Anda di halaman 1dari 18

TUGAS PERORANGAN

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


MAKALAH JUDUL :
TENTANG ADAT / BUDAYA, BAHASA, DAN AGAMA, SUKU JAWA
SAMIN DALAM PERANANNYA TERHADAP KETAHANAN
NASIONAL SESUAI DENGAN PANCASILA

DISUSUN OLEH :
AHMAD ANSORI
15.11.1001.3443.080

MANAJEMEN MALAM
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA
1

DATA PRIBADI
NAMA

: Ahmad Ansori

NPM

: 15.11.1001.3443.080

TTL

: Blora, 07-07-1995

ALAMAT :

: Revolusi 1 Gg. 12 RT.20 NO.29

NO.HP

: 085388522892

EMAIL

: aansori504@gmail.com

SUKU

: Jawa 100%

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya. Dan karena atas limpahan karunia-Nya itu
pula maka saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Makalah ini disusun berdasarkan adat istiadat, bahasa, budaya dan kepercayaan yang ada
di suku samin serta peranannya terhadap ketahanan nasional sesuai dengan pancasila.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna karena itu sangat
diharapkan kritik dan saran dari semua pihak (pembaca) dan semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua dan mendapat ridha dari-Nya.

Samarinda,12 April 2016

Ahmad Ansori

DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................................i
Data Pribadi.....................................................................................................................ii
Kata Pengantar.................................................................................................................iii
Daftar Isi..........................................................................................................................iv
Bab 1 Pendahuluan..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang .....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................1
1.3 Tujuan ...................................................................................................................1
Bab 2 Isi...........................................................................................................................2
2.1 Sejarah Suku Samin...............................................................................................2
2.2 Adat/Istiadat Suku Samin......................................................................................3
2.3 Budaya Dan Bahasa Suku Samin..........................................................................6
2.4 Ajaran Dan Kepercayaan Suku Samin..................................................................9
2.5 Peranan Suku Samin Dalam Ketahanan Nasional Sesuai Pancasila.....................11
Bab 3 Penutup..................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan............................................................................................................13
3.2 Saran......................................................................................................................13
Daftar Pustaka..................................................................................................................14

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau dan memiliki
berbagai macam suku bangsa, bahasa, adat istiadat atau yang sering kita sebut kebudayaan.
Keanekaragaman budaya yang terdapat di Indonesia merupakan suatu bukti bahwa Indonesia
merupakan negara yang kaya akan budaya.
Tidak bisa kita pungkiri, bahwa kebudayaan daerah merupakan faktor utama
berdirinya kebudayaan yang lebih global, yang biasa kita sebut dengan kebudayaan nasional.
Maka atas dasar itulah segala bentuk kebudayaan daerah akan sangat berpengaruh terhadap
budaya nasional, begitu pula sebaliknya kebudayaan nasional yang bersumber dari
kebudayaan daerah, akan sangat berpengaruh pula terhadap kebudayaan daerah / kebudayaan
lokal.
Karena kebudayaan merupakan kekayaan serta ciri khas suatu daerah, maka menjaga,
memelihara dan melestarikan budaya merupakan kewajiban dari setiap individu, dengan kata
lain kebudayaan merupakan kekayaan yang harus dijaga dan dilestarikan oleh setiap suku
bangsa.
1.2 Rumusan Masalah
1.mengenal suku samin jawa tengah?
2.apa aja adat/istiadat suku samin?
3.mengenal budaya dan bahasa suku samin?
4.sistem kepercayan yang dianut oleh suku samin?
5.serta peranan suku samin dalam ketahanan nasional sesuai dengan pancasila?
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini,agar kita bisa bisa mempelajari/mengetahui
kebudayaan-kebudayaan dan adat istiadat yang menjadi tradisi masyarakat suku samin di
kota blora ,jawa tengah,serta mengetahui peranannya dalam ketahanan nasional sesuai
pancasila.
1

BAB 2
ISI
2.1 Sejarah Suku Samin
Sejarah asal suku samin di Blora Salah satu suku yang unik yang ada di Indonesia,
masyarakat ini adalah keturunan para pengikut Samin Soersentiko yang mengajarkan sedulur
sikep, dimana dia mengobarkan semangat perlawanan terhadap Belanda dalam bentuk lain
diluar kekerasan. Bentuk yang dilakukan adalah menolak membayar pajak, menolak segala
peraturan yang dibuat pemerintah kolonial. Masyarakat ini acap memusingkan pemerintah
Belanda maupun penjajahan Jepang karena sikap itu, sikap yang hingga sekarang dianggap
menjengkelkan oleh kelompok diluarnya. Masyarakat Samin sendiri juga mengisolasi diri
hingga baru pada tahun 70an mereka baru tahu Indonesia telah merdeka. Kelompok Samin ini
tersebar sampai pantura timur Jawa Tengah, namun konsentrasi terbesarnya berada di
kawasan Blora, Jawa Tengah dan Bojonegoro, Jawa Timur yang masing-masing bermukim di
perbatasan kedua wilayah

Suku samin Blora sumber : Google

Asal suku samin di Blora Jawa Tengah

Jumlah mereka tidak banyak dan tinggal dikawasan pegunungan Kendeng diperbatasan dua
propinsi. Kelompok Samin lebih suka disebut wong sikep, karena kata Samin bagi mereka
mengandung makna negatif. Orang luar Samin sering menganggap mereka sebagai kelompok
yang lugu, suka mencuri, menolak membayar pajak, dan acap menjadi bahan lelucon
terutama dikalangan masyarakat Bojonegoro. Pokok ajaran Samin Surosentiko (nama aslinya
Raden Kohar, kelahiran Desa Ploso Kedhiren, Randublatung, tahun 1859, dan meninggal saat
diasingkan ke Padang, 1914)

Samin surosentiko sumber : google

2.2 .Adat Istiadat Suku Samin

Perkawinan

Menurut Samin, perkawinan itu sangat penting. Dalam ajarannya perkawinan itu
merupakan alat untuk meraih keluhuran budi yang seterusnya untuk menciptakan Atmaja
(U)Tama (anak yang mulia).

Sumber : google

Dalam ajaran Samin , dalam perkawinan seorang pengantin laki-laki diharuskan


mengucapkan syahadat, yang berbunyi kurang lebih demikian : Sejak Nabi Adam pekerjaan
saya memang kawin. (Kali ini) mengawini seorang perempuan bernama Saya berjanji setia
kepadanya. Hidup bersama telah kami jalani berdua. Demikian beberapa ajaran kepercayaan
yang diajarkan Samin Surosentiko pada pengikutnya yang sampai sekarang masih dipatuhi
warga samin. Menurut orang Samin perkawinan sudah dianggap sah walaupun yang
menikahkan hanya orang tua pengantin. Ajaran perihal Perkawinan dalam tembang Pangkur
orang Samin adalah sebagai berikut (dalam Bahasa Jawa):

Kematian

Dalam hal kematian, masyarakat samin uga mempunyai tatacara sendiri. Menurut
anggapan orang Samin, orang itu tidak mati tetapi salin sandhangan. Maksudnya apabila roh
lepas dari raga manusia, ia mencari tempat yang baru, yakni ikut anak cucu. Hal itu sesuai
dengan ajaran Samin Surosentiko.
Orang Samin tidak mengenal perkataan wafat, meninggal dan mati. Tetapi mereka
mengenal perkataan salin panggonan atau salin sandhangsebagai pengganti kata wafat,
meninggal dan mati. Mereka tidak terlalu bersedih menghadapi sedulur yang salin sandhang
tersebut, kalau dibandingkan orang-orag luar di lingkungannya. Hal itu mungkin disebabkan
karena mereka tidak mengenal alam kehidupan akhir, alam bak yang merupakn hari-hari
pertimbangan bagi orang-orang beragama Islam, Kristen, Budha dan Hindu.
Mereka percaya bahwa salin sandhang itu adalah bebas tugas kehidupan mereka dan
selanjutnya tidak perlu dibicarakan lagi karena sudah tidak bergaul dan kelihatan bersamasama mereka. Pada malma hari pertamasesudah meninggal, mayat itu diletakkan dibawahbawah pohon kayu yang berada di dekat rumah si mati itu.

Pada siang hari sebelumnya itu keluarganya telah mengumpulkan kayu api guna
menghidupkan api unggun pada malam pertama itu. Api unggun ini menyala semalam suntuk
di dekat mayat itu, dan di jaga bersama atau berganti-ganti untuk menjaga hal-hal diluar
kemampuan mereka.
Api unggun yang menyala sepanjang malam di dekat pembaringan mayat pada malam
pertama disebut setran menurut istilah mereka, dan mayat yang didekatkan api unggun
disebut disetran. Karena kelengahan penjaga api unggun, maka pernah terjadi menurut
informanb, mayat yang sedang disetran itu dimakan binatang buas. Untuk mencegah
kemungkinan terulang kembali kejadian itu, selanjutnya mayat itu tidak diletakkan dibawah
pohon-pohon, tetapi cukup didalam rumah saja asal disertakanlah pohon-pohon dan api
unggun itu. Api unggun yang kecil dan pohon-pohon simbolis yang dilakukan dalam rumah
akhirnya sudah cukup sebagai pengganti pohon-pohon besar dan api unggun yang besar pula.
Pada malam pertama itu selain keluarganya datang pula tetangga-tetangganya yang lain untuk
turut bersama-sama duduk dekat mayat itu serta menghidupkan api unggun dan bercakapcakap. Yang dipercakapkan adalah hal ihwal sehari-hari.
Keesokan harinya barulah mayat itu ditanam dipekarangan rumah si mati itu. Mereka tidak
memiliki makam tertentu. Diatas timbunan mayat ditanam pohon yang berguna bagi
keturunannya, bisa pohon pisang.
Orang samin yang meniggal tidak dimakamkan di makam umum. Ini terutama terjadi di
zaman colonial. Suatu dugaan mungkin karena orang-orang samin telah mendapat predikat
sebagai kelompok yang menentang pemerintah colonial belanda, suka mengadakan
perlawanan. Ada kecenderungan orang yang meniggal dimakamkan dimana dia mau, dan
biasanya disekitar kediaman mereka dan diberi tanda tertentu. Namun hal itu telah berbeda
saat zaman sekarang. Mungkin karena hubungannya dengan masyarakat diluar kelompok
samin ini memberikan perubahan cara penguburan orang meninggal dunia (Mumfangati,
2004:31-32)

Upacara dan kegiatan ritual keagamaan

Ada orang yang beranggapan bahwa saminisme itu sebuah agama. Katanya
saminisme itu tidak kawin di masjid menurut islam dan tidak pula di gereja menurut Kristen.
Tidak melakukan khitan dan tidak pula menyebit nama Tuhan. Dengan demikian mereka
berkesimpulan bahwa orang - orang samin itu bukan penganut agama islam, bukan penganut
agam Kristen, bukan penganut agama hindu dan budha pula. Tetapi mereka mempunyai
agama

sendiri

yaitu

agama

samin.

Pendapat

seperti

diatas

tidak

bisa

dipertanggungjawabkan kebenarannya. (Soepanto Djaffar, 1962:39). Selanjutnya, Soepanto


Djaffar (1962:39) menyatakan saminisme bukan agama, sebaliknya bukan pula tidak percaya
pada agama. Saminisme tidak membeda-bedakan agama. Semua agama itu baik maka
saminisme tidak mengingkari agama. Dan itulah paham samin yang pokok.
Dipihak lain, Benda (dalam prasongko, 1981:36) gerakan Samin merupakan tradisi
abangan di jawa. Orang samin mengaku menganut agama adam. Tentang agama yang
dianutnya ini mereka menegaskan bahwa agama iku gaman, adam pangucape, man gaman
lanang. Tetapi orang Samin tidak membedakan agama yang ada, mereka menganggap semua
agama baik dan mereka merasa memilikinya:
agama islam ya duwe, agama katholik ya duwe, budha ya duwe, wong kabehne iku apik
(Agama islam punya, agama Katholik punya, agama Budha punya seba semuanya itu baik)
Upacara-upacara tradisi yang ada pada masyarakat Samin antara lain nyadran (bersih desa)
sekaligus menguras sumber air pada sebuah sumur tua yang banyak memberi manfaat pada
masyarakat. Tradisi selamatan yang berkaitan dengan daur hidup yaitu kehamilan, kelahiran,
khitanan, perkawinan dan kematian. Mereka melakukan tradisi tersebut secara sederhana
2.3 Budaya Dan Bahasa Suku Samin

Sikap

Walaupun masa penjajahan Belanda dan Jepang telah berakhir, orang Samin tetap me
nilai pemerintah Indonesia saat itu tidak jujur. Oleh karen itu, ketika menikah mereka tidak m
encatatkan dirinya baik di Kantor Urusan Agama/(KUA) atau di catatan sipil. Secara umum,
perilaku orang Samin/ 'Sikep' sangat jujur dan polos tetapi kritis.

Bahasa

Mereka tidak mengenal tingkatan bahasa Jawa, jadi bahasa yang dipakai adalahbahasa
Jawa ngoko. Bagi mereka menghormati orang lain tidak dari bahasa yang digunakan tapi sika
p dan perbuatan yang ditunjukkan.
Percakapan 1.
Orang biasa

: Nembe nyapu nggih bu?


(lagi nyapu ya bu?)

Orang Samin : Wis roh lagi nyapu ngono kok takok.


(Sudah tahu lagi nyapu kok nanya.)
Berdasarkan contoh percakapan diatas dapat dilihat bahwa kata-kata dalam bahasa orang
Samin atau Sikep menimbulkan kesalahpahaman serta kesalahpengertian bagi orang biasa
yang sedang berbicara dengan orang Samin atau Sikep.
Percakapan 2
Orang Biasa

: Aku njaluk banyumu!

(Aku minta airmu)


Orang Samin : Aku ora nduwe banyu, sing nduwe bumi.
(Saya tidak punya air, ini air milik alam.)
Berdasarkan contoh percakapan diatas, dapat dilihat bahwa masyarakat pada
komunitas Samin mempunyai keyakinan bahwa manusia hanya dapat memanfaatkan sumber
daya alamnya saja, tetapi tidak dapat memilikinya.

Pakaian

Pakaian orang Samin biasanya berupa baju lengan panjang tanpa kerah, berwarna hita
m. pria memakai ikat kepala. Untuk pakaian wanita bentuknya kebaya lengan panjang, berkai
n sebatas di bawah tempurung lutut atau di atas mata kaki.

Sumber dari google

Seni Barongan Suku Samin Blora

Sumber : Google
Sedikit ringkasan tentang Seni Barong Blora : Barongan Blora, merupakan salah satu
kesenian rakyat yang sangat populer di kalangan masyarakat Blora. Alur cerita bersumber
dari hikayat panji. Di dalam seni Barong tercermin sifat-sifat kerakyatan seperti spontanitas,
sederhana, keras, kompak yang dilandasi kebenaran. Kesenian barongan berbentuk tarian
kelompok yang terdiri dari tokoh Singo Barong, Bujangganong, Joko Lodro/Gendruwon.
Jaranan/Pasukan Berkuda, serta prajurit.
Tari barongan ini diambil dari cerita Panji. Panji adalah seorang Putra Kerajaan Singosari
yang menyamar sebagai pengamen. Dia mengamen dengan melakukan tari barongan.
Penyamaran yang dia lakukan adalah untuk mengembara mencari kekasihnya yaitu Ayu
Galuh CandraKirana. demikian sedikit ringkasan tentang Barongan Blora yang sampai
sekarang menjadi ikon dari Kabupaten Blora.

Sumber : Google
Kesenian barongan merupakan kesenian khas Jawa Tengah. Namun, Kabupaten Blora
yang bisa dikatakan paling eksis. Bayangkan saja, dari 295 desa di Kabupaten Blora, terdapat
625 paguyuban kesenian barongan. Artinya, setiap desa minimal memiliki dua grup kesenian
barongan.
Apalagi, beberapa budaya tradisi mensyaratkan keterlibatan kesenian barongan di
dalamnya. Tradisi lamporanritual tolak bala yang berasal dari Desa Kunden, misalnya,
mengharuskan keterlibatan barongan. Bahkan, justru Singo Barong yang dianggap sebagai
pengusir tolak bala.
Tak mengherankan bila kesenian barongan sangat populer dan sangat lekat dengan
kehidupan masyarakat pedesaan di Kabupaten Blora. Mereka beranggapan bahwa barongan
telah berhasil mewakili sifat-sifat kerakyatan mereka, seperti spontanitas, kekeluargaan,
kesederhanaan, tegas, kekompakan, dan keberanian yang didasarkan pada kebenaran.

Seni Musik

Gamelan Jawa merupakan seperangkat Alat Musik Tradisional Jawa yang biasanya
terdiri dari Gong, Kenong, Gambang, Celempung serta beberapa Alat Musik pendamping
lainnya, Keistimewaan Alunan Musik Gamelan jawaadalah cenderung bersuara lembut dan
seperti sengaja menghadirkan suasana ketenangan jiwa, dimana hal itu diselaraskan dengan
Prinsip Hidup Masyarakat Jawa pada umumnya.

Sumber google

2.4 Ajaran Dan Kepercayan Suku Samin

Asal Ajaran Samin

Ajaran Saminisme muncul sebagai akibat atau reaksi dari pemerintah kolonial Belanda yang
sewenang-wenang.Perlawanan dilakukan tidak secara fisik tetapi berwujud penentangan
terhadap segala peraturan dan kewajiban yang harus dilakukan rakyat terhadap Belanda
misalnya dengan tidak membayar pajak. Terbawa oleh sikapnya yang menentang tersebut
mereka membuat tatanan, adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan tersendiri.

Wong Sikep

Wong Sikep dari bahasa Jawa, berarti Orang Sikep.Ungkapan ini merupakan
sebutan

untuk

masyarakat

penganut ajaran

Samin sebagai

alternatif Wong

Samin.Masyarakat pengikut Samin lebih menyukai disebut sebagai Wong Sikep karena
Wong Sikep berarti orang yang baik dan jujur, sebagai alih-alih/pengganti atas sebutan Wong
Samin yang mempunyai citra jelek dimata masyarakat Jawa pada abad 18 sebagai kelompok
orang yang tidak jujur. Wong Sikep adalah kelompok masyarakat penganut ajaran
Samin yang disebarkan oleh Samin Surontiko (Raden Kohar)(1859-1914).

Konsep ajaran Samin

Pengikut ajaran Samin mempunyai lima ajaran:

tidak bersekolah,

tidak memakai peci, tapi memakai iket, yaitu semacam kain yang diikatkan
dikepala mirip orang Jawa dahulu,

tidak berpoligami,

tidak memakai celana panjang, dan hanya pakai celana selutut,

tidak berdagang.

penolakan terhadap kapitalisme.

Konsep Ajaran Masyarakat Samin masuk dalam kategori Budaya Masyarakat Samin :
Keseimbangan , Harmonisi , Kesetaraan Keadilan. Adalah prinsip dan falsafah hidup Masy
Samin tetap diyakini sampai saat ini Tahun 2006 . Dengan Tradisi Lisan menjaga Budaya dan
Tradisi Lisan kepada generasi dan keturunan tingkat ke 4 adalah suatu hal yang perlu
mendaatkan penelitian, yang berlanjut kepada pengakuan akan keberadaan Masayarakat
Samin yang mempunyai kekhasan dalam bersikap dan bertindak. Masyarakat statis menjaga
tradisi untuk kelanggengan keyakinan.
10

Pokok-pokok ajaran Saminisme

Pokok ajaran Samin adalah sebagai berikut:

Agama adalah senjata atau pegangan hidup. Paham Samin tidak membeda-bedakan
agama, oleh karena itu orang Samin tidak pernah mengingkari atau membenci agama.
Yang penting adalah tabiat dlam hidupnya.

Jangan mengganggu orang, jangan bertengkar, jangan suka irihati dan jangan suka
mengambil milik orang.

Bersikap sabar dan jangan sombong.

Manusia hidup harus memahami kehidupannya sebab hidup adalah sama dengan roh
dan hanya satu dibawa abadi selamanya.Menurut orang Samin, roh orang yang
meninggal tidaklah meninggal, namun hanya menanggalkan pakaiannya.

Bila berbicara harus bisa menjaga mulut, jujur dan saling menghormati. Berdagang
bagi orang Samin dilarang karena dalam perdagangan ada unsur ketidakjujuran. Juga
tidak boleh menerima sumbangan dalam bentuk uang.

Kitab Suci Orang Samin

Sebagaimana paham lain yang dianggap oleh pendukungnya sebagai agama, orang
Samin juga memiliki kitab suci. Kitab suci itu adalah Serat Jamus Kalimasada yang
terdiri atas beberapa buku, antara lain Serat Punjer Kawitan, Serat Pikukuh Kasajaten,Serat
Uri-uri Pambudi, Serat Jati Sawit, Serat Lampahing Urip, dan merupakan nama-nama kitab
yang amat populer dan dimuliakan oleh orang Samin. Ajaran dalam buku Serat Pikukuh
Kasajaten (pengukuhan kehidupan sejati) ditulis dalam bentuk puisitembang, yaitu
suatu genre puisi tradisional kesusasteraan Jawa. Dengan mempedomani kitab itulah, orang
Samin hendak membangun sebuah negara batin yang jauh dari sikap drengki srei, tukar padu,
dahpen kemeren. Sebaliknya, mereka hendak mewujudkan perintah Lakonana sabar trokal.
Sabare dieling-eling. Trokali dilakoni
2.5 Peranan Suku Samin Dalam Ketahanan Nasional Sesuai Pancasila
Budaya identik dengan ciri khas suatu negara. Negara Indonesia memiliki banyak
ragam corak budaya. Wujud ketahanan budaya bangsa yang dijiwai kepribadian nasional,
11

yang mengandung kemampuan membentuk dan mengembangkan kehidupan sosial budaya


manusia dan masyarakat Indonesia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YME, disuku
samin sendiri memiliki banyak ragam dan corak budaya yang memiliki nilai nilai luhur
dalam pancasila, maka disitulah peranan budaya suku samin dalam ketahanan nasional.
Peranan suku samin pada ketahanan nasional meliputi bidang :
-

Sosial : Pergaulan hidup manusia dalam bermasyarakat yang mengandung nilainilai budaya, social ,kebersamaan, dan solidaritas yang merupakan unsur
pemersatu

12

BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Suku Samin yang berada di daerah Blora, Jawa Tengah merupakan suku yang
memiliki berbagai kebudayaan, mulai dari adat istiadat sehari-hari, kesenian, acara ritual, dan
lain-lain. Semua itu membuktikan bahwa suku samin merupakan suku yang kaya akan
budaya daerah. Dan memiliki ciri khas tersendiri dalam tata bermasyarakat serta termasuk
dalam pilar pilar pancasila di Indonesia.
3.2 Saran
Kebudayaan bangsa Indonesia merupakan kebudayaan yang terbentuk dari berbagai
macam kebudayaan suku dan agama sehingga banyak tantangan yang selalu merongrong
keutuhan budaya itu tapi dengan semangat kebhinekaan sampai sekarang masih eksis dalam
terpaan zaman. Kewajiban kita sebagai anak bangsa untuk tetap mempertahankannya budaya
itu menuju bangsa yang abadi, luhur, makmur dan bermartabat.

13

DAFTAR PUSTAKA
www. Google.com
http://pritjohan.blogspot.co.id/2012/04/seni-barongan-blora-sedikit-ringkasan.html
http:/Ajaran%20Samin%20n%20Wikipedia%20bahasa%20Indonesia,%20ensiklopedia
%20bebas.html
http://nur-maulidatus-fib12.web.unair.ac.id/artikel_detail-93508-Budaya-KARAKTERISTIK
%20DAN%20ADAT%20ISTIADAT%20MASYARAKAT%20SAMIN%20(Tugas
%20pengantar%20Ilmu%20Budaya).html
http://louisalx.blogspot.co.id/2014/03/kebudayaan-suku-samin.html
http://deutromalayan.blogspot.co.id/2012/10/suku-samin.html

14

Anda mungkin juga menyukai