Unud-438-1409560019-Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan Terhadap Penerimaan Retr PDF
Unud-438-1409560019-Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan Terhadap Penerimaan Retr PDF
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan
kesejahteraan
dan
kemakmuran
rakyat,
memperluas
dan
2005 disusulnya kejadian tragedi Bom Bali II, sehingga berpengaruh terjadinya
penurunan jumlah kunjungan wisatawan pada tahun 2006.
Wisatawan yang mengunjungi obyek obyek wisata di Kabupaten
Gianyar dikenakan retribusi sebagai upaya untuk menggali potensi daerah dalam
rangka peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Perkembangan retribusi
obyek wisata, Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Gianyar periode tahun 1991 2010 dapat dilihat pada Tabel 1.2 sebagai berikut :
Tabel 1.2
Retribusi Obyek Wisata dan Pendapatan Asli Daerah
Kabupaten Gianyar, 1991 2010
Tahun
Retribusi Obyek Wisata
Pendapatan Asli Daerah
(Juta Rp)
(Juta Rp)
1991
1.309
244
1992
1.571
250
1993
1.842
255
1994
2.740
276
1995
763
5.318
1996
1.002
8.278
1997
1.053
9.097
1998
1.837
20.079
1999
1.991
26.377
2000
1.605
27.036
2001
2.264
50.107
2002
1.848
54.386
2003
1.426
37.131
2004
2.043
48.541
2005
2.107
55.006
2006
2.186
67.838
2007
2.900
75.129
2008
3.411
96.922
2009
4.176
112.724
2010
8.493
153.617
Sumber Data : Laporan Dinas Pendapatan Kabupaten Gianyar 2011.
Berdasarkan Tabel 1.2 dapat dilihat penerimaan retribusi obyek wisata dan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Gianyar secara garis besar mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun, penurunan hanya terjadi pada tahun 2003.
Penurunan tersebut disebabkan
Oktober 2002.
Dalam rangka pembangunan daerah, sektor pariwisata memegang peranan
yang
menentukan
dan
dapat
sebagai
katalisator
untuk
meningkatkan
Tabel 1.3
Anggaran Pembangunan Daerah Kabupaten Gianyar
Tahun 1991 2010
Tahun
Anggaran Pembangunan
Pertumbuhan (%)
Daerah
(Juta Rp)
1991
34.780
1992
35.909
3,14
1993
36.357
1,23
1994
36.897
1,47
1995
37.450
2,48
1996
44.033
14,96
1997
52.373
15,93
1998
62.931
16,78
1999
99.752
36,92
2000
102.784
2,95
2001
252.940
59,07
2002
305.664
17,25
2003
339.330
9,03
2004
401.786
15,55
2005
421.087
4,59
2006
435.111
3,33
2007
560.121
22,32
2008
692.285
19,10
2009
708.115
2,24
2010
806.371
12,22
Rata-rata Pertumbuhan
16,71
Sumber Data : Laporan Bagian Keuangan Setda Kabupaten Gianyar 2011
Berdasarkan data Tabel 1.3 dapat dilihat bahwa anggaran pembanguna
Kabupaten Gianyar meningkat dari tahun ke tahun, dengan rata-rata pertumbuhan
sebesar 16,71 persen.
Sektor industri pariwisata sebagai salah satu sektor yang diandalkan bagi
penerimaan daerah maka Pemerintah Kabupaten Gianyar dituntut untuk dapat
menggali dan mengelola potensi pariwisata yang dimiliki sebagai usaha untuk
mendapatkan sumber dana melalui terobosan-terobosan baru dalam upaya
membiayai pengeluaran daerah. Terobosan dimaksud salah satunya adalah dengan
sehingga
akan meningkatkan
penerimaan daerah terutama retribusi obyek wisata dan juga akan mempengaruhi
kegiatan perekonomian masyarakat
sekitarnya, sehingga
nantinya dapat
1.3
1.3.2
Kegunaan Penelitian.
1) Secara akademis, penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan dalam
memberikan acuan, informasi dan rangsangan kepada pihak lain untuk
melakukan penelitian lebih lanjut.
2) Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi
pemerintah daerah Kabupaten Gianyar khususnya dalam rangka
menggali potensi dan sumber-sumber peningkatan Pendapatan Daerah
dalam rangka pembangunan daerah Kabupaten Gianyar .
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Wisata
Dalam undang-undang Nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan
menyebutkan
kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk
menikmati obyek dan daya tarik wisata. Jadi pengertian wisata mengandung unsur
sementara dan perjalanan itu seluruhnya atau sebagian bertujuan untuk menikmati
obyek atau daya tarik wisata. Unsur yang terpenting dalam kegiatan wisata adalah
tidak bertujuan mencari nafkah, tetapi apabila di sela-sela kegiatan mencari
nafkah itu juga secara khusus dilakukan kegiatan wisata, bagian dari kegiatan
tersebut dapat dianggap sebagai kegiatan wisata.
Yoeti (1996 : 100) menyebutkan Wisata adalah kegiatan perjalanan atau
sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat
sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Wisata adalah bepergian
bersama-sama untuk memperluas pengetahuan, bersenang-senang, dsb.
2.2
Pariwisata
Undang-undang Nomor 10 tahun 2009, menyebutkan pariwisata adalah
daya
tarik
wisata
serta
usaha-usaha
yang
berhubungan
11
dengan
(2) Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata seperti: kawasan wisata,
taman rekreasi, kawasan peninggalan sejarah, museum, waduk,
pagelaran seni budaya, tata kehidupan masyarakat atau yang bersifat
alamiah: keindahan alam, gunung berapi, danau, pantai,
(3) Pengusahaan jasa dan sarana pariwisata yaitu: usaha jasa pariwisata
(biro perjalanan wisata, agen perjalanan wisata, pramuwisata,
konvensi, perjalanan insentif dan pameran, impresariat, konsultan
pariwisata, informasi pariwisata), usaha sarana pariwisata yang terdiri
dari akomodasi, rumah makan, bar, angkutan wisata.
Beberapa ahli juga mengemukakan pengertian pariwisata, antara lain
Hunziker dan Kraff (Pendit, 1995:38) menyatakan pariwisata adalah sejumlah
hubungan-hubungan dan gejala-gejala yang dihasilkan dari tinggalnya orangorang asing, asalkan tinggalnya mereka ini tidak menyebabkan timbulnya tempat
tinggal serta usaha-usaha yang bersifat sementara atau permanen sebagai usaha
mencari kerja penuh. Sejalan dengan ahli tersebut, (Spillane, 1987:21)
mengemukakan bahwa pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat
lain, bersifat sementara dilakukan secara perorangan maupun kelompok, sebagai
usaha untuk mencari keseimbangan atau keserasian dan kebehagiaan dengan
lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya juga alam dan ilmu.
Pengertian pariwisata akan terus tidak tepat (inprecise), karena begitu
banyak bisnis, pemerintah dan peneliti-peneliti terlibat di dalamnya, dan juga
karena perubahan cepat yang terjadi dalam pariwisata (Lunberg, Stavenga dan
Krishnamoorthy, 1997).
12
2. 3
Kepariwisataan.
Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
13
2. 4
Wisatawan.
Wisatawan adalah orang-orang yang melakukan kegiatan wisata (Undang-
undang nomor 10 tahun 2009). Jadi menurut pengertian ini, semua orang yang
melakukan perjalanan wisata dinamakan wisatawan. Apapun tujuannya yang
penting, perjalanan itu bukan untuk menetap dan tidak untuk mencari nafkah
ditempat yang dikunjungi. Pacific Area Travel Association memberi batasan
bahwa wisatawan sebagai orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan
dalam jangka waktu 24 jam dan maksimal 3 bulan di dalam suatu negeri yang
bukan negeri di mana biasanya ia tinggal, mereka ini meliputi:
(a) orang-orang
Jenis Pariwisata
Seorang wisatawan mengadakan perjalanan wisata karena didorong oleh
berbagai motif yang tercermin dalam berbagai macam jenis pariwisata. Bagi
14
daerah sangat perlu mempelajari motif ini karena berhubungan dengan fasilitas
yang perlu disiapkan dan program-program promosinya. Spillane (1987)
membedakan jenis pariwisata, yaitu : (a) pariwisata untuk menikmati perjalanan
(pleasure tourism). Bentuk pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang
meninggalkan tempat tinggalnya untuk berlibur, untuk mencari udara segar yang
baru, untuk memenuhi kehendak ingin tahunya, untuk mengendorkan ketegangan
sarafnya, untuk melihat sesuatu yang baru, untuk menikmati keindahan alam,
untuk mengetahui hikayat rakyat setempat, untuk mendapatkan ketenangan dan
kedamaian di daerah luar, untuk menikmati hiburan di kota-kota besar, atau untuk
ikut serta dalam keramaian pusat-pusat pariwisata, (b) Pariwisata untuk rekreasi
(recreation tourism). Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang
menghendaki
pemanfaatan
hari-hari
liburnya
untuk
beristirahat,
untuk
15
dalam festival-festival seni musik, teater rakyat, (d) pariwisata untuk olah raga
(sport tourisnm). Jenis ini dibagi dua kategori: (i) big sport events, yaitu
peristiwa-peristiwa olah raga besar seperti olimpic games, kejuaraan ski dunia,
kejuaraan sepak bola dunia, dan lain-lain yang menarik perhatian. Tidak hanya
atlitnya saja, tetapi juga ribuan penonton dan penggemarnya, (ii) sporting
tourisnm of the practitioners, yaitu peristiwa olah raga bagi mereka yang ingin
berlatih dan mempraktekkan sendiri, seperti pendakian gunung, berburu,
memancing, arung jeram dan lain-lain. Negara / daerah yang memiliki fasilitas
atau tempat olah raga ini tentu dapat menarik sejumlah penggemarnya, (e)
pariwisata untuk usaha dagang (business tourism). Menurut beberapa ahli teori,
perjalanan usaha ini adalah bentuk profesional travel atau perjalanan karena ada
kaitannya dengan pekerjaan atau jabatan. Dalam istilah business tourism tersirat
tidak hanya profesional trips yang dilakukan kaum pengusaha atau industrialis.
Tetapi juga mencakup semua kunjungan ke pameran, kunjungan ke instalasi
teknis yang bahkan menarik orang-orang di luar profesi ini. Juga harus
diperhatikan bahwa kaum pengusaha tidak hanya bersikap dan berbuat sebagai
konsumen, tetapi dalam waktu-waktu bebasnya, sering berbuat sebagai wisatawan
biasa dalam pengertian sosiologis karena mengambil dan memanfaatkan
keuntungan dari atraksi yang terdapat di negara lain tersebut, (f) pariwisata untuk
berkonvensi (convention tourism). Peranan jenis pariwisata ini makin lama makin
penting. Banyak negara yang menyadari besarnya potensi ekonomi dari jenis
pariwisata ini sehingga mereka saling berlomba untuk menyiapkan dan
mendiirkan bangunan-bangunan yang dilengkapi dengan fasilitas khusus.
16
Bentuk pariwisata
Bentuk-bentuk pariwisata menurut Pendit (1994:39) dikatagorikan sebagai
berikut: (a) menurut asal wisatawan. Pertama-tama perlu diketahui apakah asal
wisatawan ini dari dalam atau luar negeri. Kalau asalnya dari dalam negeri yang
berarti hanya pindah tempat sementara dinamakan pariwisata domestik /
nusantara, sedangkan jika dari luar negeri dinamakan pariwisata internasional /
mancanegara, (b) menurut akibat terhadap neraca pembayaran, kedatangan
wisatawan asing akan membawa valuta asing dan ini berarti memberi efek positif
terhadap neraca pembayaran, ini disebut pariwisata aktif. Jika kepergian warga
negara ke luar negeri akan membawa efek negatif terhadap neraca pembayaran
disebut pariwisata pasif, (c) menurut jangka waktu. Kedatangan wisatawan
diperhitungkan menurut lamanya ia tinggal. Hal ini menimbulkan istilah-istilah
pariwisata jangka panjang dan jangka pendek. Spillane (1987:33) menambahkan
dengan istilah pariwisata ekskursi yaitu perjalanan wisata tidak dari 24 jam dan
tidak menggunakan fasilitas akomodasi, (d) menurut jumlah wisatawan datang
sendirian atau rombongan maka timbul istilah pariwisata tunggal dan pariwisata
rombongan, (e) menurut alat angkut yang digunakan. Dilihat dari alat angkut yang
digunakan oleh wisatawan, maka dapat dibagi menjadi pariwisata laut, pariwisata
17
Pengertian Retribusi
Pendapatan Asli Daerah merupakan salah satu sumber penerimaan daerah
yang
berlaku,
yang
digunakan
untuk
18
membiayai
2)
3)
19
4)
5)
20
21
memungut bayaran untuk barang dan layanan yang disediakan pemerintah pada
masyarakat berpangkal pada efisiensi ekonomis. Teori ekonomi mengatakan,
harga barang atau layanan jasa yang diberikan pada masyarakat hendaknya
didasarkan pada biaya tambahan (marginal cost), yakni biaya untuk melayani
konsumen yang terkhir (Devas, dkk. 1989:95). Menurut Santoso (1995:21-22)
terdapat berbagai pendapat pro dan kontra mengenai perlu tidaknya penyediaan
suatu barang dan jasa dikenakan retribusi. Mereka yang setuju pengenaan retribusi
berpijak pada beberapa pendapat sebagai berikut:
1) Jika penyediaan suatu barang/jasa memberikan manfaat pribadi (privat),
maka retribusi merupakan solusi untuk menutup biaya yang dikeluarkan.
Namun jika manfaat yang diberikan mengandung unsur barang publik,
maka pajak merupakan alternatif pembiayaan yang terbaik. Namun
sangat mungkin suatu penyediaan barang/jasa mengandung kedua unsur
manfaat tersebut untuk itu apabila unsur manfaat pribadinya lebih besar
daripada public goodsnya, maka proporsi pembiayaan dari pajak lebih
tinggi dibandingkan dengan retribusi. Sebaliknya jika unsur private
goodsnya lebih besar maka unsur pembiayaan dari retribusi lebih
dominan dibandingkan dengan pajak.
2) Retribusi merupakan media untuk allocative economic efficiency.
Retribusi merupakan sinyal harga dari barang/jasa yang disediakan
pemerintah. Tanpa harga, permintaan dan penawaran tidak akan
mencapai harga keseimbangan dan akibatnya alokasi sumber daya tidak
akan mencapai efisiensi ekonomi.
22
barang/jasa,
dimana
assesment
dan
enforment
lebih
mudah
23
pemborosan.
Selain
itu
cara-cara
ini
lebih
mudah
untuk
disalahgunakan.
Koho (2001:154) mengatakan bahwa retribusi yang diserahkan kepada daerah
cukup memadai, baik dalam jenis maupun jumlahnya. Namun hasil rill yang dapat
disumbangkan sektor ini bagi keuangan daerah masih sangat terbatas karena tidak
semua jenis retribusi yang dipungut Kabupaten/Kota memiliki prospek yang
cerah. Lebih lanjut Koho memberikan ciri-ciri pokok retribusi daerah sebagi
berikut :
a) Retribusi dipungut daerah
b) Dalam pungutan retribusi terdapat prestasi yang diberikan daerah yang
langsung
dapat ditunjuk
24
ciri utama yang menunjukkan suatu daerah otonom mampu berotonomi terletak
pada kemampuan keuangan daerah. Daerah otonom harus memiliki kewenangan
dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan sendiri, mengelola,
dan menggunakannya untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerahnya
Ketergantungan kepada bantuan pusat harus seminimal mungkin, sehingga
Pendapatan Asli Daerah dapat menjadi bagian sumber keuangan terbesar, yang
didukung oleh kebijakan perimbangan keuangan pusat dan daerah sebagai
prasyarat mendasar dalam system pemerintahan Negara Menurut Mahi (2000:5859) Pendapatan Asli Daerah masih belum bisa diandalkan sebagai sumber
pembiayaan dalam mengantisipasi desentralisasi dan proses otonomi, hal tersebut
dikarenakan oleh beberapa hal yaitu :
1) Relatif rendahnya basis pajak/retribusi daerah.
2) Peranannya yang tergolong kecil dalam total penerimaan daerah.
3) Kemampuan administrasi pemungutan di daerah yang masih rendah.
4) Kemampuan perencanaan dan pengawasan keuangan yang lemah.
Ketidakmampuan Pendapatan Asli Daerah sebagai sumber pembiayaan
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan disebabkan karena selama ini
pemerintah belum mampu untuk menggali dan mengembangkan sumber sumber
penerimaan yang terdapat di daerahnya. Hal tersebut terlihat banyaknya potensi
penerimaan daerah yang belum digali dan dipungut sebagaimana mestinya.
Selama ini daerah dalam pemungutan sumber penerimaan daerah menggunakan
sistem target yang hendak dicapai dalam pemungutan. Target yang ditetapkan
oleh daerah cenderung tidak berdasarkan pada potensi riil yang terdapat di daerah,
25
melainkan berdasarkan pada target tahun lalu ditambah dengan tunggakan tahun
tersebut. Pemerintah daerah secara umum masih menghadapi permasalahan dalam
pengelolaan penerimaan daerah terutama yang bersumber dari Pendapatan Asli
Daerah. Permasalahan tersebut disebabkan oleh kurangnya sumber daya manusia
dalam mengelola penerimaan di daerah. Menurut Mardiasmo (2002:146) masalahmasalah tersebut sebagai berikut.
1) Tingginya tingkat kebutuhan daerah yang tidak sesuai dengan kapasitas fiscal
yang dimiliki daerah, sehingga menimbulkan fiscal gap.
2) Kualitas layanan publik yang masih memprihatinkan menyebabkan produk
layanan publik yang sebenarnya dapat dijual kepada masyarakat direspon
secara negatif, sehingga menyebabkan keengganan masyarakat untuk taat
membayar pajak dan retribusi daerah.
3) Lemahnya infrastruktur prasarana dan sarana umum.
4) Berkurangnya dana bantuan dari pusat (DAU dari pusat yang tidak
mencukupi)
5) Belum diketahuinya potensi PAD yang mendekati kondisi riil.
26
27
Laba
atas
Penyertaan
Modal
Pada
Perusahaan
Milik
Daerah/BUMD
(1) Bank Pembangunan Daerah Bali
(2) PDAM
(3) Perusahaan Daerah Bank Werdhi Sedana
(4) Perusahaan Daerah Mandara Giri
4) Lain - Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah
(1) Penerimaan Jasa Giro
(2) Lain lain Pendapatan.
2.9
daerah dijelaskan bahwa sumber pendapatan daerah terdiri atas: (a) pendapatan
asli daerah, yaitu (i) hasil pajak daerah, (ii) hasil retribusi daerah, (iii) hasil
perusahaan milik daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan,
dan (iv) lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, (b) dana perimbangan, (c)
pinjaman daerah, (d) lain-lain pendapatan daerah yang asli. Kemampuan daerah
dalam melaksanakan otonominya sangat ditentukan atau tergantung dari sumbersumber pendapatan asli daerah (PAD). Pemerintah daerah dituntut untuk dapat
menghidupi dirinya sendiri dengan mengadakan pengelolaan terhadap potensi
yang dimiliki, untuk itu usaha untuk mendapatkan sumber dana yang tepat
merupakan suatu keharusan. Terobosan-terobosan baru dalam memperoleh dana
untuk membiayai pengeluaran pemerintah daerah harus dilakukan, salah satunya
28
sumber
murni
penerimaan
daerah
yang
selalu
diharapkan
29
30
BAB III
KERANGKA BERFIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1
Kerangka Berfikir
Kepariwisataan dikembangkan tidak hanya untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi, tetapi mempunyai tujuan yang luas meliputi aspek sosial-budaya, politik
dan hankamnas. Walaupun demikian tujuan ekonomis sangat menonjol, lagi pula
aspek non ekonomis pembangunan pariwisata sangat erat terkait dengan tujuan
ekonominya.
Secara spesifik pengembangan pariwisata diharapkan dapat memperbesar
penerimaan devisa, memperluas dan memeratakan kesempatan kerja dan
kesempatan berusaha, serta mendorong pembangunan daerah. Sektor pariwisata
juga diharapkan sebagai lokomotif (penggerak) dan magnit (pemicu) dalam
memperbaiki kondisi ekonomi.
Pemerintah Kabupaten Gianyar sebagai salah satu Kabupaten di berusaha
menggali sumber-sumber keuangan sendiri, mengelola dan menggunakan
keuangan sendiri yang cukup memadai untuk membiayai penyelengaraan
pemerintah daerah, salah satu sector yang potensial untuk dikembangkan adalah
sektor pariwisata. Peningkatan pendapatan di sector pawisata berjalan melalui
kunjungan wisatawan ke obyek wisata sehingga memberikan sumbangan retribusi
obyek wisata dan nantinya akan memberikan sumbangan/pemasukan bagi
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Gianyar itu sendiri. Meningkatnya
Pendapatan Asli Daerah (PAD) akan memberikan posisi yang lebih baik untuk
31
Promosi Pariwisata
Meningkatnya Pendapatan
Asli Daerah
(PAD)
Meningkatnya Retribusi
Obyek Wisata
Anggaran Pembangunan
32
3.2
Konsep Penelitian
Berdasarkan uraian diatas dapat digambarkan kerangka konsep penelitian
Jumlah Kunjungan
Wisatawan
(X1)
Pendapatan Asli
Daerah
(X3)
Anggaran
Pembangunan
Daerah
(Y)
Penerimaan
Retribusi Obyek
Wisata
(X2)
Gambar 3.2
2)
3)
33
4)
5)
6)
34
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1
Rancangan Penelitian
Untuk melihat, mengetahui serta melukiskan keadaan yang sebenarnya
secara rinci dan aktual dengan melihat masalah dan tujuan penelitian seperti yang
telah disampaikan sebelumnya, maka metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini jelas mengarah pada penggunaan metode penelitian kuantitatif,
penelitian kuantitatif merupakan analisis yang berupa angka-angka sehingga dapat
diukur dan dihitung. Disamping menggunakan metode kuantitatif penelitian ini
juga menggunakan metode analisis jalur (Path Analisys), dengan menggunakan 4
(empat) variabel pengukuran, yaitu jumlah kunjungan wisatawan, penerimaan
retribusi obyek wisata, pendapatan asli daerah (PAD) dan Anggaran
Pembangunan daerah Kabupaten Gianyar.
4.2
dilaksanakan
di
Kabupaten
Gianyar
dengan
alasan
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan September 2011 sampai dengan bulan
Desember 2011.
35
4.3
dilakukan
sekunder yang digunakan adalah data runtun waktu (time series) 20 (duapuluh)
tahun. Sumber-sumber data sekunder diperoleh melalui Instansi Pemerintah
36
Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat tiga jenis variabel yaitu variabel bebas,
variabel terikat dan variabel intervening. Ketiga variabel tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1) Variabel Jumlah Kunjungan Wisatawan, merupakan variabel exogen.
2) Variabel Penerimaan retribusi Obyek Wisata, merupakan variabel
intervening yang mempengaruhi hubungan variabel jumlah kunjungan
wisatawan dan variabel pendapatan asli daerah serta hubungan variabel
jumlah kunjungan wisatawan dan variabel anggaran pembangunan daerah.
3) Variabel Pendapatan Asli Daerah, merupakan variabel intervening kedua
yang mempengaruhi hubungan variabel jumlah kunjungan wisatawan dan
variabel anggaran pembangunan daerah serta hubungan variabel
penerimaan retribusi obyek wisata dan variabel anggaran pembangunan
daerah.
4) Variabel Anggaran Pembangunan Daerah, merupakan variabel endogen.
37
4.5
4.6
Prosedur Penelitian
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan
38
2)
3)
4.7
terdapat suatu variable yang berperan ganda yaitu sebagai variabel independen
39
pada suatu hubungan, namun menjadi variabel dependen pada hubungan lain
mengingat adanya hubungan kausalitas yang berjenjang. Bentuk hubungan seperti
ini membutuhkan alat analisis yang mampu menjelaskan sistem secara simultan.
Kerlinger (2002: 990) menyebutkan bahwa dengan menggunakan analisis jalur
akan dapat dihitung pengaruh langsung dan tidak langsung antar variabel.
Penelitian Pengaruh Jumlah Kunjungan wisatawan ke Obyek Wisata
terhadap Penerimaan Retribusi Obyek Wisata, Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan
Anggaran Pembangunan Daerah Kabupaten Gianyar tahun 1991 - 2010 dapat
diilustrasikan ke dalam jalur seperti pada Pada Gambar 4.1, dapat dijelaskan
bahwa Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Obyek Wisata (X1) dapat berpengaruh
langsung terhadap anggaran pembangunan daerah (Y), tetapi dapat juga
pengaruhnya tidak langsung yaitu melalui Penerimaan Retribusi Obyek Wisata
(X2) lebih dahulu baru ke anggaran pembangunan daerah (Y). Begitupula Jumlah
Kunjungan Wisatawan
terhadap anggaran pembangunan daerah (Y), tetapi dapat juga pengaruhnya tidak
langsung yaitu lewat PAD (X3) lebih dahulu baru ke anggaran pembangunan
daerah (Y)
Pengaruh langsung Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Obyek Wisata (X1)
terhadap Penerimaan Retribusi Obyek Wisata (X2) ditunjukkan oleh koefisien
jalur b1, terhadap Anggaran Pembangunan Daerah ditunjukkan dengan b4.
Pengaruh langsung Penerimaan Retribusi Obyek Wisata (X2)
terhadap
Pendapatan Asli Daerah ditunjukan dengan koefisen jalur b4, terhadap Anggaran
Pembangunan Daerah (Y) ditunjukkan dengan koefisien jalur b5. Pengaruh
40
Jumlah Kunjungan
Wisatawan
(X1)
e3
b4
b2
b1
Pendapatan Asli
b6
Daerah
(X3)
e2
Penerimaan
Retribusi Obyek
Wisata
b3
b6
Anggaran
Pembangunan
Daerah
(Y)
b5
(X2)
e1
Gambar 4.1
41
yang tidak dijelaskan oleh Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Obyek Wisata (X1).
anak panah dari e2 ke variabel Pendapatan Asli Daerah (X3) menunjukkan jumlah
variance variabel Pendapatan Asli Daerah (X3) yang tidak dijelaskan oleh Jumlah
Kunjungan Wisatawan ke Obyek Wisata (X1) dan Penerimaan Retribusi Obyek
Wisata (X2)
Nilai kekeliruan taksiran standar (standard error of estimate), yaitu:
ei (1 r 2 ) ....................................................................................... (4.1)
Sedangkan anak panah dari e3 menuju tingkat anggaran pembangunan
daerah (Y) menunjukkan variance tingkat anggaran pembangunan daerah yang
tidak dapat dijelaskan oleh variabel Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Obyek
Wisata (X1) dan Penerimaan Retribusi Obyek Wisata (X2) dan Pendapatan Asli
Daerah (X3)
Koefsien jalur adalah standardized koefsien regresi. Koefsien jalur
dihitung dengan membuat tiga persamaan struktural yaitu persamaan regresi yang
menunjukkan hubungan yang dihipotesiskan. Dalam hal ini ada tiga persamaan
tersebut adalah:
X2 = b1 X1 + e1
X3 = b2 X1 + b3 X2 + e2
Y
= b4 X1 + b5 X2 + b6 X3 + e3
Keterangan :
Y = Anggaran Pembangunan Daerah
X1 = Jumlah Wisatawan yang Berkunjung ke Obyek Wisata
X2 = Retribusi Obyek Wisata
X3 = Pendapatan Asli Daerah (PAD)
e1, e2, e3 = Variabel pengganggu
42
Dalam hal ini, interpretasi terhadap Rm2 sama dengan interpretasi koefisien
determinasi (R2) pada analisis regresi.
Pei
dengan rumus :
43
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1
44
45
5.1.2
keaneka ragaman budaya yang menarik khususnya seni, baik seni tari, tabuh,
pahat maupun lukis dan kerajinan tangan yang sudah mendunia yang merupakan
daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Dahulu sebelum pariwisata berkembang
kegiatan seni hanya semata-mata untuk upacara keagamaan, namun semenjak
kepariwisaaan berkembang seni mulai di bisniskan untuk meladeni pariwisata,
tidak hanya seni tari dan seni tabuh juga seni lukis, seni pahat yang kesemuanya
memiliki daya tarik tersendiri bagi para wisatawan.
Kabupaten Gianyar yang berbatasan dengan Kabupaten Badung, Bangli,
dan Klungkung, yang berada di ketinggian 125 meter diatas permukaan laut sering
ditempatkan sebagai wilayah yang menyimpan sumber inspirasi pengembangan
seni budaya. Karawitan, tari, seni kriya, dan berbagai cabang seni lainnya diyakini
berkembang dari wilayah Gianyar. Hal ini tak terlepas dari kedudukan wilayah
Gianyar di masa lalu sebagai pusat pemerintahan kerajaan saat peralihan sebelum
dan awal era Majapahit. Kawasan Bedahulu dan Pejeng di utara Gianyar tercatat
dalam sejarah sebagai pusat pemerintahan sebelum jaman Majapahit sedangkan
Samplangan di timur Gianyar adalah pusat pemerintahan saat awal kekuasaan
Majapahit merangkul Bali. Masa penjajahan Belanda dan jaman kemerdekaan,
wilayah Ubud, Peliatan, Masa, dan sekitarnya kian kuat mengarah sebagai pusat
pengembangan seni budaya. Dapat dipastikan, sepanjang jaman, Gianyar amat
lekat bergelut dengan seni budaya. Dengan luas wilayah meliputi 36.800 Ha,
dibandingkan dengan Denpasar sebagai kota dagang dengan kepadatan tinggi di
46
pusat kota, kepadatan Gianyar justru mengarah ke daerah pinggir yang merupakan
kawasan wisata terutama di daerah Kecamatan Ubud. Di sisi barat Gianyar, yang
meliputi kawasan Sayan hingga ke Payangan, telah berkembang menjadi daerah
hunian wisata berkelas butik hotel yang mengutamakan privasi sedangkan daerah
pusat Ubud berkembang jenis pension dan homestay yang berbaur dengan
penduduk asli.
Sebagai daerah pariwisata, Kabupaten Gianyar memiliki 61 obyek wisata
dan daya tarik wisata, dari 61 obyek wisata yang ada , sampai saat ini Pemerintah
Kabupaten Gianyar baru mampu mengelola sebanyak 14 buah.
Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan nusantara pada obyek
wisata di Kabupaten Gianyar pada tahun 1991 sampai tahun 2010 mengalami
trend meningkat.
47
makan di tahun 2006. Dari kondisi ini menunjukan bahwa sektor ini dan wilayah
Gianyar masih tetap menjadi tumpuan perekonomian daerah dan primadona
investor untuk menanankan modalnya dan menganggap Gianyar dan Bali masih
menjadi destinasi pilihan untuk membangun infrastruktur pariwisata. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.1
Tabel 5.1
Jumlah Hotel, Akomodasi, Tingkat Hunian Hotel di Kabupaten Gianyar
Tahun
Jenis Data
2003
2004 2005
2006
2007
1 Jumlah Hotel & Akomodasi
718
775
843
859
878
a. Hotel Berbintang (buah)
11
12
12
12
12
b. Hotel Melati (buah)
111
107
128
126
133
c. Pondok Wisata (buah)
353
384
425
420
425
d. Restauran (buah)
2
6
13
16
18
e. Rumah Makan (buah)
194
216
211
221
223
f. Bar (buah)
47
50
54
64
67
2 Tingkat Hunian (orang)
27,56
30,15 27,35 20,21 18,00
Sumber data : Buku Potensi Pariwisata Kabupaten Gianyar Tahun 2010
5.2
Analisis Data
5.2.1
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dalam penelitian ini dilakukan untuk memperoleh
48
Tabel 5.2
Deskripsi Variabel Penelitian
Std.
Maximum
Mean Deviation
725.165 458.044
142.625
Variabel
Kunjungan Wisatawan
Satuan
Orang
Minimum
255.669
Retribusi
Rp juta
244
8.493
1.664
1.274
PAD
Rp juta
1.309
153.617
42.941
36.359
Anggaran Pembangunan
Rp juta
34.780
806.371 215.620
176.351
49
Variabel
Persamaan
Dependen
1
Jumlah kunjungan
retribusi obyek
X2 = b1 X1 + e1
wisatawan (X1)
wisata (X2)
jumlah kunjungan
PAD (X3)
X3 = b2 X1 + b3 X2 + e2
anggaran
Y = b4 X1 + b5 X2 + b6 X3 + e3
wisatawan (X1)
retribusi obyek wisata
(X2)
3
jumlah kunjungan
wisatawan (X1)
pembangunan (Y)
50
Unstandardized Standardized
Coefficients
Coefficients
Model
B
Std. Error
Beta
t
1
(Constant)
-2287,861 253,647
-9,020
Kunjungan Wisatawan,009
,001
,966 16,285
Sig.
,000
,000
51
Tabel 5.5
Uji Regresi Linier Model 2
a
Coefficients
Unstandardized Standardized
Coefficients
Coefficients
Model
B
Std. Error
Beta
1
(Constant)
-25959,510177,022
Kunjungan Wisatawan ,080
,036
,312
Retribusi
19,501
4,005
,683
t
-2,551
2,224
4,869
Sig.
,020
,039
,000
Sumber : Lampiran 8
Berdasarkan hasil analisis diatas dapat dibuat model persamaan regersi
pengaruh jumlah kunjungan wisatawan dan retribusi obyek wisata terhadap
pendapatan asli daerah, yaitu :
X3 = 0,312 (X1) + 0,683 (X2)
Keterangan :
X3 = Pendapatan Asli Daerah
X1 = Jumlah Kunjungan Wisatawan
X2 = Retribusi Obyek Wisata
5.2.2.3 Pengaruh Variabel Jumlah Kunjungan Wisatawan (X1), Retribusi
Obyek Wisata (X2) dan Pendapatan Asli Daerah (X3) terhadap
Anggaran Pembangunan (Y)
Hasil olahan data pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan, Retribusi
Obyek Wisata dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Anggaran Pembangunan
disajikan pada Tabel 5.5 dibawah ini.
52
Tabel 5.6
Uji Regresi Linier Berganda Model 3
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Model
B
Std. Error
1
(Constant)
-25120,9 32763,565
Kunjungan Wisatawan
,079
,111
Retribusi
57,955
16,821
PAD
2,517
,650
Standardized
Coefficients
Beta
,064
,419
,519
t
-,767
,709
3,445
3,870
Sig.
,454
,488
,003
,001
Sumber : Lampiran 9
Berdasarkan hasil analisis diatas dapat disusun persamaan teoritis sebagai
berikut :
Y = 0,064 (X1) + 0,419 (X2) + 0,519 (X3)
Keterangan :
Y = Anggaran Pembangunan
X1 = Jumlah Kunjungan Wisatawan
X2 = Retribusi Obyek Wisata
X3 = Pendapatan Asli Daerah
5.2.3
dilakukan agar hasilnya memuaskan. Asumsi yang melandasi analisis jalur adalah
sebagai berikut.
1) Dalam model analisis jalur hubungan antarvariabel adalah linier dan aditif.
Uji linieritas menggunakan curve fit dan menerapkan prinsip parsimony,
yaitu apabila model signifikan atau non signifikan berarti dapat dikatakan
model berbentuk linier. Berdsarakan hasil olahan data penelitian pada
53
54
Regresi
Keterangan
X1
X2
0,966
0,01
16,285 0,000
Signifikan
X1
X3
0,312
0,036
2,244
0,039
Signifikan
X2
X3
0,683
4,005
4,869
0,000
Signifikan
X1
0,064
0,111
0,709
0,488
Non signifikan
X2
0,419
16,821
3,445
0,003
Signifikan
X3
0,519
0,650
3,870
0,001
Signifikan
Ketrangan :
Y
X1
X2
X3
55
Jumlah Kunjungan
Wisatawan
(X1)
Tidak signifikan
Signifikan
e3
0,083
0,064
0,312
Anggaran
Pendapatan Asli
Pembangunan
0,519
Daerah
Daerah
(X3)
(Y)
Signifikan
0,966
Signifikan
e2
4,005
0,154
0,683
0,312
Signifikan
Penerimaan
Retribusi Obyek
Wisata
0,419
e1
(X2)
Signifikan
Rm2 = 0,99
0,259
5.3
langsung positif dan signifikan yang ditunjukan oleh arah anak panah antar
variabel, yaitu jumlah kunjungan wisatawan (X1), Retribusi Obyek Wisata (X2),
pendapatan asli daerah (X3) dan anggaran pembangunan daerah (Y).
5.3.1
56
signifikansi kurang dari 0,05. Hal ini berarti bahwa jumlah kunjungan wisatawan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap retribusi obyek wisata.
5.3.2
disajikan pada Tabel 5.7, dapat diketahui bahwa pengaruh jumlah kunjungan
wisatawan terhadap retribusi obyek wisata mempunyai koefisien regresii sebesar
0,312 dan standar error 0,036. Hipotesis nol ditolak dengan p. value sebesar
0,039, yang lebih kecil dari 0.05. Hal ini berarti jumlah kunjungan wisatawan
berpengaruh langsung secara nyata terhadap pendapatan asli daerah.
5.3.3
57
5.7, mempunyai kaofisien regresi sebesar 0,683 dan standar error 0,4005.
Hipotesis nol ditolak dengan p. value sebesar 0,000, yang lebih kecil dari 0.05.
Hal ini berarti penerimaan retribusi obyek wisata berpengaruh langsung secara
nyata terhadap pendapatan asli daerah.
5.3.5 Pengujian Hipotesis 5 : Penerimaan Retribusi Obyek Wisata
Berpengaruh
Positif
dan
Signifikan
Terhadap
Anggaran
Pembangunan
Hasil olahan data yang disajikan pada Table 5.7 menunjukan variabel
retribusi obyek wisata berpengaruh positif dan signifikan terhadap anggaran
pembangunan. Koefisien regresi sebesar 0,419 dengan standart error sebesar
16,821. Hipotesis nol ditolak dengan p. value 0,003 atau kurang dari 0,05. Hal ini
menunjukan penerimaan retribusi obyek wisata berpengaruh positif dan signifikan
terhadap anggaran pembangunan, yang berarti semakin meningkat retribusi obyek
wisata semakin meningkat pula anggaran pembangunan.
5.3.6 Pengujian Hipotesis 6: Pendapatan Asli Daerah Berpengaruh Positif
dan Signifikan Terhadap Anggaran Pembangunan
Hasil olahan data yang disajikan pada Table 5.7 menunjukan bahwa
variabel pendapatan asli daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap
anggaran pembangunan. Koefisien regresi sebesar 0,519 dengan standart error
sebesar 0,650. Hipotesis nol ditolak dengan p. value 0,001 atau kurang dari 0,05.
Hal ini menunjukan pendapatan asli daerah berpengaruh positif dan signifikan
terhadap anggaran pembangunan
58
5. 4
Modifikasi Model
Sesuai dengan theory trimming bahwa jalur yang tidak signifikan dibuang
atau dihilangkan untuk mendapatkan model jalur yang lebih fit. Maka dalam
modifikasi model oleh karena jumlah kunjungan wisatawan tidak berpengaruh
signifikan terhadap anggaran pembangunan maka persamaan model ke - 3
dimodifikasi menjadi :
Y
= b5 X2 + b6 X3 + e3 ........................................................................ (5.1)
Keterangan :
Y
X2
X3
e3
b5, b6
Model
1
(Constant)
Retribusi
PAD
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
-2326,065
6245,639
60,484
16,210
2,731
,568
Standardized
Coefficients
Beta
Sumber : Lampiran 10
59
,437
,563
t
-,372
3,731
4,809
Sig.
,714
,002
,000
Koef. Reg.
Standar
Standard
t
Error
hitung
P.
Value
Keterangan
X1
X2
0,966
0,01
16,285 0,000
Signifikan
X1
X3
0,312
0,036
2,244
0,039
Signifikan
X2
X3
0,683
4,005
4,869
0,000
Signifikan
X1
X2
0,437
16,210
3,731
0,002
Signifikan
X3
0,563
0,568
4,809
0,000
Signifikan
Ketrangan :
Y
X1
X2
X3
60
PAD (X3) dan juga terhadap Anggaran Pembangunan (Y). Variabel Pendapatan
Asli Daerah (X3) berpengaruh signifikan terhadap Anggaran Pembangunan (Y).
Setelah dilakukan theory trimming maka dapat dibandingkan ringkasan
koefisien jalur setelah modifikasi (Tabel 5.9) dengan sebelum dilakukan
modifikasi (Tabel 5.6, halaman 53). Koefisien regresi setelah dilakukan
modifikasi terhadap model didapatkan nilai yang lebih besar dari sebelum
dilakukan modifikasi, nilai koefisien regresi jalur retribusi obyek wisata terhadap
anggaran pembangunan setelah modifikasi sebesar 0,437 yang lebih besar dari
sebelum dilakukan modifikasi yaitu sebesar 0,419. Nilai standard error jalur
retribusi obyek wisata terhadap anggaran pembangunan setelah modifikasi model
adalah 16,210 yang lebih kecil dari sebelumnya yaitu 16,821. Nilai p. value untuk
jalur retribusi obyek wisata terhadap anggaran pembangunan setelah modifikasi
model sebesar 0,02 yang lebih kecil dari nilai p. Value sebelum dilakukan
modifikasi yaitu sebesar 0,03.
Nilai koefisien regresi jalur pendapatan asli daerah terhadap anggaran
pembangunan setelah dilakukan modifikasi sebesar 0,563 yang lebih besar dari
sebelumnya yaitu 0,519. Nilai standard error setelah dilakukan modifikasi
terhadap model lebih kecil jika dibandingkan dengan sebelum dilakukan
modifikasi terhadap model, nilai standard error jalur pendapatan asli daerah
terhadap anggaran pembangunan setelah modifikasi model adalah 0,568 yang
lebih kecil dari sebelumnnya yaitu 0,650. Nilai p. value untuk jalur pendapatan
asli daerah terhadap anggaran pembangunan sebesar 0,000 yang lebih keci dari
sebelum dilakukan modifikasi sebesar 0,001.
61
Berdasarkan ringkasan koefisien jalur pada Tabel 5.9 dapat dibuat diagram
jalur seperti Gambar 5.3 sebagai berikut :
Jumlah Kunjungan
Wisatawan
(X1)
e3
0,312
0,966
e2
Pendapatan Asli
Daerah
(X3)
4,005
0,154
0,683
0,312
Penerimaan
Retribusi Obyek
Wisata
0,563
Anggaran
Pembangunan
Daerah
(Y)
0,437
Rm2 = 0,99
e1
(X2)
0,083
0,064
0,259
X1
X2
X3
PL
PTL
PT
PL
PTL
PT
PL
PTL
PT
X2
0, 966
0, 966
X3
0, 312
0, 659
0, 972
0,683
0,683
0, 794
0, 794
0,437
0,382
0,819
0,519
0,519
62
Keterangan :
PL
PTL
TP
Y
X1
X2
X3
= Pengaruh Langsung
= Pengaruh Tidak Langsung
= Total Pengaruh
= Anggaran Pembangunan Daerah
= Jumlah Wisatawan yang Berkunjung ke Obyek Wisata
= Retribusi Obyek Wisata
= Pendapatan Asli Daerah (PAD)
63
pendapatan asli daerah. Secara matematik angka tersebut diperoleh melalui jalur
(X1 X2 X3 ), yaitu dengan mengalikan 0,966 dengan 0,683 sehingga
diperoleh angka 0,659.
Dengan memperhitungkan adanya pengaruh tidak langsung tersebut, maka
pengaruh total dari jumlah kunjungan wisatawan terhadap pendapatan asli daerah
melalui penerimaan retribusi obyek wisata menjadi 0,972 atau meningkat 3,11
kali lipat dibandingkan dengan hanya memperhitungkan pengaruh langsung.
5.4.2 Pengaruh Penerimaan Retribusi Obyek Wisata terhadap Anggaran
Pembangunan Daerah melalui Pendapatan Asli Daerah
Berdasarkan Tabel 5.10 pengaruh langsung penerimaan retribusi obyek
wisata (X2) terhadap anggaran pembangunan (Y) adalah sebesar 0,437. Pengaruh
tidak langsung variabel penerimaan retribusi obyek wisata (X2) terhadap anggaran
pembangunan (Y) melalui pendapatan asli daerah (X3) sebesar 0,382. Dengan
memperhitungkan adanya pengaruh tidak langsung maka pengaruh total
penerimaan retribusi obyek wisata (X2) terhadap anggaran pembangunan (Y)
melalui pendapatan asli daerah (X3) sebesar 0,819 meningkat atau 1,874 kali lipat
dibandingkan dengan hanya memperhitungkan pengaruh langsung.
64
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1
65
6.2
66
wilayahnya untuk tujuan wisata dan menarik minat wisatawan untuk berkunjung.
Dalam upaya menjadikan sektor pariwisata sebagai andalan pendapatan asli
67
daerah, pemerintah daerah telah merencanakan suatu strategi, yaitu suatu usaha
atau kegiatan untuk meningkatkan pengeluaran wisatawan yang berkunjung dan
memperlama mereka tinggal di Kabupaten Gianyar.
Usaha peningkatan pendapatan asli daerah berjalan melalui jumlah
kunjungan wisatawan ke obyek wisata di Kabupaten Gianyar yang secara
langsung akan memberikan kontribusi terhadap penerimaan retribusi obyek wisata
itu sendiri, sehingga nantinya akan meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD).
Analisisis yang dilakukan pada BAB V didapatkan hasil bahwa jumlah
retribusi obyek wisata berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan asli
daerah. Nilai koefisien regresi retribusi obyek wisata sebesar 0,683 menunjukan
variabel retribusi obyek wisata memiliki hubungan yang positif terhadap
pendapatan asli daerah atau dapat ditafsirkan secara teoritis bahwa pendapatan asli
daerah akan meningkat jika retribusi obyek wisata meningkat.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Juliafitri Dj.
Gafur, S.E. Par (2008) yang meneliti Analisis Sektor Pariwisata Terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kota Bitung, penelitian tersebut memperlihatkan adanya
hubungan yang signifikan dan positif antara retribusi obyek wisata terhadap
pendapatan asli daerah sektor pariwisata. Penelitian ini juga sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Eka Suarya tahun 2005 yang hanya
mengidentifikasi jenis retribusi daerah potensial di Kabupaten Gianyar.
68
6.5
69
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Syafi'I,
H. Mhd (2003) yang meneliti tentang Pengaruh Penerimaan Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah Terhadap Alokasi Anggaran Pembangunan Sektor Transportasi
Di Propinsi Sumatera Utara. Penelitian tersebut menunjukan adanya hubungan
yang positif dan signifikan antara retribusi dengan alokasi anggaran pembanguan
sektor trasportasi.
6.6
yang
menentukan
dan
dapat
sebagai
katalisator
untuk
meningkatkan
dapat
memberikan
kontribusi
terhadap
alokasi
anggaran
pembangunan.
Analisis regresi pada BAB V menunjukan bahwa pendapatan asli daerah
berpengaruh positif dan signifikan terhadap anggaran pembanguanan. Koefisien
regersi sebesar 0,563 dan signifikansi sebesar 0,000 menunjukan pengaruh positif
dan signifikan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ridwan, Mhd pada Tahun 2002 yang meneliti tentang Pengaruh Pendapatan Asli
Daerah Terhadap Jumlah Alokasi Anggaran Sektoral Dalam Anggaran
Pendapatan Dan Belanja Daerah Kabupaten Aceh Tenggara. Hasil penelitian
tersebut menunjukan bahwa pendapatan asli daerah berpengaruh signifikan
terhadap alokasi anggaran pembanguan sektoral.
70
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasib
Sianturi pada Tahun 2003 yang meneliti tentangm Pengaruh Pendapatan Asli
Daerah Terhadap Anggaran Belanja Pembangunan Dalam Analisis Potensi
Perekonomian Daerah Kabupaten Karo Propinsi Sumatera Utara. Hasil
kesimpulan penelitian tersebut bahwa PAD berpengaruh positif dan elastis
terhadap Anggaran Pembangunan Sektor Pertanian, Pariwisata dan Industri
sebesar 1,739.
71
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan sebagaimana telah diuraikan
2.
3.
4.
72
5.
6.
7.
7.2
Saran saran
1.
anggaran
pembangunan
Kabupaten
Gianyar,
maka
perlu
73
jumlah
kunjungan
wisatawan
dan
meningkatkan
74
DAFTAR PUSTAKA
Devas, N., Brian Binder, Anne Booth, Kenneth Davey and Roy Kelly.1989.
Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia, (terjemahan oleh Masri Maris),
UI- Press. Jakarta.
Gafur, Juliafitri Dj. 2008. Analisis Kontribusi Sektor Pariwisata Terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kota Bitung (tesis). Medan : Universitas Sumatera
Utara.
H. Mhd, Syafi'I. 2003. Pengaruh Penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Terhadap Alokasi Anggaran Pembangunan Sektor Transportasi Di Propinsi
Sumatera Utara (tesis) . Medan : Universitas Sumatera Utara.
Harits, Benyamin. 1995. Peran Administrator Pemerintah Daerah, Efektifitas
Penerimaan Retribusi Daerah Pemda Tingkat II Se-Jawa Barat, Prisma,
No. 4, Tahun XXIV, 81 95.
Koswara, E, 2000. Menyongsong Pelaksanaan Otonomi Daerah Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999; Suatu Telaahan Menyangkut
Kebijaksanaan, Pelaksanaan dan Kompleksitasnya, Analisis CSIS Tahun
XXIX/2000, No. 1,36 53. Kunarjo. 1996. Perencanaan dan Pembiayan
Lundberg, E Donald., Stavenga, Mink H., dan Krishnamoorthy, M. 1997.
Ekonomi Pariwisata. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Mardiasmo dan Makhfatih,Akhmad. 2000. Perhitungan Potensi Pajak Dan
Retribusi Daerah Di Kabupaten Magelang, Laporan Akhir, Kerjasama
Pemerintah Daerah Kabupaten Magelang dengan Pusat Antar Universitas
Studi Ekonomi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Mahi. 2000. Prospek Desentralisasi di Indonesia ditinjau Dari Segi Pemerataan
Antar Daerah dan Peningkatan Efesiensi Analisis CSI 8 Tahun XXIX/2000
Nomor I, 55 66.
Munawir, S. 1997. Perpajakan, Liberty, Edisi Kelima Cetakan Kedua.
Yogyakarta.
McQueen, Jim. 1998. Development of a Model for User Fees, A Model on
Policy Development in Creating and Maintaining User Fees for
Municipalities, MPA Research Paper, Submitted to: The Local
Government Program, Dept. of Political Science, The Univ. Western
Ontario, Aug. 1998, 1-23.
Nazir. 1999. Metode Penelitian, Cetakan Keempat. Jakarta : Ghalia Indonesia.
75
76
77