DISUSUN OLEH :
AHMAD ANSORI
15.11.1001.3443.080
MANAJEMEN MALAM
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA
1
DATA PRIBADI
NAMA
: Ahmad Ansori
NPM
: 15.11.1001.3443.080
TTL
: Blora, 07-07-1995
ALAMAT :
NO.HP
: 085388522892
: aansori504@gmail.com
SUKU
: Jawa 100%
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya. Dan karena atas limpahan karunia-Nya itu
pula maka saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Makalah ini disusun berdasarkan adat istiadat, bahasa, budaya dan kepercayaan yang ada
di suku samin serta peranannya terhadap ketahanan nasional sesuai dengan pancasila.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna karena itu sangat
diharapkan kritik dan saran dari semua pihak (pembaca) dan semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua dan mendapat ridha dari-Nya.
Ahmad Ansori
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................................i
Data Pribadi.....................................................................................................................ii
Kata Pengantar.................................................................................................................iii
Daftar Isi..........................................................................................................................iv
Bab 1 Pendahuluan..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang .....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................1
1.3 Tujuan ...................................................................................................................1
Bab 2 Isi...........................................................................................................................2
2.1 Sejarah Suku Samin...............................................................................................2
2.2 Adat/Istiadat Suku Samin......................................................................................3
2.3 Budaya Dan Bahasa Suku Samin..........................................................................6
2.4 Ajaran Dan Kepercayaan Suku Samin..................................................................9
2.5 Peranan Suku Samin Dalam Ketahanan Nasional Sesuai Pancasila.....................11
Bab 3 Penutup..................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan............................................................................................................13
3.2 Saran......................................................................................................................13
Daftar Pustaka..................................................................................................................14
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
ISI
2.1 Sejarah Suku Samin
Sejarah asal suku samin di Blora Salah satu suku yang unik yang ada di Indonesia,
masyarakat ini adalah keturunan para pengikut Samin Soersentiko yang mengajarkan sedulur
sikep, dimana dia mengobarkan semangat perlawanan terhadap Belanda dalam bentuk lain
diluar kekerasan. Bentuk yang dilakukan adalah menolak membayar pajak, menolak segala
peraturan yang dibuat pemerintah kolonial. Masyarakat ini acap memusingkan pemerintah
Belanda maupun penjajahan Jepang karena sikap itu, sikap yang hingga sekarang dianggap
menjengkelkan oleh kelompok diluarnya. Masyarakat Samin sendiri juga mengisolasi diri
hingga baru pada tahun 70an mereka baru tahu Indonesia telah merdeka. Kelompok Samin ini
tersebar sampai pantura timur Jawa Tengah, namun konsentrasi terbesarnya berada di
kawasan Blora, Jawa Tengah dan Bojonegoro, Jawa Timur yang masing-masing bermukim di
perbatasan kedua wilayah
Jumlah mereka tidak banyak dan tinggal dikawasan pegunungan Kendeng diperbatasan dua
propinsi. Kelompok Samin lebih suka disebut wong sikep, karena kata Samin bagi mereka
mengandung makna negatif. Orang luar Samin sering menganggap mereka sebagai kelompok
yang lugu, suka mencuri, menolak membayar pajak, dan acap menjadi bahan lelucon
terutama dikalangan masyarakat Bojonegoro. Pokok ajaran Samin Surosentiko (nama aslinya
Raden Kohar, kelahiran Desa Ploso Kedhiren, Randublatung, tahun 1859, dan meninggal saat
diasingkan ke Padang, 1914)
Perkawinan
Menurut Samin, perkawinan itu sangat penting. Dalam ajarannya perkawinan itu
merupakan alat untuk meraih keluhuran budi yang seterusnya untuk menciptakan Atmaja
(U)Tama (anak yang mulia).
Sumber : google
Kematian
Dalam hal kematian, masyarakat samin uga mempunyai tatacara sendiri. Menurut
anggapan orang Samin, orang itu tidak mati tetapi salin sandhangan. Maksudnya apabila roh
lepas dari raga manusia, ia mencari tempat yang baru, yakni ikut anak cucu. Hal itu sesuai
dengan ajaran Samin Surosentiko.
Orang Samin tidak mengenal perkataan wafat, meninggal dan mati. Tetapi mereka
mengenal perkataan salin panggonan atau salin sandhangsebagai pengganti kata wafat,
meninggal dan mati. Mereka tidak terlalu bersedih menghadapi sedulur yang salin sandhang
tersebut, kalau dibandingkan orang-orag luar di lingkungannya. Hal itu mungkin disebabkan
karena mereka tidak mengenal alam kehidupan akhir, alam bak yang merupakn hari-hari
pertimbangan bagi orang-orang beragama Islam, Kristen, Budha dan Hindu.
Mereka percaya bahwa salin sandhang itu adalah bebas tugas kehidupan mereka dan
selanjutnya tidak perlu dibicarakan lagi karena sudah tidak bergaul dan kelihatan bersamasama mereka. Pada malma hari pertamasesudah meninggal, mayat itu diletakkan dibawahbawah pohon kayu yang berada di dekat rumah si mati itu.
Pada siang hari sebelumnya itu keluarganya telah mengumpulkan kayu api guna
menghidupkan api unggun pada malam pertama itu. Api unggun ini menyala semalam suntuk
di dekat mayat itu, dan di jaga bersama atau berganti-ganti untuk menjaga hal-hal diluar
kemampuan mereka.
Api unggun yang menyala sepanjang malam di dekat pembaringan mayat pada malam
pertama disebut setran menurut istilah mereka, dan mayat yang didekatkan api unggun
disebut disetran. Karena kelengahan penjaga api unggun, maka pernah terjadi menurut
informanb, mayat yang sedang disetran itu dimakan binatang buas. Untuk mencegah
kemungkinan terulang kembali kejadian itu, selanjutnya mayat itu tidak diletakkan dibawah
pohon-pohon, tetapi cukup didalam rumah saja asal disertakanlah pohon-pohon dan api
unggun itu. Api unggun yang kecil dan pohon-pohon simbolis yang dilakukan dalam rumah
akhirnya sudah cukup sebagai pengganti pohon-pohon besar dan api unggun yang besar pula.
Pada malam pertama itu selain keluarganya datang pula tetangga-tetangganya yang lain untuk
turut bersama-sama duduk dekat mayat itu serta menghidupkan api unggun dan bercakapcakap. Yang dipercakapkan adalah hal ihwal sehari-hari.
Keesokan harinya barulah mayat itu ditanam dipekarangan rumah si mati itu. Mereka tidak
memiliki makam tertentu. Diatas timbunan mayat ditanam pohon yang berguna bagi
keturunannya, bisa pohon pisang.
Orang samin yang meniggal tidak dimakamkan di makam umum. Ini terutama terjadi di
zaman colonial. Suatu dugaan mungkin karena orang-orang samin telah mendapat predikat
sebagai kelompok yang menentang pemerintah colonial belanda, suka mengadakan
perlawanan. Ada kecenderungan orang yang meniggal dimakamkan dimana dia mau, dan
biasanya disekitar kediaman mereka dan diberi tanda tertentu. Namun hal itu telah berbeda
saat zaman sekarang. Mungkin karena hubungannya dengan masyarakat diluar kelompok
samin ini memberikan perubahan cara penguburan orang meninggal dunia (Mumfangati,
2004:31-32)
Ada orang yang beranggapan bahwa saminisme itu sebuah agama. Katanya
saminisme itu tidak kawin di masjid menurut islam dan tidak pula di gereja menurut Kristen.
Tidak melakukan khitan dan tidak pula menyebit nama Tuhan. Dengan demikian mereka
berkesimpulan bahwa orang - orang samin itu bukan penganut agama islam, bukan penganut
agam Kristen, bukan penganut agama hindu dan budha pula. Tetapi mereka mempunyai
agama
sendiri
yaitu
agama
samin.
Pendapat
seperti
diatas
tidak
bisa
Sikap
Walaupun masa penjajahan Belanda dan Jepang telah berakhir, orang Samin tetap me
nilai pemerintah Indonesia saat itu tidak jujur. Oleh karen itu, ketika menikah mereka tidak m
encatatkan dirinya baik di Kantor Urusan Agama/(KUA) atau di catatan sipil. Secara umum,
perilaku orang Samin/ 'Sikep' sangat jujur dan polos tetapi kritis.
Bahasa
Mereka tidak mengenal tingkatan bahasa Jawa, jadi bahasa yang dipakai adalahbahasa
Jawa ngoko. Bagi mereka menghormati orang lain tidak dari bahasa yang digunakan tapi sika
p dan perbuatan yang ditunjukkan.
Percakapan 1.
Orang biasa
Pakaian
Pakaian orang Samin biasanya berupa baju lengan panjang tanpa kerah, berwarna hita
m. pria memakai ikat kepala. Untuk pakaian wanita bentuknya kebaya lengan panjang, berkai
n sebatas di bawah tempurung lutut atau di atas mata kaki.
Sumber : Google
Sedikit ringkasan tentang Seni Barong Blora : Barongan Blora, merupakan salah satu
kesenian rakyat yang sangat populer di kalangan masyarakat Blora. Alur cerita bersumber
dari hikayat panji. Di dalam seni Barong tercermin sifat-sifat kerakyatan seperti spontanitas,
sederhana, keras, kompak yang dilandasi kebenaran. Kesenian barongan berbentuk tarian
kelompok yang terdiri dari tokoh Singo Barong, Bujangganong, Joko Lodro/Gendruwon.
Jaranan/Pasukan Berkuda, serta prajurit.
Tari barongan ini diambil dari cerita Panji. Panji adalah seorang Putra Kerajaan Singosari
yang menyamar sebagai pengamen. Dia mengamen dengan melakukan tari barongan.
Penyamaran yang dia lakukan adalah untuk mengembara mencari kekasihnya yaitu Ayu
Galuh CandraKirana. demikian sedikit ringkasan tentang Barongan Blora yang sampai
sekarang menjadi ikon dari Kabupaten Blora.
Sumber : Google
Kesenian barongan merupakan kesenian khas Jawa Tengah. Namun, Kabupaten Blora
yang bisa dikatakan paling eksis. Bayangkan saja, dari 295 desa di Kabupaten Blora, terdapat
625 paguyuban kesenian barongan. Artinya, setiap desa minimal memiliki dua grup kesenian
barongan.
Apalagi, beberapa budaya tradisi mensyaratkan keterlibatan kesenian barongan di
dalamnya. Tradisi lamporanritual tolak bala yang berasal dari Desa Kunden, misalnya,
mengharuskan keterlibatan barongan. Bahkan, justru Singo Barong yang dianggap sebagai
pengusir tolak bala.
Tak mengherankan bila kesenian barongan sangat populer dan sangat lekat dengan
kehidupan masyarakat pedesaan di Kabupaten Blora. Mereka beranggapan bahwa barongan
telah berhasil mewakili sifat-sifat kerakyatan mereka, seperti spontanitas, kekeluargaan,
kesederhanaan, tegas, kekompakan, dan keberanian yang didasarkan pada kebenaran.
Seni Musik
Gamelan Jawa merupakan seperangkat Alat Musik Tradisional Jawa yang biasanya
terdiri dari Gong, Kenong, Gambang, Celempung serta beberapa Alat Musik pendamping
lainnya, Keistimewaan Alunan Musik Gamelan jawaadalah cenderung bersuara lembut dan
seperti sengaja menghadirkan suasana ketenangan jiwa, dimana hal itu diselaraskan dengan
Prinsip Hidup Masyarakat Jawa pada umumnya.
Sumber google
Ajaran Saminisme muncul sebagai akibat atau reaksi dari pemerintah kolonial Belanda yang
sewenang-wenang.Perlawanan dilakukan tidak secara fisik tetapi berwujud penentangan
terhadap segala peraturan dan kewajiban yang harus dilakukan rakyat terhadap Belanda
misalnya dengan tidak membayar pajak. Terbawa oleh sikapnya yang menentang tersebut
mereka membuat tatanan, adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan tersendiri.
Wong Sikep
Wong Sikep dari bahasa Jawa, berarti Orang Sikep.Ungkapan ini merupakan
sebutan
untuk
masyarakat
penganut ajaran
Samin sebagai
alternatif Wong
Samin.Masyarakat pengikut Samin lebih menyukai disebut sebagai Wong Sikep karena
Wong Sikep berarti orang yang baik dan jujur, sebagai alih-alih/pengganti atas sebutan Wong
Samin yang mempunyai citra jelek dimata masyarakat Jawa pada abad 18 sebagai kelompok
orang yang tidak jujur. Wong Sikep adalah kelompok masyarakat penganut ajaran
Samin yang disebarkan oleh Samin Surontiko (Raden Kohar)(1859-1914).
tidak bersekolah,
tidak memakai peci, tapi memakai iket, yaitu semacam kain yang diikatkan
dikepala mirip orang Jawa dahulu,
tidak berpoligami,
tidak berdagang.
Konsep Ajaran Masyarakat Samin masuk dalam kategori Budaya Masyarakat Samin :
Keseimbangan , Harmonisi , Kesetaraan Keadilan. Adalah prinsip dan falsafah hidup Masy
Samin tetap diyakini sampai saat ini Tahun 2006 . Dengan Tradisi Lisan menjaga Budaya dan
Tradisi Lisan kepada generasi dan keturunan tingkat ke 4 adalah suatu hal yang perlu
mendaatkan penelitian, yang berlanjut kepada pengakuan akan keberadaan Masayarakat
Samin yang mempunyai kekhasan dalam bersikap dan bertindak. Masyarakat statis menjaga
tradisi untuk kelanggengan keyakinan.
10
Agama adalah senjata atau pegangan hidup. Paham Samin tidak membeda-bedakan
agama, oleh karena itu orang Samin tidak pernah mengingkari atau membenci agama.
Yang penting adalah tabiat dlam hidupnya.
Jangan mengganggu orang, jangan bertengkar, jangan suka irihati dan jangan suka
mengambil milik orang.
Manusia hidup harus memahami kehidupannya sebab hidup adalah sama dengan roh
dan hanya satu dibawa abadi selamanya.Menurut orang Samin, roh orang yang
meninggal tidaklah meninggal, namun hanya menanggalkan pakaiannya.
Bila berbicara harus bisa menjaga mulut, jujur dan saling menghormati. Berdagang
bagi orang Samin dilarang karena dalam perdagangan ada unsur ketidakjujuran. Juga
tidak boleh menerima sumbangan dalam bentuk uang.
Sebagaimana paham lain yang dianggap oleh pendukungnya sebagai agama, orang
Samin juga memiliki kitab suci. Kitab suci itu adalah Serat Jamus Kalimasada yang
terdiri atas beberapa buku, antara lain Serat Punjer Kawitan, Serat Pikukuh Kasajaten,Serat
Uri-uri Pambudi, Serat Jati Sawit, Serat Lampahing Urip, dan merupakan nama-nama kitab
yang amat populer dan dimuliakan oleh orang Samin. Ajaran dalam buku Serat Pikukuh
Kasajaten (pengukuhan kehidupan sejati) ditulis dalam bentuk puisitembang, yaitu
suatu genre puisi tradisional kesusasteraan Jawa. Dengan mempedomani kitab itulah, orang
Samin hendak membangun sebuah negara batin yang jauh dari sikap drengki srei, tukar padu,
dahpen kemeren. Sebaliknya, mereka hendak mewujudkan perintah Lakonana sabar trokal.
Sabare dieling-eling. Trokali dilakoni
2.5 Peranan Suku Samin Dalam Ketahanan Nasional Sesuai Pancasila
Budaya identik dengan ciri khas suatu negara. Negara Indonesia memiliki banyak
ragam corak budaya. Wujud ketahanan budaya bangsa yang dijiwai kepribadian nasional,
11
Sosial : Pergaulan hidup manusia dalam bermasyarakat yang mengandung nilainilai budaya, social ,kebersamaan, dan solidaritas yang merupakan unsur
pemersatu
12
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Suku Samin yang berada di daerah Blora, Jawa Tengah merupakan suku yang
memiliki berbagai kebudayaan, mulai dari adat istiadat sehari-hari, kesenian, acara ritual, dan
lain-lain. Semua itu membuktikan bahwa suku samin merupakan suku yang kaya akan
budaya daerah. Dan memiliki ciri khas tersendiri dalam tata bermasyarakat serta termasuk
dalam pilar pilar pancasila di Indonesia.
3.2 Saran
Kebudayaan bangsa Indonesia merupakan kebudayaan yang terbentuk dari berbagai
macam kebudayaan suku dan agama sehingga banyak tantangan yang selalu merongrong
keutuhan budaya itu tapi dengan semangat kebhinekaan sampai sekarang masih eksis dalam
terpaan zaman. Kewajiban kita sebagai anak bangsa untuk tetap mempertahankannya budaya
itu menuju bangsa yang abadi, luhur, makmur dan bermartabat.
13
DAFTAR PUSTAKA
www. Google.com
http://pritjohan.blogspot.co.id/2012/04/seni-barongan-blora-sedikit-ringkasan.html
http:/Ajaran%20Samin%20n%20Wikipedia%20bahasa%20Indonesia,%20ensiklopedia
%20bebas.html
http://nur-maulidatus-fib12.web.unair.ac.id/artikel_detail-93508-Budaya-KARAKTERISTIK
%20DAN%20ADAT%20ISTIADAT%20MASYARAKAT%20SAMIN%20(Tugas
%20pengantar%20Ilmu%20Budaya).html
http://louisalx.blogspot.co.id/2014/03/kebudayaan-suku-samin.html
http://deutromalayan.blogspot.co.id/2012/10/suku-samin.html
14