Anda di halaman 1dari 3

BAB IV

PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan
Pasien rujukan RSUD Aceh Tamiang dengan PPOK eksaserbasi + TB Paru
kategori II dd/ MDR + Pneumonia. Pasien datang diantar keluarga dan petugas
kesehatan dengan keluhan sesak nafas sejak 6 bulan yang lalu dan memberat 3
bulan terakhir ini, sesak dirasakan terutama bila beraktivitas. Pasien mengeluhkan
batuk sesekali saja, dahak sulit dikeluarkan dan biasanya bewarna kekuningan.
Pasien juga mengeluhkan ada demam naik turun kadang-kadang sejak 2 minggu
terakhir ini. Nyeri dada tidak dikeluhkan oleh pasien baik yang dirasakan didada
dan yang menjalar ke punggung, bahu atau tangan. Riwayat keringat malam (+)
sejak 6 bulan yang lalu, sulit tidur dalam 3 bulan terakhir ini, penurunan nafsu
makan (+) sejak 3 bulan ini, penurunan berat badan (+) dalam 3 bulan terakhir dan
untuk angkanya pasien tidak terlalu ingat.
Berdasarkan gejala klinis, berupa sesak nafas sejak 6 bulan yang lalu dan
memberat dalam 3 bulan terakhir, kemudian terdapat batuk sesekali dengan dahak
yang sulit dikeluarkan biasanya bewarna kekuningan, selanjutnya terdapat riwayat
keringat malam sejak 6 bulan terakhir, penurunan berat badan dalam 3 bulan yang
lalu, demam naik turun tidak terlalu tinggi mengarahkan klinisi kepada cugaan
penyakit Tuberkulosis paru. Hal tersebut sesuai dengan teori, dimana TB paru
akan memberikan manifestasi klinis utama berupa batuk terus menerus dan
berdahak selama tiga minggu atau lebih disertai atau tanpa disertai keluhan umum
dan keluhan klasik. Keluhan umum dari pasien TB paru, seperti penurunan nafsu
makan dan berat badan, perasaan tidak enak (malaise), lemah, demam tidak terlalu
tinggi yang berlangsung lama dan biasanya dirasakan malam hari disertai keringat
malam, kadang-kadang ada serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang
timbul. Sementara itu, keluhan klasik dari pasien TB paru terdiri dari:16,19,23
1. Bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru)
akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan
suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
2. Jika ada cairan dalam rongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai
dengan keluhan sakit dada.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, ditemukan peningkatan frekuensi nafas
yaitu 36 kali/menit, nafas cuping hidung, upaya peningkatan upaya nafas, dan
28

29

suara pernapasan tambahan ronkhi pada permukaan atas dan tengah lapang paru.
Hal ini sesuai dengan teori, dimana untuk menegakkan diagnosis TB paru secara
pemeriksaan fisik, dapat ditemukan beberapa tanda, seperti fokal fremitus yang
meningkat, perkusi redup, bunyi napas bronkovesikuler atau ronkhi terutama di
apeks paru. Pada dasarnya, TB paru dalam penegakkan diagnosa pastinya adalah
berdasarkan pemeriksaan dahak. Pada pasien, belum atau tidak dilakukan analisa
dahak karena pasien sulit mengeluarkan dahak saat batuk. Pemeriksaan dahak
dikumpulkan dalam dua hari kunjungan berurutan yang dikenal dengan dahak
SPS (sewaktu-pagi-sewaktu), dengan interpretasi dari hasil pemeriksaan dahak
dari 3 kali pemeriksaan ialah bila:16,18,23
1. 3 kali positif atau 2 kali positif, 1 kali negatif: BTA positif
2. 1 kali positif, 2 kali negatif: ulang BTA 3 kali kecuali bila ada fasilitas foto
toraks, kemudian:
a. bila 1 kali positif, 2 kali negatif: BTA positif
b. bila 3 kali negatif: BTA negatif
Pada pasien ini, penegakkan diagnosis dari TB paru dengan pemeriksaan
BTA memang belum dapat dikonfirmasi, namun berdasarkan hasil pemeriksaan
foto thoraks, gejala klinis dan adanya riwayat pasien pernah menderita TB paru
pada tahun 2012 dan mengkonsumsi OAT kategori I, maka untuk pasien ini dapat
ditegakkan diagnosis untuk TB paru kasus relaps dan didiagnosis banding dengan
kasus MDR-TB. Selanjutnya, terdapat indikasi untuk dilakukannya pemeriksaan
Gene Expert dengan hasil MTB not detected hal ini mungkin disebabkan oleh
karena beberapa kemungkinan, pertama kesalahan pemeriksaan dan specimen
yang digunakan, kedua kemungkinan kuman sudah berkurang atau tidak ada dan
pada pemeriksaan tersebut tidak ditemukan, karena pada pasien ini diketahui telah
mendapatkan terapi OAT kategori II fase sisipan. Informasi berikutnya adalah
pada pasian tidak ditemukan resistensi pengobatan. Tuberkulosis kambuh adalah
pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapatkan pengobatan TB dan
telah dinyatakan sembuh tetapi dapat kambuh lagi.
Pengobatan pasien dengan TB paru harus dengan panduan beberapa Obat
Anti Tuberkulosis (OAT), berkesinambungan dan dalam waktu tertentu sehingga
mendapatkan hasil yang optimal (OAT dalam bentuk kombipak atau FDC (Fixed
Dose Combination). Kesembuhan yang baik akan memperlihatkan sputum BTA-,

30

adanya perbaikan radiologi dan menghilangnya gejala penyakit. Tujuan utama


pengobatan tuberkulosis paru dengan jangka pendek adalah untuk memutus rantai
penularan dengan menyembuhkan penderita tuberkulosis paru minimal 80% dari
seluruh kasus tuberkulosis paru BTA+ yang ditemukan, serta mencegah resistensi
(kekebalan kuman terhadap OAT).16,23,25
Obat TB paru di berikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam
jumlah cukup dan dosis tepat selama enam bulan, supaya semua kuman (termasuk
kuman persiter) dapat di bunuh. Dosis tahap awal (intensif) dan dosis tahap
lanjutan (intermiten) diberikan sebagai dosis tunggal. Apabila paduan obat yang
diberikan tidak adekuat (jenis, dosis dan juga jangka waktu pengobatan), kuman
tuberkulosis akan berkembang menjadi kuman kebal terhadap OAT (resisten).
Untuk menjamin kepatuhan dari penderita menelan obat, pengobatan perlu di
dampingi oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO). Pada TB paru kambuh
minimal menggunakan 4 macam OAT pada fase intensif selama 3 bulan (dan bila
ada hasil uji resistensi dapat diberikan sesuai hasil). Lama pengobatan fase dari
lanjutan adalah 6 bulan atau lebih lama dari pengobatan sebelumnya, sehingga
panduan obat yang dapat digunakan adalah 3RHZE/6RH dan bila tidak terdapat
hasil uji resistensi, maka alternatifnya adalah 2RHZES/1RHZE/5RHE.
Pada pasien juga diberikan terapi injeksi ceftriaksone hal ini didiasarkan
atas ditemukannya peningkatan leukosit pada tanggal 21/10/2016 yaitu sebesar
12.5 x 103/mm3. Pasien juga diberikan pengobatan nebul ventolin (salbutamol)
dan pulmicort (budesonide) karena terdapat gejala/tanda/sindrom obstruksi pada
pasien, sehingga harus diberikan bronkodilator dan kortikosteroid pada pasien ini.
Pada pasien diberikan terapi curcuma untuk meningkatkan nafsu makan dan juga
membantu agar fungsi hati baik selama pemberian terapi TB paru. Pada pasien
juga diberikan terapi cetirizine atas indikasi peningkatan eosinophil yang dasarnya
memberikan informasi adanya kemungkinan alergi/atopic pada pasien sehingga
diberikan antihistamin pada pasien.27

Anda mungkin juga menyukai