oleh
NANDYA ARDYA GHARINI
G1F013048
PERNYATAAN
1
Nomor Mhs
: G1F013048
Judul Penelitian
Purwokerto, 2016
Oleh :
NANDYA ARDYA GHARINI
G1F013048
Telah disetujui dan disahkan
Pada tanggal ........................
Pembimbing I
Pembimbing II
Mengetahui,
Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan
Universitas Jenderal Soedirman
Wakil Dekan Bidang Akademik
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN..................................................................................................... ii
PENGESAHAN.................................................................................................... iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR............................................................................................. v
DAFTAR TABEL.................................................................................................. vi
BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................... 1
A.
B.
C.
D.
E.
Latar Belakang.............................................................................................
Perumusan Masalah.....................................................................................
Tujuan Penelitian.........................................................................................
Manfaat Penelitian.......................................................................................
Keaslian Penelitian.......................................................................................
1
2
2
3
3
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1.Jarak Pagar(J. curcas)....................................................................... 6
DAFTAR TABEL
Halaman
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
juga terjadi toksisitas hati dan nefritis intestinal. Alopurinol juga dapat terikat
ke lensa mata yang akan menyebabkan katarak (Katzung, 1995). Oleh karena
itu perlu dilakukan pencarian alternatif baru dengan mengembangkan
penggunaan obat tradisional yang cenderung lebih aman. Saat ini penggunaan
tanaman obat sebagai obat alternatif semakin meningkat, sehingga diperlukan
penelitian agar penggunaannya sesuai dengan kaidah pelayanan kesehatan,
yaitu secara medis harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah tentang
khasiat, keamanan dan standar kualitasnya (Depkes RI, 2002).
Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai antihiperurisemia
adalah srikaya (Annona squamosa L.). Hasil uji metabolit sekunder daun
srikaya mengandung flavonoid, fenolik, saponin, triterpenoid, steroid, alkaloid,
dan kumarin (Purwaningsih, 2015). Flavonoid dapat berfungsi sebagai penurun
kadar asam urat melalui penghambatan enzim xantin oksidase. Sarawek et al.
(2007) menyatakan bahwa beberapa senyawa flavonoid yang memiliki
aktivitas penghambatan xantin oksidase antara lain luteolin, apigenin,
kaemferol, dan kuersetin. Berdasarkan mekanisme ini, daun srikaya diduga
mempunyai indikasi untuk menurunkan kadar asam urat dalam darah karena
kandungan flavonoid di dalamnya. Untuk mendapatkan data ilmiah mengenai
efek antihiperurisemia daun srikaya, maka perlu dilakukan penelitian uji
inhibisi ekstrak etanol daun srikaya (Annona squamosa L.) terhadap aktivitas
enzim xantin oksidase secara in vitro.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan permasalahan, yaitu :
1. Apakah ekstrak etanol daun srikaya (Annona squamosa L.) mengandung
senyawa flavonoid ?
10
11
12
yang paling efektif dapat menurunkan kadar asam urat adalah dosis uji II
yaitu 135 mg/KgBB tikus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Tumbuhan Srikaya (Annona squamosa L.)
a. Sistematika Tumbuhan
Klasifikasi tanaman srikaya dalam sistematika tumbuhan sebagai berikut :
Divisio
: Spermatophyta
Subdivisio
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Ranales
Familia
: Annonaceae
Genus
: Annona
Spesies
13
Tanaman
srikaya
mempunyai
bermacam-macam
sebutan.
14
putih. Penghubung ruang sari di atas ruang diperpanjang dan melebar dan
menutup ruangnya. Bakal buah banyak, ungu tua. Kepala putik duduk,
rekat menjadi satu, mudah rontok. Buah majemuk lengkung bentuk bola,
garis tengah 5-10 cm, berlilin. Anak buah khususnya dengan ujung yang
melengkung, pada waktu masak sedikit atau banyak melepaskan diri satu
dengan yang lain. Biji masak mengkilat. Daging buah putih. Pohon buahbuahan dari Hindia Barat, banyak ditanam (Steenis, 2005).
d. Kandungan Kimia
Hegnaur (1986) menyebutkan bahwa daun srikaya mengandung
mirisil alkohol senyawa polifenol, flavonoid, leukosianidin, asam kafeat,
asam kumarat, sedangkan pada buahnya mengandung protein, kalsium,
fosfor, gula, vitamin A, vitamin C, asam amino, dan tanin pada daun
buah muda. Biji srikaya mengandung selulosa, amilum, lemak, protein,
gula, resin, minyak lemak, bahan beracun, asetogenin (Annonacin-A,
Skuamosten-A, Neoannonin, Squamocin-I, Squamocin-K, Squamocin-N,
Squamocin-E,
Squamocin-D
Squamocin,
Annonin-III
(asiminacin),
(metrilin),
Squamocin-F,
Squamocin-B,
Squamostatine-A
15
2. Proses Ekstraksi
Ekstrak adalah sediaan yang dapat berupa kering, kental dan cair
dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang
sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa
atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi syarat
baku yang telah ditetapkan (Depkes RI, 1995).
Penyarian adalah peristiwa memindahkan zat aktif yang semula
didalam sel ditarik oleh cairan penyari sehingga zat aktif larut dalam cairan
penyari. Cairan pelarut dalam pembuatan ekstrak adalah pelarut yang
optimal untuk senyawa kandungan yang berkhasiat atau yang aktif, dengan
demikian senyawa tersebut dapat terpisahkan dari bahan, serta ekstrak hanya
16
17
cukup agar dapat menyari semua zat yang mudah disari yaitu sekitar 2-14
hari (Ansel, 1989).
Kelemahan penyarian dengan metode maserasi ini pengerjaannya
membutuhkan waktu yang cukup lama dan penggunaan zat organik yang
biasanya beracun (Vongsak et al., 2012). Pada maserasi ini digunakan
larutan penyari etanol 96 % karena flavonoid dapat diekstraksi dengan
etanol 96 % (Harbone, 1987; Voight, 1994).
3. Hiperurisemia
Suatu keadaan dimana terjadi peningkatan kadar asam urat normal
dalam tubuh disebut hiperurisemia. Kadar asam urat yang normal pada pria
adalah dibawah 7 mg/dl, sedangkan pada wanita adalah dibawah 6 mg/dl.
Asam urat adalah hasil produksi oleh tubuh yang merupakan hasil akhir dari
metabolisme purin. Purin adalah protein yang termasuk golongan nukleoprotein. Purin didapat dari makanan yang juga berasal dari penghancuran
sel-sel tubuh yang sudah tua. Didalam tubuh, purin mengalami metabolisme
dan mengalam oksidasi menjadi asam urat, dan kelebihan asam urat akan
dibuang melalui ginjal melalui urin dan usus. Hiperurisemia yang
berkepanjangan dapat menyebabkan timbulnya penyakit gout atau pirai,
namun tidak semua hiperurisemia akan menimbulkan kelainan patologi
berupa gout. Penyakit gout adalah salah satu tipe dari arthritis (reumatik)
yang disebabkan terlalu banyaknya atau tidak normalnya kadar asam urat di
dalam tubuh karena tubuh tidak bisa mengeksresikan asam urat secara
18
normal, sehingga menimbulkan gejala nyeri hebat pada bagian sendi, seperti
pada mata kaki, lutut, pergelangan tangan dan siku. Masalah tersebut timbul
karena terbentuknya kristal-kristal dari monosodium urat monohidrat
(bentuk garam dari asam urat yang terbentuk) yang terdapat pada sendisendi dan jaringan sekitarnya (Misnadiarly, 2008).
Penyebab tingginya asam urat dalam darah dapat disebabkan oleh
beberapa hal, seperti adanya gangguan metabolisme purin bawaan, adanya
kelainan pembawa sifat atau gen, kelebihan mengkonsumsi makanan
berkadar purin tinggi (seperti daging, jeroan, kerang, kepiting, keju,
gorengan, tape, bayam, buncis, kacang tanah, petai, alpukat dan alkohol)
dan efek dari penyakit seperti leukimia, kemoterapi dan radioterapi (Murray
et al., 2006).
Penghambatan ekskresi asam urat dari dalam tubuh juga dapat
menyebabkan peningkatkan kadar asam urat dalam darah. Terdapat
beberapa faktor yang dapat menghambat ekskresi asam urat dari dalam
tubuh antara lain karena minum obat tertentu (diuretik) dalam keadaan
puasa atau diet yang terlalu ketat, keracunan, olah raga terlalu berat,
meningkatnya kadar kalsium darah akibat penyakit hiperparatiroid atau juga
hipertiroid, hipertensi dan gagal ginjal (Misnadiarly, 2008).
Terdapat gambaran klinis bagi seseorang yang menderita penyakit
gout atau arthritis, yaitu pada tahap I, terjadi hiperurisemia asimptomatik
dan belum menunjukkan gejala selain peningkatan urat serum. Lalu pada
tahap II, terjadi pembengkakan mendadak dan nyeri luar biasa, sendi-sendi
lain dapat terserang termasuk sendi-sendi jari tangan, lutut mata kaki,
19
pergelangan tangan dan siku. Tahap kedua ini disebut tahap kedua gout
arthritis. Pada tahap III terjadi interkritikal, dimana pada tahap ini tidak
ditemui gejala-gejala klinis tetentu dan berlangsung selama beberapa bulan
sampai tahun. Lalu, pada tahap IV yaitu tahap gout kronis, dimana pada
tahap ini terjadi penimbunan asam urat yang terus bertambah dalam kurun
waktu beberapa tahun jika pengobatan tidak dilakukan. Peradangan kronik
akibat kristal-kristal asam urat mengakibatkan nyeri, sakit dan kaku juga
pembesaran dan penonjolan sendi yang bengkak (Wilmana and Sulistia,
2007).
Untuk pengobatan hiperurisemia, strategi yang dapat dilakukan
adalah dengan cara meningkatkan ekskresi asam urat dengan menghambat
enzim xantin oksidase, yaitu suatu enzim yang dapat mengubah hipoxantin
menjadi xantin dan selanjutnya menjadi asam urat (Wilmana and Sulistia,
2007). Terdapat obat konvensional yang dapat digunakan dalam mengurangi
gejala penyakit ini yaitu allopurinol. Dapat digunakan juga pengobatan
tradisional menggunakan tanaman herbal (Misnadiarly, 2008) seperti herba
kumis kucing, daun salam (Muflihat, 2008), rosela, ciplukan (Yulianto,
2009), tempuyung (Susanti, 2011) dan daun gandarusa (Katrin et al., 2011).
4. Xantin Oksidase
Biosintesis purin atau pirimidin diatur dan dikoordinasikan dengan
ketat oleh mekanisme umpan balik yang menjamin agar waktu dan jumlah
produksi kedua zat tersebut selalu sesuai dengan kebutuhan fisiologis yang
20
21
Gambar 2.2 Pembentukan asam urat dari nukleosida purin melalui basa purin,
hipoxantin, xantin dan guanin (Rodwell, 2003).
5. Alopurinol
Alopurinol
menghambat
menghambat
XO
Hipoxantin
XO
Xantin
Asam urat
Gambar 2.4 Skema kerja alopurinol dalam menghambat pembentukan asam urat
oleh xantin oksidase (Berg et al., 2002).
22
sistem
aromatik
yang
terkonjugasi
dan
karena
itu
23
dengan
pelarut
yang
cocok
dan
ditetapkan
dengan
cara
8. Spektrofotometri UV-Vis
Spektrum UV-Vis merupakan hasil interaksi antara radiasi
elektromagnetik (REM) dengan molekul. REM merupakan bentuk energi
radiasi yang mempunyai aksi gelombang dan partikel (foton), karena
bersifat sebagai gelombang maka beberapa parameter perlu diketahui seperti
24
beberapa
faktor
yang
mempengaruhi
munculnya
25
lebar celah (Harmita, 2006). etri UV sangat penting, dimana pelarut tidak
boleh mengabsorpsi cahaya pada daerah panjang gelombang dimana
dilakukan pengukuran sampel. Umumnya pelarut yang tidak mengandung
sistem terkonjugasi sesuai untuk digunakan dalam spektrofotometri UV-Vis.
Pelarut yang umum digunakan adalah air, etanol, metanol dan n-heksan,
karena pelarut ini transparan pada daerah UV (Harmita, 2006).
Continous
B. Kerangka Teori
Makanan tinggi purin
yang diteliti
mengakibatkan /
mempengaruhi
Adenosin
Guanosin
26
Inosin
Guanin
Hipoxantin
Alloxantin
Alopurinol
Flavonoid
Ekstrak etanol
daun srikaya
Xantin oksidase
Xantin
Xantin oksidase
C. Kerangka Konsep
Variabel Terkendali
a. Pemilihan sampel
b. Metode ekstraksi
c. pH, suhu dan konsentrasi substrat.
Variabel Tergantung
Variabel Bebas
D. Hipotesis
27
D. Variabel Penelitian
Variabel bebas
konsentrasi.
Variabel tergantung
28
Variabel terkendali
E. Definisi Operasional
No
1
Variabel
Konsentrasi
Definisi
Konsentrasi
Cara Ukur
V1M1=V2M2
Alat ukur
-
Skala ukur
Numerik
ekstrak daun
larutan
srikaya
dalam
Absorbansi
(g/mL)
Nilai absorbansi
Diukur
spektrofotom
Numerik
sampel
sampel
panjang
IC50
uji
ppm
pada
pada
masing-masing
gelombang
konsentrasi
Nilai
yang
maksimum
Persamaan
menunjukkan
regresi
eter
Kategorik
konsentrasi
ekstrak
yang
(ppm)
mampu
menghambat
xantin oksidase
sebesar 50 %
29
G. Alur Penelitian
Daun srikaya
Determinasi
Identifikasi flavonoid
Penentuan suhu
optimum
Penentuan
panjang
gelombang
Penentuan pH
optimum
Penentuan
operating
time
Uji pendahuluan
Penentuan konsentrasi
substrat optimum
Pengujian
blanko dan
kontrol
blanko
Pengujian
standar dan
kontrol standar
Pengujian
sampel
(ekstrak etanol
daun srikaya)
dan kontrol
sampel
IC 50
Gambar 3.1 Skema penelitian
30
1. Determinasi tanaman
Determinasi tanaman bertujuan untuk mengetahui kebenaran dari
tanaman yang akan digunakan sebagai bahan uji. Determinasi dilakukan di
Laboratorium Taksonomi dan Tumbuhan Jurusan Biologi Universitas
Jenderal Soedirman
2. Pembuatan simplisia
Daun srikaya yang digunakan tidak terserang hama, penyakit dan
terbebas pengganggu dan pencemar lainnya, kemudian dibersihkan di
bawah air mengalir sebanyak 2 kali, ditiriskan, dikeringkan dibawah sinar
matahari langsung. Bahan
diserbuk dengan
31
32
0,1mmol
=1 mM
0,1liter
mL
(konsentrasi
1mM).
Larutan
xantin
dibuat
dengan
33
34
35
8. Uji Pendahuluan
a. Penentuan Suhu Optimum
Larutan dapar fosfat 0,05 M pH 7,5 sebanyak 2,9 mL
dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 2 mL larutan
substrat xantin dengan konsentrasi 0,15 mM kemudian dilakukan
prainkubasi masing-masing pada suhu 20, 25, 30, 35 dan 40 C selama
10 menit. Setelah prainkubasi selesai, 0,1 mL larutan xantin oksidase
ditambahkan ke dalam tabung reaksi dan dihomogenkan menggunakan
vortex mixer. Campuran diinkubasi pada suhu 20, 25, 30, 35 dan 40 C
selama 30 menit, kemudian segera tambahkan 1 mL HCl 1 N untuk
menghentikan reaksi. Serapan diukur menggunakan spektrofotometer
pada panjang gelombang maksimum.
b. Penentuan pH optimum
36
37
Aktivitas =
(3.1)
Keterangan :
Vol : Total volume saat pengujian
df
: faktor pengenceran
38
39
Kontrol
Blanko
Kontrol
Sampel
Blanko
Kontrol
Standar
Sampel
standar
Sampel
-
1 mL
1 mL
1 mL
1 mL
(inhibitor)
Standar
(alopurinol)
40
Dapar
3,9 mL
4 mL
2,9 mL
3 mL
2,9 mL
3 mL
2 mL
2 mL
2 mL
2 mL
2 mL
2 mL
10 menit
10 menit
10 menit
10 menit
10 menit
10 menit
0,1 mL
0,1 mL
0,1 mL
1 mL
1 mL
1 mL
30 menit
30 menit
30 menit
30 menit
30 menit
30 menit
1 mL
1 mL
1 mL
Substrat
xantin
Inkubasi
(suhu
optimum)
Enzim
HCl 1 N
Inkubasi
(suhu
optimum)
HCl 1 N
B
x 100 %
A
Keterangan :
A
H. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian yang dilakukan diperoleh dari data
primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh secara
41
langsung oleh peneliti dari pengukuran langsung kepada objek penelitian. Data
sekunder merupakan data yang diperoleh penyusun dari literatur dan
kepustakaan terkait.
I. Analisis Data
Nilai IC50 dihitung menggunakan rumus persamaan regresi y = a +
bx, pada beberapa konsentrasi larutan sampel. Sebagai variabel x adalah
konsentrasi sampel dan sebagai variabel y adalah % inhibisi. Setelah diketahui
rumus persamaan regresi , nilai IC50 dicari dengan cara mensubtitusi nilai y
dengan 50 kemudian dicari nilai x (g/mL).
J. Etika Penelitian
K. Jadwal Penelitian
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Bulan
Jenis Kegiatan
42
Collin D.J., Culvenor C.C.J., Lamberton J.A., Loder J.N.and Price J.R., 2006,
Plants for Medicine: A Chemical and Pharmacological Survey of Plants in
the Australian Region, Melbourne, Australia.
Dalimartha S., 2001, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 2, Trubus Agriwidya,
Jakarta.
Dalimartha Setiawan., 2008, Care Your Self Hipertensi, Penebar Plus, Jakarta.
Darwis D., 2000, Teknik Dasar Laboratorium dalam Penelitian Senyawa Bahan
Alam Hayati, Workshop Pengembangan Sumberdaya Manusia di dalam
Bidang Kimia Organik Bahan Alam Hayati, FMIPA Universitas Andalas,
Padang.
Depkes RI, 2002, Pedoman Pelaksanaan Uji Klinik Obat Tradisional,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia edisi IV, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Depkes RI, 1979, Farmakope Indonesia edisi III, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Dewani and Sitanggang, 2006, 33 Ramuan Penakluk Asam Urat, AgroMedia,
Jakarta.
Dewi Trias K., 2012, Isolasi, Uji Penghambatan Aktivitas Xantin Oksidase dan
Identifikasi Senyawa Aktif dari Fraksi n-Butanol pada Ekstrak Akar
Tanaman Acalypha indica Linn, Skripsi, Universitas Indonesia, Jakarta.
Dirjen POM, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat cetakan
pertama, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Endah F., 2016, Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Srikaya (Annona
squamosa Linn.) terhadap Kadar Kolesterol LDL pada Tikus
Hiperlipidemia, Tesis, Universitas Muhammadiyah, Malang.
Endrawati S. and Wiyana A. Saputri, 2015, Uji Daya Antelmintik Ekstrak
Perasan dan Infusa Daun Srikaya (Annona squamosa L.) Terhadap Cacing
Gelang Ayam (Ascaridia galli) Secara In Vitro, Jurnal Biologi Papua, Vol.
7 No.2.
Harbone J. B., 1987, Metode Fitokimia; Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan, diterjemahkan oleh Padmawinata K., ITB, Bandung.
Harmita, 2006, Buku Ajar Analisis Fitokimia, Departemen Farmasi, Universitas
Indonesia.
Hegnauer R., 1986, Chemotaxonomie der Pflanzen, Bhrkhauser Verlag, Sturttgart.
43
44
Sarawek S., Derendorf H. and Butterweck V., 2007, Xanthine Oxidase Inhibitory
Activity of Various Flavonoids in vitro and on Plasma Uric Acid Levels in
Oxonate-Induced Rats, http://www.scipub.org.
Steenis V., 2005, Flora untuk Sekolah di Indonesia, PT Pradya Paramita, Jakarta.
Susanti A., 2011, Pengaruh Ekstrak Tempuyung (Sonchus arvensis) terhadap
Aktivitas Xantin Oksidase Secara In Vitro sebagai Dasar Uji Kinetika,
Tesis, IPB, Bogor.
Sustrani and Lany, 2005, Asam Urat, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Umamaheswari M., Asokkumar K., Subhadradevi V., Sivashanmugam A.T., 2009,
In Vitro Xantine Oxidase Inhibitory Activity of the Fractions of Erythrina
stricia Roxb, Departemen Farmakologi Institut Ilmu Pramedikal Sri
Ramakhrisna, India
Voight R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, diterjemahkan Noerono S.,
edisi V, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Vongsak B., Sithisarn P., Mangmool S., Thongpraditchote S., Wongkrajang Y.,
GritsanapanW., 2012, Maximizing total phenolics, total flavonoids
contents and antioxidant activity of Moringa oleifera leaf extract by the
appropriate extraction method. Journal of Crops and Products.
Wilmana P.F., and Sulistia, G., 2007, Analgesik-Antipiretik, Analgesik
AntiInflamasi Nonsteroid dan Obat Gangguan Sendi Lainnya, Dalam:
Gan, S., Setiabudy, R., dan Elysabeth, eds. Farmakologi dan Terapi. Edisi
5, Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, Jakarta.
Yulianto, Dede. 2009. Inhibisi Xantin Oksidase Secara In Vitro oleh Ekstrak
Rosela (Hibiscus sabdariffa) dan ciplukan (Physalis angulata), Skripsi,
Institut Pertanian Bogor, Bogor.