Anda di halaman 1dari 11

8

BAB II
KONSEP DASAR

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. DEFINISI
Hemoroid adalah pelebaran varices satu segmen atau lebih venavena hemoroiddales (Mansjoer, 2000 : 321). Sedangkan menurut
(Smeltzer, 2000 : 1138) Hemoroid yaitu bagian vena yang berdilatasi
dalam kanal anal, menurut (Price, 1995 : 120) Hemoroid yaitu bagian vena
varikosa pada anus dan menurut (Sjamsuhidayat, 1997 : 910) Hemoroid
adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis yang tidak
merupakan

keadaan

patologik.

Hemoroidectomi

yaitu

tindakan

pembedahan yang diperlukan bagi pasien dengan keluhan kronis dan


hemoroid derajat tiga atau empat (Mansjoer, 2000 : 323) sedangkan
menurut (Warfield, 1996 : 166) Hemoroidectomi adalah operasi untuk
mengambil varices vena-vena hemoroidalis.
2. KLASIFIKASI
Klasifikasi Hemoroid menurut (Smeltzer, 2002 : 1138) yaitu hemoroid
interna adalah hemoroid yang terjadi di ataas sfingter anal dan hemoroid
eksterna adalah hemoroid yang muncul di luar sfingter anal. Sedangkan
menurut (Sabiston, 1995 : 56) Hemoroid interna adalah vena yang
berdilatasi pada pleksus rektalis superior dan media dan hemoroid eksterna
adalah vena rektalis inferior yang terletak di bawah dentura dan ditutupi
oleh epitel gepeng.
3. ETIOLOGI
Menurut Price, 1995, penyebab Hemoroid
a. Konstipasi atau diare
b. Sering mengejan

9
c. Kongesti pelvis pada kehamilan
d. Pembesaran prostat
e. Fibroma uteri
f. Tumor rektum
g. Penyakit hati kronik disertai hipertensi portal
Menurut Mansjoer, 2000 : 322
a. Herediter
b. Makanan
c. Pekerjaan
d. Psikis
e. Senilitas
4. MANIFESTASI KLINIK
Tanda dan gejalan menurut Smeltzer, 2002 : 1138 :
a. Pendarahan
b. Nyeri akibat inflamasi
c. Edema akibat trombos
Menurut Mansjoer, 2000 : 322
Hemoroid mempunyai tanda dan gejala yang berbeda pada tiap tingkat
a. Hemoroid tingkat I

: varices satu atau lebih V, hemoroidales


interna dengan gejala pendarahan berwarna
segar pada saat buang air besar

b. Hemoroid tingkat II

: varices dari satu atau lebih V. hemoroidales


interna yang keluar dari dubur pada saat
defekasi tapi bisa masuk kembali dengan
sendirinya.

c. Hemoroid tingkat III

: seperti tingkat II tetapi dapat masuk spontan,


harus didorong kembali

d. Hemoroid tingkat IV

: telah terjadi inkaserasi

10
5. PATOFISIOLOGI
Hemoroid timbul karena dilatasi, pembengkakan atau inflamasi vena
hemoroidialis yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus. Yang diawali
karena sering terjadinya peningkatan intra abdomen dan penekanan vena
hemoroid, penekanan tersebut terjadi ketika rectum melebar, lalu terisi
oleh suatu yang keras seperti feses yang keras yang disebabkan oleh
kurang nya konsumsi serat. Hal inilah yang dapat menjadikan sumbatan.
Jika sumbatan tersebut berlangsung terus menerus, dapat menyebabkan
terjadi pelebaran pada vena hemoroid yang permanen. Akibat dari
sumbatan tersebut maka akan terjadi trombosis, distensi, dan perdarahan
yang akan terjadi.
Hemoroid dapat diklasifikasikan atas hemoroid eksterna dan interna.
Adapun hemoroid interna dapat dibagi berdasarkan gambaran klinis yaitu
derajat 1 apabila terjadi pembesan hemoroid yang tidak prolaps keluar
anus. Hanya dapat dilihat dengan anorektoskop, derajat ke dua pembesaran
hemoroid yang prolaps dan menghilang atau masuk sendiri kedalam anus
secara spontan, derajat ke tiga pembesaran hemoroid yang prolaps dapat
masuk lagi kedalam anus dengan bantuan dorongan jari dan derajat ke
empat prolaps hemoroid yang permanen. Rentang dan cenderung
mengalami trombosis dan infrak.
( Marcellus Simardibrata K. 2009)
Manisfestasi dari hemoroid yaitu dapat menyebabkan rasa gatal dan nyeri,
dan sering menyebabkan perdarahan berwarna merah terang pada saat
defekasi. Hemoroid eksternal dihubungkan dengan nyeri hebat akibat
inflamasi dan edema yang sering disebabkan oleh trombosis. Juga dapat
menimbulkan iskemia pada area tersebut dan nekrosis. Dapat juga terjadi
konstipasi serta dapat terjadi prolaps setelah banyak duduk atau berdiri
lama.

11
Adapun komplikasi dari hemoroid antara lain terjadinya perdaharan, pada
derajat satu darah keluar menetes dan memancar, terjadi trombosis karena
hemoroid keluar sehingga lama-lama darah akan membeku dan terjadi
trombosis, dan peradangan kalau terjadi lecet karena tekanan vena
hemoroid dapat terjadi infeksi dan meradang karena disana banyak
kotoran yang ada kuman.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksan dalam rektal, secara digital dan dengan anoskopi, pada
pemeriksaan rektal secara digital mungkin tidak ditemukan apa-apa bila
masih stadium awal. Pemeriksaan

anoskopi dilakukan untuk melihat

hemoroid interna yang tidak mengalami penonjolan. (Mansjoer, 2000 :


322).
7. KOMPLIKASI
Komplikasi yang timbul menurut Mansjoer, 2000 : 324 dan Price, 1995 :
421 :
a. Pendarahan hebat
b. Abses
c. Fistula anal
d. Inkarserasi
e. Trombosis
f. Strangulasi
8. PENATALAKSANAAN
Pasien yang dirawat dengan diagnosa post operasi hemoroidektomi harus
diperlakuakn langsung sebagai pasien, dan berikan pengobatan sebagai berikut :
1. Konservatif
a. Farmakoterapi

12
Obat-obat farmakoterapi dibagi atas 4 yaitu :
1) Obat memperbaiki defekasi
Suplemen serat (fiber supplement), pelincir atau pelicin tinja (stool softener)
2) Obat simtomatik
Bertujuan menghilangkan atau mengurangi keluhan rasa gatal, nyeri, pengurangan
keluhan sering dicampur pelumas (lubricant) vasokontriktor, dan antiseptik lemah.
Anastesi

lokal

digunakan

untuk

menghilangkan

nyeri

serta

diberikan

kortikosteroid.
3) Obat menghentikan perdarahan
Dapat diberikan psylium yang digunakan untuk menghentikan perdarahan pre dan
post op hemoroidektomi.
4) Obat penyembuh dan pencegah serangan hemoroid
Diberikan diosminthesperidin untuk memperbaiki gejala inflamasi, kongesti,
edema dan prolaps.
b. Non Farmakoterapi
Penatalaksanaan ini berupa perbaikan pola hidup, perbaikan pola makan dan
minum, perbaikan pola / cara defekasi dengan mengusahakan buang air besar tiap
hari ( bowel manajemen program ) terdiri dari diet atau pemberian diet tinggi serat
jika di indikasikan ( makanan berserat ), cairan ( minimal 30-40 ml/kgBB/hari ),
serat tambahan ( suplemen serat ), pelicin feses serta perubahan perilaku buang air
besar seperti mengejan yang berlebihan, rendam duduk dengan PK dapat
dilakukan serta mobilisasi guna mempercepat penyembuhan.
2. Operatif
a. Sclero terapi dilakukan dengan agen sclerosing diantara sekitar vena yang akan
memproduksi reaksi inflamasi dan menimbulkan fibrosis. Prosedur ini dapat
dilakukan dengan pasien rawat jalan dengan anjuran 1-4 x injeksi pada pasien
selama 5-7 hari , dan kemudian agen tersebut dapat menimbulakan jaringan parut
pada kanal anus.
b. Hemoroidektomi dapat dilakukan untuk mengangkat semua jaringan sisa vena
hemoroidalis yang melebar yang terlihat dalam proses ini. Selama pembedahan,

13
spingter rectal biasaya didilatasi secara digital dan hemorid diangkat dengan klem
dan kauter atau dengan ligasi dan kemudian dieksisi.
c. Laser Nd : YAG digunakan dalam mengeksisi hemoroid, terutama hemoroid
eksterna. Tindakan ini cepat dan kurang menimbulkan nyeri, hemoragi dan abses
jaringan serta jarang menjadi komplikasi pada periode pasca-operatif.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian Data Dasar
Pengkajian ini untuk pendekatan yang sistematis untuk mengetahui
kebutuhan pasien dengan Hemoroid yang meliputi bio, psiko, sosio dan
spiritual. Pengkajian meliputi :
a. Biodata yang terdiri dari identitas pasien dan penanggung jawab
b. Riwayat kesehatan sekarang
Keadaan paien saat ini yang merupakan gejala dan tanda penyakit,
riwayat kesehatan yang diamil untuk menentukan keadaan saat ini.
Kaji perasaan pasien tentang kondisi seperti halnya :
Apakah klien pernah mengalami pendarahan rektum ? Fesesnya hitam
atau seperti teh ? Nyeri rektal ? Konstipasi / diare ? Apakah ini terjadi
selama defekasi ? Seberapa sering ?
c. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan pasien yang dahulu yang berhubungan dengansaat
ini meliputi : Apakah ada riwayat kanker kolorektal, polip atau
penyakit inflamasi usus besar ? Bagaimana kebiasaan diet terhadp
pemasukan tinggi lemak atau kurang makanan berserat ?
d. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah keluarga ada yang mengalami kanker kolon, polip keluarga
(risiko terjadi kanker kolorektal) ?
e. Pola fungsional yang digunakan yaitu pola fungisonal menurut
Virginia Henderson karena teori keperawatan Virginia Henderson
(Harmer and Handerson, 1995) mencakup seluruh kebutuhan dasar

14
seorang manusia (Henderson, 1964) mendefinisikan keperawatan
sebagai berikut :
Membantu individu yang sakit dan yang sehat dalam melaksanakan
aktivitas

yang

dimiliki,

penyembuhannya

dimana

kontribusi

terhadap

kesehatan

individu

tersebut

akan

dan

mampu

mengerjakannya tanpa bantuan bila memiliki kekuatan, kemauan dan


pengetahuan yang dibutuhkan dan hal ini dilakukan dengan cara
membantu mendapatkan kembali kemandiriannya secepat mungkin
kebutuhan kerangka kerja dalam melakukan asuhan keperawatan
(Henderson, 1996).
14 kebutuhan dasar Henderson adalah :
1. Bernafas secara normal
2. Makan dan minum cukup
3. Eliminasi
4. Bergerak dan mempertahankan posisi yang dikehendaki
5. Istirahat dan tidur
6. Memilih cara berpakaian dan melepas pakaian
7. Mempertahankan temperatur
8. Menjaga tubuh tetap bersih dan rapi
9. Menghindari bahaya dan lingkungan
10. Berkomunikasi dengan orang lain
11. Beribadah menurut keyakinan
12. Bekerja dan menjanjikan prestasi
13. Beriman dan berpartisipasi dalam berbagai bentuk rekreasi
14. Belajar menggali atau memuaskan rasa keinginan yang mengacu
pada perkembangan dan kesehatan normal (Potter, 2005 : 274)
f. Pengkajian fisik pada anus secara umum tujuan pengkajian di sini
adalah untuk mendapatkan data mengenai kondisi anus dan rektum
dengan melakukan inspeksi pada anus untuk mengetahui ada atau
tidaknya hemoroid, lesi atau kemerah-merahan. Normalnya kulit anus
nampak utuh, tidak ada hemoroid, lesi atau kemerah-merahan.

15
Lakukan palpasi pada dinding rektum dan rasakan ada tidaknya
nodula, massa serta nyeri tekan. Bila ditemukan adanya massa, catat
lokasinya secara jelas, misalnya teraba benjolan pada dinding anterior
2 cm proksimal terhadap spingter ani internal. (Priharjo, 1995 : 118)

16
g. Phatway
1. Clinical Pathways

Penyakit hati kronis dan hipertensi


pada vena hemoroidali superior

Kehamilan
Obesitas
Sering mengejan

Mengalirkan darah ke dalam


sistem portal
Sistem portal tidak
mempunyai katub

Vena berdilatasi
Benjolan pada anus

Terjadi aliran balik

Hemoroid
Interna
Trauma oleh feses
yang keras

Pendarahan
berulang

Anemia berat

Perubahan perfusi
jaringan

Menyebabkan
pendarahan saat
defeksasi

Eksterna
Makanan rendah serat
Adanya pelebaran dan
penonjolan pada pleksus
hemoroid inferior

Asupan serat

Terjadi trombosis

Adanya tonjolan saat


mengejan

Nyeri

hemoroidectomi
Insisi bedah
Takut untuk defekasi

3.Resti
infeksi

Terputusnya kontinuitas
jaringan
Respon defekasi

2. Resti Konsipasi

1. Nyeri

Kurangnya informasi
Tidak tahu tentang penyebab
4. Kurang pengetahuan

17
2. Diagnosa Intervensi
a. Nyeri berhubungan dengan insisi bedah (Doenges, 2000)
Ditandai dengan : - Keluhan nyeri / melaporkan rasa sakit
- Perilaku melindungi/distraksi, fokus pada diri sendiri
- Respon autonomik
Intervensi
1. Selidiki keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0 10)
dan faktor pemberat dan penghilang.
2. Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri saat mulai.
3. Pantau tanda-tanda vital.
4. Kaji penyebab ketidaknyamanan yang mungkin selain dari
prosedur operasi.
5. Berikan informasi mengenai sifat ketidaknyamanan, sesuai
kebutuhan.
6. Lakukan reposisi sesuai petunjuk, misalnya semi fowler, miring
7. Dorong penggunaan teknik relaksasi, misalnya latihan nafas dalam
dan teknik distraksi dan lakukan rendam duduk
b. Resiko terhadap konstipasi berhubungan dengan kegagalan berespon
terhadap isyarat untuk defekasi karena takut nyeri
Intervensi
1. Kaji faktor penyebab seperti pembedahan yang menurunkan
kemampuan untuk mengejan.
2. Kurangi nyeri rektal, jika mungkin dengan menginstruksikan
tindakan korektif seperti peningkatan masukan cairan, peningkatan
masukan makanan tinggi serat, lakukan rendam duduk.
3. Lindungi sekitar kulit dari kerusakan seperti evaluasi sekitar kulit.
Bersihkan dengan agen non iritasi misalnya penggunaan gerakan
lembut dan gunakan tissue lembut untuk membersihkan setelah
defekasi, anjurkan rendam duduk setelah defekasi.
4. Lakukan penyuluhan dengan mengajari metode mencegah tekanan
rektum yang memperbesar hemoroid, cegah duduk lama, cegah

18
mengejan ketika defekasi, dan ajari agar feses lunak, mislanya diet
rencah sisa, tinggi masukan cairan.
c. Resiko terhadap Infeksi berhubungan dengan kontaminasi fekal
(Carpenito, 2001).
Intervensi
1. Pantau suhu setiap 4 jam
2. Kaji status nutrisi untuk memberikan masukan protein dan kalori
yang sesuai untuk penyembuhan.
3. Instruksikan klien dan keluarga melakukan tindakan aseptif yang
sesuai.
4. Gunakan teknik aseptif selama mengganti balutan.
d. Resiko terhadap penatalaksanaan aturan terapeutik tak efektif
berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang perawatan luka,
pencegahan kekambuhan, kebutuhan nutrisi (diet, cairan), program
latihan dan tanda dan gejala komplikasi (Carpenito, 2001).
Intervensi
1. Identifikasi

faktor-faktor

penyebab

atau

pendukung

menghambat pengelolaan yang efektif.


2. Bangun rasa pecaya dan kekuatan (Zerwich, 1992)
3. Kurangi / hilangkan untuk proses belajar
4. Kurangi ansietas
5. Tingkatkan proses pembelajaran individu / keluarga.

yang

Anda mungkin juga menyukai