Anda di halaman 1dari 4

DINAS KESEHATAN KABUPATEN MANOKWARI

PUSKESMAS PASIR PUTIH


Alamat : Jl. Raya Pasir Putih - Manokwari, Papua Barat

KERANGKA ACUAN
PERAWATAN DIRI
I. PENDAHULUAN
KUSTA/ LEPROSY/ MORBUS HANSEN adalah penyakit menular menahun/
kronis yang disebabkan oleh Mycobakterium Leprae yg menyerang terutama kulit ,
syaraf dan organ lainnya kecuali susunan syaraf pusat yang jika tidak di obati
menimbulkan kecacatan. Sampai saat ini hanya manusia yg dianggap sebagai
sumber penularan.Proses Penularan melalui kontak erat dan lama (saluran
pernapasan , kulit yang terbuka) pada orang yang belum pernah berobat khususnya
tipe MB. Jenis klasifikasi kusta dibagi dalam 2 tipe yaitu tipe kusta kering /
Pausibacillary (PB) dan kusta basah / Multibacillary (MB).
Permasalahan penyakit kusta ini bila dikaji secara mendalam merupakan
permasalahan yang sangat kompleks,dan merupakan permasalahan kemanusiaan
seutuhnya. Masalah yang dihadapi pada penderita bukan hanya dari medis saja tetapi
juga adanya masalah psikososial sebagai akibat penyakitnya. Dalam keadaan ini
warga masyarakat berupaya menghindari penderita, sebagai akibat dari masalahmasalah tersebut akan mempunyai efek atau pengaruh terhadap kehidupan bangsa
dan negara, karena masalah masalah tersebut dapat mengakibatkan penderita kusta
menjadi tuna sosial, tuna wisma, tuna karya, dan ada kemungkinan mengarah untuk
melakukan kejahatan atau gangguan di lingkungan masyarakat . Program
pemberantasan penyakit menular bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit ,
menurunkan angka kesakitan dan angka kematian serta mencegah akibat buruk lebih
lanjut sehingga memungkinkan tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat .
Di indonesia pengobatan dan perawatan penderita kusta secara terintegrasi
dengan unit pelayanan kesehatan ( puskesmas sudah dilakukan sejak pelita I)adapun
sistem pengobatan yang dilakukan sampai awal pelita III yakni tahun 1992,
pengobatan dengan kombinasi Multi Drug Treatment ( MDT) mulai di gunakan di
indonesia.
Indonesia hingga saat ini merupakan salah satu negara dengan beban penyakit
kusta yang tinggi.pada tahun 2013 indonesia merupakan urutan ke tiga di dunia
setelah india dan brasil. Tahun 2013 indonesia memiliki jumlah kasus kusta baru
sebanyak 16.856 kasus dan jumlah kecacatan tingkat 2 diantara penderita baru

sebanyak 9, 86% (WHO, 2013) penyakit kusta merupakan salah satu dari delapan
penyakit terabaikan yang masih ada di Indonesia , yaitu filaria, kusta Frambusia ,
Degue, Helmithiarsis shitso miasis , Rabies, dan teaniasis . indonesia sudah
mengalami kemajuan yang pesat dalam pembangunan di segala bidang termasuk
kesehatan, namun kusta sebagai penyakit kuno masih ditemukan.
II.

A.

B.

LATAR BELAKANG
Hingga kini, kusta seringkali terabaikan meskipun kusta tidak secara langsung
termasuk ke dalam pencapaian Milinium Development Goals ( MDGs), namun
terkait erat dengan lingkungan yaitu sanitasi. Penggunaan air bersih dan sanitasi
akan sangat membantu penurunan angka kejadian penyakit menular.beban akibat
penyakit kusta bukan hanya karena masih tingginya jumlah kasus yang ditemukan
tetapi juga kecatatan yang di akibatkannya, Indonesia sudah mencapi eliminasi di
tingkat nasional, namun saat ini masih ada 14 propinsi yang mempunyai beban tinggi
yaitu Banteng, Sulteng, Aceh , Sultra, Jatim, Sulsel, Sulbar, Sulut, Gorontalo,
Maluku, Maluku utara, Papua, Papua Barat, dan Kalimantan Utara.
Dampak sosial terhadap penyakit kusta ini sedemikian besarnya , sehingga
menimbulkan keresahan yang sangat mendalam . tidak hanya pada penderita sendiri
tetapi keluarganya, masyarakat dan negara. Hal ini mendasari konsep prilaku
penerimaan penderita terhadap penyakitnya, dimana untuk kondisi ini penderita
masih banyak menganggap bahwa penyakit kusta merupakan penyakit menular,
tidak dapat di obati , penyakit keturunan, penyakit kutukan dari Tuhan, najis, dan
menyebabkan kecacatan. Akibat anggapan yang salah ini penderita merasa putus asa
dan tidak tekun untuk berobat. Hal ini dibuktikan dengan kenyataan bahwa penyakit
mempunyai kedudukan yang khusus diantara penyakit-penyakit yang lain . hal
inidisebabkan karena adanya leprohobia (rasa takut yang berlebihan terhadap kusta).
Leprophobia ini timbul karena pengertian penyakit kusta yang salah dan cacat yang
ditimbulkan sangat menakutkan. Dari sudut pengalaman nilai budaya sehubungan
dengan upaya pengendalian Leprophobia dan bermanifestasi sebagai rasa jijik dan
takut pada penderita kusta tanpa alasan yang rasional. Terdapat kecendrungan bahwa
masalah kusta telah beralih dari masalah kesehatan ke masalah sosial.

III. TUJUAN
Tujuan Umum
Meningkatkan cakupan pelayanan program kusta sesuai dengan masalah yng
ada, sehingga dapat meningkatkan penemuan secara dini, penderita kusta baru
dan bisa mengobati pasien kusta secara sempurna.
Tujuan Khusus
1. meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam upaya deteksi
dini kusta, pegobatan kusta dan tidak ada diskriminasi terhadap penderita
kusta.
2. mempertahankan dan meningkatkan keterampilan petugas kesehatan di unit
pelayanan dalam tata laksana pasien kusta.
IV. VISI DAN MISI
Visi : masyarakat sehat bebas kusta yang mandiri dan berkeadilan
Misi :

1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat


2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedia upaya kesehatan
yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan,
3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan
V. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
Dalam gedung:
a. Melakukan pemeriksaan dan tatalaksana penyakit kusta
b. Penemuan kasus dengan cara survai kontak
c. Pengobatan dan penggendalian pengobatan kusta
d. Melakukan pencegahan cacat dan perawatan diri penderita kusta
e. Melakukan rujukan diagnosis pada kasus Kusta yang tidak bisa ditangani di
puskesmas.
f. Pelayanan konseling
g. Membuat pencatatan dan pelaporan kegiatan,
Kegiatan diluar gedung :
a. Melakukan pencarian kasus penderita secara aktif ( pelacakan kasus kunjungan
rumah dan pelacakan kontak)
b. Melaksanakan pelacakan kasus mangkir Kusta
c. Melakukan koordinasi lintas sektor dan tokoh masyarakat dalam rangka
pencegahan dan pengendalian penyakit kusta
d. Membuat pencatatan dan pelaporan kegiatan
Cakupan kegiatan di upayakan semaksimal mungkin sesuai target program yang
sudah di tentukan oleh dinas kesehatan
VI. SASARAN
Penderita Kusta pada khususnya serta keluarga dan masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Pasir Putih.
VII.
BIAYA
Biaya dibebankan pada Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)
VIII.PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN
Sistem pencatatan dan laporan digunakan untuk sistematika, evaluasi kemajuan
dan hasil pengobatan pasien. Data untuk program pengendalian kusta diperoleh dari
pencatatan dan pelaporan kusta. Pencatatan dan pelaporan kusta yang direkap dan
dilaporkan ke tingkat kabupaten setiap bulannya sesuai dengan format laporan yang
di tentukan .

Mengetahui,
Kepala Puskesmas Pasir Putih

RAHIMI

RAHIMI

Anda mungkin juga menyukai