Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTRO ENTERITIS (GE)

Disusun Oleh:
AHMAD JUNAIDI

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN


STIKES AN NUR PURWODADI
2016
KONSEP DASAR
A. DEFINISI

Gastroenteritis merupakan suatu peradangan yang biasanya disebabkan


baik oleh virus maupun bakteri pada traktus intestinal (Guyton & Hall, 2006).
Pada diare infeksius umum infeksi paling luas terjadi pada usus besar dan
pada ujung distal ileum. Dimana pun terjadi infeksi, mukosa teriritasi secara
luas, dan kecepatan sekresinya menjadi sangat tinggi. Selain itu, motilitas
dinding usus biasanya meningkat berlipat ganda. Akibatnya, sejumlah besar
cairan cukup untuk membuat agen infeksius tersapu ke arah anus, dan pada
saat yang sama gerakan pendorong yang kuat akan mendorong cairan ini ke
depan. Ini merupakan mekanisme yang penting untuk membebaskan traktus
intestinal dari infeksi. Diare yang sangat menarik perhatian adalah yang
disebabkan oleh kolera (kadang oleh bakteri seperti basilus kolon patogen).
Gastroenteritis atau diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari
dengan atau tanpa lendir dalam tinja. Diare akut adalah diare yang timbul
secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi dan anak yang
sebelumnya sehat (Mansjoer,dkk, 2000 dalam Wicaksono, 2011).
Diare akut timbul secara mendadak dan berlangsung terus secara beberapa
hari (WHO, 1992 dalam Wicaksono, 2011).
Kehilangan cairan dan garam dalam tubuh yang lebih besar dari normal
menyebabkan dehidrasi. Dehidrasi timbul bila pengeluaran cairan dan garam
lebih besar dari pada masukan. Lebih banyak tinja cair dikeluarkan, lebih
banyak cairan dan garam yang hilang. Dehidrasi dapat diperburuk oleh
muntah, yang sering menyertai diare (Andrianto, 1995 dalam Nurmasarim
2010).
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolik secara berlebihan yang
terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk
tinja yang encer atau cair. (Suriadi dan Yuliani, 2001)
Tahapan dehidrasi dari Ashwill and Droske :
1. Dehidrasi ringan : berat badan menurun 3% - 5% dengan volume cairan
yang hilang kurang dari 50 ml/kg.
2. Dehidrasi sedang : berat badan menurun 6% - 9% dengan volume cairan
yang hilang 50 90 ml/kg.

3. Dehidrasi berat : berat badan menurun lebih dari 10% dengan volume
cairan yang hilang dengan / lebih dari 100 ml/kg. (Suriadi, 2001)
B. ETIOLOGI
Menurut (Suharyono dkk.,1994 dalam Wicaksono, 2011) ditinjau dari
sudut patofisiologisnya, maka penyebab gastroenteritis akut (diare akut) ini
dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu:

1. Diare Sekresi (secretory diarrhoea), disebabkan oleh:


a.

Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen:


1). Infeksi bakteri misalnya Escherichia coli, Shigella dysentriae.
2). Infeksi virus misalnya Rotavirus, Norwalk.
3). Infeksi Parasit misalnya Entamoeba hystolitica, Giardiosis lambia.
b. Hiperperistaltik usus halus yang dapat disebabkan oleh bahan-bahan
kimia, makanan, gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf,
hawa dingin, alergi.
2. Diare Osmotik (Osmotic diarrhoea), disebabkan oleh :
a. Malabsorbsi makanan (karbohidrat, lemah, protein, vitamin dan
mineral).
b. KKP (Kekurangan Kalori Protein).
c. BBLR (Bayi Berat Badan Lahir Rendah) dan bayi baru lahir.

C. PATOFISIOLOGI
1. Gastritis Akut
Gastritis akut dapat dapat disebabkan oleh karena stres, zat kimia
misalnya obat-obatan dan alkhohol, makanan yang panas, pedas maupun
asin.
Pada orang yang mengalami stres akan menjadi perangsang saraf
simpatis NV (Nervus Vagus) yang akan meningkatkan produksi asam
klorida ( HCL ) di dalam lambung. Adanya HCL yang berada dalam
lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia.
Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel
epitel kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan mukus, mengurangi
produksinya, sedangkan mukus itu fungsinya untuk memproteksi mukosa

lambung agar tidak ikut tercerna. Respon mukosa lambung karena


penurunan sekresi mukus bervariasi diantaranya vasodilatasi sel mukosa
gaster. Lapisan mukosa gaster terdapat sel yang memproduksi HCL
(terutama daerah fundus) dan pembuluh darah. Vasodilatasi mukosa gaster
akan menyebabkan produksi HCL meningkat.
Peningkatan HCL ini disamping dapat menimbulkan mual, muntah dan
anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini ditimbulkan
oleh karena kontak HCL dengan mukosa gaster.
Respon mukosa lambung akibat penurunan sekresi mukus dapat
berupa eksfaliasi (pengelupasan). Eksfaliasi sel mukosa gaster akan
mengakibatkan erosi pada sel mukosa. Hilangnya sel mukosa akibat erosi
memicu timbulnya pendarahan.
Pendarahan yang terjadi dapat mengancam hidup penderita, namun
dapat juga berhenti sendiri karena proses regenerasi, sehingga erosi
menghilang dalam waktu 24-48 jam setelah pendarahan (Wicaksono,
2011)
2. Gastritis Kronis
Helicobacter pylori merupakan bakteri gram negatif. Organisme ini
menyerang sel permukaan gaster, memperberat timbulnya desquamasi sel
dan muncullah respon radang kronis pada gaster yaitu :destruksi kelenjar
dan metaplasia.
Metaplasia adalah salah satu mekanisme pertahanan tubuh terhadap
iritasi, yaitu dengan mengganti sel mukosa gaster misalnya dengan sek
squamosa yang lebih kuat.
Karena sel squamosa lebih kuat maka elastisitasnya juga berkurang.
Pada saat mencerna makanan, lambung melakukan gerakan peristaltik
tetapi karena sel penggantinya tidak elastis maka akan timbul kekakuan
yang pada akhirnya akan menimbulkan rasa nyeri. Metaplasia ini juga
menyebabkan hilangnya sel mukosa pada lapisan lambung, sehingga akan
mengakibatkan kerusakan pembuluh darah lapisan mukosa. Kerusakan
pembuluh darah ini akan menimbulkan perdarahan (Wicaksono, 2011).

D. KLASIFIKASI DIARE
Menurut Wicaksono (2011) diare dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Ditinjau dari ada atau tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan:
a) Diare infeksi spesifik : tifus dan para tifus, staphilococcus disentri
basiler, dan Enterotolitis nektrotikans.
b) Diare non spesifik : diare dietetis.
2. Ditinjau dari organ yang terkena infeksi diare :
a) Diare infeksi enteral atau infeksi di usus, misalnya: diare yang
ditimbulkan oleh bakteri, virus dan parasit.
b) Diare infeksi parenteral atau diare akibat infeksi dari luar usus, misalnya:
diare karena bronkhitis.
3. Ditinjau dari lama infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan yaitu:
a) Diare akut : Diare yang terjadi karena infeksi usus yang bersifat
mendadak, berlangsung cepat dan berakhir dalam waktu 3 sampai 5 hari.
Hanya 25% sampai 30% pasien yang berakhir melebihi waktu 1 minggu
dan hanya 5 sampai 15% yang berakhir dalam 14 hari.
b) Diare kronik, dalam Pertemuan Ilmiah Berkala Badan Koordinasi
Gastroenterologi Anak Indonesia (PIB BK GAI) ke 1 di Palembang,
disetujui bahwa definisi diare kronik dalah diare yang berlangsung 2
minggu atau lebih.

E. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Ceylon (2014). Secara umum, tanda dan gejala Gastroenteritis
adalah
1. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
2. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi : Turgor kulit jelek (elastisitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering.
3. Demam
4. Nafsu makan berkurang
5. Mual dan muntah

6. Anoreksia
7. Lemah
8. Pucat
9. Nyeri abdomen
10. Perih di ulu hati
11. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan pernafasan cepat
12. Menurun atau tidak adanya pengeluaran urine.
Secara khusus, tanda dan gejala Gastroenteritis adalah :
1.
Agen Bakterial :
a. Kelompok Shigella gram negative : Demam, kram abdomen, sakit
kepala, Diare cair disertai mucus dan pus. Penyakit dapat sembuh
b.

sendiri , pengobatan dengan antibiotic.


Salmonella : Suhu tubuh meningkat, konsistensi tinja encer, berbau
tidak enak, kadang bercampur sedikit lendir dan berdarah, stadium
predromal 2 4 hari dengan gejala sakit kepala, nyeri, perut

c.

kembung.
Escherrichia Coli : Pada bayi malas menetek, lemah, berat badan
sukar naik. Insiden banyak pada musim panas, dengan hanya

d.

pengobatan simptomatis. Gejala berkurang dalam 3-7 hari.


Vibrio : Konsistensi tinja encer dan buang air besar didahului oleh
mules, dalam waktu singkat tinja berubah menjadi cairan putih keruh,
tidak berbau amis, diendapkan mengeluarkan gumpalan-gumpalan
putih , kejang otot betis, bisep, trisep dan dinding perut: suara serak,
kelopak mata cekung, tulang pipi menonjol, menonjol, bibir kering,

e.
2.

turgor kulit kering, perut kembung.


Campylobacter jejuni (inkubasi 1-7 hari) : Kebanyakan pasien sembuh
sendiri, antibiotik dapat mempercepat penyembuhan .
Agen Viral : - Rotavirus : Awitan tiba-tiba, nyeri perut, demam,

mual, muntah, diare dapat menetap lebih dari satu minggu. Terjadi lebih
3.

tinggi pada musim dingin, biasanya ringan dan sembuh sendiri.


Agen Protozoa : - Entamoeba Hystolitica. Tinja biasanya berlendir
dan berdarah, gejala menyolok adalah tenesmusnya. (perasaan konstan

untuk mengosongkan usus yang disertai rasa sakit, kram dan spontan)
4.
Keracunan makanan :
a. Staphilococcus (inkubasi 4-6 jam) mual, muntah, kram abdomen,
diare hebat, demam ringan, syok pada kasus berat. Ditularkan melalui

makanan terkontaminasi, sembuh sendiri, perbaikan terlihat dalam 24


b.

jam.
Clostridium Perfringens (inkubasi 8-24 jam) Kram sedang sampai

c.

hebat, nyeri midepigastrik. Dapat sembuh sendiri.


Clostridium botulinum (inkubasi 12-26 jam) Mual, muntah, diare,
mulut kering, disfagia. Keparahan bervariasi cepat dalam beberapa
jam, dapat diberikan antitoksin.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan tinja makroskopis dan mikrokopis, PH dan kadar gula jika
diduga ada intoleransi gula (sugar intolerance) biakan kuman untuk
mencari kuman penyebab dan uji resistensi terhadap berbagai antibiotika
(pada diare persisten).
2. Pemeriksaan darah, darah perifer lengkap, analisis gas darah dan elektrolit
(terutama Na, K, Ca, dan P serum pada diare yang disertai kejang)
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal
ginjal.
4. Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif
dan kualitatif terutama pada diare kronik. (Mansjoer, 2006)

KONSEP KEPERAWATAN
A. FOKUS PENGKAJIAN
1. Identitas klien.
2. Riwayat keperawatan.
Awal kejadian: Awalnya suhu tubuh meningkat,anoreksia kemudian
timbul diare.
3. Keluhan utama : Feses semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air
dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi,berat badan menurun. Turgor kulit
berkurang,selaput lendir mulut dan bibir kering,frekwensi BAB lebih dari
4 kali dengan konsistensi encer.
4. Riwayat kesehatan masa lalu.
5. Riwayat penyakit keluarga.
6. Diagnosis Medis dan Terapi : Gastroenteritis Akut dan terapi obat
antidiare, terapi intravena, dan antibiotic.
7. Pengkajian Pola Gordon (Pola Fungsi Kesehatan).
a. Persepsi Kesehatan : pasien tidak mengetahui penyebab penyakitnya,
higienitas pasien sehari-sehari kurang baik.
b. Nutrisi
metabolic
:

diawali

dengan

mual,muntah,anopreksia,menyebabkan penurunan berat badan pasien.

c. Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4


kali sehari,BAK sedikit atau jarang.
d. Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan
adanya nyeri akibat distensi abdomen yakni dibantu oleh orang lain.
e. Tidur/istirahat : akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang
akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
f. Kognitif/perceptual : pasien masih dapat menerima informasi namun
kurang berkonsentrasi karena nyeri abdomen.
g. Persepsi diri/konsep diri : pasien mengalami gangguan konsep diri
karena kebutuhan fisiologis nya terganggu sehingga aktualisasi diri
tidak tercapai pada fase sakit.
h. Seksual/reproduksi : mengalami penurunan libido akibat terfokus pada
penyakit.
i. Peran hubungan : pasien memiliki hubungan yang baik dengan
keluarga dan peran pasien pada kehidupan sehari-hari mengalami
gangguan.
j. Manajemen koping/stress : pasien mengalami kecemasan yang
berangsur-angsur dapat menjadi pencetus stress. Pasien memiliki
koping yang adekuat.
k. Keyakinan/nilai : pasien memiliki kepercayaan, pasien jarang
sembahyang karena gejala penyakit.
8. Pemerikasaan fisik.
a. Inspeksi : mata cekung,ubun-ubun besar,selaput lendir,mulut dan bibir
kering,berat badan menurun,anus kemerahan.
b. Perkusi : adanya distensi abdomen.
c. Palpasi : Turgor kulit kurang elastis
d. Auskultasi : terdengarnya bising usus.
9. Pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan tinja,darah lengkap dan duodenum intubation yaitu untuk
mengetahui penyebab secara kuantitatif dan kualitatif.

B. PATHWAYS

C. NURSING CARE PLAN


Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Diare berhubungan

Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
NOC:
NIC :

dengan

Bowl Elimination

Diare Management

psikologis: stress

Fluid Balance

dan cemas tinggi

Hidration

Situasional: efek

Electrolit and Acid Base

dari medikasi,
kontaminasi,
penyalah gunaan
laksatif, penyalah
gunaan alkohol,
radiasi, toksin,
makanan per NGT
-

Fisiologis: proses
infeksi, inflamasi,
iritasi,
malabsorbsi,

pemeriksaan

kultur

sensitivitas feses

Evaluasi pengobatan yang berefek


samping gastrointestinal

Balance
Setelah dilakukan tindakan

Kelola

EBNP

Amati

Monitor turgor kulit, mukosa oral


sebagai indikator dehidrasi

keperawatan selama .

Evaluasi jenis intake makanan

kriteria hasil:

Monitor kulit sekitar perianal

Feses tidak ada darah

Pola BAB normal

pada

keluarga

Instruksikan
keluarga

untuk

pada

pasien

mencatat

rambut rapuh dan gampang tercabut,

disorientasi (Fauci et al, 2008)


EB:
Sebuah
studi
didemontrasikan
osmolalitas

penggunaan obat anti diare

dan mukus
Nyeri perut tidak ada

Ajarkan

termasuk:

conjunctiva, lidah merah, cheilosis,

terhadap adanya iritasi dan ulserasi

malnutrisi

memar, kulit kering, muka pucat dan

diare pasien teratasi dengan


Tidak ada diare

tanda

dan

warna,

dari

bahwa

yang

penurunan

standar

larutan

pengganti oral glukosa meningkatkan


penyerapan

air

dan

menyebabkan

penurunan volume diare (Farthing,

parasit
DS:

Elektrolit normal

volume, frekuensi dan konsistensi

Asam basa normal

feses

Hidrasi baik (membran

Nyeri perut

mukosa lembab, tidak

Urgensi

panas, vital sign normal,

Kejang perut

hematokrit dan urin

DO:

output dalam batas

- Lebih dari 3 x BAB

normal

pada

pasien

tehnik

pengurangan stress jika perlu

Kolaburasi jika tanda dan gejala EB: penelitian menunjukkan bahwa


diare menetap

- Bising usus hiperaktif

Masalah Kolaborasi

Ajarkan

Monitor hasil Lab (elektrolit dan


leukosit)

perhari

Diagnosa Keperawatan/

Konsultasi dengan ahli gizi untuk


diet yang tepat

Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Hasil

2002).

sampai 50% dari pasien adalah salah


makanan pada pengawasannya dan
kehadiran malnutrisi mempengaruhi
lama tinggal ( de Luis et al, 2006;
Baldwin, Parsons & Logan, 2007)

EBN

Bersihan Jalan Nafas

NOC:

tidak efektif berhubungan

Respiratory status :

dengan:

Ventilation

Pastikan

kebutuhan

tracheal suctioning.

- Infeksi, disfungsi

Respiratory status :

neuromuskular,

Airway patency

Berikan O2 l/mnt,
metode

oral

/
EBN. pengunakan oksigen pembantu
untuk menjaga agar penyerapan oksigen
mencapai 90% atau lebih atau aktivitas

hiperplasia dinding

Aspiration Control

seperti yang disarankan. Pasien dengan

bronkus, alergi jalan

Setelah dilakukan

COPD mungkin tidak dapat tahan dengan

nafas, asma, trauma

tindakan keperawatan

perubahan gas. Terapi oksigen dapat

- Obstruksi jalan nafas :

selama ..pasien

meningkatkan kemampuan berlatih dan

spasme jalan nafas,

menunjukkan keefektifan

berpikir (Celli, MacNee, & ATS/ERS

sekresi tertahan,

jalan nafas dibuktikan

Task Force, 2004).

banyaknya mukus, adanya

dengan kriteria hasil :

jalan nafas buatan, sekresi Mendemonstrasikan


bronkus, adanya eksudat
batuk efektif dan suara
di alveolus, adanya benda
nafas yang bersih,
asing di jalan nafas.

Anjurkan pasien untuk istirahat EBN. Jika pada saat istirahat, kondisikan
dan napas dalam

kembali kardiovaskular dengan pasien


dalam posisi tegak beberapa kali dalam
sehari

jika

memungkinkan.

tidak ada sianosis dan

Mengkondisikan

DS:

dyspneu

(mampu

kardiovaskular terjadi dalam beberapa

- Dispneumk9ol0-

mengeluarkan sputum,

hari jika dan melibatkan pergeseran

DO:

bernafas

cairan, kehilangan cairan, penurunan

dengan

kembali

sistem

- Penurunan suara nafas

mudah,

- Orthopneu

pursed lips)

- Cyanosis
- Kelainan suara nafas

tidak

Menunjukkan

ada

oksigen, dan peningkatan denyut jantung


jalan

tidak merasa tercekik,

- Kesulitan berbicara

irama nafas, frekuensi

- Batuk, tidak efekotif atau

pernafasan
ada

- Gelisah

abnormal)

irama nafas

dalam Posisikan

rentang normal, tidak

- Produksi sputum
- Perubahan frekuensi dan

(Fletcher, 2005; Fauci et al-2008).

nafas yang paten (klien

(rales, wheezing)

tidak ada

gagal jantung, penurunan penyerapan

suara

pasien

untuk

memaksimalkan ventilasi
EB: Padapasien yang memakai ventilasi

nafas

mekanik,

Mampu
mengidentifikasikan

Lakukan fisioterapi dada jika penurunan


diposisikan
perlu

pasien

akan

pneumonia
pada

45

mengalami
jika

pasien

derajat

posisi

dan mencegah faktor Keluarkan sekret dengan batuk semirecumbent bukan posisi terlentang
(Seckel, 2006).
yang penyebab.
atau suction
Saturasi

O2

dalam Auskultasi suara nafas, catat

batas normal
Foto

thorak

batas normal

adanya suara tambahan


dalam

EB. Suara napas biasanya jelas atau


berderak dengan baik di pangkalan, yang
mana pernapasan dalam. Adanya batuk
berderak di akhir menunjukkan cairan di

Berikan bronkodilator :

dalam lubang pernapasan; menunjukkan


obstruksi lubang napas (Fauci et al,

-
- .
-

2008).
EBN.

Bronkodilator

menurunkan

resistensi saluran napas, meningkatkan


Monitor status hemodinamik

efisiensi

Berikan pelembab udara Kassa

meningkatkan toleransi latihan, dan dapat


mengurangi

basah NaCl Lembab

.
.
intake

untuk

cairan

mengoptimalkan keseimbangan.
Monitor respirasi dan status O2
Pertahankan
adekuat

untuk

hidrasi

yang

mengencerkan

sekret
Jelaskan

pada

gejala

pernapasan,
dyspnea

beraktivitas (Barnett. 2008).

Berikan antibiotik :

Atur

gerakan

pasien

dan

saat

keluarga

tentang

penggunaan

peralatan : O2, Suction, Inhalasi.

No

Diagnosa Keperawatan

Tujuan Keperawatan

Rencana Tindakan

(NANDA)

( NOC )

(NIC )

Tgl :
Jam :
Gangguan pertukaran

Status respirasi :

gas

Pertukaran gas

berhubungan dengan :

adekuat

pemasukan oksigen yang


tidak adekuat

Status respirasi :
Ventilasi efektif
Keseimbangan

Manajemen jalan nafas


Kaji

bunyi

paru,

EBN: Ketika tingkat pernapasan

frekuensi,

melebihi 30 napas /mm, bersama

kedalaman, usaha nafas, dan produksi

dengan langkah-langkah fisiologis

sputum.

lainnya,

Identifikasi kebutuhan insersi jalan


nafas,

dan

siapkan

klien

untuk

sebuah

penelitian

menunjukkan bahwa ada perubahan


fisiologis

yang

signifikan

Data Subyektif
Klien mengatakan :
Sakit kepala
Gangguan penglihatan /
visual : pandangan kabur
Kelelahan
Sesak nafas
Merasa kebingungan

elektrolit dan asam basa

indikasi
Setelah dilakukan asuhan Monitor

vital

sign tiap

sianosis,

dan

efektifitas

oksigen

yang

keperawatan selama . x

adanya

24 jam :

pemberian

Menunjukkan pertukaran

dilembabkan.

gas efektif
- pH

: 7.35 7.45

- PaCO2 : 35 45 %
- PaO2

: 85 100 %

Data Obyektif

- BE

Dispnea

meq/L

Takikardi

- SaO2 : 96-97 %

Sianosis

tindakan ventilasi mekanik sesuai

: + 2 s/d 2

Tidak ada dyspnea dan

...jam,

Jelaskan penggunaan alat bantu


yang dipakai klien : oksigen, mesin
penghisap, dan alat bantu nafas
Ajarkan tehnik nafas dalam, batuk
efektif
Lakukan
mengurangi

tindakan
konsumsi

untuk
oksigen

kendalikan demam, nyeri, ansietas,

Gelisah

sianosis, mampu

dan tingkatkan periode istirahat yang

Hipoksia(penurunan

bernafas dengan mudah

adekuat

PO2)
Hiperkarbia(peningkatan
PCO2)

Menunjukkan ventilasi

Kolaborasi

dgn

Tim

medis

adekuat, ekspansi dinding

pemberian O2, obat bronkhodilator,

dada simetris, suara nafas

terapi nebulizer / inhaler, insersi jalan

(Considine, 2005; Hagle, 2008).

Irama / frekuensi

bersih, tidak ada :

kedalaman nafas

penggunaan otot-otot

abnormal

nafas tambahan, retraksi

Tensi . mmHg

dinding dada, nafas

RR . x /mnt

cuping hidung, dyspnea,

Nadi x/mnt

taktil fremitus

SpO2 . %

TTV dalam batas normal

AGD / BGA abnormal

Menunjukkan orientasi

nafas
Manajemen Elektrolit & Asam-basa
Pertahankan kepatenan IV line, dan
balance cairan
Monitor status mental, elektrolit, dan
abnormalitas serum
Monitor tanda-tanda gagal nafas :
hasil AGD abnormal, kelelahan

kognitif baik, dan status

Berikan terapi oksigen sesuai indikasi

mental adekuat

Monitor status neurologi dan atau

Menunjukkan

neuromuskular : tingkat kesadaran

keseimbangan elektrolit

dan adanya kebingungan, parestesia,

dan asam basa

kejang

Na : 135 145 meq/L

Kolaborasi dengan Tim medis untuk

Cl : 100-106 meq /L

pemeriksaan AGD, pencegahan dan

penanganan asidosis dan alkalosis:

: 3,5 5.5 meq/L

Mg :1,5 2,5 meq / L


Ca : 8,5- 10,5 meq /L
BUN : 10-20 mg/dl

Respiratorik & Metabolik


Hemodynamic regulation
Monitor status hemodinamik: saturasi

oksigen, nadi perifer, capillary refill,


suhu dan warna ekstremitas, edema,
distensi JVP
Kolaborasi dgn Tim Medis
untuk obat vasodilator dan atau
vasokonstriktor
Nama Perawat

( ..........................................)

Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Hasil

EBNP

Ketidak seimbangan

NOC:

Kaji adanya alergi makanan

nutrisi kurang dari

a. Nutritional status:

Kolaborasi dengan ahli gizi untuk

kebutuhan tubuh
Berhubungan dengan :
Ketidakmampuan untuk

Adequacy of nutrient
b. Nutritional Status :

penelitian

menunjukkan

menentukan jumlah kalori dan nutrisi

bahwa

yang dibutuhkan pasien

pasien adalah salah makanan

food and Fluid Intake

pada

sampai

50%

pengawasannya

dari
dan

memasukkan atau mencerna

c. Weight Control

kehadiran

nutrisi oleh karena faktor

Setelah dilakukan

mempengaruhi lama tinggal

biologis, psikologis,

tindakan keperawatan

( de Luis et al, 2006; Baldwin,

ekonomi, ketidak mampuan

selama.nutrisi kurang

mengabsorbsi nutrien,

teratasi dengan indikator:

ketidak mampuan untuk

Adanya

peningkatan

mencerna makanan ketidak

berat

mampuan menelan

dengan tujuan

makanan, .
DS:
- Nyeri abdomen
- Muntah

Berat

badan

Yakinkan
mengandung

diet

yang

tinggi

serat

untuk

mencegah konstipasi

sesuai Ajarkan pasien bagaimana membuat


catatan makanan harian.

ideal Monitor adanya penurunan BB dan


sesuai dengan tinggi
gula darah

Mampu

- Kejang perut

mengidentifikasi

- Rasa penuh tiba-tiba

kebutuhan nutrisi

Parsons & Logan, 2007)

dimakan

badan

badan

malnutrisi

Monitor lingkungan selama makan


Jadwalkan pengobatan dan tindakan
tidak selama jam makan

Memonitor

asupan

makanan; merekam persentase


dari makannan yg dimakan
(25%, 50%). Pertahankan 3
hari

diari

makanan

utk

menentukan asupan yg actual,


konsultasikan

dengan

ahli

setelah makan
DO:
- Diare
- Rontok rambut yang
berlebih
- Kurang nafsu makan
- Bising usus berlebih

Tidak ada tanda-tanda Monitor turgor kulit

makaanan untuk jumlah kalori


yg dibutuhkan. Penggunanan

mal nutrisi

diari

Menunjukkan
peningkatan

fungsi Monitor kekeringan, rambut kusam,

pengecapan

dari

menelan

terjadi Monitor

- Konjungtiva pucat

penurunan berat badan

- Denyut nadi lemah

yang berarti

pucat,

kemerahan,

dan

kekeringan jaringan konjungtiva


Monitor intake nuntrisi

Albumin serum

Informasikan pada klien dan keluarga

Pre albumin serum


Hematokrit

untuk

memeriksa

makanan biasa yg dimakan,

Monitor mual dan muntah

Tidak

sangat

membantu baik pasien atau


perawat

total protein, Hb dan kadar Ht

makanan

tentang manfaat nutrisi


Kolaborasi dengan dokter tentang

pola makan, dan keberadaan


deficit pada makanan (Shay,
Shobbert & Seibert, 2009)
Amati tanda malnutrisi
termasuk: rambut rapuh dan
gampang

tercabut,

memar,

kulit kering, muka pucat dan

Hemoglobin

kebutuhan suplemen makanan seperti

conjunctiva,

Total

NGT/ TPN sehingga intake cairan

cheilosis, disorientasi (Fauci

yang adekuat dapat dipertahankan.

et al, 2008)

iron

capacity
Jumlah limfosit

binding

Atur posisi semi fowler atau fowler


tinggi selama makan
Kelola pemberan anti emetik:.....

lidah

merah,

Anjurkan banyak minum

Diagnosa Keperawatan/
Kolaborasi

Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria
Intervensi

EBNP

Hasil
Intoleransi aktivitas
Berhubungan dengan :

NOC :

NIC :

Self Care : ADLs

Observasi adanya pembatasan klien

Tirah Baring atau Masalah


Toleransi aktivitas
Konservasi eneergi

imobilisasi

Monitor nutrisi dan sumber energi

Setelah dilakukan tindakan

yang adekuat

. Monitor
EBN:
respon
kardivaskuler
Melaporkan secara verbal Pasien bertoleransi terhadap
terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, pernapasan

DS:

dalam melakukan aktivitas

adanya

keperawatan

kelelahan

atau aktivitas dengan

kelemahan.

sesak

Kriteria Hasil :

DO :

selama

Berpartisipasi

nafas,

diaporesis,

pucat,

perubahan hemodinamik)
dalam

aktivitas fisik tanpa disertai

Monitor pola tidur dan lamanya


tidur/istirahat pasien

Ketika

tingkat

melebihi

30

napas /mm, bersama dengan


langkah-langkah

fisiologis

lainnya,

penelitian

sebuah

menunjukkan

bahwa

ada

Respon

abnormal

dari peningkatan tekanan darah, Kolaborasikan

tekanan darah atau nadi nadi dan RR


terhadap aktifitas

kekuatan otot

Mampu melakukan aktivitas


sehari hari (ADLs) secara
mandiri
Keseimbangan aktivitas dan
istirahat

Rehabilitasi

dengan
Medik

Tenaga

perubahan

fisiologis

yang

dalam

signifikan

(Considine,

2005;

Hagle, 2008).

merencanakan progran terapi yang

tepat.
Bantu
konsisten

untuk
yang

memilih

aktivitas

sesuai

dengan

kemampuan fisik, psikologi dan social


Bantu untuk mengidentifikasi dan

EB: pendekatan meditatif


(meditasi

kesadaran,

respon

relaksasi, yoga, dll) memiliki


efek

beragam

pada

fungsi

psikologis dan biologis melalui

mendapatkan sumber yang diperlukan

psychoneuroendrocrine

untuk aktivitas yang diinginkan

kekebalan tubuh dan sistem

Monitor respon fisik, emosi, sosial dan


spiritual.

saraf otonom, berkhasiat, dan


aman (Arias et al, 2006).

DAFTAR PUSTAKA
Dochterman, Bulecheck. 2004. Nursing Intervention Classification. United States of
America : Mosby.
Guyton & Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (terjemahan). Jakarta:EGC
Moorhead S, Johnson M, Maas M, Swanson, E. 2006. Nursing Outcomes Classification.
United States of America : Mosby
North American

Nursing Diagnosis Association

(NANDA). 2010.

Diagnosis

Keperawatan 2009-2011. Jakarta : EGC.


Nurmasari, Mega. 2010. Pola Pemilihan Obat dan Outcome Terapi Gastroenteritis Akut
(GEA) Pada Pasien Pediatri di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Surakarta Januari - Juni Tahun 2008. Jawa Tengah. Universitas
Muhammadiyah. (Diakses 12 Desember 2011 : http://etd.eprints.ums.ac.id/7681/)
Ratnawati, Dwi. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Ny. J Dengan Gastroenteritis di
Bangsal Anggrek RSUD Sukoharjo. Jawa Tengah. Universitas Muhammadiyah
Surakarta. (Diakses 12 Desember 2011 : etd. eprints. ums. ac.id/ 2886/1/ J20005
0055.pdf)
Wicaksono, Arridho D. 2011. Pemilihan Obat dan Outcome Terapi Gastroenteritis Akut
Pada Pasien Pediatri di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
Klaten Tahun 2009. Jawa Tengah. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
(Diakses 12 Desember 2011 : etd. eprints. ums. ac.id/ 12642/ 1/ COVER%2B
_BAB_1.pdf).
Winarsih, Biyanti D. 2011. Efektivitas Mutu Berbasis Praktek, Intervensi Peningkatan
Multimodal Untuk Gastroenteritis Pada Anak. Jakarta. Universitas Indonesia.
(Diakses 12 Desember 2011 : www. fik. ui. ac.id /pkko /files /Tugas %20SIM
%20 UTS.pdf).
Zein, Umar., Sagala, Khalid H., Ginting, Josia. 2004. Diare Akut Disebabkan Bakteri.
Sumatra Utara. Universitas Sumatra Utara. . (Diakses 12 Desember 2011 :
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/.../penydalam-umar5.pdf).

Anda mungkin juga menyukai