Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN DASAR OKSIGENASI

Disusun Oleh:
ANISA SEPTARIANA
16.04.04.08

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN


STIKES AN NUR PURWODADI
2016
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KEBUTUHAN OKSIGENASI
A. PENGERTIAN

Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang


digunakan untuk kelangsungan metabolism sel tubuh mempertahankan hidup
dan aktivitas berbagai organ atau sel ( Hidayat A, 2008).
Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen

ke dalam sistem

(kimia atau fisika). Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak
berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai
hasilnya, terbentuklah karbon dioksida, energi, dan air. Akan tetapi
penambahan karbondioksida yang melebihi batas normal pada tubuh akan
memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktifitas sel (Wahit Iqbal
Mubarak, 2007).
Oksigenasi

merupakan

kebutuhkan

untuk

mempertahankan

kehidupan. Perawat sering kali menemukan klien yang tidak mampu


memenuhi oksigennya, fungsi sistem pernapasan dan jantung adalah
menyuplai kebutuhan oksigen tubuh (Perry & Potter, 2005).
Oksigen merupakan suatu komponen yang sangat penting di dalam
memproduksi molekul Adenosin Trifosfat (ATP) secara normal. ATP adalah
sumber bahan bakar untuk sel agar dapat berfungsi secara optimal (Asmadi,
2008).
Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan
manusia, dalam tubuh, oksigen berperan penting dalam proses metabolism sel
tubuh. Kekurangan oksigan bisa menyebabkan hal yangat berartibagi tubu,
salah satunya adalah kematian. Karenanya, berbagai upaya perlu dilakukan
untuk mejamin pemenuhan kebutuhan oksigen tersebut, agar terpenuhi dengan
baik. Dalam pelaksanannya pemenuhan kebutuhan oksigen merupakan
garapan perawat tersendiri, oleh karena itu setiap perawat harus paham dengan
manisfestasi tingkat pemenuhan oksigen pada klienya serta mampu mengatasi
berbagai masalah yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan tesebut.
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI
1. Stuktur Sistem Pernafasan
a. Sistem pernafasan Atas
Sistem pernafasaan atas terdiri atas mulut,hidung, faring, dan laring.

1) Hidung. Pada hidung udara yang masuk akan mengalami


penyaringan, humidifikasi, dan penghangatan
2) Faring. Faring merupakan saluran yang terbagi dua untuk udara
dan makanan. Faring terdiri atas nasofaring dan orofaring yang
kaya akan jaringan limfoid yang berfungsi menangkap dan dan
menghancurkan kuman pathogen yang masuk bersama udara.
3) Laring. Laring merupakan struktur yang merupai tulang rawan
yang bisa disebut jakun. Selain berperan sebagai penghasil suara,
laring juga berfungsi mempertahankan kepatenan dan melindungi
jalan nafas bawah dari air dan makanan yang masuk.
b. Sistem pernafasan Bawah
Sistem pernafasaan bawah terdiri atas trakea dan paru-paru yang
dilengkapi dengan bronkus, bronkiolus, alveolus, jaringan kapiler paru
dan pleura.
1) Trakea. Trakea merupakan pipa membran yang dikosongkan oleh
cincin kartilago yang menghubungkan laring dan bronkus utama
kanan dan kiri.
2) Paru. Paru-paru ada dua buah teletak di sebelah kanan dan kiri.
Masing-masing paru terdiri atas beberapa lobus (paru kanan 3
lobus dan paru kiri 2 lobus) dan dipasok oleh satu bronkus.
Jaringan-jaringn paru sendiri terdiri atas serangkain jalan nafas
yang bercabang-cabang, yaitu alveoulus, pembuluh darah paru, dan
jaringan ikat elastic. Permukaan luar paru-paru dilapisi oleh dua
lapis pelindung yang disebut pleura. Pleura pariental membatasi
toralk dan permukaan diafragma, sedangkan pleura visceral
membatasi permukaan luar paru. Diantara kedua lapisan tersebut
terdapat cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas guna
mencegah gerakan friksi selama bernafas.
Berdasarkan tempatnya proses pernafasan terbagi menjadi dua dua
yaitu:
a. Pernapasan eksternal

Pernapasan eksternal (pernapasan pulmoner) mengacu pada


keseluruhan proses pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan
eksternal dan sel tubuh. Secara umum proses ini berlangsung
dalam tiga langkah, yakni :
1) Ventilasi pulmoner
Saat bernapas, udara bergantian masuk-keluar paru melalui
proses ventilasi sehingga terjadi pertukaran gas antara
lingkungan eksternal dan alveolus. Proses ventilasi ini
dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu jalan napas yang bersih,
system saraf pusat dan system pernapasan yang utuh, rongga
toraks yang mampu mengembang dan berkontraksi dengan
baik, serta komplians paru yang adekuat
2) Pertukaran gas alveolar
Setelah oksigen masuk alveolar, proses proses pernapasan
berikutnya adalah difusi oksigen dari alveolus ke pembuluh
darah pulmoner. Difusi adalah pergerakan molekul dari area
berkonsentrasi atau bertekanan tinggi ke area berkonsentrasi
atau bertekanan rendah. Proses ini berlangsung di alveolus dan
membran kapiler, dan dipengaruhi oleh ketebalan membran
serta perbedaan tekanan gas.
3) Transpor oksigen dan karbon dioksida
Tahap ke tiga pada proses pernapasan adalah tranpor gas-gas
pernapasan. Pada proses ini, oksigen diangkut dari paru menuju
jaringan dan karbon dioksida diangkut dari jaringan kembali
menuju paru.
b.

Pernapasan internal
Pernapasan internal (pernapasan jaringan) mengaju pada proses
metabolisme intra sel yang berlangsung dalam mitokondria, yang
menggunakan oksigen dan menghasilkan CO2 selama proses
penyerapan energi molekul nutrien. Pada proses ini darah yang

banyak mengandung oksigen dibawa ke seluruh tubuh hingga


mencapai kapiler sistemik. Selanjutnya terjadi pertukaran O2 dan
CO2 antara kapiler sistemik dan sel jaringan. Seperti di kapiler
paru, pertukaran ini juga melalui proses difusi pasif mengikuti
penurunan gradien tekanan parsial.
C. PROSES OKSIGENASI
Proses pemenuhan kebuthan oksigenasi tubuh terdiri atas tiga tahap, yaitu :
1. Ventilasi
Merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari atmosfer
kedalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi dipengaruhi
oleh beberapa hal, yaitu adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dan
paru, semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah,
demikian sebaliknya, semakin rendah tempat tekanan udara semakin
tinggi. Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah compliance dan recoil
yang dipengaruhi oleh factor-faktor tertentu yaitu adanya surfaktan yang
terdapat pada alveoli lapisan.
Pada alveoli lapisan yang berfungsi menurunkan tegangang
permukaan dan adanya sisa udara yang menyebabkan tidak terjadinya
kolaps serta gangguan torak. Recoil adalah kemampuan mengeluarkan
CO2/kontrakasi

penyempitan

paru.Pusat

pernafasaan

adalah

medulaoblongata dan pons yang dapat mempengaruhi proses ventilasi


karena CO2 memiliki kemampuan merangsang pusat pernafasan dan bila
PCO2 kurang dari samadengan 60 mmHg dapat menyebabkan deperasi
pusat pernafasan.
2. Difusi gas
Difusi gas merupakaan pertukaran antara O2 di alveoli dengan
kapiler paru dan CO2 di kapiler dengan alveoli.Proses pertukaran ini
dipengaruhi ole beberapa faktor yaitu luasnya permukaan paru, tebal
membran respirasi atau permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan
interfesial(keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi
proses penebalan),perbedaan tekanan dan konsentrasi O2, PCO2 dalam

arteri

pulmonalis

akan

berdifusi

dalam

alveoli

dan

aktifitas

gas(kemampuan menembus dan saling mengikat Hb).


3. Transportasi gas
Transportasi gas merupakan pendistribusiaan O2 kapiler kejaringan
tubuh dan CO2 jaringan tubuh kekapiler. Pada proses transportasi, O2
akan berikatan dengan Hb membentuk oksihemoglobin(97,7) dan larut
dalam plasma (3,1) Sedangkan CO2 akan berikatan dengan Hb
membentuk karbominohemoglobin (301) larut dalam plasma (5,1) dan
sebagian menjadi HCO3 yang berada dalam darah (651) transportasi gas
dipengarui oleh beberapa faktor yaitu curah jantung (cardiac output),
kondisi pembuluh darah,latihan (exeraise), perbandingan sel darah dengan
darah secara keseluruhan (hematokrit), serta eritrosit dan kadar Hb.
D. ETIOLOGI
a. Faktor Fisiologi
1. Menurunnya kemampuan mengikat oksigen seperti pada anemia
2. Menurunnya konsentrasi oksigen yang diinspirasi seperti pada
Obstruksi saluran pernafasan bagian atas
3. Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun yang mengakibatkan
terganggunya oksigen.
4. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam luka,
5. Kondisi yang mempengaruhi pergerakkan dinding dada seperti pada
kehamilan, obesitas, muskulur sekeletal yang abnormal, penyakit
kronis seperti TBC paru.
b. Faktor Perilaku
1. Nutrisi, misalnya gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat
oksigen berkurang.
2. Exercise, exercise akan meningkatkan kebutuhan Oksigen.
3. Merokok, nikotin menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer
dan koroner
4. Alkohol dan

obat-obatan

menyebankan

intake

nutrisi

Fe

depresi

pusat

mengakibatkan
penurunan

hemoglobin,

alkohol

menyebabkan

pernafasan.
5. Kecemasan ; menyebabkan metabolisme meningkat.
E. MANIFESTASI KLINIK

1. Suara napas tidak normal.


2. Perubahan jumlah pernapasan.
3. Batuk disertai dahak.
4. Penggunaan otot tambahan pernapasan.
5. Dispnea.
6. Penurunan haluaran urin.
7. Penurunan ekspansi paru.
8. Takhipnea
F. PENATALAKSANAAN
1. Latihan nafas
2. Latihan batuk efektif
3. Pemberian oksigen
4. Fisioterapi dada
5. Suction

G. KONSEP KEBUTUHAN DASAR NUTRISI


a. Pengkajian fokus
No.
Pengkajian
1.
Riwayat keperawatan
a. Masalah keperawatan yang pernah dialami
Apakah anda memiliki riwayat
penyakit pernafasan sebelumnya.
Adakah keluarga yang menderita
penyakit pernafasan.
Penyakit pernafasan apakah yang
diderita.
Adakah gangguan hidung/tenggorokan
(epitaksis, sinusitis,otitis media, dan
lain-lain).
Pernah mengalami perubahan pola
pernapasan.
Pernah mengalami batuk dengan
sputum.
Pernah mengalami nyeri dada.
Aktivitas apa saja yang menyebabkan
terjadinya gejala-gejala di atas.

Ya

Tidak

Keterangan

2.

b. Pola batuk dan produksi sputum


Batuk kering
Batuk berdahak
Batuk kuat dengan suara mendesing
Apakah merasa sakit pada bagian
tenggorokan saat batuk.
Apakah merasa sakit pada bagian
tenggorokan saat makan, merokok atau
pada saat malam hari.
Seputum berwarna kuning-kekuningan
Seputum berwarna hijau
Seputum berwarna merah muda dan
berbusa
Seputum berwarna hijau pada pagi hari,
tetapi makin siang makin kuning
Sputum yang berlendir, lekat dan
berwarna bau abu atau putih
Sputum yang berbau
Apakah seputum yang di keluarkan
bercampur darah.
Apakah pada saat batuk keluar darah.
Apakah darahnya berwarna cerah/gelap
c. Riwayat penyakit pernafasan
Apakah sering mengalami ISPA,
alergi, batuk, asma, TBC, dan lainlain?
Bagaimana frekuensi setiap kejadian?*
d. Riwayat kardiovaskuler
Pernahkah mengalami penyakit jantung
atau peredaran darah.
e. Gaya hidup
Merokok
Keluarga perokok
Lingkungan kerja dengan perokok
Pemeriksaan fisik
a. Mata
konjungtiva pucat (karena anemia)
konjungtiva
sianosis
(karena
hipoksemia)
konjungtiva terdapat pethechia (karena
emboli lemak atau endokarditis).
b. Kulit

c.

d.

e.
f.
g.

3.

h.

Sianosis perifer (vasokontriksi dan


menurunnya aliran darah perifer)
Penurunan turgor (dehidrasi)
Edema.
Edema periorbital.
Jari dan kuku
Sianosis
Clubbing finger.
Mulut dan bibir
Membran mukosa sianosis
Bernapas dengan mengerutkan mulut.
Hidung
Pernafasan dengan cuping hidung
Vena leher
Adanya distensi/bendungan.
Dada
Retraksi otot Bantu pernapasan
(karena
peningkatan
aktivitas
pernapasan, dispnea, obstruksi jalan
pernapasan)
Pergerakan tidak simetris antara dada
kiri dan dada kanan.
Tactil fremitus, thrills (getaran pada
dada karena udara/suara melewati
saluran/rongga pernapasan)
Suara napas normal (vesikuler,
bronchovesikuler, bronchial)
Suara
napas
tidak
normal
(creklerlr/rales, ronkhi, wheezing,
friction rub/pleural friction)
Bunyi perkusi (resonan, hiperesonan,
dullness).
Pola pernafasan
Pernapasan normal(eupnea)
Pernapasan cepat (tacypnea)
Pernapasan lambat (bradypnea)

Pemeriksaan penunjang
a. Tes untuk menentukan keadekuatan
system konduksi jantung.
EKG
Exercise stress test
b. Tes
untuk
menentukan
kontraksi

miokardium aliran darah.


Echocardiography
Kateterisasi jantung
angiografi
c. Tes untuk mengukur ventilasi dan
oksigenasi
Tes
fungsi
paru-paru
dengan
spirometri
Tes astrup
Oksimetri
Pemeriksaan darah lengkap
d. Melihat struktur system pernafasan
X-ray thoraks
Bronkhoskopi
CT scan paru
e. Menentukan sel abnormal/infeksi system
pernafasan
Kultur apus tenggorok
Sitologi
Specimen sputum (BTA).
b. Diagnosa keperawatan
1. Kebersihan jalan nafas tidak efektif b.d trauma/bedah thoraks
2. Pola nafas tidak efektif b.d. penurunan ekspansi paru
3. Menurunnya perfusi jaringan tubuh b.d menurunnya aliran darah.
4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan abnormalitas ventilasiperfusi sekunder terhadap hipoventilasi.
c. Fokus intervensi
1. Pola nafas tidak efektif b.d. penurunan ekspansi paru
Tujuan

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien dapat


mempertahankan pola pernapasan yang efektif.

Kriteria Hasil: Pasien menunjukkan


Frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan normal
Adanya penurunan dispneu

Gas-gas darah dalam batas normal

Intervensi :

Kaji frekuensi, kedalaman dan kualitas pernapasan serta pola


pernapasan.

Kaji tanda vital dan tingkat kesasdaran setaiap jam dan prn

Monitor pemberian trakeostomi bila PaCo2 50 mmHg atau


PaO2< 60 mmHg

Berikan oksigen dalam bantuan ventilasi dan humidifier


sesuai dengan pesanan

Pantau dan catat gas-gas darah sesuai indikasi : kaji


kecenderungan kenaikan PaCO2 atau kecendurungan penurunan
PaO2

Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi nafas setiap 1


jam

Pertahankan tirah baring dengan kepala tempat tidur


ditinggikan 30 sampai 45 derajat untuk mengoptimalkan pernapasan

Berikan dorongan utnuk batuk dan napas dalam, bantu pasien


untuk mebebat dada selama batuk

Instruksikan pasien untuk melakukan pernapasan diagpragma


atau bibir

Berikan bantuan ventilasi mekanik bila PaCO > 60 mmHg.


PaO2 dan PCO2 meningkat dengan frekuensi 5 mmHg/jam. PaO2
tidak dapat dipertahankan pada 60 mmHg atau lebih, atau pasien
memperlihatkan keletihan atau depresi mental atau sekresi menjadi
sulit untuk diatasi.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan abnormalitas


ventilasi-perfusi sekunder terhadap hipoventilasi
Tujuan

:Setelah diberikan tindakan keperawatan pasien


dapat mempertahankan pertukaran gas yang
adekuat

Kriteria Hasil

: Pasien mampu menunjukkan

Bunyi paru bersih

Warna kulit normal

Gas-gas darah dalam batas normal untuk usia yang


diperkirakan

Intervensi :

Kaji terhadap tanda dan gejala hipoksia dan hiperkapnia

Kaji TD, nadi apikal dan tingkat kesadaran setiap[ jam dan
prn, laporkan perubahan tinmgkat kesadaran pada dokter.

Pantau dan catat pemeriksaan gas darah, kaji adanya


kecenderungan kenaikan dalam PaCO2 atau penurunan dalam
PaO2

Bantu dengan pemberian ventilasi mekanik sesuai indikasi,


kaji perlunya CPAP atau PEEP.

Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi nafas setiap jam

Tinjau kembali pemeriksaan sinar X dada harian, perhatikan


peningkatan atau penyimpangan

Pantau irama jantung

Berikan cairan parenteral sesuai pesanan

Berikan

obat-obatan

sesuai

pesanan

bronkodilator,

antibiotik, steroid.

Evaluasi AKS dalam hubungannya dengan penurunan


kebutuhan oksigen.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Vol:1. Jakarta: EGC
Mubarak, Wahit Iqbal. (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia : Teori &
Aplikasi Dalam Praktek. Jakarta: EGC.
Tarwanto, Wartonah. (2006). Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan
Edisi 3. Salemba:Medika.
NANDA. 2005-2006. Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Prima Medika

Carperito, Lynda Juall. (2000). Diagnosa Keperawatan .edisi 8, Jakarta: EGC


Alimul, Azis. (2008). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Salemba
Medika
Perry & Potter. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4, Jakarta:
EGC.
Asmadi. (2009). Konsep dan Aplikasi Kebuuhan Dasar Klien.: Jakarta: Salemba
Medika.

Anda mungkin juga menyukai