Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Dengan memanjatkan piji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan
rahmat dan hidayah Nya kepada kita sekalian, sehingga dalam kehidupan kita dapat berkarya
serta melaksanakan tugas dan kewajiban di bidang masing masing. Semoga kita semua selalu
mendapat petunjuk dan perlindungan Nya sepanjang masa. Dan dalam pada itu dengan izin
Nya, Alhamdulillah niat dan tekad penyusun untuk menyelesaikan penyusunan
Makalah Anatomi Fisiologi Tentang Sistem Pernapasan dapat tersusun dengan baik.
Makalah ini di susun dengan bahasa yang sederhana berdasarkan berbagai literatur
tertentu dengan tujuan untuk mempermudah pemahaman mengenai teori yang di bahas. Kendati
demikian, tak ada gading yang tak retak.Saya menyadari bahwa dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu saya dengan senang hati menerima kritik dan saran
yang konstruktif dari semua pihak demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya, saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak dan sumbangsih untuk kemajuan perkembangan Anatomi Dan Fisiologi.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mempelajari mata kuliah faal pada jurusan psikologi sangatlah penting karena ilmu faal
adalah ilmu yang mempelajari tentang fungsi organ dan tubuh pada makhluk hidup yang
saling terkait dengan ilmu psikologi lebih khusus subjeknya adalah manusia. Didalam ilmu
psikologi banyak sekali teori-teori yang menyebutkan bahwa emosi, kecerdasan dan tingkah
laku manusia selain dipengaruhi oleh lingkungan juga dipengaruhi oleh fungsi organ pada
tubuh manusia.
Oleh karena itu muncullah ilmu psikologi faal yaitu suatu ilmu yang mempelajari tentang
perilaku manusia berdasarkan fungsi organ dalam tubuh manusia. Untuk itu dalam
mempelajari mata kuliah faal I pada jurusan Psikologi khususnya semester dua harus faham
tentang fungsi organ pada tubuh manusia, mulai dari pernafasan (Respirasi), Jantung
(kardiovaskuler), Sistem sirkulasi, Sistem Pencernaan (Digesti) hingga pembuangan
(Ekskresi). Dan semua sistem atau fungsi tersebut harus dalam keadaan seimbang atau
homeostatis. Salah satu yang terpenting dalam beberapa sistem tersebut adalah sistem
pernafasan dimana manusia setiap detiknya harus menghirup oksigen dan mengeluarkan
karbondioksida dalam hidupnya.. maka dari itu perlu mempelari meliputi apa saja organ-organ
yang ada dalam sistem pernapasan dan apa fungsi dari masing-masing organ tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
Dalam mempelajari sistem pernapasan ada beberapa hal yang perlu dipahami dan dimengerti.
Beberapa hal tersebut yakni
1. Jelaskan pengertian sistem pernafasan.
2. Jelaskan organ-organ yang ada dalam sistem pernapasan beserta fungsinya
3. Bagaimanakah mekanisme sistem pernapasan
4. Jelaskan fungsi sistem pernafasan
5. Jelaskan kelainan serta penyakit pada sistem pernapasan

C. TUJUAN DAN MANFAAT

Adapun beberapa tujuan dan manfaat yang diperoleh dalam mempelajari sistem pernapasan.
1. Memahami pengertian sistem pernapasan pada manusia
2. Mengetahui organ-organ yang ada dalam sistem pernapasan manusia beserta fungsifungsinya
3. Memahami dan mengerti mekanisme sistem pernafasan
4. Memahami fungsi sistem pernapasan
5. Memahami dan mengerti kelainan serta penyakit pada sistem pernapasan

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN SISTEM PERNAPASAN


Sistem Pernafasan atau Respirasi adalah Sistem pada manusia yang berfungsi untuk
mengambil oksigen dari udara luar dan mengeluarkan karbondioksida melalui paru-paru.
Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau dalam keadaan tertidur
sekalipun karena sistem pernapasan dipengaruhi oleh susunan saraf otonom.
Menurut tempat terjadinya pertukaran gas maka pernapasan dapat dibedakan atas 2 jenis,
yaitu pernapasan luar dan pernapasan dalam.
Pernapasan luar adalah pertukaran udara yang terjadi antara udara dalam alveolus dengan
darah dalam kapiler, sedangkan pernapasan dalam adalah pernapasan yang terjadi antara darah
dalam kapiler dengan sel-sel tubuh.
Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara
dalam rongga dada dengan tekanan udara di luar tubuh. Jika tekanan di luar rongga dada lebih
besar maka udara akan masuk. Sebaliknya, apabila tekanan dalam rongga dada lebih besar
maka udara akan keluar.
Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukkan udara (inspirasi) dan
pengeluaran udara (ekspirasi) maka mekanisme pernapasan dibedakan atas dua macam, yaitu
pernapasan dada dan pernapasan perut. Pernapasan dada dan perut terjadi secara bersamaan.
a. Pernapasan Dada Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antartulang
rusuk. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut.
1. Fase inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya otot antartulang rusuk sehingga rongga
dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada
tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.
2. Fase ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antara tulang
rusuk ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada
menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar
daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida
keluar.
b. Pernapasan Perut Pernapasa n perut merupakan pernapasan yang mekanismenya melibatkan
aktifitas otot-otot diafragma yang membatasi rongga perut dan rongga dada.Mekanisme
pernapasan perut dapat dibedakan menjadi dua tahap yakni sebagai berikut.

1. Fase Inspirasi. Pada fase ini otot diafragma berkontraksi sehingga diafragma mendatar,
akibatnya rongga dada membesar dan tekanan menjadi kecil sehingga udara luar masuk.
2. Fase Ekspirasi. Fase ekspirasi merupakan fase berelaksasinya otot diafragma (kembali ke
posisi semula, mengembang) sehingga rongga dada mengecil dan tekanan menjadi lebih
besar, akibatnya udara keluar dari paru-paru.
B. ORGAN-ORGAN PADA RESFIRASI DAN FUNGSINYA
a. Rongga Hidung (Cavum Nasalis)
Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga hidung berlapis
selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar
keringat (kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang masuk
lewat saluran pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi
menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara. Juga terdapat konka yang
mempunyai banyak kapiler darah yang berfungsi menghangatkan udara yang masuk.
b. Faring (Tenggorokan)
Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan 2 saluran, yaitu
saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian depan dan saluran pencernaan (orofarings)
pada bagian belakang. Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring (tekak)
tempat terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan
menyebabkan pitasuara bergetar dan terdengar sebagai suara. Makan sambil berbicara
dapat mengakibatkan makanan masuk ke saluran pernapasan karena saluran pernapasan
pada saat tersebut sedang terbuka. Walaupun demikian, saraf kita akan mengatur agar
peristiwa menelan, bernapas, dan berbicara tidak terjadi bersamaan sehingga tidak
mengakibatkan gangguan kesehatan.
c. Laring
Kotak suara yang menghubungkan faring dengan trakea. Tabung pendek berbentuk seperti
kotak triangular dan ditopang oleh tiga kartilago tidak berpasangan (kartilago tiroid,
kartilago krikoid , dan epiglotis ) dan tiga kartilago berpasangan ( kartilago ariteniod ,
kartilago kornikulata, dan kartilago kuneiform)
d. Tenggorokan (Trakea)
Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya 10 cm, terletak sebagian di leher dansebagian
di rongga dada (torak). Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang
rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring bendabenda asing yang masuk ke saluran pernapasan.

e. Cabang-cabang Tenggorokan (Bronki)


Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkuskiri.
Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang rawan bronkus
bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang
rawannyamelingkari lumen dengan sempurna. Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi
bronkiolus.
f. Bronkiolus
Bronkiolus adalah anak cabang dari batang tenggorok yang terdapat dalam rongga
tenggorokan dan akan memanjang sampai ke paru-paru. Jumlah cabang bronkiolus yang
menuju paru-paru kanan dan kiri tidak sama. Bronkiolus yang menuju paru-paru kanan
mempunyai 3 cabang, sedangkan bronkiolus yang menuju paru-paru sebelah kiri hanya
bercabang 2. Bronkiolus adalah cabang dari bronkus dan memiliki dinding yang lebih tipis,
pada ujung bronkiolus terdapat banyak sekali gelembung-gelembung kecil yang dinamakan
alveolus. Ciri khas bronkiolus adalah tidak adanya tulang rawan dan kelenjar pada
mukosanya, pada bagian awal dari cabang bronkiolus hanya memiliki sebaran sel globet dan
epitel. fungsi dari bronkiolus adalah sebagai media yang menghubungkan oksigen yang
dihirup agar mencapai paru-paru.
g. Paru-paru (Pulmo)
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh otot
dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada
dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru
kiri (pulmosinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang
tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut
pleura dalam (pleuravisceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang
bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis).
Antara selaput luar dan selaput dalam terdapat rongga berisi cairan pleura yang berfungsi
sebagai pelumas paru-paru. Cairan pleura berasal dari plasma darah yang masuk secara
eksudasi. Dinding rongga pleura bersifat permeabel terhadap air dan zat-zat lain. Paru-paru
tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah. Paru-paru
berstruktur seperti spon yang elastis dengan daerah permukaan dalam yang sangat lebar
untuk pertukaran gas.
C. MEKANISME PERNAFASAN (VENTILASI PULMUNAR)
Otot pernapasan utama adalah otot inspirasi, yang terpenting adalah diafragma; kontraksi
diafragma akan mendatarkan kubah, mengurangi tekanan rongga toraks, sehingga menarik
udara masuk ke paru-paru. Otot interkostalis eksterna membantu dengan cara menaikkan iga

dan meningkatkan dimensi rongga toraks. Pernapasan yang tenang normalnya adalah
pernapasan diafragma; otot inspirasi aksesorius (misalnya skalenus, sternomastoideus)
membantu inspirasi jika terdapat tahanan jalan napas atau ventilasi yang tinggi. Ekspirasi
dicapai dengan rekoil pasif paru dan dinding dada, namun, pada laju ventilasi yang tinggi,
ekspirasi dibantu oleh kontraksi otot abdomen yang mempercepat rekoil diafragma dengan
meningkatkan tekanan abdomen (misalnya olahraga).
Volume dan tekanan paru. Volume tidal adalah volume udara yang keluar dan masuk paru
saat pernapasan normal; volume tidal istirahat normal adalah -500 mL, namun, seperti volume
paru lainnya, volume ini bergantung pada usia, jenis kelamin, dan tinggi badan. Kapasitas
vital adalah volume tidal maksimum, yaitu ketika seseorang menarik napas sedalam-dalamnya
dan menghembuskan napas sehabis-habisnya. Perbedaan volume antara ekspirasi istirahat dan
ekspirasi maksimum disebut volume cadangan ekspirasi; hal yang sama pada inspirasi disebut
volume cadangan inspirasi. Volume paru setelah inspirasi maksimum adalah kapasitas paru
total, sedangkan volume paru setelah ekspirasi maksimum adalah volume residu.
Kapasitas residu fungsional (functional residual capacity, FRC) adalah volume paru pada
akhir pemapasan normal, ketika otot-otot respirasi berelaksasi. Besar FRC ditentukan oleh
keseimbangan antara rekoil elastis ke arah luar oleh dinding dada dan rekoil elastis ke arah
dalam oleh paru. Keduanya dikoupling oleh cairan di dalam rongga pleura dada yang kecil,
sehingga terjadi tekanan negatif (tekanan intrapleura: -0,2 sampai -0,5 kPa). Oleh karena itu,perforasi dada menyebabkan udara tersedot ke dalam rongga pleura, dan dinding dada akan
mengembang, sementara paru kolaps (pneumotoraks). Penyakit yang mempengaruhi rekoil
elastis paru akan mengubah FRC; fibrosis akan meningkatkan rekoil sehingga mengurangi
FRC, sedangkan emfisema, di mana terjadi kerusakan struktur paru, rekoil berkurang dan
FRC meningkat. Selama inspirasi, perluasan rongga toraks membuat tekanan intrapleura
menjadi lebih negatif, menyebabkan paru dan alveoli mengembang, dan mengurangi tekanan
alveolar.
Hal ini memunculkan gradien tekanan antara alveoli dengan mulut, dan menarik udara ke
paru. Selama ekspirasi, tekanan intrapleura dan tekanan alveolar meningkat, walaupun,
kecuali saat ekspirasi paksa (misalnya batuk), tekanan intrapleura tetap negatif pada
keseluruhan siklus karena ekspirasi normalnya adalah pasif. Ruang rugi (dead space) adalah
volume jalan napas yang tidak berperan dalam pertukaran gas. Ruang rugi anatomis
mencakup saluran napas dan turun hingga ke bronkiolus terminalis; normalnya -150 mL.
Ruang rugi alveolar adalah alveoli yang tidak mampu mengadakan pertukaran gas; dalam
kesehatan, hal ini tidaklah penting. Ruang rugi fisiologis adalah jumlah ruang rugi anatomis
dan alveolar.

Prinsip dasar

1. Toraks adalah rongga tertutup kedap udara disekeliling paru-paru yang terbuka ke atmosfer
hanya melalui jalur sistem pernafasan.
2. Pernafasan adalah proses inspirasi (inhalasi) udara ke dalam paru-paru dan ekspirasi
(ekshalasi) udara dari paru-paru ke lingkungan luar tubuh.
3. Sebelum inspirasi dimulai, tekanan udara atmosfer (sekitar 760 mmHg) sama dengan tekanan
udara dalam alveoli yang disebut sebagai tekanan intra-alveolar (intrapulmonar).
4. Tekanan intrapleura dalam rongga pleura (ruang antar pleura) adalah tekanan sub-atmosfer,
atau kurang dari tekanan intra-alveolar.
5. Peningkatan atau penurunan volume rongga toraks mengubah tekanan intrapleura dan intraalveolar yang secara mekanik menyebabkan pengembangan atau pengempisan paru-paru.
6. Otot-otot inspirasi memperbesar rongga toraks dan meningkatkan volumenya. Otot-otot
ekspirasi menurunkan volume rongga toraks.
a. Inspirasi membutuhkan kontraksi otot dan energi
(1) Diafragma, yaitu otot berbentuk kubah yang jika sedang relaks akan memipih saat
berkontraksi dan memperbesar rongga toraks ke arah inferior.
(2) Otot interkostal eksternal mengangkat iga ke atas dan ke depan saat berkontraksi sehingga
memperbesar rongga toraks ke arah anterior dan superior.
(3) Dalam pernafasan aktif atau pernafasan dalam, otot-otot sternokleidomastoid, pektoralis
mayor, serratus anterior, dan otot skalena juga akan memperbesar rongga toraks.
b. Ekspirasi pada pernafasan yang tenang dipengaruhi oleh relaksasi otot dan disebut proses
pasif. Pada ekspirasi dalam, otot interkostal internal menarik kerangka iga ke bawah dan otot
abdomen berkontraksi sehingga mendorong isi abdomen menekan diafragma.
1. Transport gas
a. Transport O2 Sekitar 97% oksigen dalain darah dibawa eritrosit yang telah berikatan dengan
hemoglobin (Hb), 3% oksigen sisanya larut dalam plasma.
1. Setiap molekul dalam keempat molekul besi dalam hemoglobin berikatan dengan satu molekul
oksigen untuk membentuk oksihemoglobin (Hb02) berwarna merah tua. Ikatan ini tidak kuat dan
reversibel. Hemoglobin tereduksi (111Th) berwarna merah kebiruan.
2. Kapasitas oksigen adalah volume maksirnum oksigen yang dapat berikatan dengan sejumlah
hemoglobin dalam darah.

a) Setiap sel darah merah mengandung 280 juta molekul hemoglobin. Setiap gram hemoglobin
dapat mengikat 1,34 ml oksigen.
b) 100 ml darah rata-rata mengandung 15 gram hemoglobin untuk maksimum 20 ml O2 per 100
ml darah (15 X 1,34). KonsentraSi hemoglobin ini biasanya dinyatakan sebagai persentase
volume dan merupakan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh.
3. Kejenuhan oksigen darah adalah rasio antara volume oksigen aktual yang terikat pada
hemoglobin dan kapasitas oksigen. Kejenuhan oksigen dibatasi oleh jumlah hemoglobin atau
PO2.
4. Kurva disosiasi oksigen-hemoglobin. Grafik memperlihatkan persentase kejenuhan
hemoglobin pada garis vertikal dan tekanan parsial oksigen pada garis horisontal.
a) Kurva berbentuk S (sigmoid) karena kapasitas pengisian oksigen pada hemoglobin (afinitas
pengikatan oksigen) bertambah jika kejenuhan bertambah. Deinikian pula, jika pelepasan
oksigennya (pelepasan oksigen terikat) meningkat, kejenuhan oksigen darah pun meningkat.
Hemoglobin dlkatakan 97% jenuh pada PO2 100 mmHg, seperti yang terjadi pada udara
alveolar.
b) Lereng kurva disosiasi ini menjadi tajam di antara tekanan 10 sampai 50 mmHg dan mendatar
di antara 70 sampai 100 mmHg. Dengan deinikian, pada tingkat PO2 yang tinggi, muatan yang
besar hanya sedikit memengaruhi kejenuhan hemoglobin.
c) Jika PO2 turun sampai di bawah 50 mmHg, seperti yang terjadi dalam jaringan tubuh,
perubahan PO2 ini walaupun sangat sedikit dapat mengakibatkan perubahan yang besar pada
kejenuhan hemoglobin dan volume oksigen yang dilepas.
d) Darah arteri secara normal membawa 97% oksigen dan kapasitasnya untuk melakukan hal
tersebut. Oleh karena itu, pernapasan dalam atau menghirup oksigen murni tidak dapat memberi
peningkatan yang berarti pada kejenuhan hemoglobin dengan oksigen. Menghirup oksigen
murni dapat meningkatkan penghantaran oksigen ke dalam jaringan karena volume oksigen
terlarut dalam plasma darah meningkat.
e) Dalam darah vena, PO2 mencapai 40 mmHg dan hemoglobin masih 75% jenuh, ini
menunjukkan bahwa darah hanya melepas sekitar seperempat muatan oksigennya saat melewati
jaringan. Hal ml memberikan rentang keamanan yang tinggi jika sewaktu-waktu pernapasan
terganggu atau kebutuhan oksigen jaringan meningkat.
b. Transport CO2
Karbon dioksida yang berdifusi ke dalam darah dan janingan dibawa ke paru-paru melalui cara
berikut ini:
1. Sejumlah kecil karbon dioksida (7% sampai 8%) tetap terlarut dalam plasma.

2. Karbon dioksida yang tersisa bergerak ke dalam sel darah merah, di mana 25%-nya bergabung
dalam bentuk reversibel yang tidak kuat dengan gugus amino di bagian globin pada hemoglobin
untuk membentuk karbaminohemoglobin.
3. Sebagian besar karbon dioksida dibawa dalam bentuk bikarbonat, terutama dalam plasma.
a) Karbon dioksida dalam sel darah merah benikatan dengan air untuk membentuk asam
karbonat dalam reaksi bolak-balik yang dikatalis oleh anhidrase karbonik.
b) Reaksi di atas berlaku dua arab, bergantung konsentrasi senyawa. Jika konsentrasi CO2 tinggi,
seperti dalam Jaringan, reaksi beglangsung ke kanan sehingga lebih banyak terbentuk ion
hidrogen dan bikarbonat. Dalam paru yang konsentrasi C02-nya lebih rendah, reaksi berlangsung
ke kiri dan melepaskan karbon dioksida.
2. Proses difusi gas
Secara umum difusi diartikan sebagai peristiwa perpindahan molekul dari suatu daerah yang
konsentrasi molekulnya tinggi ke daerah yang konsentrasinya lebih rendah. Peristiwa difusi
merupakan peristiwa pasif yang tidak memerlukan energi ekstra. Peristiwa difusi yang terjadi di
dalam paru adalah perpindahan molekul oksigen dari rongga alveoli melintasi membrana kapiler
alveolar, kemudian melintasi plasma darah, selanjutnya menembus dinding sel darah merah, dan
akhirnya masuk ke interior sel darah merah sampai berikatan dengan hemoglobin. Membran
kapiler alveolus sangat tipis, yaitu 0,1 um atau sepertujuh puluh dari tebal butir darah merah
sehingga molekul oksigen tidak mengalami kesulitan untuk menembusnya. Peristiwa difusi yang
lain di dalam paru adalah perpindahan molekul karbondioksida dari darah ke udara alveolus.
Oksigen dan karbondioksida menembus dinding alveolus dan kapiler pembuluh darah dengan
cara difusi. Berarti molekul kedua gas tadi bergerak tanpa menggunakan tenaga aktif. Uruturutan proses difusi terbagi atas:
a) Difusi pada fase gas Udara atmosfer masuk ke dalam paru dengan aliran yang cepat, ketika
dekat alveoli kecepatannya berkurang sampai terhenti. Udara atau gas yang baru masuk dengan
cepat berdifusi atau bercampur dengan gas yang telah ada di dalam alveoli. Kecepatan gas
berdifusi di sini berbanding terbalik dengan berat molekulnya. Gas oksigen mempunyai berat
molekul 32 sedangkan berat molekul karbondioksida 44. Gerak molekul gas oksigen lebih cepat
dibandingkan dengan gerak molekul gas karbondioksida sehingga kecepatan difusi oksigen juga
lebih cepat. Percampuran antara gas yang baru saja masuk ke dalam paru dengan gas yang lebih
dahulu masuk akan komplit dalam hitungan perpuluhan detik. Hal semacam ini terjadi pada
alveoli yang normal, sedangkan pada alveoli yang tidak normal, seperti pada emfisema,
percampuran gas yang baru masuk dengan gas yang telah berada di alveoli lebih lambat.
b) Difusi menembus membran pembatas

Proses difusi yang melewati membrana pembatas alveoli dengan kapiler pembuluh darah
meliputi proses difusi fase gas dan proses difusi fase cairan. Dalam hal ini, pembataspembatasnya adalah dinding alveoli, dinding kapiler pembuluh darah (endotel), lapisan plasma
pada kapiler, dan dinding butir darah merah (eritrosit). Kecepatan difusi melewati fase cairan
tergantung kepada kelarutan gas ke dalam cairan. Kelarutan karbondioksida lebih besar
dibandingkan dengan kelarutan oksigen sehingga kecepatan difusi karbondioksida di dalam fase
cairan 20 kali lipat kecepatan difusi oksigen. Semakin tebal membrana pembatas halangan bagi
proses difusi semakin besar.
D. FUNGSI SISTEM RESPIRASI
Menurut Ethel Sloane (2004 : 266) Fungsi utama sistem pernafasan adalah untuk mengambil
oksigen (O2) dari atmosfer ke dalam sel-sel tubuh dan untuk mentranspor karbon dioksida (CO2)
yang dihasilkan sel-sel tubuh kembali ke atmosfer. Sedangkan fungsi tambahan sistem
pernafasan adalah sebagai produksi wicara dan berperan dalam keseimbangan asam basa,
pertahanan tubuh melawan benda asing, dan pengaturan hormonal tekanan darah.
E. KELAINAN DAN PENYAKIT PADA SISTEM PERNAPASAN
1. Gangguan pada sistem pernapasan adalah terganggunya pengangkutan O2 ke sel-sel atau
jaringan tubuh; disebut asfiksi.
2. Asfiksi ada bermacam-macam misalnya terisinya alveolus dengan cairan limfa karena
infeksi Diplokokus pneumonia atau Pneumokokus yang menyebabkan penyakit
pneumonia.
3. Pada orang yang tenggelam, alveolusnya terisi air sehingga difusi oksigen sangat sedikit
bahkan tidak ada sama sekali sehingga mengakibatkan orang tersebut shock dan
pernapasannya dapat terhenti. Orang seperti itu dapat ditolong dengan mengeluarkan air
dari saluran pernapasannya dan melakukan pernapasan buatan tanpa alat dengan cara dari
mulut ke mulut dengan irama tertentu dan menggunakan metode Silvester dan Hilger
Neelsen.
4. Asfiksi dapat pula disebabkan karena penyumbatan saluran pernapasan oleh kelenjar
limfa, misalnya polip, amandel, dan adenoid.
5. Peradangan dapat terjadi pada rongga hidung bagian atas dan disebut sinusitis,
peradangan pada bronkus disebut bronkitis, serta radang pada pleura disebut pleuritis.
6. Paru-paru juga dapat mengalami kerusakan karena terinfeksi Mycobacterium tuber
culosis penyebab penyakit TBC.

7. Pengangkutan O2 dapat pula terhambat karena tingginya kadar karbon monoksida dalam
alveolus sedangkan daya ikat (afinitas) hemoglobin jauh lebih besar terhadap CO
daripada O2 dan CO2.
8. Keracunan asam sianida, debu, batu bara dan racun lain dapat pula menyebabkan
terganggunya pengikatan O2 oleh hemoglobin dalam pembuluh darah, karena daya
afinitas hemoglobin juga lebih besar terhadap racun dibanding terhadap O2.
9. Gejala alergi terutama asma dapat pula menghinggapi sistem pernapasan begitu juga
kanker dapat menyerang paru-paru terutama para perokok berat.
10. Penyakit pernapasan yang sering terjadi adalah emfisema berupa penyakit yang terjadi
karena susunan dan fungsi alveolus yang abnormal.

Anda mungkin juga menyukai