Anda di halaman 1dari 30

A.

KONSEP DASAR PENYAKIT


1

PENGERTIAN
Anemia berarti kekurangan sel darah merah dapat disebabkan oleh
hilangnya darah terlalu cepatatau kerena terlalu lambatnya produksi sel
darah merah (Guyton, 1997:538)
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti
kehilangan komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi
yang

dibutuhkan

untuk

pembentukan

sel

darah

merah,

yang

mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges,


1999:569 ).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel
darah merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells
(hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006:256).
Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan
kadar HB atau hematokrit dibawah normal. Anemia bukan merupakan
penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan sutu penyakit atau
gangguan fungsi tubuh. (Smeltzer, 2002:935 ) .
Anemia ialah keadaan dimana massa eritrosit dan/atau massa
hemoglobin yang beredar tidak dapat memenuhi fungsinya untuk
menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh. (Bakta, 2003:12)
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel
darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal
(Smeltzer, 2002 : 935).
2

EPIDEMIOLOGI
Prevalensi anemia aplastik yang tinggi terdapat di bagian tropik
yang dapat mencapai hingga 40 % di daerah tertentu.Prevalensi anemia
aplastik lebih rendah di dapat juga di daerah Mediteranian, Saudi Arabia
dan beberapa bagian di India. Anemia aplastik adalah anemia yang terjadi
akibat rusaknya sumsum tulang belakang yang paling banyak didapat.
Pembawa sifat diturunkan secara dominan. Insiden diantara orang

Amerika berkulit hitam adalah sekitar 8 % sedangkan status homozigot


yang diturunkan secara resesif berkisar antara 0,3 1,5 %. (Noer
Sjaifullah H.M, 1999, hal 535).
3

PENYEBAB
Penyebab dari anemia antara lain :
a

Gangguan produksi sel darah merah, yang dapat terjadi karena;

Perubahan sintesa Hb yang dapat menimbulkan anemia

Perubahan sintesa DNA akibat kekurangan nutrient

Fungsi sel induk (stem sel ) terganggu

Inflitrasi sum-sum tulang

Kehilangan darah

Akut karena perdarahan

Kronis karena perdarahan

Hemofilia (defisiensi faktor pembekuan darah)

Meningkatnya pemecahan eritrosit (hemolisis) yang dapat terjadi


karena;

Faktor bawaan misalnya kekurangan enzim G6PD

Faktor yang didapat, yaitu bahan yang dapat merusak eritrosit

Bahan baku untuk membentuk eritrosit tidak ada


Ini merupakan penyebab tersering dari anemia dimana terjadi
kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis eritrosit, antara lain
besi, vitamin B12 dan asam folat.

TANDA dan GEJALA


Tanda dan Gejala yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari
berbagai sistem dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik,
gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan
perilaku, anorexia (badan kurus), pica, serta perkembangan kognitif yang
abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan,

gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung.Cara


mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah,
lalai.Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia.
Gejala lain adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak
mata bawah).
Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga
dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa
menyebabkan stroke atau serangan jantung.(Price ,2000:256-264)
Manifestasi klinis
Manifestasi klinis dari anemia menurut Bakta (2003), adalah :
Area
Keadaan umum

Manifestasi klinis
Pucat , penurunan kesadaran, keletihan
berat , kelemahan, nyeri kepala, demam,
dipsnea,

Kulit

vertigo,

sensitive

terhadap

dingin, BB turun.
Jaundice (anemia hemolitik), warna kulit
pucat, sianosis, kulit kering, kuku rapuh,
koylonychia, clubbing finger, CRT > 2
detik,

elastisitas

kulit

munurun,

perdarahan kulit atau mukosa (anemia


Mata

aplastik)
Penglihatan

Telinga
Mulut

konjungtiva pucat.
Vertigo, tinnitus
Mukosa licin dan mengkilat, stomatitis,
perdarahan

kabur,

gusi,

jaundice

atrofi

papil

sclera,

lidah,

glossitis, lidah merah (anemia deficiency


Paru paru
Kardiovaskuler

asam folat)
Dipsneu, takipnea, dan orthopnea
Takikardia, lesu, cepat lelah, palpitasi,
sesak waktu kerja, angina pectoris dan
bunyi

jantung

murmur,

kardiomegali, gagal jantung

hipotensi,

Gastrointestinal

Anoreksia,

mual-muntah,

hepatospleenomegali

(pada

anemia

hemolitik)
Nyeri pinggang, sendi
Sakit kepala, pusing, tinnitus, mata

Muskuloskletal
System persyarafan

berkunang-kunang,

kelemahan

otot,

irritable, lesu perasaan dingin pada


ekstremitas.
5

PATOFISIOLOGI
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum
tulang

atau

kehilangan

sel

darah

merah

berlebihan

atau

keduanya.Kegagalan sumsum tulang dapat terjadi akibat kekurangan


nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab
yang tidak diketahui.Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan
atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat
akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah
merah normal atau akibat beberapa faktor diluar sel darah merah yang
menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sistem
fagositik atau dalam sistem retikuloendotelial terutama dalam hati dan
limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk
dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi
sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan
bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5
mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera(Smeltzer & Bare. 2002 : 935 ).

KLASIFIKASI
Klasifikasi anemia menurut faktor morfologi menurut Bakta (2003):
a

Anemia hipokromik mikrositer : MCV < 80 fl dan MCH < 27 pg

Sel darah merah memiliki ukuran sel yang kecil dan pewarnaan yang
berkurang atau kadar hemoglobin yang kurang (penurunan MCV dan
penurunan MCH)

1 Anemia defisiensi besi


2 Thalasemia major
3 Anemia akibat penyakit kronik
4 Anemia sideroblastik
Anemia normokromik normositer : MCV 80-95 fl dan MCH 27-34 pg
Sel darah merah memiliki ukuran dan bentuk normal serta
mengandung jumlah hemoglobin dalam batas normal.

1 Anemia pasca perdarahan akut


2 Anemia aplastik
3 Anemia hemolitik didapat
4 Anemia akibat penyakit kronik
5 Anemia pada gagal ginjal kronik
6 Anemia pada sindrom mielodisplastik
7 Anemia leukemia akut
Anemia normokromik makrositer : MCV > 95 fl
Sel darah merah memiliki ukuran yang ukuran yang lebih besar dari
pada normal tetapi tetapi kandungan hemoglobin dalam batas normal
(MCH meningkat dan MCV normal).
1

Bentuk megaloblastik
1 Anemia defisiensi asam folat
2 Anemia defisiensi B12, termasuk anemia pernisiosa
Bentuk non-megaloblastik
1 Anemia pada penyakit hati kronik
2 Anemia pada hipotiroidisme
3 Anemia pada sindrom mielodisplastik

Klasifikasi anemia menurut faktor etiologi menurut Bakta(2003) :


a

Anemia karena produksi eritrosit menurun


1

kekurangan bahan unuk eritrosit (anemia defisiensi besi, dan


anemia deisiensi asam folat/ anemia megaloblastik)

gangguan utilisasi besi (anemia akibat penyakit kronik, anemia


sideroblastik)

kerusakan jaringan sumsum tulang (atrofi dengan penggantian


oleh jaringan lemak:anemia aplastik/hiplastik, penggantian oleh
jaringan fibrotic/tumor:anemia leukoeritoblastik/mielopstik)

Fungsi sumsum tulang kurang baik karena tidak diketahui.


(anemia diserotropoetik, anemia pada sindrom mielodiplastik)

Kehilangan eritrosit dari tubuh.

Anemia pasca perdarahan akut.

Anemia pasca perdarahan kronik

Peningkatan penghancuran eritrosit dalam tubuh (hemolisis)


1

Faktor ekstrakorpuskuler
-

Antibody

terhadap

eritrosit:

(Autoantibodi-AIHA,

isoantibodi-HDN)

Hipersplenisme

Pemaparan terhadap bahan kimia

Akibat infeksi

Kerusakan mekanik

Factor intrakorpuskuler
-

Gangguan membrane (hereditary spherocytosis, hereditary


elliptocytosis)

Gangguan enzim (defisiensi piruvat kinase, defisiensi


G6PD)

Gangguan

hemoglobin

(hemoglobinopati

structural,

thalasemia)
(Bakta, 2003:15,16)
Anemia yang terjadi akibat menurunnya produksi SDM antara lain
menurut Bakta,(2003):

Anemia defisiensi besi

Anemia defisiensi besi merupakan gejala kronis dengan keadaan


hipokromik (konsentrasi Hb kurang), mikrositik yang disebabkan oleh
suplai besi kurang dalam tubuh.kurangnya besi berpengaruh dalam

pembentukan Hb sehingga konsentrasinya dalam SDM berkurang, hal


ini akan mengakibatkan tidak adekuatnya pengangkutan oksigen
keseluruh jaringan tubuh. Pada keadaan normal kebutuhan besi orang
dewasa adalah 2- 4 gm. Pada laki-laki kebutuhan besi adalah 50
mg/kgBB dan pada wanita 35 mg/kgBB ( Lawrence M Tierney, 2003)
dan hamper 2/3 terdapat dalam Hb. Absorbsi besi terjadi dilambung,
duodenum dan jejunum bagian atas adanya erosi esofagitis, gaster,
ulser duodenum, kanker dan adenoma kolon akan mempengaruhi
absobsi besi.

Anemia megaloblastik

Anemia yang disebabkan karena rusaknya sintesis DNA yang


mengakibatkan tidak sempurnanya SDM. Keadaan ini disebabkan
karena defisiensi vitamin B12 dan asam folat.karakteristik SDM ini
adalah adanya megaloblas abnormal, Prematur dengan fungsi yang
tidak normal dan dihancurkan semasa dalam sumsum tulang sehingga
terjadinya eritropoeisis dengan masa hidup eritrosit yang lebih
pendek.yang akan mengakibatkan leucopenia, trombositopenia

Anemia defisiensi vitamin B12

Merupakan gangguan autoimun karena tidak adanya faktor intrinsik yang


diproduksi di sel parietal lambung sehingga terjadi gangguan absobsi
vitamin B12.

Anemia defisiesi asam folat

Kebutuhan folat sangat kecil biasanya terjadi pada orang yang kurang
makan sayuran dan buah-buahan, gangguan pada pencernaan, alkolik
dapat

meningkatkan

kebutuhan

folat,

wanita

hamil,

masa

pertumbuhan. Defisiensi asam folat juga dapat mengakibatkan


sindrom malabsobsi

Anemia aplastik

Terjadi akibat ketidak sanggupan sumsum tulang untuk membentuk sel


sel darah.Kegagalan tersebut disebabkan oleh kerusakan primer atau
zat yang dapat merusak sumsum tulang (Mielotoksin).
Anemia karena meningkatnya destruksi atau kerusakan SDM dapat
terjadi karena hiperaktifnya RES.
Meningkatnya destruksi SDM dan tidak adekuatnya produksi SDM
biasanya karena faktor-faktor :

Kemampuan respon sumsum tulang terhadap penurunan SDM kurang


karena meningkatnya jumlah retikulosit dalam sirkulasi darah

Meningkatnya SDM yang masih muda dalam sumsum tulang


dibandingkan yang matur atau matang .

Ada atau tidaknya hasil destruksi SDM dalam sirkulasi (peningkatan


kadar bilirubin)

Anemia yang terjadi akibat meningkatnya destruksi/kerusakan SDM


antara lain:

Anemia hemolitik
anemia hemolitik terjadi akibat peningkatan hemolisis dari eritrosit
sehingga usia SDM lebih pendek yang disebabkan oleh : 5% dari jenis
anemia, herediter, Hb abnormal, membran eritrosit rusak, thalasemia,
anemia sel sabit, reaksi autoimun, toksik, kimia, pengobatan, infeksi,
kerusakan fisik

Anemia sel sabit

anemia sel sabit adalah anemia hemolitk berat yang ditandai dengan
SDM kecil sabit, dan pembesaran limfa akibat kerusakan molekul Hb

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG

Pemeriksaan laboratorium pada pasien anemia menurut (Doenges, 1999 :


572)
a. Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV
(volume korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular
rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB),
peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik).
Nilai normal eritrosit (juta/mikro lt) : 3,9 juta per mikro liter pada
wanita dan 4,1 -6 juta per mikro liter pada pria
b. Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.
c. Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat
(respons sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis).
d. Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk
(dapat mengindikasikan tipe khusus anemia).
e. LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal :
peningkatan kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi.
f. Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa
anemia, misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah
mempunyai waktu hidup lebih pendek.
g. Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
h. SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial)
mungkin meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik)
Nilai normal Leokosit (per mikro lt) : 6000 10.000 permokro liter
i. Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau
tinggi (hemolitik)
Nilai normal Trombosit (per mikro lt) : 200.000 400.000 per mikro
liter darah
Hemoglobin

elektroforesis

mengidentifikasi

tipe

struktur

hemoglobin.
Nilai normal Hb (gr/dl) : Bilirubin serum (tak terkonjugasi):
meningkat (AP, hemolitik).
j. Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia
k.
l.
m.
n.
o.
p.

sehubungan dengan defisiensi masukan/absorpsi


Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)
TBC serum : meningkat (DB)
Feritin serum : meningkat (DB)
Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
LDH serum : menurun (DB)
Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)

q. Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi
gaster, menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB).
r. Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa

sisi

perdarahan : perdarahan GI
s. Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak
adanya asam hidroklorik bebas (AP).
t. Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak
berubah

dalam

jumlah,

ukuran,

dan

bentuk,

membentuk,

membedakan tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas (AP),


lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik).
8

KOMPLIKASI
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang.Akibatnya,
penderita anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek,
gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga
menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat. Pada
kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan
dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir
dengan berat badan rendah, anemia bisa juga mengganggu perkembangan
organ-organ tubuh, termasuk otak. Anemia berat, gagal jantung kongesti
dapat terjadi karena otot jantung yang anoksik tidak dapat beradaptasi
terhadap beban kerja jantung yang meningkat. Selain itu dispnea, nafas
pendek dan cepat lelah waktu melakukan aktivitas jasmani merupakan
manifestasi berkurangnya pengurangan oksigen (Price &Wilson, 2006)

PENATALAKSANAAN
Tujuan utama dari terapi anemia adalah untuk identifikasi dan perawatan
karena penyebab kehilangan darah,dekstruksi sel darah atau penurunan
produksi sel darah merah.pada pasien yang hipovelemik menurut
Catherino,2003 :
a. pemberian tambahan oksigen, pemberian cairan intravena,
b. resusitasi pemberian cairan kristaloid dengan normal salin.
c. tranfusi kompenen darah sesuai indikasi

Evaluasi Airway, Breathing, Circulation dan segera perlakukan setiap


kondisi yang mengancam jiwa. Kristaloid adalah cairan awal pilihan.
(Daniel, direvisi tanggal 22 Oktober 2009)
Acute anemia akibat kehilangan darah:
a. Pantau pulse oksimetri, pemantau jantung, dan Sphygmomanometer.
b. Berikan glukokortikoid serta agen antiplatelet (aspirin) sesuai indikasi.
c. Berikan 2 botol besar cairan intravena dan berikan 1-2 liter cairan
kristaloid dan juga pantau tanda-tanda dan gejala gagal jantung
kongestif iatrogenik pada pasien..
d. Berikan plasma beku segar (FFP), faktor-faktor koagulasi dan platelet,
jika diindikasikan.
e. Pasien dengan hemofilia harus memiliki sampel terhadap faktor
deficiency yang dikirim untuk pengukuran.
f. Pasien hamil dengan trauma yang ada kecurigaan terhadap adanya
Feto-transfer darah ibu harus diberikan imunoglobulin Rh-(Rhogam)
jika mereka Rh negatif.
g. Setelah pasien stabil, mulailah langkah-langkah spesifik untuk
mengobati penyebab pendarahan.

Terapi yang diberikan pada pasien dengan anemia dapat berbeda-beda


tergantung dari jenis anemia yang diderita oleh pasien. Berikut ini
beberapa terapi yang diberikan pada pasien sesuai dengan jenis anemia
yang diderita:
a

Anemia Deficiensi Besi


Setelah diagnosa ditegakkan maka dibuat rencana pemberian terapi
berupa:
1) Terapi kausal: tergantung pada penyebab anemia itu sendiri,
misalnya pengobatan menoragi, pengobatan hemoroid bila tidak
dilakukan terapi kausal anemia akan kambuh kembali.
2) Pemberiian preparat besi untuk mengganti kekurangan besi di
dalam tubuh. Besi per oral (ferrous sulphat dosis 3x200 mg,
ferrous gluconate, ferrous fumarat, ferrous lactate, ferrous
suuccinate). Besi parentral, efek sampingnya lebih berbahaya besi
parentral diindikasikan untuk intoleransi oral berat, kepatuhan

berobat kurang, kolitis ulseratif, dan perlu peningkatan Hb secara


cepat seperti pada ibu hamil dan preoperasi. (preparat yang
tersedia antara iron dextran complex, iron sorbitol citric acid
complex)Pengobatan diberikan sampai 6 bulan setelah kadar
hemoglobin normal untuk cadangan besi tubuh.
3) Pengobatan lain misalnya: diet, vitamin C dan transfusi darah.
Indikasi pemberian transfusi darah pada anemia kekurangan besi
adalah pada pasien penyakit jantung anermik dengan ancaman
payah jantung, anemia yang sangat simtomatik, dan pada
penderita yang memerlukan peningkatan kadar hemoglobin yang
cepat.dan jenis darah yang diberikan adalah PRC untuk
mengurangi

bahaya

dipertimbangkan

overload.

pemberian

Sebagai

furosemid

premediasi
intravena.

dapat
(Bakta,

2003:36)

Anemia Akibat Penyakit Kronis


Dalam terapi anemia akibat penyakit kronik, beberapa hal yang perlu
mendapat perhatian adalah:
1) Jika penyakit dasar daat diobati dengan baik, anemia akan
sembuh dengan sendirinya.
2) Anemia tidak memberi respon pada pemberian besi, asam folat,
atau vitamin B12.
3) Transfusi jarang diperlukan karena derajaat anemia ringan.
4) Sekarang pemberian eritropoetin terbukti dapat menaikkan
hemoglobin, tetapi harus diberikan terus menerus.
5) Jika anemia akibat penyakit kronik disertai defisiiensi besi
pemberian preparat besi akan meningkatkan hemoglobin, tetapi
kenaikan akan berhenti setelah hemoglobin mencapai kadar 9-10
g/dl. (Bakta, 2003:41)

Anemia Sideroblastik

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pengobatan anemia


sideroblastik adalah:
1) Terapi untuk anemia sideroblastik herediter bersifat simtomatik
dengan transfusi darah.
2) Pemberian vittamin B6 dapat dicoba karena sebagian kecil
penderita responsif terhadap piridoxin.
d

Anemia Megaloblastik
Terapi utama anemia defisiensi vitamin B12 dan deficiensi asam folat
adalah terapi ganti dengan vitamin B12 atau asam folat meskipun
demikian terapi kausal dengan perbaikan gizi dan lain-lain tetap harus
dilakukan:
1) Respon terhadap terapi: retikulosit mulai naik hari 2-3 dengan
puncak pada hari 7-8. Hb harus naik 2-3 g/dl tiap 2 minggu.
Neuropati biasanya dapat membaik tetapi kerusakan medula
spinalis biasanya irreverrsible. (Bakta, 2003:48)
2) Untuk deficiensi asam folat, berikan asam folat 5 mg/hari selama
4 bulan.
3) Untuk deficiensi vitamin B12: hydroxycobalamin intramuskuler
200 mg/hari, atau 1000 mg diberikan tiap minggu selama 7
minggu. Dosis pemeliharaan 200 mg tiap bulan atau 1000 mg tiap
3 bulan.

Anemia Perniciosa
Sama dengan terapi anemia megaloblastik pada umumnya maka terapi
utama untuk anemia pernisiosa adalah:
1) Terapi ganti (replacement) dengan vitamin B12
2) Terapi pemeliharaan
3) Monitor kemungkinan karsinoma gaster.

Anemia Hemolitik
Pengibatan anemia hemolitik sangat tergantung keadaan klinik kasus
tersebut serta penyebab hemolisisnya karena itu sangat bervariasi dari

kasus per kasus. Akan tetapi pada dasarnya terapi anemia hemolitik
dapat dibagi menjadi 3 golongan besar, yaitu:
1) Terapi gawat darurat
Pada hemolisis intravaskuler, dimana terjadi syok dan gagal ginjal
akut maka harus diambil tindakan darurat untuk mengatasi syok,
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, sertaa
memperbaiki

fungsi

ginjal.

Jika

terjadi

anemia

berat,

pertimbangan transfusi darah harus dilakukan secara sangat hatihati, meskipun dilakukan cross matchng, hemolisis tetap dapat
terjadi sehingga memberatkan fungsi organ lebih lanjut. Akan
tetapi jika syok berat telah teerjadi maka tidak ada pilihan lain
selain transfusi.
2) Terapi Kausal
Terapi kausal tentunya menjadi harapan untuk dapat memberikan
kesembuhan total. Tetapi sebagian kasus bersifat idiopatik, atau
disebabkan oleh penyebab herediter-familier yang belum dapat
dikoreksi. Tetapi bagi kasus yang penyebabnya telah jelas maka
terapi kausal dapt dilaksanakan.
3) Terapi Suportif-Simtomatik
Terapi ini diberikan untuk menek proses hemolisis terutama di
limpa. Pada anemia hemolitik kronik familier-herediter sering
diperlukan transfusi darah teratur untuk mempertahankan kadar
hemoglobin. Bahkan pada thalasemia mayor dipakai teknik
supertransfusi atau hipertransfusi untuk mempertahankan keadaan
umum dan pertumbuhan pasien.
Pada anemia hemolitik kronik dianjurkan pemberian asam folat
0,15-0,3 mg/hari untuk mencegah krisis megaloblastik.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Fokus Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal
masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Yaitu keluhan utama yaitu keluhan yang paling dirasakan oleh klien
pada saat dilakukan pengkajian
c. Riwayat kesehatan sekarang
Menggunakan pola PQRST dan merupakan riwayat kesehatan yang
dimulai awal timbulnya gejala yang dirasakan sehingga membuiat

klien mencari bantuan pelayanan baik medic maupun perawat. Pola


PQRST tersebut bisa didiskripsikan : keluhan apa? Criteria waktu?
Sudah ada tindak lanjut?Hasil bagaimana?Kenapa sampai dibawa
ke rumah sakit.Terangkan juga perjalanan selama dirumah sakit
sampai diruang pelayanan berikutnya. Temuan apa yang dikaji
setelah dari IGD, bagaimana hasil pengkajian saat pertama kali di
IGD? Bagaimana hasil pengkajian saat diruangan.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Merupakan riwayat kesehatan yang pernah diderita oleh klien baik
penyakit maupun perilaku yang berhubungan dengan atau yang
dapat

menyebabkan

keadaan

sekarang.

Riwayat

penyakit

sebelumnya, riwayat penggunaan obat obattan, pernah di RS


dengan penyakit apa? Yang ada hubungannya maupun yang tidak
dengan penyakit yang diderita sekarang.

e. Riwayat kesehatan keluarga


Perlu dikaji dari anggota keluarga, ada atau tidak yang menderita
yang sama seperti yang diderita klien saat ini oleh karena factor
herediter atau genetic maupun penyakit menular.
2. Pemeriksaan Pola Fungsional
Menggunakan pola Virginia Henderson, dengan point pemeriksaan :
a. Kebutuhan bernafas dengan normal
Bagaimana irama, kedalaman, frekuensi, keteraturan bernafas,
menggunakan alat bantu penafasan atau tidak, adakah retraksi
intercosta, factor lingkunga yang mempengaruhi bernafas, adakah
sesak nafas.

b. Kebutuhan nutrisi adekuat


Bagaimana pola makan klien, kebiasaan makan, frekuensi,
komposisi, jenis makan yang disukai, umlah porsi makan, adakah
keluhan, gangguan yang muncul berhubngan dengan makan,
bagaiman pol aminum, jumlah asupan tiap hari, jenis minuman
yang dikonsumsi, adah\kah keluhan atau gangguan yang muncul
mengenai minum.
c. Kebutuhan eliminasi
Bagaimana pola eliminasi BAB, konsistensi feses, bau, warna,
frekuensi BAB, kebiasaan waktu BAB, ada kelainan fese atau
tidak.Bagaiaman elimnasi BAK, frekuensi, warna, volume,
terpasang DC atau tidak, adakah gangguan BAK.
d. Kebutuhan keseimbangan dan gerak
Bagaiman pola keseimbangan dan gerak dan aktifitas klien,berapa
kekuatan otot, menggunakan bantuan alat berjalan atau tidak.
e. Kebutuhan istirahat dan tidur
Jumlah dan kualitas tidur, adakah gangguan tidur, jam berpa tidur
klien, bagaimana jam tidur siang dan malam.

f. Kebutuhan mempertahankan temperature tubuh


Kebiasaaan klien mempertahankan tempeatur tubuh, seperti
memakai pakaian tipis saat panas, dan mnggunakan selimut saat
dingin
g. Kebutuhan personal hygiene
Bagaiaman pemenuhan personal hygiene, berapa hari sekali,
menggunakan bantuan tidak saat personal hygiene
h. Kebutuhan berkomunikasi

Bagaimana komunikasi klien, jenis komunikasi yang digunakan,


pengunaan bahasa dan kejelasan
i. Kebutuhan spiritual
Bagaimana klien dalam menjalankan ibadah, agama yang dianut,
bagaimana koping pasien terhadap penyakit yang dideritanaya.
j. Kebutuhan berpakaian dan memilih pakaian
Bagaiamana pola berpakaian klien, pakaian yang disukai atau yang
tidak disukai.
k. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Hal hal yang membuat pasien merasa aman, dan nyaman
(berhubungan nyeri)
l. Kebutuhan bekerja
Apa

pekerjaan

klien,

apakah

klien

mampu

melakukan

pekerjaannya, kapan waktu bekerja


m. Kebutuhan rekereasi
Hal hal yang dilakukan untuk mengurangi kebosanan atau
kejenuhan.
n. Kebutuhan belajar
Bagaiamana persepsi klien terhadap kesehatannya, sejauh mana
pengetahuan pasien mengenai penyakitnya.

3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi :
a. Keadaan umum
Meliputi penampilan, kesadaran dan GCS

b. Tanda tanda vital


Meliputi tekanan darah, nadi, RR, suhu, spO2, GDS
c. Antropometri
Meliputi tinggi badan dan berat badan
d. Kepala
1) Bentuk kepala
Simetris, merata muka dan tengkorak? Nesochepal
( bentuk)?
2) Rambut dan kulit kepala
Penyeberan?Ketebalan?Kebersihan?Tekstur?Warna?
Kulit

kepala?Benjolan?Lesi?Nyeri

tekan?Kebersihan

kulit kepala, ketombe?


3) Mata
Konjungtifa

(anemis

Simetris?Bentuk?Gerakan

atau

tidak)?Seklera?Pupil?
ekstrakuler?Ketajaman

penglihatan? Memakai alat bantu penglihatan?


4) Hidung
Saluran hidung?Septum?Epitaksis?Terpasang O2 atau
tidak?
5) Telinga
Keadaaann telinga?Pendengaran bagaimana?Serumen?
6) Mulut
Keadaan lidah lembab?Kondisi lidah?Stomatitis?Gigi
(karies, keutuhan gigi)?Gusi (perdarahan, lesi)?Keadaan
bibir?Tongsil?

7) Leher
Adakah pembesaran getah bening?Kelenjar tiroid?Nyeri
tekan?JVP.
e. Dada
Meliputi paru paru dan jantung dengan menggunakan :
Paru paru :
I

: bentuk, kesimetrisan

: taktil fremitus

: bunyi sonor apa ada gangguan

: bunyi nafas normal atau ada bunyi tambahan

Jantung
I

: Ictus cordis tampak atau tidak

: normal ictus cordis teraba di ICS 5

: normal adalah sonor

: apakah regular atau ada tambahan seperti murmur

f. Abdomen
Pemeriksaan menggunkan :
I

: gerakan pada abdomen saat inspirasi dan ekspirasi, adakah

achites lesi atau luka post op


A

: berapa jumlah peristaltic usus

: normal bunyi tympani

: ada nyeri tekan atau tidak

g. Genetalia
Kebersihan atau terpasang kateter jika iya volume urine
h. Anus
Apakah ada benjlan pada anus atau tidak
i. Ektremitas
Gerak,adakah kelainan bawaan, akral, odema, kekuatan otot

j. Kuku dan kulit


Warna kelembabapan, suhu, tekstur, turgor, lesi, warna dasar
kulit, kokoh kuku, sirkulasi kuku.
PATHWAY
Defisiensi B12,
asam folat, besi

Kegagalan
produksi SDM o/
sum-sum tulang

Destruksi SDM
berlebih

Perdarahan/hemofilia

Penurunan SDM

Hb berkurang

Anemia

PK Anemia

Suplai O2 dan nutrisi ke


jaringan berkurang
Gastro intestinal

Hipoksia

Penurunan
kerja GI

Mekanisme an aerob

Peristaltik
menurun

Kerja
lambung
menurun

Makanan
susah
dicerna

As. Lambung
meningkat

Konstipasi

Anoreksia
mual
Perubahan
nutrisi
kurang dari
kebutuhan

Pola nafas
tidak efektif

sesak

Gg.
perfusi
jaringan
serebral
Reaksi antar
saraf berkurang
SSP

Asam laktat

Pusing

ATP berkurang

Kelelahan

Energy untuk
membentuk antibodi
berkurang

Intoleransi
aktivitas
Resiko infeksi

Nyeri

C. Nursing Care Plan


1. Diagnosa keperawatan
a. Intolerasi aktifitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan
berat badan
b. Nyeri dan gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hati yang
membesar dan nyeri tekan dan asites
c. Pola nafas tidak efektif berhubungan denga achites dan restriksi
pengembangan toraks akibat achites, distesnsi abdomen serta adanya
cairan dalam rongga toraks.
d. Konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdominal, Aktivitas
fisik tidak mencukupi, kesusahan dalam mencerna makanan
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
anoreksia dan mual muntah
f. Resiko infeksi berhubungan dengan melemahnya energi pembentukan
antibodi

2. Intervensi keperawatan
Diagnosa Keperawatan/ Masalah
Kolaborasi

Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil

Konstipasi berhubungan dengan


NOC:
Fungsi:kelemahan otot abdominal, Bowl Elimination
Aktivitas fisik tidak mencukupi
Hidration
o Perilaku defekasi tidak teratur
Setelah dilakukan tindakan
o Perubahan lingkungan
keperawatan selama .
konstipasi pasien teratasi dengan
o Toileting tidak adekuat: posisi
kriteria hasil:
defekasi, privasi
Pola BAB dalam batas
o Psikologis: depresi, stress emosi,
normal
gangguan mental
o Farmakologi: antasid, antikolinergis, Feses lunak
Cairan dan serat adekuat
antikonvulsan, antidepresan,
kalsium karbonat,diuretik, besi,
Aktivitas adekuat
overdosis laksatif, NSAID, opiat,
Hidrasi adekuat
sedatif.
o Mekanis: ketidakseimbangan
elektrolit,
DS:
Nyeri perut
Ketegangan perut
Anoreksia
Perasaan tekanan pada rektum
Nyeri kepala
Peningkatan tekanan abdominal
Mual
DO:
Feses dengan darah segar
Perubahan pola BAB
Feses berwarna gelap
Penurunan frekuensi BAB
Penurunan volume feses
Distensi abdomen
Feses keras
Bising usus hipo/hiperaktif
Teraba massa abdomen atau rektal
Perkusi tumpul
Sering flatus
Muntah
o

Intervensi
NIC :
Manajemen konstipasi
Identifikasi
faktor-faktor
yang menyebabkan
konstipasi
Monitor tanda-tanda ruptur bowel/peritonitis
Jelaskan penyebab dan rasionalisasi tindakan pada
pasien
Konsultasikan dengan dokter tentang peningkatan
dan penurunan bising usus
Kolaburasi jika ada tanda dan gejala konstipasi yang
menetap
Jelaskan pada pasien manfaat diet (cairan dan serat)
terhadap eliminasi
Jelaskan pada klien konsekuensi menggunakan
laxative dalam waktu yang lama
Kolaburasi dengan ahli gizi diet tinggi serat dan cairan
Dorong peningkatan aktivitas yang optimal
Sediakan privacy dan keamanan selama BAB

EBN

Sebagai indikasi penyebab terjadinya


konstipasi
Komunikasi terapeutik sebelum sesudah
tindakan
Mengetahui terjadinya konstipasi terus menerus
Melemahnya otot usus dan terjadinya
ketergantungan obat
Membantu meningkatkan kerja otot usus
melancarkan BAB

Diagnosa
Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Intoleransi aktivitas
Berhubungan dengan :

Tirah Baring atau imobilisasi

Kelemahan menyeluruh

Ketidakseimbangan antara
suplei oksigen dengan
kebutuhan
Gaya hidup yang dipertahankan.
DS:

Melaporkan secara verbal


adanya kelelahan atau
kelemahan.

Adanya
dyspneu
atau
ketidaknyamanan
saat
beraktivitas.
DO :

Respon abnormal dari


tekanan darah atau nadi
terhadap aktifitas
Perubahan ECG : aritmia,
iskemia

Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
NOC :
Self Care : ADLs
Toleransi aktivitas
Konservasi eneergi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama . Pasien bertoleransi terhadap
aktivitas dengan Kriteria Hasil :
Berpartisipasi dalam aktivitas fisik
tanpa disertai peningkatan tekanan
darah, nadi dan RR
Mampu melakukan aktivitas sehari
hari (ADLs) secara mandiri
Keseimbangan
aktivitas
dan
istirahat

Intervensi
NIC :
Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan
aktivitas
Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi
secara berlebihan
Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas
(takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat,
perubahan hemodinamik)
Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik
dalam merencanakan progran terapi yang tepat.
Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang
mampu dilakukan
Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai
dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial
Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan
sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang
diinginkan
Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti
kursi roda, krek
Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu
luang
Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam beraktivitas
Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan
penguatan
Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual

EBN

Menentukan penyebab aktivitas yang tidak


ditoleran
Gunakan suplemen nutrisi untuk meningkatkan
level nutrisi jika dibutuhkan. membantu
menjaga otot dan fungsi sistem kekebalan
tubuh, dan mengurangi lamanya rawat inap di
rumah sakit
Mempertimbangkan pergerakan pasien
Sebagai indikasi aktivitas yang tidak dapat
ditoleransi
Memberikan
dukungan
emosional
dan
dorongan kepada pasien untuk meningkatkan
aktivitas secara bertahap.
Alat-alat bantu dapat membantu bergerak
Sabuk pengencang membantu kesiapan perawat
dan mengurangi terjadinya cedera

Diagnosa
Keperawatan/
Masalah Kolaborasi

Pola
Nafas
tidak
efektif
berhubungan dengan :
Hiperventilasi
Penurunan energi/kelelahan
Perusakan/pelemahan
muskuloskeletal
Kelelahan otot pernafasan
Hipoventilasi sindrom
Nyeri
Kecemasan
Disfungsi Neuromuskuler
Obesitas
Injuri tulang belakang

Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

NOC:
NIC:
Respiratory status : Ventilation
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Respiratory status : Airway patency Pasang mayo bila perlu
Vital sign Status
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
Setelah
dilakukan
tindakan Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
keperawatan selama ..pasien
Berikan bronkodilator :
menunjukkan keefektifan pola nafas,
-..
dibuktikan dengan kriteria hasil:
.
Mendemonstrasikan batuk efektif
Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
dan suara nafas yang bersih, tidak
ada sianosis dan dyspneu (mampu Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
mengeluarkan sputum, mampu Monitor respirasi dan status O2
bernafas dg mudah, tidakada Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
DS:
Pertahankan jalan nafas yang paten
pursed lips)
Dyspnea
Menunjukkan jalan nafas yang Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
Nafas pendek
paten (klien tidak merasa tercekik, Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
DO:
irama nafas, frekuensi pernafasan Monitor vital sign
Penurunan
tekanan
dalam rentang normal, tidak ada Informasikan pada pasien dan keluarga tentang tehnik
inspirasi/ekspirasi
suara nafas abnormal)
relaksasi untuk memperbaiki pola nafas.
Penurunan pertukaran udara per Tanda Tanda vital dalam rentang

Ajarkan
bagaimana batuk efektif
menit
normal (tekanan darah, nadi, Monitor pola nafas
Menggunakan otot pernafasan
pernafasan)
tambahan
Orthopnea
Pernafasan pursed-lip
Tahap ekspirasi berlangsung sangat
lama
Penurunan kapasitas vital
Respirasi: < 11 24 x /mnt

EBN

Supaya rileks dan nyaman


Menghindari adanya sumbatan jalan nafas
Sebagai indikasi terdapat sumbatan atau tidak
Pemberian oksigen memperbaiki hypoxernia
yang menyebabkan sesak napas
peningkatan gizi dapat meningkatkan fungsi
otot pernapasan dan mengurangi sesak napas.
Mengetahui keadaan umum
Sebagai indikator eksaserbasi akut
Catat pola respirasi

Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
Berhubungan dengan :
Ketidakmampuan untuk
memasukkan atau mencerna nutrisi
oleh karena faktor biologis,
psikologis atau ekonomi.
DS:
- Nyeri abdomen
- Muntah
- Kejang perut
- Rasa penuh tiba-tiba setelah makan
DO:
- Diare
- Rontok rambut yang berlebih
- Kurang nafsu makan
- Bising usus berlebih
- Konjungtiva pucat
- Denyut nadi lemah

Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

NOC:

a Nutritional status: Adequacy of nutrient


b Nutritional Status : food and Fluid
Intake

c Weight Control
Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama.nutrisi kurang


teratasi dengan indikator:

Albumin serum

Pre albumin serum

Hematokrit
Hemoglobin

Total iron binding capacity

Jumlah limfosit

Kaji adanya alergi makanan


Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan
harian.
Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
Monitor lingkungan selama makan
Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam
makan
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb dan
kadar Ht
Monitor mual dan muntah
Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan
konjungtiva
Monitor intake nuntrisi
Informasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat
nutrisi
Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan suplemen
makanan seperti NGT/ TPN sehingga intake cairan yang
adekuat dapat dipertahankan.
Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama makan
Kelola pemberan anti emetik:.....
Anjurkan banyak minum
Pertahankan terapi IV line
Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan
cavitas oval

EBN

Mengetahui mkanan yang dihindari harus


masuk dan tidak

Merekam persentase dari makannan yg


dimakan

Membantu pasien untuk memeriksa


makanan yg biasa dimakan

Supaya rileks dan nyaman

Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Risiko infeksi
Faktor-faktor risiko :
- Prosedur Infasif
- Kerusakan jaringan dan
peningkatan paparan lingkungan
- Malnutrisi
- Peningkatan paparan lingkungan
patogen
- Imonusupresi
- Tidak adekuat pertahanan sekunder
(penurunan Hb, Leukopenia,
penekanan respon inflamasi)
- Penyakit kronik
- Imunosupresi
- Malnutrisi
- Pertahan primer tidak adekuat
(kerusakan kulit, trauma
jaringan, gangguan peristaltik)

Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
NOC :
Immune Status
Knowledge : Infection control
Risk control
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan selama pasien tidak
mengalami infeksi dengan kriteria
hasil:
Klien bebas dari tanda dan gejala
infeksi
Menunjukkan kemampuan untuk
mencegah timbulnya infeksi
Jumlah leukosit dalam batas
normal
Menunjukkan perilaku hidup
sehat
Status imun, gastrointestinal,
genitourinaria
dalam
batas
normal

Intervensi
NIC :
Pertahankan teknik aseptif
Batasi pengunjung bila perlu
Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
keperawatan
Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan petunjuk
umum
Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi
kandung kencing
Tingkatkan intake nutrisi
Berikan terapi antibiotik:.................................
Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
Pertahankan teknik isolasi k/p
Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
Monitor adanya luka
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4 jam

EBN

Sebagai tindakan awal pencegahan infeksi


Pembatasan penularan
Supaya terhindar dari infeksi
Sebagai pertahanan tubuh terhadap infeksi yg
masuk
Mengurangi terjadinya infeksi yg timbul dari IV
Sebagai indikasi terjadinya infeksi

DAFTAR PUSTAKA
Bakta, I Made.2003.Hematologi Klinik Dasar.Jakarta:EGC
Catherino jeffrey M.2003.Emergency medicine handbook USA:Lipipincott Williams
Doenges, Marylinn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Ed. 3, EGC: Jakarta.
Kahsasi, Daniel. 2009. Anemia Acute. http://emedicine.medscape.com/article/159803-media,
emergency_medicine. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2011
Nanda.2005.Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda definisi dan Klasifikasi 20052006.Editor : Budi Sentosa.Jakarta:Prima Medika
Price, S.A, 2000, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Jakarta : EGC
Smeltzer, C.S.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Edisi 8.
Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai