Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Di Dalamnya.
Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Kaidah Fiqhiyah
Oleh :
1. Bilqis
(C91215110)
2. Elvin Mahari
(C91215
Dosen Pengampu :
H. M. Ghufron, LC., M.HI.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, berkat rahmat, hidayah dan inayah Allah kami dapat
merampungkan makalah ini. Walaupun banyak hal yang harus ditempuh
sebelumnya, namun hasil akhirnya sudah membanggakan kami secara pribadi.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad
SAW sebagai pembawa agama islam. Shalawat dan salam juga semoga
tercurahkan kepada sahabat dan kerabat yang telah membantu perjuangan
penyebaran agama islam.
Pada kesempatan ini sesuai dengan tugas yang diberikan, maka kami
membuat dan menyusun makalah yang berisikan tentang HAK-HAK ATAS
TANAH MENURUT UUPA (HAK MILIK DAN HAK GUNA USAHA)
Dalam proses membuat dan menyusun ada kiranya terdapat kesalahan, baik
dalam teknik hal penulisan, penyampaian materi, ataupun dalam hal isi. Semuanya
tak lebih dari proses belajar bersama menuju sesuatu yang baik ke depannya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan mungkin juga dapat diperbaiki oleh
penyaji berikutnya.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan......................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................1
C. Tujuan...............................................................................................1
BAB II Pembahasan.....................................................................................2
A. Pengertian Hak Milik dan Hak Guna Usaha....................................2
B. Subyek Hukum Hak Milik dan Hak Guna Usaha.............................8
C. Cara Memperoleh Hak Milik dan Hak Guna Usaha.......................11
D. Jangka Waktu Hak Milik dan Hak Guna Usaha.............................15
E. Hapusnya Hak Milik dan Hak Guna Usaha....................................17
BAB III Penutup.........................................................................................23
A. Kesimpulan.....................................................................................23
Daftar Pustaka............................................................................................25
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kaitanya tentang hukum tanah, merupakan keseluruhan peraturanperaturan
hukum yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur hak-hak penguasaan
atas tanah yang merupakan lembaga-lembaga hukum dan hubungan- hubungan
yang konkrit dengan tanah. Hukum pertanahan ini juga sering disebut dengan
hukum agraria. Dan yang menjadi objek hukumnya adalah seputar hak
penguasaan atas tanah yang berisi serangkaian wewenang, kewajiban atau pun
larangan bagi pemegang haknya untuk berbuat sesuatu mengenai tanah yang di
haki. Dalam makalah kami ini akan dibahas terkait hak-hak atas tanah menurut
UUPA yaitu hak milik dan hak guna usaha. Tentang hak atas tanah banyak sekali
pembagianya dan kami akan menjelaskan tentang hak milik dan hak guna usaha
saja
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Hak Milik dan Hak Guna Usaha ?
2. Apa Subyek Hukum Hak Milik dan Hak Guna Usaha ?
3. Bagaimana Cara Memperoleh Hak Milik dan Hak Guna Usaha ?
4. Bagaimana Jangka Waktu Hak Milik dan Hak Guna Usaha ?
5. Bagaimana Hapusnya Hak Milik dan Hak Guna Usaha ?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Hak Milik dan Hak Guna Usaha
2. Untuk Mengetahui Subyek Hukum Hak Milik dan Hak Guna Usaha
3. Untuk Mengetahui Cara Memperoleh Hak Milik dan Hak Guna Usaha
4. Untuk Mengetahui Jangka Waktu Hak Milik dan Hak Guna Usaha
5. Untuk Mengetahui Hapusnya Hak Milik dan Hak Guna Usaha
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hak Milik dan Hak Guna Usaha
1. Pengertian Hak Milik.
Ketentuan mengenai hak milik disebutkan dalam Pasal 16 ayat (1)
huruf a UUPA. Secara khusus diatur dalam Pasal 20 hingga Pasal 27
UUPA. Menurut Pasal 50 ayat (1) UUPA, ketentuan lebih lanjut mengenai
hak
milik
diatur
dengan
undang-undang.
Undang-undang
yang
menyewakan,
membagihasilkan,
menggadaikan,
seperti
yang
dirumuskan
dalam
pasal
571
9 Kartini Muljadi dkk, Hak-Hak atas Tanah, (Jakarta: Kencana, 2007), hal. 149
10 Effendi Perangin, Op.cit, hal. 258
11 Sudaryo Soimin, Op.cit, hal. 25
12 Effendi Perangin, Op.cit, hal. 259-260
a. Hak Guna Usaha tergolong hak atas tanah yang kuat, artinya tidak
mudah dihapus dan mudah dipertahankan terhadap gangguan pihak
lain. Oleh karena itu, maka Hak Guna Usaha termasuk salah satu hak
yang wajib didaftar (Pasal 32 UUPA jo pasal 10 PP no. 10/1961).
b. Hak Guna Usaha dapat beralih yaitu diwaris oleh ahli waris yang
empunya hak (Pasal 28 ayat 3).
c. Hak Guna Usaha jangka waktunya terbatas, pada suatu waktu pasti
berakhir (Pasal 29).
d. Hak Guna Usaha dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebani hak
tanggungan (hipotek atau credietverband) (Pasal 33).
e. Hak Guna Usaha dapat dialihkan kepada pihak lain, yaitu dijual,
diturkan dengan benda lain, dihibahkan atau diberikan dengan wasiat
(dilegaatkan (Pasal 28 ayat 3).
f. Hak Guna Usaha dapat juga dilepaskan oleh yang empunya, hingga
tanahnya menjadi tanah negara (Pasal 34 huruf c).
g. Hak Guna Usaha hanya dapat diberikan guna keperluan usaha
pertanian, perikanan, dan peternakan.
B. Subjek Hukum Hak Milik dan Hak Guna Usaha.
1. Subjek Hukum Hak Milik.
Terdapat pada Pasal 21:
(1) Hanya warga Negara Indonesia dapat mempunyai hak milik.
(2) Oleh pemerintah ditetapkan badan-badan yang dapat mempunyai hak
milik dan syarat-syaratnya.
(3) Orang asing yang sudah berlakunya Undang-undang ini memperoleh
hak milik karena pewarisan tanpa wasiat atau percampuran harta
karena perkawinan, demikian pula warga Negara Indonesia yang
mempunyai hak milik dan setelah berlakunya Undang-undang ini
kehilangan kewarganegaraannya wajib melepaskan hak itu didalam
jangka waktu satu tahun: sejak diperolehnya hak tersebut atau
hilangnya kewarganegaraan itu, jika sudah jangka waktu tersebut,
lampau hak milik itu tidak dilepaskan, maka hak tersebut hapus karena
hukum dan tanahnya jatuh pada Negara dan ketentuan bahwa hak-hak
pihak lain yang membebaninya tetap berlangsung.
(2) Orang atau badan hukum yang mempunyai hak guna usaha dan tidak
lagi memenuhi syarat-syarat sebagai yang tersebut dalam ayat (1) pasal
ini dalam jangka waktu satu tahun wajib melepaskan atau mengalihkan
hal itu kepada pihak lain yang memenuhi syarat. Ketentuan ini berlaku
juga terhadap pihak yang memperoleh Hak Guna Usaha, jika ia tidak
memenuhi memenuhi syarat tersebut. Jika Hak Guna Usaha yang
bersangkutan tidak dilepaskan atau dialihkan dalam jangka waktu
tersebut hal itu hapus karena hukum, dengan ketentuan bahwa hak-hak
pihak lain akan diindahkan, menurut ketentuan-ketentuan yang
ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
Berlainan dengan Hak Milik, subjek hukum Hak Guna Usaha tidak
harus berkewarganegaraan Indonesia tunggal. Seorang warga Negara
Indonesia yang berwargakenegaraan rangkap boleh mempunyai tanah dan
Hak Guna Usaha. Dengan sendirinya juga tidak diadakan perbedaan antara
warga Negara asli dan keturunan asing.
Badan hukum yang tidak didirikan menurut hukum Indonesia atau
tidak berkedudukan di Indonesia, tidak diperbolehkan mempunyai Hak
Guna Usaha, sungguhpun mempunyai perwakilan di Indonesia. Badan
yang demikian hanya dapat menguasai tanah dengan Hak Pakai atau Hak
Sewa (Pasal 42, 45, dan 53).
Orang asing tidak diperbolehkan mempunyai tanah dengan Hak
Guna Usaha, kecuali dalam keadaan yang khusus dan dengan syarat
sebagai yang diatur dalam Pasal 38 ayat 2.
Dalam penjelasannya dinyatakan bahwa dibukanya kemungkinan
untuk memberikan tanah kepada perusahaan modal asing bukannya
dengan hak pakai, tetapi juga dengan Hak Guna Bangunan dan Hak Guna
Usaha, ini merupakan penegasan dari apa yang ditentukan dalam pasal 55
ayat 2 UUPA yaitu dalam rangka pembangunan nasioanal semesta
berencana. Maksud dari perusahaan asing harus dijalankan seluruhnya
atau sebagian terbesar di Indonesia sebagai kesatuan perusahaan, dan
10
Adat, lidah tanah yang tidak begitu luas menjadi hak bagi pemilik
tanah yang berbatasan.
Hak Milik atas tanah yang terjadi di sini dapat didaftarkan pada
Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota setempat untuk mendapatkan
Sertifikat Hak Milik atas tanah. Hak Milik atas tanah yang terjadi
menurut hukum adat akan diatur dengan peraturan pemerintah.
Peraturan pemerintah yang diperintahkan di sini sampai sekarang
belum terbentuk.15
b. Karena penetapan pemerintah.
Cara terjadinya Hak Milik yang lazim, adalah cara yang kedua ini,
yaitu yang diberikan oleh Pemerintah dengan suatu penetapan. Yang
boleh memberikan Hak Milik hanya pemerintah. Seorang pemegang
hak atas tanah lainnya tidak boleh memberikan Hak Milik. Yang boleh
dilakukannya ialah mengalihkan Hak Miliknya.16
Hak Milik atas tanah yang terjadi di sini semula berasal dari tanah
negara. Hak Milik atas tanah terjadi karena permohonan pemberian
Hak Milik atas tanah oleh pemohon dengan memenuhi prosedur dan
persyaratan yang telah ditentukan oleh Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia (BPNRI). Apabila semua persyaratan yang telah
ditentukan dipenuhi oleh pemohon, maka BPNRI atau pejabat dari
BPNRI yang diberi pelimpahan kewenangan menerbitkan Surat
Keputusan Pemberian Hak Milik (SKPHM). SKPHM ini wajib
didaftrakan oleh pemohon kepada Kepala Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kota setempat untuk dicatat dalam Buku Tanah dan
diterbitkan Sertifikat Hak Milik sebagai tanda bukti hak. Pendaftaran
SKPHM menandai lahirnya Hak Milik atas tanah.
Pejabat Badan Pertanahan Nasional yang berwenang menerbitkan
SKPH diatur dalam Pasal 3 dan Pasal 7 Permen Agraria/Kepala BPN
No. 3 Tahun 1999 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian dan
Pembatalan Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah Negara. Permen
Agraria/Kepala BPN No.3 Tahun 1999 dinyatakan tidak berlaku lagi
15 Urip Santoso, Op.cit, hal. 96
16 Effendi Perangin, Op.cit, hal. 243
11
12
13
SKPH
ini
wajib
didaftarkan
ke
Kantor
Pertanahan
14
15
16
17
meliputi Tanah Hak Milik. Dapat diketahui bahwa yang dimaksud dengan
tanah yang terlantar adalah:28
a. Tanah yang tidak dimanfaatkan dana tau dipelihara dengan baik,
b. Tanah yang tidak dipergunakan sesuai dengan keadaan, sifat atau
tujuan dari pemberian haknya tersebut.
Selanjutnya atas bidang tanah yang dinyatakan terlantar tersebut,
ketentuan pasal 15 Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 1998 tentang
Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar memberikan sanksi berupa
tindakan yang dapat diambil terhadap tanah terlantar tersebut.
Pasal 15
(1) Tanah yang sudah dinyatakan sebagai tanah terlantar menjadi tanah
yang dikuasai langsung oleh Negara.
(2) Kepada bekas pemegang hak atau pihak yang sudah memperoleh dasar
penguasaan atas tanah yang kemudian dinyatakan sebagai tanah
terlantar diberikan ganti rugi sebesar harga perolehan yang
berdasarkan bukti-bukti tertulis yang ada telah dibayar oleh yang
bersangkutan untuk memperoleh hak atas dasar penguasaan atas tanah
tersebut yang jumlahnya ditetapkan oleh Menteri.
(3) Dalam hal pemegang hak atau pihak yang telah memperoleh dasar
penguasaan atas tanah tersebut telah mengeluarkan biaya untuk
membuat prasarana fisik atau bangunan di atas tanah yang dinyatakan
terlantar, maka jumlah yang telah dikeluarkan tersebut diperhatikan
dalam penetapan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(4) Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibebankan pada
pihak yang oleh Menteri ditetapkan sebagai pemegang hak yang baru
atas tanah tersebut.
Alasan keempat
pasal 21 ayat (3) dan pasal 26 ayat (2) UUPA. Maksudnya hapusnya Hak
Milik atas Tanah karena dikuasai atau dialihkan kepada subjek hukum
yang tidak berhak memangku kedudukan Hak Milik atas Tanah.
18
tidak dipenuhi,
dilepaskan oleh pemegang haknya sebelum jangka waktunya berakhir,
dicabut untuk kepentingan umum,
diterlantarkan,
tanahnya musnah,
ketentuan dalam pasal 30 ayat (2).
Menurut Pasal 17 PP No. 40 Tahun 1996, factor-faktor penyebab
hapusnya Hak Guna Usaha dan berakibat tanahnya kemabli menjadi tanah
negara adalah:30
a. Berakhirnya jangka waktu yang ditetapkan dalam keputusan
pemberian atau perpanjangannya.
b. Dibatalkan oleh pejabat yang berwenang sebelum jangka waktunya
berakhir karena tidak dipenuhinya kewajiban-kewajiban pemegang
haka tau dilanggarnya ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan
dalam keputusan pemberian hak, dan adanya putusan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
c. Dilepaskan secara sukarela oleh pemegang haknya sebelum jangka
waktunya berakhir.
d. Hak Guna Usahanya dicabut.
e. Tanahnya ditelantarkan.
29 Ibid, hal. 139-140
30 Urip Santoso, Op.cit, hal. 107
19
f. Tanahnya musnah.
g. Pemegang Hak Guna Usaha tidak memenuhi syarat sebagai pemegang
Hak Guna Usaha.
Ketentuan lebih lanjut mengenai hapusnya Hak Guna Usaha diatur
dengan keputusan Presiden. Sampai saat ini keputusan presidennya belum
dibuat. Pasal 18 Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996 mengatur
konsekuensi hapusnya Hak Guna Usaha bagi bekas pemegang Hak Guna
Usaha, yaitu:31
a. Apabila Hak Guna Usaha hapus dan tidak diperpanjang atau di
perbaharui, bekas pemegang hak wajib membongkar bangunanbangunan dan benda-benda yang ada diatasnya dan menyerahkan tanah
dan tanaman yang ada diatas tanah bekas Hak Guna Usaha tersebut
kepada negara dalam batas waktu yang ditetapkan oleh Menteri Negara
Agraria/Kepala BPN.
b. Apabila bangunan, tanaman, dan benda-benda tersebut diatas
diperlukan untuk melangsungkan atau memulihkan pengusahaan
tanahnya, maka kepada bekas pemegang hak diberikan ganti rugi yang
bentuk dan jumlahnya diatur lebih lanjut dengan Keputusan Presiden.
c. Pembongkaran bangunan dan benda-benda diatas tanah Hak Guna
Usaha dilaksanakan atas biaya bekas pemegang Hak Guna Usaha.
d. Jika bekas pemegang Hak Guna Usaha lalai dalam memenuhi
kewajiban tersebut, maka bangunan dan benda-benda yang ada di atas
tanah bekas Hak Guna Usaha itu dibongkar oleh Pemerntah atas biaya
bekas pemegang Hak Guna Usaha.
BAB III
PENUTUP
31 Ibid, hal. 108
20
A. Kesimpulan
1. Pengertian Hak Milik dan Hak Guna Usaha.
Hak Milik menurut Pasal 20 ayat (1) UUPA adalah hak turuntemurun, terkuat, dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah
dengan mengingat ketentuan dalam Pasal 6. Sedangkan, Menurut Pasal 28
ayat (1) UUPA, yang dimaksud dengan Hak Guna Usaha adalah hak untuk
mengusahakan tanah yang dikuasai langsung oleh Negara, dalam jangka
waktu sebagaimana tersebut dalam pasal 29, guna perusahaan, pertanian,
perikanan, atau peternakan.
2. Subyek Hukum Hak Milik dan Hak Guna Usaha.
Subjek hukum Hak Milik menurut UUPA adalah hanya warga
negara Indonesia tunggal yang dapat mempunyai Hak Milik (Pasal 21 ayat
(1) jo ayat 4 UUPA). Ketentuan ini menentukan perseorangan yang hanya
berkewarganegaraan Indonesia tunggal yang dapat memiliki tanah Hak
Milik. Badan hukum tidak boleh mempunyai tanah dengan Hak Milik
(Pasal 21 ayat 2 UUPA), kecuali yang ditunjuk berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 38 tahun 1963. Sedangkan, Subjek hukum Hak Guna
Usaha tidak harus berkewarganegaraan Indonesia tunggal. Seorang warga
Negara Indonesia yang berwargakenegaraan rangkap boleh mempunyai
tanah dan Hak Guna Usaha. Dan, badan hukum yang didirikan menurut
hukum Indonesia yang berkedudukan di Indonesia.
3. Cara Memperoleh Hak Milik dan Hak Guna Usaha.
Memperoleh Hak Milik atas tanah dapat terjadi melalui tiga cara
sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 22 UUPA, yaitu: (1) Terjadinya
hak milik menurut hukum adat diatur dengan Peraturan Pemerintah. (2)
Selain menurut cara sebagai yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini hak
milik terjadi karena: penetapan Pemerintah, menurut cara dan syarat-syarat
yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Dan, ketentuan Undangundang. Sedangkan, cara memperoleh Hak Guna Usaha menurut pasal 31
UUPA terjadi karena penetapan Pemerintah.
4. Jangka Waktu Hak Milik dan Hak Guna Usaha.
Hak Milik atas tanah tidak terdapat jangka waktunya. Karena menurut
pasal 20 ayat 1 UUPA adalah Hak milik memiliki sifat Terkuat yang
21
artinya hak milik atas tanah lebih kuat bila dibandingkan dengan hak atas
tanah yang lain, tidak mempunyai batas waktu tertentu, mudah
dipertahankan dari pihak lain, dan tidak mudah hapus. Sedangkan, jangka
waktu Hak Guna Usaha telah diatur dalam Pasal 29 Undang-Undang
Pokok Agraria (UUPA): a. Hak Guna Usaha diberikan untuk jangka waktu
paling lama 25 Tahun. b. Untuk perusahaan yang memerlukan waktu lebih
lama dapat diberikan hak guna usaha untuk waktu paling lama 35 Tahun.
c. Atas permintaan pemegang hak dan mengingat keadaan perusahaannya
jangka waktu yang dimaksud tersebut diatas dapat diperpanjang paling
lama 25 tahun.
5. Hapusnya Hak Milik dan Hak Guna Usaha.
Hapusnya Hak Milik tercantum dalam pasal 27 UUPA tahun 1960
dinyatakan bahwa hak milik juga bisa terhapus apabila karena pencabutan
hak berdasarkan pasal 18 UUPA, karena penyerahan dengan sukarela oleh
pemiliknya, karena ditelantarkan, karena ketentuan pasal 21 ayat (3) dan
pasal 26 ayat (2) UUPA. Dan, tanahnya telah musnah. Sedangkan,
hapusnya Hak Guna Usaha diatur dalam ketentuan Pasal 34 UUPA yaitu:
karena jangka waktunya berakhir, dihentikan sebelum jangka waktunya
berakhir karena sesuatu syarat tidak dipenuhi, dilepaskan oleh pemegang
haknya sebelum jangka waktunya berakhir, dicabut untuk kepentingan
umum, diterlantarkan, tanahnya musnah, ketentuan dalam pasal 30 ayat
(2).
DAFTAR PUSTAKA
Muljadi, Kartini dkk. 2007. Hak-Hak atas Tanah. Jakarta: Kencana.
Perangin, Effendi. 1991. Hukum Agraria Di Indonesia Suatu Telaah Dari Sudut
Pandang Praktisi Hukum. Jakarta: CV Rajawali.
Ridwan. 2010. Pemilikan Rakyat dan Negara Atas Tanah Menurut Hukum
Pertanahan di Indonesia dalam Perspektif Hukum Islam. Jakarta: Badan
Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI.
22
23