever / Demam Kuning
Vaksin Rotavirus

Vaksinasi atau imunisasi aktif ialah suatu tindakan yang dengan sengaja memberikan
paparan antigen dari suatu patogen yang akan menstimulasi sistem imun dan menimbulkan
kekebalan sehingga nantinya anak yang telah mendapatkan vaksinasi tidak akan skait jika
terpajan oleh antigen serupa. Antigen yang diberikan dalam vaksinasi dibuat sedemikian rupa
sehingga tidak menimbulkan sakit, namun dapat memproduksi limfosit yang peka, antibodi,
maupun sel memori. Sedangkan Imunisasi pasif dilakukan dengan memberikan
imunoglobulin yang hanya memberikan kekebalan sementara. Waktu paruh IgG adalah 28
hari, sedangkan imunoglobulin yang lain (IgM, IgA, IgE, IgD) memiliki waktu paruh yang
lebih pendek. Oleh karena itu imunisasi yang rutin diberikan pada anak adalah imunisasi
aktif, yaitu vaksinasi. (Luciana, 2009).

DAFTAR PUSTAKA

Hadi, Upik K. 2001. Pelaksanaan Biosekuritas Pada Peternakan Ayam. Bagian Parasitologi
dan Entomologi Kesehatan. Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat
Veteriner. Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Bogor.
Luciana P, Yusie. 2009. Kelengkapan Imunisasi Dasar Anak Balita dan Faktor Yang
Berhubungan Di Rumah Sakit Mary Cileungsi Hijau Bogor. FK UI.
Murtidjo, Bambang A. 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ayam. Yogyakarta : Kaninus
Supriyadi. 2010. Itik Hibrida Unggul. Jakarta : Penebar Swadaya.
Sudarisman, 2001. Respons Klinis Sapi Bali Yang Divaksin Terhadap Uji Tantang
Dengan Bovine Herpes Virus-1 Isolat Lokal. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner Vol. 6
No.3
Sudarisman, 2006. Tingkat Efikasi Berbagai Vaksin IBR Inaktif yangdibuat dari Virus Isolat
Lokal pada Sapi Perah di Kabupaten Bandung yang Diuji dengan UjiSerum
Netralisasi. Jurnal Veteriner. 2006 Vol. 7(4): p. 139-147

Anda mungkin juga menyukai