Anda di halaman 1dari 5

Tugas 1

ISU DAN KONTROVERSI BIDANG GIZI


Analisis Terhadap Lemak Babi Yang Terdapat Olahan Makanan Dan Bahan
Kosmetik

OLEH

DARWIN HAMENTE
D1C1 13 092

JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016

A. Analisis Terhadap Lemak Babi Yang Terdapat Pada Bakso


Daging babi merupakan sumber protein hewani yang harganya murah dan
mudah diperoleh di pasaran. Daging babi sering digunakan sebagai campuran bakso,
siomay, dan bakmi goreng. Bakso merupakan makanan siap saji yang sangat populer di
semua daerah di Indonesia termasuk Kota Salatiga. Proses pembuatan bakso oleh
produsen dari etnis Tionghoa dimungkinkan ada pencampuran bahan baku bakso
dengan daging babi. Pencampuran bertujuan untuk menurunkan harga produksi namun
harga jual tetap tinggi, serta meningkatkan cita rasa. Pencampuran ini tidak disertai
informasi yang jelas kepada masyarakat, sehingga masyarakat tidak mengetahui produk
olahan tersebut mengandung babi. Padahal masyarakat Muslim diharamkan
mengkonsumsi daging babi, beberapa golongan masyarakat juga mempunyai
hipersensitivitas atau intoleran terhadap daging babi.
Keberadaan komponen bahan makanan yang mengandung babi dalam bahan dan
produk pangan dapat diidentifikasi melalui lemak, protein maupun DNA (Purwaningsih,
2003). DNA dapat dieksploitasi dan digunakan untuk identifikasi organisme
berdasarkan stabilitasnya pada temperatur tinggi dan strukturnya pada semua jaringan
tubuh (Ong et al., 2007). Identifikasi DNA untuk mendeteksi adanya kandungan daging
babi pada produk pangan telah banyak dilakukan.
Metode PCR telah banyak digunakan untuk pengujian yang berhubungan
dengan DNA. Teknik PCR mempunyai sensitifitas untuk deteksi keberadaan daging
babi dalam daging segar maupun produk daging yang telah dicampur dengan bahan
daging lain. Dengan demikian, upaya mendeteksi adanya daging babi di dalam bakso
melalui teknik PCR memberikan hasil yang tidak meragukan (Muladno et al., 1999).
Penelitian Muladno et al. (1999) menginspirasi dilakukannya penelitian ini,
yaitu menggunakan teknik PCR untuk mendeteksi ke beradaan daging babi pada bakso.
Penelitian ini memanfaatkan primer p14 yang merupakan salah satu dari ke-13 lokus
PRE-1 yang terdapat pada genom babi (Sulandari et al., 1997).
1. Bahan
Teknik stratified random sampling digunakan untuk mengambil sampel bakso
yang dijajakan 13 warung bakso dari 25 warung bakso yang tersebar di pusat Kota
Salatiga.

2. Metode
Isolasi dan purifikasi DNA sampel bakso, daging sapi, dan daging babi
menggunakan metode isolasi DNA jaringan hewan. DNA hasil isolasi dilanjutkan
proses PCR menggunakan primer p14 untuk mengamplifikasi lokus PRE-1 pada genom
babi. Proses amplifikasi DNA dengan program denaturasi awal pada suhu 93 C selama
2 menit, diikuti 45 siklus terdiri atas denaturasi 93 C selama 1 menit, annealing 62 C
selama 30 detik, ekstensi 72 C selama 1 menit, kemudian diakhiri ekstensi 72 C
selama 2 menit. Produk PCR yang diharapkan muncul berukuran 481bp.
Hasil elektroforesis gel agarose 1,2% pada produk PCR menunjukkan adanya
pita DNA spesifik berukuran 481 bp pada daging babi dan sampel bakso nomor tiga
belas, sehingga disimpulkan warung bakso nomor tiga belas produk baksonya
mengandung daging babi.
B. Analisis Terhadap Lemak Babi Yang Terdapat Pada Kosmetik
Kosmetika saat ini menjadi kebutuhan yang tidak terpisahkan dari dunia
perempuan. Kosmetika adalah bahan yang sengaja dipakai untuk tujuan lebih
mempercantik penampilan diri si pemakai. Diharapkan oleh pemakai, bagian tubuh
yang dikenai kosmetika akan tampil lebih cantik, lebih menarik, lebih lembut, lebih
muda, lebih segar, dan lebih menawan. Apabila dikelompokkan, maka terdapat
bermacam-macam kosmetika. Menurut bentuknya, kosmetika dapat dibedakan menjadi
kosmetika yang berbentuk bedak, lotion, gel, dan padat. Tapi kebanyakan orang tidak
tahu asal bahan dari kosmetika yang dipakai. Padahal itu sangat penting, apalagi bagi
kita umat muslim yang mutlak bahwa harus menjauhi bahan hram misalnya lemak babi.
Biasanya, komponen krim terdiri dari campuran yang kompleks, sehingga
analisisnya agak sulit. Kehadiran lemak babi (LD) dalam produk perawatan pribadi
dilarang penggunaannya untuk umat muslim. Saat ini, penggunaan produk kosmetik
krim telah meningkat pesat. Beberapa pertimbangan yang diperlukan mengenai
kesesuaian dan keamanan kosmetik, karena krim langsung kontak dengan kulit. Lard
(LD) yang diperoleh dari proses render jaringan lemak babi telah umum digunakan
sebagai peningkat kekentalan beberapa kosmetik. FDA telah menyatakan LD sebagai
salah satu zat yang aman.

Metode
1. Lard Preparasion
Sampel LD diekstraksi dari jaringan adiposa babi ( Sus sacrofa ). Proses
rendering dilakukan pada 90-100 C selama 2 jam dalam oven. Lemak dicairkan
dikeringkan dengan Na2SO4 anhidrat dan disentrifugasi pada 3000 rpm selama 20
menit . Lapisan lemak didekantasi , dikocok dengan kuat dan disentrifugasi lagi
sebelum disaring dengan kertas saring Whatman . Lemak yang disaring disimpan dalam
wadah tertutup rapat di dalam lemari es.
VCO terbuat dari kernel kelapa segar. Kernel itu diparut dan diperas hingga
menjadi santan. Santan kemudian didiamkan hingga terbentuk lapisan krim. Cream
diambil , diaduk dan dibiarkan selama 5 jam untuk membentuk lapisan minyak antara
ampas dan air. Untuk memisahkan gum dari minyak ( VCO ) , minyak kemudian
dihilangkan, dibiarkan mengendap selama 24 jam dan disaring.
2. Ekstraksi Lemak
Sampel cream (20 g) ditambahkan dengan 2 ml HCl pekat dan 18 ml air dan
dikocok dengan kuat. Filtrat dipindahkan ke corong pisah dan diekstraksi menggunakan
2 x 15 ml kloroform. Ekstrak kloroform dikeringkan dengan evaporator rotary pada 40
C. Ekstrak lipid terkonsentrasi secara kuantitatif dipindahkan ke botol dan ditambah
kloroform sampai 25,0 ml. Isi LD tersebut kemudian ditentukan dengan menggunakan
spektrometer FT-IR.
3. Analisis Diskriminan
Setiap laboratorium disiapkan krim kosmetik dengan dan tanpa LD dalam
formulasi yang digunakan sebagai set pelatihan atau standar di DA. Krim yang
mengandung LD ditandai "dengan lemak babi", sementara krim lain dari
LD ditandai "tanpa lemak babi".
4. Analisis Instrumental
FT-IR spektrometer Nicolet 6700 (Thermo Nicolet Corp, Madison, WI)
dilengkapi dengan detektor dideuterasi triglycine sulfat (DTGS) dan terhubung ke
perangkat lunak sistem operasi OMNIC (Versi 7.0 Thermo Nicolet) digunakan selama
pengujian FT-IR. Sampel minyak ditempatkan dengan kontak langsung secara
horisontal dan dilemahkan dengan reflektansi total (ZnSe kristal, dengan sudut 45 dan

indeks bias 2,4 pada 1000 cm 1) pada suhu kamar (Smart ARK, dengan dimensi 1,0 x
6,0 cm).
Spektra FT-IR dikumpulkan pada daerah frekuensi 4000 - 650 cm 1 dan dilihat
pada pada resolusi 4 cm 1. Semua spektra dikurangi dengan spektra udara. Spektrum ini
dicatat sebagai nilai absorbansi pada setiap titik dengan 3 replikasi. Normal FT-IR
spektrum sampel menjadi sasaran yang berpusat" sebelum digunakan untuk PLS
dan DA.
5. Kemometrika
Analisis kemometrika, termasuk kuantifikasi menggunakan PLS dan klasifikasi
menggunakan DA LD dalam krim kosmetik dilakukan dengan menggunakan perangkat
lunak TQ AnalystTM (Thermo elektron Corporation). Kalibrasi PLS menggunakan root
mean error standar kalibrasi (RMSEC) dan koefisien determinasi (R2). Model PLS itu
kemudian divalidasi menggunakan "Leave-one- out teknik. Dalam teknik ini,
salah satu kalibrasi sampel ditinggalkan dari kalibrasi model PLS dan sampel yang
tersisa digunakan untuk membuat model PLS. Selanjutnya, sampel dihitung
menggunakan model PLS baru.

Anda mungkin juga menyukai