LP Hemoroid
LP Hemoroid
BAB II
KONSEP DASAR
keadaan
patologik.
Hemoroidectomi
yaitu
tindakan
9
c. Kongesti pelvis pada kehamilan
d. Pembesaran prostat
e. Fibroma uteri
f. Tumor rektum
g. Penyakit hati kronik disertai hipertensi portal
Menurut Mansjoer, 2000 : 322
a. Herediter
b. Makanan
c. Pekerjaan
d. Psikis
e. Senilitas
4. MANIFESTASI KLINIK
Tanda dan gejalan menurut Smeltzer, 2002 : 1138 :
a. Pendarahan
b. Nyeri akibat inflamasi
c. Edema akibat trombos
Menurut Mansjoer, 2000 : 322
Hemoroid mempunyai tanda dan gejala yang berbeda pada tiap tingkat
a. Hemoroid tingkat I
b. Hemoroid tingkat II
d. Hemoroid tingkat IV
10
5. PATOFISIOLOGI
Hemoroid timbul karena dilatasi, pembengkakan atau inflamasi vena
hemoroidialis yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus. Yang diawali
karena sering terjadinya peningkatan intra abdomen dan penekanan vena
hemoroid, penekanan tersebut terjadi ketika rectum melebar, lalu terisi
oleh suatu yang keras seperti feses yang keras yang disebabkan oleh
kurang nya konsumsi serat. Hal inilah yang dapat menjadikan sumbatan.
Jika sumbatan tersebut berlangsung terus menerus, dapat menyebabkan
terjadi pelebaran pada vena hemoroid yang permanen. Akibat dari
sumbatan tersebut maka akan terjadi trombosis, distensi, dan perdarahan
yang akan terjadi.
Hemoroid dapat diklasifikasikan atas hemoroid eksterna dan interna.
Adapun hemoroid interna dapat dibagi berdasarkan gambaran klinis yaitu
derajat 1 apabila terjadi pembesan hemoroid yang tidak prolaps keluar
anus. Hanya dapat dilihat dengan anorektoskop, derajat ke dua pembesaran
hemoroid yang prolaps dan menghilang atau masuk sendiri kedalam anus
secara spontan, derajat ke tiga pembesaran hemoroid yang prolaps dapat
masuk lagi kedalam anus dengan bantuan dorongan jari dan derajat ke
empat prolaps hemoroid yang permanen. Rentang dan cenderung
mengalami trombosis dan infrak.
( Marcellus Simardibrata K. 2009)
Manisfestasi dari hemoroid yaitu dapat menyebabkan rasa gatal dan nyeri,
dan sering menyebabkan perdarahan berwarna merah terang pada saat
defekasi. Hemoroid eksternal dihubungkan dengan nyeri hebat akibat
inflamasi dan edema yang sering disebabkan oleh trombosis. Juga dapat
menimbulkan iskemia pada area tersebut dan nekrosis. Dapat juga terjadi
konstipasi serta dapat terjadi prolaps setelah banyak duduk atau berdiri
lama.
11
Adapun komplikasi dari hemoroid antara lain terjadinya perdaharan, pada
derajat satu darah keluar menetes dan memancar, terjadi trombosis karena
hemoroid keluar sehingga lama-lama darah akan membeku dan terjadi
trombosis, dan peradangan kalau terjadi lecet karena tekanan vena
hemoroid dapat terjadi infeksi dan meradang karena disana banyak
kotoran yang ada kuman.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksan dalam rektal, secara digital dan dengan anoskopi, pada
pemeriksaan rektal secara digital mungkin tidak ditemukan apa-apa bila
masih stadium awal. Pemeriksaan
12
Obat-obat farmakoterapi dibagi atas 4 yaitu :
1) Obat memperbaiki defekasi
Suplemen serat (fiber supplement), pelincir atau pelicin tinja (stool softener)
2) Obat simtomatik
Bertujuan menghilangkan atau mengurangi keluhan rasa gatal, nyeri, pengurangan
keluhan sering dicampur pelumas (lubricant) vasokontriktor, dan antiseptik lemah.
Anastesi
lokal
digunakan
untuk
menghilangkan
nyeri
serta
diberikan
kortikosteroid.
3) Obat menghentikan perdarahan
Dapat diberikan psylium yang digunakan untuk menghentikan perdarahan pre dan
post op hemoroidektomi.
4) Obat penyembuh dan pencegah serangan hemoroid
Diberikan diosminthesperidin untuk memperbaiki gejala inflamasi, kongesti,
edema dan prolaps.
b. Non Farmakoterapi
Penatalaksanaan ini berupa perbaikan pola hidup, perbaikan pola makan dan
minum, perbaikan pola / cara defekasi dengan mengusahakan buang air besar tiap
hari ( bowel manajemen program ) terdiri dari diet atau pemberian diet tinggi serat
jika di indikasikan ( makanan berserat ), cairan ( minimal 30-40 ml/kgBB/hari ),
serat tambahan ( suplemen serat ), pelicin feses serta perubahan perilaku buang air
besar seperti mengejan yang berlebihan, rendam duduk dengan PK dapat
dilakukan serta mobilisasi guna mempercepat penyembuhan.
2. Operatif
a. Sclero terapi dilakukan dengan agen sclerosing diantara sekitar vena yang akan
memproduksi reaksi inflamasi dan menimbulkan fibrosis. Prosedur ini dapat
dilakukan dengan pasien rawat jalan dengan anjuran 1-4 x injeksi pada pasien
selama 5-7 hari , dan kemudian agen tersebut dapat menimbulakan jaringan parut
pada kanal anus.
b. Hemoroidektomi dapat dilakukan untuk mengangkat semua jaringan sisa vena
hemoroidalis yang melebar yang terlihat dalam proses ini. Selama pembedahan,
13
spingter rectal biasaya didilatasi secara digital dan hemorid diangkat dengan klem
dan kauter atau dengan ligasi dan kemudian dieksisi.
c. Laser Nd : YAG digunakan dalam mengeksisi hemoroid, terutama hemoroid
eksterna. Tindakan ini cepat dan kurang menimbulkan nyeri, hemoragi dan abses
jaringan serta jarang menjadi komplikasi pada periode pasca-operatif.
14
seorang manusia (Henderson, 1964) mendefinisikan keperawatan
sebagai berikut :
Membantu individu yang sakit dan yang sehat dalam melaksanakan
aktivitas
yang
dimiliki,
penyembuhannya
dimana
kontribusi
terhadap
kesehatan
individu
tersebut
akan
dan
mampu
15
Lakukan palpasi pada dinding rektum dan rasakan ada tidaknya
nodula, massa serta nyeri tekan. Bila ditemukan adanya massa, catat
lokasinya secara jelas, misalnya teraba benjolan pada dinding anterior
2 cm proksimal terhadap spingter ani internal. (Priharjo, 1995 : 118)
16
g. Phatway
1. Clinical Pathways
Kehamilan
Obesitas
Sering mengejan
Vena berdilatasi
Benjolan pada anus
Hemoroid
Interna
Trauma oleh feses
yang keras
Pendarahan
berulang
Anemia berat
Perubahan perfusi
jaringan
Menyebabkan
pendarahan saat
defeksasi
Eksterna
Makanan rendah serat
Adanya pelebaran dan
penonjolan pada pleksus
hemoroid inferior
Asupan serat
Terjadi trombosis
Nyeri
hemoroidectomi
Insisi bedah
Takut untuk defekasi
3.Resti
infeksi
Terputusnya kontinuitas
jaringan
Respon defekasi
2. Resti Konsipasi
1. Nyeri
Kurangnya informasi
Tidak tahu tentang penyebab
4. Kurang pengetahuan
17
2. Diagnosa Intervensi
a. Nyeri berhubungan dengan insisi bedah (Doenges, 2000)
Ditandai dengan : - Keluhan nyeri / melaporkan rasa sakit
- Perilaku melindungi/distraksi, fokus pada diri sendiri
- Respon autonomik
Intervensi
1. Selidiki keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0 10)
dan faktor pemberat dan penghilang.
2. Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri saat mulai.
3. Pantau tanda-tanda vital.
4. Kaji penyebab ketidaknyamanan yang mungkin selain dari
prosedur operasi.
5. Berikan informasi mengenai sifat ketidaknyamanan, sesuai
kebutuhan.
6. Lakukan reposisi sesuai petunjuk, misalnya semi fowler, miring
7. Dorong penggunaan teknik relaksasi, misalnya latihan nafas dalam
dan teknik distraksi dan lakukan rendam duduk
b. Resiko terhadap konstipasi berhubungan dengan kegagalan berespon
terhadap isyarat untuk defekasi karena takut nyeri
Intervensi
1. Kaji faktor penyebab seperti pembedahan yang menurunkan
kemampuan untuk mengejan.
2. Kurangi nyeri rektal, jika mungkin dengan menginstruksikan
tindakan korektif seperti peningkatan masukan cairan, peningkatan
masukan makanan tinggi serat, lakukan rendam duduk.
3. Lindungi sekitar kulit dari kerusakan seperti evaluasi sekitar kulit.
Bersihkan dengan agen non iritasi misalnya penggunaan gerakan
lembut dan gunakan tissue lembut untuk membersihkan setelah
defekasi, anjurkan rendam duduk setelah defekasi.
4. Lakukan penyuluhan dengan mengajari metode mencegah tekanan
rektum yang memperbesar hemoroid, cegah duduk lama, cegah
18
mengejan ketika defekasi, dan ajari agar feses lunak, mislanya diet
rencah sisa, tinggi masukan cairan.
c. Resiko terhadap Infeksi berhubungan dengan kontaminasi fekal
(Carpenito, 2001).
Intervensi
1. Pantau suhu setiap 4 jam
2. Kaji status nutrisi untuk memberikan masukan protein dan kalori
yang sesuai untuk penyembuhan.
3. Instruksikan klien dan keluarga melakukan tindakan aseptif yang
sesuai.
4. Gunakan teknik aseptif selama mengganti balutan.
d. Resiko terhadap penatalaksanaan aturan terapeutik tak efektif
berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang perawatan luka,
pencegahan kekambuhan, kebutuhan nutrisi (diet, cairan), program
latihan dan tanda dan gejala komplikasi (Carpenito, 2001).
Intervensi
1. Identifikasi
faktor-faktor
penyebab
atau
pendukung
yang