LP Anemia
LP Anemia
PENGERTIAN
Anemia berarti kekurangan sel darah merah dapat disebabkan oleh
hilangnya darah terlalu cepatatau kerena terlalu lambatnya produksi sel
darah merah (Guyton, 1997:538)
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti
kehilangan komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi
yang
dibutuhkan
untuk
pembentukan
sel
darah
merah,
yang
EPIDEMIOLOGI
Prevalensi anemia aplastik yang tinggi terdapat di bagian tropik
yang dapat mencapai hingga 40 % di daerah tertentu.Prevalensi anemia
aplastik lebih rendah di dapat juga di daerah Mediteranian, Saudi Arabia
dan beberapa bagian di India. Anemia aplastik adalah anemia yang terjadi
akibat rusaknya sumsum tulang belakang yang paling banyak didapat.
Pembawa sifat diturunkan secara dominan. Insiden diantara orang
PENYEBAB
Penyebab dari anemia antara lain :
a
Kehilangan darah
Manifestasi klinis
Pucat , penurunan kesadaran, keletihan
berat , kelemahan, nyeri kepala, demam,
dipsnea,
Kulit
vertigo,
sensitive
terhadap
dingin, BB turun.
Jaundice (anemia hemolitik), warna kulit
pucat, sianosis, kulit kering, kuku rapuh,
koylonychia, clubbing finger, CRT > 2
detik,
elastisitas
kulit
munurun,
aplastik)
Penglihatan
Telinga
Mulut
konjungtiva pucat.
Vertigo, tinnitus
Mukosa licin dan mengkilat, stomatitis,
perdarahan
kabur,
gusi,
jaundice
atrofi
papil
sclera,
lidah,
asam folat)
Dipsneu, takipnea, dan orthopnea
Takikardia, lesu, cepat lelah, palpitasi,
sesak waktu kerja, angina pectoris dan
bunyi
jantung
murmur,
hipotensi,
Gastrointestinal
Anoreksia,
mual-muntah,
hepatospleenomegali
(pada
anemia
hemolitik)
Nyeri pinggang, sendi
Sakit kepala, pusing, tinnitus, mata
Muskuloskletal
System persyarafan
berkunang-kunang,
kelemahan
otot,
PATOFISIOLOGI
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum
tulang
atau
kehilangan
sel
darah
merah
berlebihan
atau
KLASIFIKASI
Klasifikasi anemia menurut faktor morfologi menurut Bakta (2003):
a
Sel darah merah memiliki ukuran sel yang kecil dan pewarnaan yang
berkurang atau kadar hemoglobin yang kurang (penurunan MCV dan
penurunan MCH)
Bentuk megaloblastik
1 Anemia defisiensi asam folat
2 Anemia defisiensi B12, termasuk anemia pernisiosa
Bentuk non-megaloblastik
1 Anemia pada penyakit hati kronik
2 Anemia pada hipotiroidisme
3 Anemia pada sindrom mielodisplastik
Faktor ekstrakorpuskuler
-
Antibody
terhadap
eritrosit:
(Autoantibodi-AIHA,
isoantibodi-HDN)
Hipersplenisme
Akibat infeksi
Kerusakan mekanik
Factor intrakorpuskuler
-
Gangguan
hemoglobin
(hemoglobinopati
structural,
thalasemia)
(Bakta, 2003:15,16)
Anemia yang terjadi akibat menurunnya produksi SDM antara lain
menurut Bakta,(2003):
Anemia megaloblastik
Kebutuhan folat sangat kecil biasanya terjadi pada orang yang kurang
makan sayuran dan buah-buahan, gangguan pada pencernaan, alkolik
dapat
meningkatkan
kebutuhan
folat,
wanita
hamil,
masa
Anemia aplastik
Anemia hemolitik
anemia hemolitik terjadi akibat peningkatan hemolisis dari eritrosit
sehingga usia SDM lebih pendek yang disebabkan oleh : 5% dari jenis
anemia, herediter, Hb abnormal, membran eritrosit rusak, thalasemia,
anemia sel sabit, reaksi autoimun, toksik, kimia, pengobatan, infeksi,
kerusakan fisik
anemia sel sabit adalah anemia hemolitk berat yang ditandai dengan
SDM kecil sabit, dan pembesaran limfa akibat kerusakan molekul Hb
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG
elektroforesis
mengidentifikasi
tipe
struktur
hemoglobin.
Nilai normal Hb (gr/dl) : Bilirubin serum (tak terkonjugasi):
meningkat (AP, hemolitik).
j. Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q. Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi
gaster, menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB).
r. Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa
sisi
perdarahan : perdarahan GI
s. Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak
adanya asam hidroklorik bebas (AP).
t. Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak
berubah
dalam
jumlah,
ukuran,
dan
bentuk,
membentuk,
KOMPLIKASI
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang.Akibatnya,
penderita anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek,
gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga
menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat. Pada
kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan
dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir
dengan berat badan rendah, anemia bisa juga mengganggu perkembangan
organ-organ tubuh, termasuk otak. Anemia berat, gagal jantung kongesti
dapat terjadi karena otot jantung yang anoksik tidak dapat beradaptasi
terhadap beban kerja jantung yang meningkat. Selain itu dispnea, nafas
pendek dan cepat lelah waktu melakukan aktivitas jasmani merupakan
manifestasi berkurangnya pengurangan oksigen (Price &Wilson, 2006)
PENATALAKSANAAN
Tujuan utama dari terapi anemia adalah untuk identifikasi dan perawatan
karena penyebab kehilangan darah,dekstruksi sel darah atau penurunan
produksi sel darah merah.pada pasien yang hipovelemik menurut
Catherino,2003 :
a. pemberian tambahan oksigen, pemberian cairan intravena,
b. resusitasi pemberian cairan kristaloid dengan normal salin.
c. tranfusi kompenen darah sesuai indikasi
bahaya
dipertimbangkan
overload.
pemberian
Sebagai
furosemid
premediasi
intravena.
dapat
(Bakta,
2003:36)
Anemia Sideroblastik
Anemia Megaloblastik
Terapi utama anemia defisiensi vitamin B12 dan deficiensi asam folat
adalah terapi ganti dengan vitamin B12 atau asam folat meskipun
demikian terapi kausal dengan perbaikan gizi dan lain-lain tetap harus
dilakukan:
1) Respon terhadap terapi: retikulosit mulai naik hari 2-3 dengan
puncak pada hari 7-8. Hb harus naik 2-3 g/dl tiap 2 minggu.
Neuropati biasanya dapat membaik tetapi kerusakan medula
spinalis biasanya irreverrsible. (Bakta, 2003:48)
2) Untuk deficiensi asam folat, berikan asam folat 5 mg/hari selama
4 bulan.
3) Untuk deficiensi vitamin B12: hydroxycobalamin intramuskuler
200 mg/hari, atau 1000 mg diberikan tiap minggu selama 7
minggu. Dosis pemeliharaan 200 mg tiap bulan atau 1000 mg tiap
3 bulan.
Anemia Perniciosa
Sama dengan terapi anemia megaloblastik pada umumnya maka terapi
utama untuk anemia pernisiosa adalah:
1) Terapi ganti (replacement) dengan vitamin B12
2) Terapi pemeliharaan
3) Monitor kemungkinan karsinoma gaster.
Anemia Hemolitik
Pengibatan anemia hemolitik sangat tergantung keadaan klinik kasus
tersebut serta penyebab hemolisisnya karena itu sangat bervariasi dari
kasus per kasus. Akan tetapi pada dasarnya terapi anemia hemolitik
dapat dibagi menjadi 3 golongan besar, yaitu:
1) Terapi gawat darurat
Pada hemolisis intravaskuler, dimana terjadi syok dan gagal ginjal
akut maka harus diambil tindakan darurat untuk mengatasi syok,
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, sertaa
memperbaiki
fungsi
ginjal.
Jika
terjadi
anemia
berat,
pertimbangan transfusi darah harus dilakukan secara sangat hatihati, meskipun dilakukan cross matchng, hemolisis tetap dapat
terjadi sehingga memberatkan fungsi organ lebih lanjut. Akan
tetapi jika syok berat telah teerjadi maka tidak ada pilihan lain
selain transfusi.
2) Terapi Kausal
Terapi kausal tentunya menjadi harapan untuk dapat memberikan
kesembuhan total. Tetapi sebagian kasus bersifat idiopatik, atau
disebabkan oleh penyebab herediter-familier yang belum dapat
dikoreksi. Tetapi bagi kasus yang penyebabnya telah jelas maka
terapi kausal dapt dilaksanakan.
3) Terapi Suportif-Simtomatik
Terapi ini diberikan untuk menek proses hemolisis terutama di
limpa. Pada anemia hemolitik kronik familier-herediter sering
diperlukan transfusi darah teratur untuk mempertahankan kadar
hemoglobin. Bahkan pada thalasemia mayor dipakai teknik
supertransfusi atau hipertransfusi untuk mempertahankan keadaan
umum dan pertumbuhan pasien.
Pada anemia hemolitik kronik dianjurkan pemberian asam folat
0,15-0,3 mg/hari untuk mencegah krisis megaloblastik.
menyebabkan
keadaan
sekarang.
Riwayat
penyakit
pekerjaan
klien,
apakah
klien
mampu
melakukan
3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi :
a. Keadaan umum
Meliputi penampilan, kesadaran dan GCS
kepala?Benjolan?Lesi?Nyeri
tekan?Kebersihan
(anemis
Simetris?Bentuk?Gerakan
atau
tidak)?Seklera?Pupil?
ekstrakuler?Ketajaman
7) Leher
Adakah pembesaran getah bening?Kelenjar tiroid?Nyeri
tekan?JVP.
e. Dada
Meliputi paru paru dan jantung dengan menggunakan :
Paru paru :
I
: bentuk, kesimetrisan
: taktil fremitus
Jantung
I
f. Abdomen
Pemeriksaan menggunkan :
I
g. Genetalia
Kebersihan atau terpasang kateter jika iya volume urine
h. Anus
Apakah ada benjlan pada anus atau tidak
i. Ektremitas
Gerak,adakah kelainan bawaan, akral, odema, kekuatan otot
Kegagalan
produksi SDM o/
sum-sum tulang
Destruksi SDM
berlebih
Perdarahan/hemofilia
Penurunan SDM
Hb berkurang
Anemia
PK Anemia
Hipoksia
Penurunan
kerja GI
Mekanisme an aerob
Peristaltik
menurun
Kerja
lambung
menurun
Makanan
susah
dicerna
As. Lambung
meningkat
Konstipasi
Anoreksia
mual
Perubahan
nutrisi
kurang dari
kebutuhan
Pola nafas
tidak efektif
sesak
Gg.
perfusi
jaringan
serebral
Reaksi antar
saraf berkurang
SSP
Asam laktat
Pusing
ATP berkurang
Kelelahan
Energy untuk
membentuk antibodi
berkurang
Intoleransi
aktivitas
Resiko infeksi
Nyeri
2. Intervensi keperawatan
Diagnosa Keperawatan/ Masalah
Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
NIC :
Manajemen konstipasi
Identifikasi
faktor-faktor
yang menyebabkan
konstipasi
Monitor tanda-tanda ruptur bowel/peritonitis
Jelaskan penyebab dan rasionalisasi tindakan pada
pasien
Konsultasikan dengan dokter tentang peningkatan
dan penurunan bising usus
Kolaburasi jika ada tanda dan gejala konstipasi yang
menetap
Jelaskan pada pasien manfaat diet (cairan dan serat)
terhadap eliminasi
Jelaskan pada klien konsekuensi menggunakan
laxative dalam waktu yang lama
Kolaburasi dengan ahli gizi diet tinggi serat dan cairan
Dorong peningkatan aktivitas yang optimal
Sediakan privacy dan keamanan selama BAB
EBN
Diagnosa
Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Intoleransi aktivitas
Berhubungan dengan :
Kelemahan menyeluruh
Ketidakseimbangan antara
suplei oksigen dengan
kebutuhan
Gaya hidup yang dipertahankan.
DS:
Adanya
dyspneu
atau
ketidaknyamanan
saat
beraktivitas.
DO :
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
NOC :
Self Care : ADLs
Toleransi aktivitas
Konservasi eneergi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama . Pasien bertoleransi terhadap
aktivitas dengan Kriteria Hasil :
Berpartisipasi dalam aktivitas fisik
tanpa disertai peningkatan tekanan
darah, nadi dan RR
Mampu melakukan aktivitas sehari
hari (ADLs) secara mandiri
Keseimbangan
aktivitas
dan
istirahat
Intervensi
NIC :
Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan
aktivitas
Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi
secara berlebihan
Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas
(takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat,
perubahan hemodinamik)
Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik
dalam merencanakan progran terapi yang tepat.
Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang
mampu dilakukan
Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai
dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial
Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan
sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang
diinginkan
Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti
kursi roda, krek
Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu
luang
Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam beraktivitas
Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan
penguatan
Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual
EBN
Diagnosa
Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Pola
Nafas
tidak
efektif
berhubungan dengan :
Hiperventilasi
Penurunan energi/kelelahan
Perusakan/pelemahan
muskuloskeletal
Kelelahan otot pernafasan
Hipoventilasi sindrom
Nyeri
Kecemasan
Disfungsi Neuromuskuler
Obesitas
Injuri tulang belakang
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
NOC:
NIC:
Respiratory status : Ventilation
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Respiratory status : Airway patency Pasang mayo bila perlu
Vital sign Status
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
Setelah
dilakukan
tindakan Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
keperawatan selama ..pasien
Berikan bronkodilator :
menunjukkan keefektifan pola nafas,
-..
dibuktikan dengan kriteria hasil:
.
Mendemonstrasikan batuk efektif
Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
dan suara nafas yang bersih, tidak
ada sianosis dan dyspneu (mampu Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
mengeluarkan sputum, mampu Monitor respirasi dan status O2
bernafas dg mudah, tidakada Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
DS:
Pertahankan jalan nafas yang paten
pursed lips)
Dyspnea
Menunjukkan jalan nafas yang Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
Nafas pendek
paten (klien tidak merasa tercekik, Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
DO:
irama nafas, frekuensi pernafasan Monitor vital sign
Penurunan
tekanan
dalam rentang normal, tidak ada Informasikan pada pasien dan keluarga tentang tehnik
inspirasi/ekspirasi
suara nafas abnormal)
relaksasi untuk memperbaiki pola nafas.
Penurunan pertukaran udara per Tanda Tanda vital dalam rentang
Ajarkan
bagaimana batuk efektif
menit
normal (tekanan darah, nadi, Monitor pola nafas
Menggunakan otot pernafasan
pernafasan)
tambahan
Orthopnea
Pernafasan pursed-lip
Tahap ekspirasi berlangsung sangat
lama
Penurunan kapasitas vital
Respirasi: < 11 24 x /mnt
EBN
Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
Berhubungan dengan :
Ketidakmampuan untuk
memasukkan atau mencerna nutrisi
oleh karena faktor biologis,
psikologis atau ekonomi.
DS:
- Nyeri abdomen
- Muntah
- Kejang perut
- Rasa penuh tiba-tiba setelah makan
DO:
- Diare
- Rontok rambut yang berlebih
- Kurang nafsu makan
- Bising usus berlebih
- Konjungtiva pucat
- Denyut nadi lemah
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
NOC:
c Weight Control
Setelah dilakukan tindakan
Albumin serum
Hematokrit
Hemoglobin
Jumlah limfosit
EBN
Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Risiko infeksi
Faktor-faktor risiko :
- Prosedur Infasif
- Kerusakan jaringan dan
peningkatan paparan lingkungan
- Malnutrisi
- Peningkatan paparan lingkungan
patogen
- Imonusupresi
- Tidak adekuat pertahanan sekunder
(penurunan Hb, Leukopenia,
penekanan respon inflamasi)
- Penyakit kronik
- Imunosupresi
- Malnutrisi
- Pertahan primer tidak adekuat
(kerusakan kulit, trauma
jaringan, gangguan peristaltik)
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
NOC :
Immune Status
Knowledge : Infection control
Risk control
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan selama pasien tidak
mengalami infeksi dengan kriteria
hasil:
Klien bebas dari tanda dan gejala
infeksi
Menunjukkan kemampuan untuk
mencegah timbulnya infeksi
Jumlah leukosit dalam batas
normal
Menunjukkan perilaku hidup
sehat
Status imun, gastrointestinal,
genitourinaria
dalam
batas
normal
Intervensi
NIC :
Pertahankan teknik aseptif
Batasi pengunjung bila perlu
Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
keperawatan
Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan petunjuk
umum
Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi
kandung kencing
Tingkatkan intake nutrisi
Berikan terapi antibiotik:.................................
Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
Pertahankan teknik isolasi k/p
Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
Monitor adanya luka
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4 jam
EBN
DAFTAR PUSTAKA
Bakta, I Made.2003.Hematologi Klinik Dasar.Jakarta:EGC
Catherino jeffrey M.2003.Emergency medicine handbook USA:Lipipincott Williams
Doenges, Marylinn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Ed. 3, EGC: Jakarta.
Kahsasi, Daniel. 2009. Anemia Acute. http://emedicine.medscape.com/article/159803-media,
emergency_medicine. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2011
Nanda.2005.Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda definisi dan Klasifikasi 20052006.Editor : Budi Sentosa.Jakarta:Prima Medika
Price, S.A, 2000, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Jakarta : EGC
Smeltzer, C.S.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Edisi 8.
Jakarta : EGC