Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap bencana. Potensi bencana
alam yang tinggi yang dimiliki oleh wilayah-wilayah di Indonesia pada dasarnya
merupakan refleksi dari kondisi geografis yang sangat khas untuk wilayah tanah
air kita. Indonesia merupakan Negara kepulauan tempat bertemunya dari tiga jenis
lempeng tektonik, yaitu lempeng samudera Indonesia-Australia, Benua Eurasia
dan Samudera Pasifik. Interaksi diantara lempeng-lempeng tersebut menjadikan
Negara Indonesia sebagai daerah yang sangat rawan terhadap bencana.1,2 Menurut
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007, bencana sendiri
merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam
dan/atau nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban baik hidup manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan juga
psikologis.3
Bencana alam sendiri pada dasarnya merupakan suatu kejadian yang tidak
kita harapkan, dimana dalam beberapa tahun terakhir ini berbagai bencana terjadi
pada hampir di seluruh belahan dunia.4 Data internasional menyebutkan, bencana
dengan skala besar yang terjadi misalnya kejadian gempa bumi di Los Angeles
pada tahun 1994, gempa bumi Hanshin-Awaji di Jepang tahun 1995, el nino di
Peru tahun 1998, tsunami Aceh di Indonesia tahun 2004, badai Katrina yang
melanda wilayah Amerika Serikat tahun 2005, gempa bumi Yogyakarta Indonesia
pada tahun 2006, angin puting beliung di berbagai daerah di Indonesia pada tahun
2007 dan masih banyak lagi bencana yang telah terjadi di dunia ini.5,6
Potensi bahaya alam ini diketahui telah diperparah oleh beberapa masalah
lain yang muncul di Indonesia yang memicu kerentanan dan dampak yang jauh
lebih besar, seperti laju pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi, tidak tertibnya
penggunaan lahan, dan tingkat pengetahuan masyarakat disuatu daerah terhadap
kewaspadaan, mitigasi, dan pengelolaan bencana yang masih kurang. Belajar dari
berbagai bencana alam yang terjadi baik di dunia, Indonesia, maupun Aceh, istilah

dari disaster preparedness atau upaya kesiapsiagaan bencana menjadi lebih sering
dibicarakan.
Pada dasarnya, bencana sendiri dapat terjadi ditempat apa saja dan kapan
saja dalam suatu daerah baik sebagai titik langsung dari suatu bencana maupun
sebagai salah satu titik yang terkena dampak dari kejadian bencana, seperti pada
persekolahan, kantor pemerintahan, tempat ibadah, rumah sakit, dan lain-lain.
Akhir-akhir ini upaya kewaspadaan, mitigasi, dan pengelolaan bencana di rumah
sakit menjadi suatu titik fokus dalam menghadapi kemungkinan akan terjadinya
bencana di Indonesia, dikarenakan dalam sebuah rumah sakit mayoritas adalah
kelompok orang yang sedang dalam kondisi tidak sehat, sehingga upaya dalam
mencapai kewaspadaan, mitigasi dan pengelolaan dari bencana menjadi berbeda
daripada tempat-tempat lain dalam suatu wilayah, dan juga dalam sebuah rumah
sakit terdapat berbagai petugas kesehatan yang ikut mempengaruhi salah satu dari
upaya pengelolaan bencana.
Sektor kesehatan sendiri diketahui membentuk suatu bagian penting untuk
kesiapsiagaan dan tanggapan terhadap bencana, dimana mekanisme pengaturan
dan responnya memerlukan perencanaan yang sangat teliti dan harus mencakup
kordinasi mekanisme, pengembangan rencana dan program teknis, pelatihan dan
penelitian, dukungan logistik dan keuangan. Sektor kesehatan di Aceh terutama
berfokus kepada pelayanan dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Zainoel
Abidin, Banda Aceh dengan mengandalkan semua petugas kesehatan, terutama
dokter umum dan dokter spesialis. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin
(RSUDZA) sendiri adalah rumah sakit rujukan utama untuk provinsi Aceh dengan
status pelayanan Paripurna berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia, dan diharapkan mempunyai persiapan dan peranan dalam menghadapi
semua kemungkunan bencana yang akan terjadi setiap saat.
Penangananan bencana di rumah sakit dilakukan oleh anggota tim tenaga
kesehatan, yang terdiri dari dokter baik dokter umum dan spesialis, perawat dan
tenaga administrasi. Dokter sebagai salah satu dari anggota tim tenaga kesehatan
mempunyai peran besar dalam penanganan korban dan harus dapat mengantisipasi
semua kejadian yang akan terjadi di masa yang akan dating. Melihat fenomena
tersebut, peneliti ingin mengetahui bagaimana tingkat kesiapsiagaan dokter umum

dan dokter spesialis terhadap pengurangan risiko bencana dan dampak bencana di
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan diatas, maka dapat dirumuskan
masalah bagaimana hubungan dari tingkat kesiapsiagaan dokter umum dan dokter
spesialis terhadap pengurangan risiko bencana dan dampak bencana di Rumah
Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Zainoel Abidin Banda Aceh?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui hubungan tingkat kesiapsiagaan dokter umum dan dokter
spesialis terhadap pengurangan risiko bencana dan dampak bencana di Rumah
Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Dapat dipakai sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya tentang tingkat
kesiapsiagaan dokter umum dan dokter spesialis terhadap pengurangan
risiko bencana dan dampak bencana di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
2. Dapat menjadi bahan rujukan untuk mempertimbangkan rencana dan
tindakan kedepan terkait dengan kebijakan-kebijakan yang dapat diambil
oleh pemerintah Aceh dan pihak rumah sakit dalam meningkatkan status
kewaspadaan seluruh petugas kesehatan terhadap ancaman bencana gempa
bumi dan Tsunami.
1.5 Hipotesis Penelitian
Terdapat hubungan antara tingkat kesiapsiagaan dokter umum dan dokter
spesialis terhadap pengurangan risiko bencana dan dampak bencana di Rumah
Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

Anda mungkin juga menyukai