Profilinternetindonesia2012indonesia 140710003931 Phpapp02
Profilinternetindonesia2012indonesia 140710003931 Phpapp02
PROFIL PENGGUNA
INTERNET INDONESIA
2012
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJJI)
Profil Pengguna
INTERNET INDONESIA
2012
Periset MarkPlus
Daftar Isi
Pengurus APJII
Kata Pengantar
Ringkasan Eksekutif
Latar Belakang
Metodologi
BAB 1
BAB 2
BAB 3
BAB 4
BAB 5
BAB 6
BAB 7
BAB 8
vi
vii
viii
ix
xii
15
27
31
35
47
51
63
67
Pengurus APJII
vi
Kata Pengantar
Semuel A. Pangerapan
Ketua Umum
vii
n Ringkasan Eksekutif
Internet kian jadi kebutuhan
pokok masyarakat Indonesia
Hasil survei menunjukkan pertumbuhan penggunaan Internet di Indonesia
terus meningkat. Di tahun 2012, penetrasi penggunaan Internet di wilayah
urban Indonesia mencapai 24,23% (APJII, 2012). Jumlah ini merupakan potensi
luar biasa, apalagi jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang
mencapai 260 juta jiwa (BPS, 2012). Dan juga merupakan jumlah yang sangat
besar bila dibandingkan dengan penetrasi Internet di negara-negara sekitar
Indonesia. Baik di Asia Tenggara maupun Australia.
Di sisi lain, jumlah penetrasi Internet yang besar di Indonesia ini, baru dilayani
kurang dari dua ratus Internet Service Provider (Penyelenggara Jasa Internet,
PJI). Apalagi mayoritas PJI beroperasi di Jakarta atau Pulau Jawa.
Riset yang dilakukan pada 2000 pengguna Internet di Indonesia di 42 kota ini
juga memberikan gambaran mengenai perilaku dan gaya hidup para pengguna
Internet di Indonesia serta tren penggunaan Internet di Indonesia. Hasil
temuan mengindikasikan jumlah pengguna Internet di seluruh Indonesia pada
tahun 2012 ini sudah mencapai 63 juta orang. Dominasi terbesar berasal dari
segmen muda kelompok umur 12- 35 tahun, yaitu sebesar 60% dari seluruh
pengguna Internet. Segmen pengguna Internet pada usia ini adalah digital
natives, yaitu kelompok usia yang lahir dan dibesarkan dalam lingkungan yang
sudah serba terkomputerisasi, terbiasa dengan informasi dan data digital sertas
aling terkoneksi dalam sebuah sistem atau jaringan. Kelompok ini sudah sangat
melek Internet dan secara intuitif dapat mengoperasikan berbagai gadget
dengan mudah karena sudah terbiasa menggunakannya sejak kecil.
sumber foto: banjarmasinnews.com
Survei ini juga menunjukkan, 65% pengguna Internet Indonesia lebih sering
terkoneksi melalui ponsel. Meningkatnya akses Internet secara mobile ini
tak pelak didorong semakin banyaknya ponsel pintar dengan harga yang kian
terjangkau di pasaran dan biaya akses yang juga kian ekonomis.
Peluang dan sekaligus tantangan bagi penyelenggara jasa Internet di Indonesia
adalah mengupayakan akses Internet yang semakin cepat, murah, dan andal. di
masa depan. Serta tidak hanya terorientasi di Jakarta atau Jawa, namun justru di
luar Jawa, dengan teknologi nirkabel yang semakin mampu mengatasi hambatan
kondisi alam dan geografis. Jangkauan survei yang menjaring responden dari
ujung Banda Aceh hingga ke Jayapura ini menunjukkan, Internet kian menjadi
kebutuhan komunikasi yang semakin penting dalam aktivitas sehari-hari. Dan
karena itu, bagi pengguna yang berada di berbagai daerah yang jauh dari Jakarta
ini, coverage dengan kualitas yang cepat dan andal menjadi harapan utama yang
diharapkan bisa menjadi pemacu geliat pembangunan daerah.
viii
Selain ponsel, meski belum mencapai tingkat pertumbuhan setinggi smartphone dan
laptop, produk tablet pun kini menjadi the new rising star. Tablet kian dilirik konsumen
Indonesia karena memiliki keunggulan tersendiri yang tidak dimiliki perangkat gadget
lain seperti smartphone ataupun laptop. Pengguna tablet cenderung memanfaatkan
fitur gadget ini untuk browsing atau mencari data dan informasi, atau bermain
games, baik online maupun yang telah tersedia di tablet, dan bersosialisasi di jejaring
sosial. Hal ini kian memicu pergeseran gaya hidup masyarakat Indonesia menjadi kian
tergantung pada akses Internet. Tuntutan pada akses Internet itu pun menjadi semakin
demanding, pada akses Internet yang cepat, dapat diandalkan, luas jaringannya, dan
murah.
Banjir gadget dari ponsel, notebook, netbook, hingga tablet ini tak pelak mendorong
perilaku konsumen menjadi semakin konsumtif terhadap akses informasi dan hiburan
ix
yang tersedia secara tak terbatas lewat akses di dunia maya. Tidak hanya akses
informasi dan hiburan, atau aktivitas bekerja, aktivitas perbankan hingga transaksi
jual-beli yang berlangsung di dunia maya pun bisa jadi kian menggeser peranan
aktivitas transaksi perbankan dan jual beli tatap muka yang konvensional.
Berpindahnya mode interaksi sosial dari kehidupan tatap muka atau komunikasi
suara menjadi komunikasi melalui Internet telah mendidik masyarakat untuk lebih
akrab dengan dunia Internet dan akhirnya aplikasi jejaring sosial kini menjadi sebuah
kebutuhan. Industri konten aplikasi dan jejaring sosial ini berangsur-angsur telah
menggeser perilaku telekomunikasi pasar dari komunikasi suara yang konvensional
kepada komunikasi data. Masa supremasi komunikasi suara pun terlewati, kian
menjadi legacy. Nomor telepon yang sebelumnya melekat dengan individu kini tidak
lagi mutlak, digeser perannya oleh user ID. Gejala ini sudah mulai tampak dengan
pertumbuhan revenue data carrier yang lebih tinggi dibanding voice. Fenomena
tersebut menguatkan indikasi bahwa pola komunikasi berbasis IP akan cenderung
semakin dominan di masa mendatang.
Wabah smartphone, tablet, dan evolusi platform aplikasi program termasuk jejaring
sosial ini pun telah menggeser cara akses Internet. Porsi pengguna Internet bergerak
atau mobile Internet pun semakin tinggi dibandingkan cara sebelumnya yang masih
mengandalkan jaringan yang tidak bergerak seperti kabel. Tidak heran jika dalam
waktu dekat ini mayoritas pengguna Internet akan mengakses Internet dari perangkat
bergerak mereka. Meskipun ini tidak berarti akses Internet tidak bergerak melalui
kabel atau fiber optic akan ditinggalkan, karena dalam hal kecepatan akses Internet
tidak bergerak ini masih memiliki keunggulan.
Konsekuensi lain dari meningkatnya pengguna Internet bergerak ini adalah kebutuhan
akan adanya jaringan Internet atau coverage yang luas dan bisa diakses dari mana saja
dengan kualitas relatif sama di manapun digunakan. Penyebabnya, perangkat untuk
mengakses Internet sudah tidak lagi eksklusif milik kalangan kelas menengah ke atas.
Kini seluruh lapisan masyarakat relatif mudah untuk menjangkau masuk dalam dunia
maya. Hal ini memang bertolak belakang dengan kondisi awal pasar smartphone yang
semula hanya berfokus pada produk high-end bagi konsumen kalangan menengah
atas. Para produsen besar kian menyadari potensi pasar yang lebih besar dan
mulai menawarkan affordable smartphone yang lebih mudah dijangkau konsumen
menengah bawah.
Maka tak pelak, penetrasi Internet pun semakin terserap pada kalangan konsumen kelas
bawah, menjadi terus semakin melebar secara strata maupun geografis. Perangkat
mobile baik telepon selular maupun perangkat modem bergerak harga belinya kian
terjangkau. Belum lagi strategi produsen yang sungguh-sungguh mempelajari needs
and wants dari konsumen. Berbagai fasilitas dari pemutar musik, radio, hingga
penangkap siaran TV analog ditanamkan dalam perangkat telepon selular, seperti
paham betul kegemaran orang Indonesia mendengarkan musik sepanjang hari.
Biaya untuk mengakses Internet pun tidak hanya kian terjangkau, namun juga tersedia
dalam berbagai pilihan paket yang betul-betul disesuaikan dengan pola konsumsi
masyarakat Indonesia yang masih berorientasi pada belanja eceran dan pengeluaran
harian. Maka tak heran jika paket-paket voucher eceran akses Internet tersedia tidak
hanya bulanan, namun juga mingguan bahkan harian.
Untuk semakin memahami geliat pengguna Internet yang tumbuh pesat, dibutuhkan
suatu kajian yang komprehensif untuk mengukur besaran pasar pengguna yang sedang
bertumbuh ini dan tingkat penetrasi pengguna Internet di Indonesia. Sebagian besar
kajian dan penelitian selama ini masih lebih banyak hanya mencakup sebagian kecil
kota besar di Indonesia. Untuk itu diperlukan suatu kajian yang lebih menyeluruh pada
daerah urban yang lebih luas lagi di Indonesia guna mendapatkan potret menyeluruh
mengenai perkembangan industri Internet.
Pertumbuhan netizen Indonesia yang merupakan potensial target market memberikan
sebuah tantangan besar bagi penyelenggara jasa akses Internet. Lonjakan jumlah
subscriber yang dialami semua operator baik selular, kabel, maupun nirkabel telah
membuat kapasitas jaringan semakin padat. Akibatnya konsumen semakin sensitif
dengan kualitas jaringan. Hal ini sesungguhnya adalah tantangan bagi penyelenggara
jasa Internet di Indonesia. Meningkatnya trafik data akan memunculkan masalah
dalam menjaga quality of service bagi pelanggan pengguna Internet. Besarnya jumlah
pelanggan yang terpaksa berdesakan memperebutkan jalur koneksi menuju awan
Internet berpotensi meluruhkan loyalitas mereka yang acapkali gagal mendapatkan
koneksi ataupun terkoneksi namun dengan kecepatan akses yang lambat. Karena itu
sebuah evaluasi menyeluruh diperlukan untuk memotret bagaimana sesungguhnya
kepuasan, ekspektasi dan faktor konsiderasi pelanggan terhadap penyelenggaraan
jasa Internet di Indonesia selama ini.
xi
n Metodologi Penelitian
Terdapat dua jenis pendekatan penelitian yang digunakan dalam survei ini, yaitu
pendekatan kuantitatif digunakan untuk mendapatkan data-data primer dari lapangan
serta pendekatan kualitatif berupa wawancara terhadap para ahli dalam bidang
informasi teknologi yang mewakili berbagai profesi seperti pengamat, pelaku bisnis
serta regulator.
1. Pendekatan Kuantitatif
Metode pengumpulan data kuantitatif berupa wawancara tatap muka dengan responden
dengan kriteria sebagai berikut:
l
l
l
Status
Total
Rural
Total Kelurahan
69.957
Kota
xii
34,68 %
3,04 %
0,62 %
14,39 %
41,03 %
30,95 %
88,32 %
29,56 %
33,88 %
9,30 %
29,41 %
35,17 %
2,38 %
Total
100,00 %
100,00
100,00
23,03 %
89,32 %
Wilayah Survei
SUMATERA
KALIMANTAN
1) Banda Aceh
2) Medan
3) Batam
4) Pekanbaru
5) Padang
6) Bengkulu
7) Jambi
8) Palembang
9) Bandar Lampung
29) Pontianak
30) Palangkaraya
31) Banjarmasin
32) Samarinda
33) Balikpapan
SULAWESI
34) Makassar
35) Palu
36) Kendari
37) Gorontalo
38) Manado
JAWA
10) Cilegon
11) Jakarta
12) Bogor
13) Depok
14) Tangerang
15) Bekasi
16) Bandung
17) Semarang
18) Purwokerto
19) Surakarta
20) Yogyakarta
21) Surabaya
22) Gresik
23) Sidoarjo
24) Malang
25) Jember
INDONESIA TIMUR
BALI - NUSTRA
26) Denpasar
27) Mataram
28) Kupang
39) Ambon
40) Ternate
41) Sorong
42) Jayapura
xiii
2. Pendekatan Kualitatif
Metode pengumpulan data kualitatif dengan upaya mendapatkan informasi mendalam
berdasarkan pandangan ahli terhadap perubahan-perubahan dalam industri teleko
munikasi yang terjadi di Indonesia kini dan prediksi masa mendatang. Wawancara
mendalam (indepth interview) dilakukan terhadap sepuluh ahli dalam bidang teknologi
dan informasi yang mewakili berbagai kategori, yaitu:
No Kategori
Nama Respondent
Aktivitas
1
Blogger/Youth/Netizen
Enda Nasution
Pendiri salingsilang.com dan
politikana.com
2
Blogger/Youth/Netizen
Wicaksono
Jurnalis dan blogger, Editor in
Chief plasamsn.com
3
Pelaku Bisnis
Adrian Suherman
Managing Director
livingsocial. co.id
4
Pelaku Bisnis
Garin Ganis
Consultant PrawedaNet
5
Pelaku Bisnis
Michael Sungiardi
Owner PT BoNet
6
Regulator
Boni Pudjianto
Kepala Sub-Direktorat
Pemberdayaan Informatika
Masyarakat Perkotaan,
Depkominfo
7
Regulator
Gatot S Dewabroto
Kepala Biro Umum dan Humas
Dirjen Postel, Depkominfo
8
Pengamat
Onno W Purbo
Pakar IT
9
Pengamat/Akademisi
Gunawan Wibisono
Dosen Teknik Elektro, Universitas
Indonesia
10 Pengamat
Hammam Riza
Direktur Pusat Teknologi
Informasi dan Komunikasi BPPT
xiv
BAB
PROFIL DEMOGRAFIS
INTERNET INDONESIA
nternet merupakan salah satu media komunikasi yang belum lama masuk
di Indonesia. Perkembangan Internet sendiri sebagai media komunikasi
dimulai pada pertengahan 1990 dan populer di akhir tahun 1990. Di awal
perkembangannya, kehadiran jaringan Internet dirintis oleh kelompok akademis
atau mahasiswa dan ilmuwan yang memiliki ketertarikan dalam kegiatan seputar
teknologi komputer dan radio. Para akademis dan ilmuwan tersebut melakukan
berbagai percobaan dan penelitian di universitas dan lembaga pemerintah yang
berhubungan
dengan teknologi telekomunikasi, khususnya komputer serta
jaringannya. Sehingga pada awalnya Internet hadir sebagai bagian dari proses
pendidikan yang berfungsi dalam memudahkan pertukaran data dan informasi.
Dalam 10 tahun terakhir ini, Internet di Indonesia berkembang sangat pesat,
yang ditandai oleh perkembangan pada aspek teknologi, BWA (broadband
wireless access), kecepatan akses yang telah mengarah pada generasi keempat,
jumlah penggunanya yang bertumbuh pesat setiap tahun, produsen gadget
(termasuk affordable gadget) yang semakin banyak, dan tingginya permintaan
produk gadget di pasar. Iklim kompetisi penyelenggara jasa Internet atau
Internet service provider (ISP) dirasakan sangat ketat, terdaftar sekitar 220 ISP
yang ada di seluruh wilayah di Indonesia.
Onno W. Purbo
Jenis Kelamin
Pengguna Internet di Indonesia
berdasarkan jenis kelamin.
Pria
51,6 %
sumber: campusguidetv.com
Pengguna Internet di
Indonesia tahun 2012
berdasarkan jenis kelamin.
48,4 %
Wanita
48,4 %
16
Sumatera
Aceh
Sulawesi
Sumatera Utara
Sumatera Barat
66,6 %
33,3 %
52,0 %
48,0 %
51,6 %
48,4 %
Riau
Jambi
48,4 %
51,6 %
51,6 %
48,4 %
Bengkulu
Lampung
51,6 %
48,4 %
61,3 %
38,7 %
66,6 %
33,3 %
DI Yogyakarta
48,4 %
51,6 %
Sulawesi Utara
Kalimantan
48,0 %
52,0 %
Kalimantan
Tengah
67,7 %
33,3 %
41,9 %
58,1 %
48,4 %
51,6 %
Kep. Riau
Kalimantan
Selatan
Kalimantan
Timur
Gorontalo
50,0 %
50,0 %
50,0 %
50,0 %
48,4 %
51,6 %
Bali &
Nusa Tenggara
Jawa Barat
52,0 %
48,0 %
Jawa Timur
51,6 %
48,4 %
66,6 %
33,3 %
Kalimantan
Barat
Sumatera Selatan
Jawa
DKI Jakarta
Wanita
Jawa Tengah
52,0 %
48,0 %
Banten
48,0 %
52,0 %
Bali
Nusa Tenggara
Barat
67,7 %
33,3 %
41,9 %
58,1 %
Nusa Tenggara
Timur
50,0 %
50,0 %
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tengah
52,0 %
48,0 %
Sulawesi Tenggara
51,6 %
48,4 %
51,6 %
48,4 %
Maluku Utara
67,7 %
33,3 %
41,9 %
58,1 %
Papua
Papua Barat
50,0 %
50,0 %
48,4 %
51,6 %
17
Kelompok Usia
Angka pengguna Internet didominasi oleh pengguna yang berusia muda pada
rentang usia 12 - 34 tahun yang mencapai total 58.4%, dengan pengguna Internet
tertinggi pada kelompok usia 25 - 29 tahun yang mencapai 14,4% dari populasi.
Enda Nasution
Proses adaptasi menjadi pengguna
Internet pada kelompok digital
immigrant berlangsungterlambat
dibanding para digital native yang
mengenyam teknologi sejak dini.
sumber: seruu.com
Digital Imigratnt
60 - 65
Tahun
55 - 59
Tahun
50 - 54
Tahun
45 - 49
Tahun
40 - 44
Tahun
35 - 39
Tahun
Digital Natives
30 - 34
Tahun
20 - 24
Tahun
16 - 19
Tahun
3,1%
6,0%
9,1%
10,1%
10,9%
11,8%
14,2%
25 - 29
Tahun
12 - 15
Tahun
18
Digital Immigrant
2,5%
11,6%
10,9%
9,9%
Digital Native
Pengguna Internet yang berada pada usia
di bawah 34 tahun ini disebut sebagai
Digital Natives. Yaitu generasi yang lahir
dan hidup dalam era Internet yang serba
terdigitalisasi dan terkoneksi, kaum ini
cenderung membentuk tren di dunia
maya.
Pendidikan Terakhir
Profil Pendidikan Terakhir Pengguna Internet
7,5%
SD
Survei menunjukkan bahwa semakin tinggi
tingkat pendidikan, akan semakin sering pula
intensitas penggunaan Internet. Pengguna
Internet dengan pendidikan terakhir sekolah
menengah ke atas, diploma, sarjana S1 hingga
pasca sarjana adalah pengguna Internet
paling besar.
Meningkatnya penggunaan Internet yang
paralel dengan meningkatnya pendidikan ini
dipengaruhi oleh kebutuhan terutama dalam
memperoleh informasi dari sumber-sumber
online.
11,3%
SMP
47,9%
SMA
11,1%
Diploma
20,8%
S1
S2 1,3%
Aktivitas
Terlepas dari beragamnya motif respoden dalam menggunakan
Internet, diperoleh bahwa sebagian besar dari mereka
adalah pekerja, dan pelajar serta mahasiwa
Pelajar
menempati urutan kedua. Kelompok ketiga
(SD/SMP/SMA)
pengguna Internet adalah
ibu rumah tangga.
15,3%
Mahasiswa
16,6%
9,0%
Belum Bekerja
5,8%
sumber: marketing.co.id
Bekerja
53,3%
19
Sektor Pekerjaan
Latar belakang sektor pekerjaan pengguna Internet saat ini paling banyak adalah
pada sektor perdagangan, jasa dan konsultan, serta pendidikan. Sektor-sektor ini
membutuhkan konektivitas Internet personal yang baik terkait dengan tingginya
kebutuhan penggunaan Internet dalam peningkatan arus lalu lintas informasi terkait
data komoditi, informasi mengenai kualitas komoditi dan jasa.
Perlu jadi catatan di sini bahwa survei ini menjangkau pengguna Internet personal
atau retail, sehingga profil sektor pekerjaan di sini menggambarkan latar belakang
pengguna Internet personal atau retail, bukan pengguna korporasi, perusahaan,
ataupun enterprise.
sumber: jpnn.com
Pendidikan
28,1%
12,7%
Automotive
25,5%
5,5%
Pemerintahan
9,1%
Manufacture
3,0%
Kesehatan
8,2%
Konstruksi
Agrobisnis (Perkebunan)
4,6%
2,7%
Hiburan
20
Restoran
0,9% 0,6%
Property
2,5%
1,0%
Advertising
0,4%
TNI/Police
0,4%
Pertambangan
0,1%
Wiraswasta
21,5%
sumber: tribunnews.com
Blue Collar
Blue Collar
15,1%
White Collar
63,4%
White Collar
Dari sisi profesi dan posisi dalam pekerjaan, penggunaan Internet
sangat tinggi terutama untuk kalangan pekerja manajerial (white
collar) yang merepresentasikan p
ekerja sektor formal. Seperti tenaga
profesional, tenaga kepemimpinan, ketatalaksanaan, tenaga tata
usaha, dan sejenisnya.
Kelompok ini secara intens mengakses Internet di dalam maupun
di luar jam kerja untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan
kebutuhan pekerjaan secara langsung, maupun juga yang secara tidak
langsung memiliki hubungan dengan peningkatan mutu dan kualitas
pengembangan diri serta profesi mereka.
sumber: qipersons.blogspot.com
21
Wanita
47,3%
Pengguna
Internet dalam
Keluarga
Pengguna Internet
dalam Keluarga
berdasar
Jenis Kelamin
56,8%
Pria
52,7%
Pengguna Internet
dalam Keluarga Menurut
Kelompok Usia
66 - 70
Tahun
60 - 65
Tahun
0,1%
1,3%
55 - 59
Tahun
2,3%
50 - 54
Tahun
sumber foto: republika.co.id
3,8%
45 - 49
Tahun
6,8%
8,4%
40 - 44
Tahun
9,3%
35 - 39
Tahun
30 - 34
Tahun
10,3%
13,5%
25 - 29
Tahun
20 - 24
Tahun
15,1%
13,9%
16 - 19
Tahun
11,4%
12 - 15
Tahun
8 -11
Tahun
4-7
Tahun
0-3
Tahun
22
2,9%
0,8%
0,2%
Isteri
25,7%
Suami
26,5%
Sendiri/ Mandiri
0,9%
Adik Ipar
0,1%
Cucu
0,6%
Mertua
0,1%
Anak
46,2%
1 orang
1,6%
7,1%
2 orang
22,1%
3 orang
34,7%
4 orang
20,5%
5 orang
sumber foto: calendow.org
8,3%
6 orang
7 orang
8 orang
2,4%
2,2%
23
orang
orang
100%
43,2%
56,8%
35,6%
46,7%
20,4%
orang
orang
orang
orang
orang
orang
orang
orang
orang
orang
orang
orang
orang
24
41,8%
17,7%
24,6%
13,3%
14,8%
27,3%
31,5%
19,5%
7,0%
9,9%
23,4%
25,5%
22,2%
14,3%
4,7%
2,9%
29,7%
24,6%
15,9%
18,2%
8,8%
12,8%
19,7%
22,0%
15,8%
22,5%
4,4%
2,9%
orang
Michael Sungiardi
survei ini
menemukan bahwa saat ini proporsi
kelas ekonomi pengguna I nternet
hampirberdekatan.Artinya,j angkauan
Internet boleh dibilang hampir tidak
mengenaladanyasegmentasiberdasar
kan kelas ekonomi.
Jikalauada,ituhanyapersoalanpilihanpilihan akses yang ditawarkan sesuai
dengan kemampuan membayar. Hal
ini kian m
enunjukkan bahwa Internet
adalah suatu wilayah maya yang
demokratis, tidak melihat dari mana
latar belakang penggunanya berasal.
1 - 2 juta
per bulan
39,0%
2 - 3 juta
per bulan
33,1%
28,0%
25
BAB
ANALISA PENETRASI
PENGGUNA INTERNET
Ketiga faktor ini sekaligus terlihat pada gaya hidup pengguna Internet Indonesia yang
gemar mengakses media sosial dengan menggunakan perangkat smartphone yang
tidak terlalu rumit digunakan, harga perangkat dan biaya akses prabayar yang relatif
terjangkau, sehingga mendukung budaya silaturahmi.
Medan
244.000 jiwa
Batam
2.294.000 jiwa
88.000 jiwa
982.000 jiwa
263.000 jiwa
17,0 %
Pekan Baru
1.033.000 jiwa
389.000 jiwa
36,1 %
199.000 jiwa
25,4 %
Jambi
582.000 jiwa
153.000 jiwa
26,3 %
Padang
Palembang
912.000 jiwa
1.592.000 jiwa
223.000 jiwa
383.000 jiwa
24,4 %
24,1 %
Bengkulu
Bandar Lampung
338.000 jiwa
965.000 jiwa
88.000 jiwa
290.000 jiwa
26,1 %
28
30,1 %
20,3 %
Bekasi
9.583.000 jiwa
3.538.000 jiwa
Depok
2.554.000 jiwa
36,9 %
677.000 jiwa
Semarang
1.902.000 jiwa
502.000 jiwa
26,5 %
Purwokerto
1.702.000 jiwa
26,4 %
398.000 jiwa
249.000 jiwa
49.000 jiwa
23,4 %
19,8 %
Surabaya
3.025.000 jiwa
Tangerang
956.000 jiwa
1.967.000 jiwa
371.000 jiwa
31,6 %
18,9 %
Sidoarjo
2.124.000 jiwa
293.000 jiwa
Cilegon
13,8 %
410.000 jiwa
67.000 jiwa
16,4 %
Gresik
1.288.000 jiwa
Bandung
2.620.000 jiwa
579.000 jiwa
151.000 jiwa
22,1 %
Bogor
Surakarta
1.040.000 jiwa
273.000 jiwa
11,8 %
Yogyakarta
546.000 jiwa
26,3 %
90.000 jiwa
Malang
425.000 jiwa
164.000 jiwa
16,4 %
Jember
897.000 jiwa
38,5 %
160.000 jiwa
292.000 jiwa
50.000 jiwa
17,9 %
17,1 %
Samarinda
Denpasar
863.000 jiwa
291.000 jiwa
796.000 jiwa
Kupang
Pakangkaraya
368.000 jiwa
33,7 %
74.000 jiwa
177.000 jiwa
22,3 %
242.000 jiwa
20,2 %
51.000 jiwa
21,3 %
Balikpapan
610.000 jiwa
112.000 jiwa
18,4 %
Mataram
441.000 jiwa
160.000 jiwa
36,4 %
Pontianak
607.000 jiwa
101.000 jiwa
16,6 %
Banjarmasin
684.000 jiwa
148.000 jiwa
21,7 %
29
Gorontalo
Manado
Ternate
197.000 jiwa
449.000 jiwa
203.000 jiwa
46.000 jiwa
36.000 jiwa
119.000 jiwa
23,4 %
17,9 %
26,5 %
Sorong
209.000 jiwa
Palu
28.000 jiwa
368.000 jiwa
13,6 %
96.000 jiwa
Jayapura
26,1 %
281.000 jiwa
78.000 jiwa
27,8 %
Makasar
1.464.000 jiwa
472.000 jiwa
Kendari
Ambon
317.000 jiwa
362.000 jiwa
69.000 jiwa
32,3 %
21,7 %
73.000 jiwa
20,2 %
30
BAB
SEGMENTASI
PSIKOGRAFIS
Segmentasi
Mobile
sumber foto: panjiwiyana.wordpress.com
Fixed
Dan yang kedua terkait dengan faktor anggaran atau pola belanja, apakah si pemakai
cenderung pada pola bulanan dengan melakukan pasca bayar langganan setiap
bulan (subscriber), ataukah pemakai termasuk tipe konsumen eceran yang lebih suka
membayar apa yang langsung dipakai secara pra bayar (non-subscriber).
Subscriber
32
Non Subscriber
Dari kedua sumbu tersebut, profil segmentasi pengguna internet ini terbagi menjadi
empat segmen kecenderungan, yaitu :
Fixed Subscriber
Pengguna yang cenderung menggunakan internet secara berlangganan
dengan perangkat tetap (hanya bisa digunakan di satu tempat saja,
semisal rumah tinggal).
Mobile Subscriber
Pengguna yang cenderung menggunakan internet secara berlangganan
dengan perangkat yang mobile (menggunakan langganan pascabayar
pada perangkat media akses bergerak, bisa dengan modem selular,
bisa dengan smartphone).
Fixed Non-Subscriber
Pengguna yang cenderung menggunakan internet secara tidak
berlanggan (tidak ada biaya tetap perbulan) dengan perangkat pada
tempat tertentu yang tetap (semisal di warung internet atau warnet).
Mobile Non-Subscriber
pengguna yang cenderung menggunakan internet secara tidak
berlanggan (tidak ada biaya tetap perbulan) dengan perangkat yang
mobile (semisal pengguna smartphone yang biasa membeli voucher
internet prabayar, bisa mingguan, atau harian).
Fixed
Subscriber
40,9%
Mobile
Subscriber
27,4%
Fixed
Mobile
Non Subscriber
9,7%
Non Subscriber
21,9%
33
BAB
KEBIASAAN DAN
PERILAKU PENGGUNA
INTERNET
Seluler
96,9
Phone
Cable
85,0
Wireless
TV Cable
Satellite
49,0
11,4
3,4
* Pada survei ini, responden bisa memberikan lebih dari satu jawaban
Perangkat untuk
Mengakses Internet
* Pada survei ini, responden bisa
memberikan lebih dari satu jawaban
Smartphone
Komputer Desktop
Laptop/Netbook
Tablet PC
36
65,7
52,0
45,0
1,9
Komputer
Desktop
Laptop/
Netbook
Tablet PC
Aceh
37
43
70
Sumatera Utara
61
59
45
Sumatera Barat
48
71
90
Riau
61
61
71
Jambi
61
32
32
Sumatera Selatan
56
26
54
Bengkulu
52
39
81
Lampung
48
81
26
Kepulauan Riau
27
50
57
Smartphone
Komputer
Desktop
Laptop/
Netbook
Tablet PC
DKI Jakarta
76
57
35
Jawa Barat
84
50
35
Jawa Tengah
54
63
49
DI Yogyakarta
27
63
43
Jawa Timur
59
52
45
Banten
63
45
25
Pulau Sumatera
Pulau Jawa
* Pada survei ini, responden bisa memberikan lebih dari satu jawaban
37
Smartphone
Komputer
Desktop
Laptop/
Netbook
Tablet PC
Bali
80
37
60
77
33
67
93
70
77
Komputer
Desktop
Laptop/
Netbook
Tablet PC
Smartphone
Pulau Kalimantan
Kalimantan Barat
48
71
42
Kalimantan Tengah
84
71
39
Kalimantan Selatan
70
50
43
Kalimantan Timur
79
40
65
Smartphone
Komputer
Desktop
Laptop/
Netbook
Tablet PC
Sulawesi Utara
42
23
45
Sulawesi Tengah
50
23
70
Sulawesi Selatan
52
39
81
Sulawesi Tenggara
33
50
40
Gorontalo
47
50
57
Pulau Sulawesi
* Pada survei ini, responden bisa memberikan lebih dari satu jawaban
38
Smartphone
Komputer
Desktop
Laptop/
Netbook
Tablet PC
Aceh
Maluku
37
57
43
20
70
97
Maluku Utara
61
23
87
50
Sumatera
Papua
Barat
Barat
48
87
71
27
90
20
06
Papua
57
63
57
* Pada survei ini, responden bisa memberikan lebih dari satu jawaban
39
Rumah
Area
Publik
14
Sekolah/
Universitas
16
9
10
5
8
26
11
Mall
Warung
Internet
24
13
13
Cafe
83
24
16
16
Kantor
Di kendaraan/
perjalanan
92
50
14
20
Smartphone
Laptop/Netbook
Tablet PC
Restoran
* Pada survei ini, responden bisa memberikan lebih dari satu jawaban
40
15,9%
Potong pulsa
Cara Berlangganan/
Membayar
Pemakaian Internet
15,4%
Berlangganan
tetap bulanan/
ada tagihan yang
dikirim
10,9%
39,0%
Pergi ke warnet
Membeli paket
bulanan
7,6%
Membeli paket
harian
5,1%
Membeli paket
mingguan
6,3%
Tidak ada pengeluaran/
gratis (misal di kantor/
sekolah/kampus)
WILAYAH
1 tahun
2 tahun
3 tahun
4 tahun
5 tahun
Lebih
6 tahun
Sumatera
Jawa
7% 26%
Kalimantan
7% 13%
Bali &
Nusa Tenggara
9% 33%
Sulawesi
4% 11%
Indonesia
Timur
TOTAL
2%
Lama Menjadi
Pengguna Internet
Para pengguna internet saat ini, umumnya
mengenal internet dua tahun lalu (sekitar
tahun 2010) namun banyak juga yang
mengenal internet lebih dari enam tahun
yang lalu (dibawah tahun 2006).
24%
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia
41
Gunawan Wibisono
42
21,4
18,7
21,8
11,4
0,7
1,4
1,7
1,8
Pointblank
8,9
43
Kepemilikan Blog
Blog sebagai manifestasi individu lewat internet melalui publikasi online jurnal harian,
atau bahkan kampanye ideologi tertentu, kini juga semakin banyak digunakan sebagai
portal bagi pengguna internet untuk melakukan bisnis online.
60%
pengguna Internet mengunduh
file berukuran besar
44
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Riau
61%
68%
38%
81%
45%
57%
Bali
NT Barat
NT Timur
67%
70%
53%
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
61%
61%
47%
65%
67%
JAWA
77%
87%
87%
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
SULAWESI
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
74%
67%
63%
40%
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
77%
37%
PAPUA &
MALUKU
KALIMANTAN
BALI &
NUSTRA
SUMATERA
49%
65%
73%
55%
49%
77%
73%
47%
Pengeluaran Internet
Pengeluaran untuk Internet adalah keseluruhan pengeluaran pengguna Internet untuk
memenuhi kebutuhan akses per bulan. Baik untuk jenis mobile maupun non mobile dari
berbagai media akses yang digunakan. Media akses tersebut mencakup kabel telepon
(digunakan di rumah), kabel TV, wireless, dan seluler untuk pembelian pulsa internet.
0,7%
0,9%
0,4%
0,9%
1,6%
6,9%
6,0%
Pengeluaran
Internet
Berdasarkan
Media Akses
13,7%
17,9%
28,4%
21,8%
Seluler
Phone
Cable
0,2
37
56
0,6
43
0
70
0,5
56
0,3
0,1
48
56
0,8
90
60
056
0,2
0,1
61
0,3
32
0,6
32
30
0,9
56
3,8
2,8
6,8
0,4
52
3,8
39
0
81
2,5
22,8
2,9
27
5,8
11,0
50
10,0
57
6,8
0
37,6
20,8
29,6
59,1
27
50,6
22,3
50
26,0
57
6,2
0
071
Wireless TV Cable
* Pada survei ini, responden bisa memberikan lebih dari satu jawaban
45
* Pada survei ini, responden bisa memberikan lebih dari satu jawaban
46
BAB
PERTIMBANGAN
DAN KEPUASAN
DALAM MEMILIH
PENYELENGGARA
JASA INTERNET
Wicaksono
Pertumbuhan pengguna internet
yang cukup pesat di Indonesia ini
menjadi tantangan serius untuk para
Penyelenggara Jasa Internet.
Sebabnya, dengan pertumbuhan
pengguna, kapasitas jaringan akan
semakinpadat.Takpelak,banyakkeluhan
muncul dari para pengguna terkait
masalah kualitas jaringan yang semakin
buruk.
93,9
79,7
Koneksi tidak sering putus saat digunakan
31,9
28,6
18,6
Harga Modem
6,8
Mudah pemasangan/instalasinya
* Pada survei ini, responden bisa memberikan lebih dari satu alasan
48
31,6%
Biaya/tarif murah
39,9%
Kecepatan
aksesnya tinggi
38,8%
Jaringan luas
12,7%
Koneksinya stabil
6,8%
2,5%
Ada gratisan/banyak
memberikan bonus
3,4%
4,5%
Aksesnya mudah
5,7%
Loadingnya cepat
5,6%
Pelayanannya
memuaskan
4,8%
Sinyalnya kuat
49
Akses/koneksinya cepat
49,1
Biaya/tarif murah
43,9
Jaringan luas
26,8
Alasan Mengganti
Penyelenggara Jasa
Internet
100
50
38,8
40
30
36,8
35,4
20
Koneksinya stabil
12,7
10
8,2
5,9
6,8
5,7
5,6
4,8
4,5
3,4
3,0
Tidak unlimited
Ada gratisan/banyak
memberikan bonnus
2,5
2,4
1,8
Aksesnya mudah
Loadingnya cepat
Pelayanannya memuaskan
Sinyalnya kuat
Customer Service
kurang memuaskan
* Pada survei ini, responden bisa memberikan lebih dari satu alasan
50
BAB
PERILAKU
PENGGUNA INTERNET
BERBELANJA ONLINE
52
46,7%
22,8%
Nangroe Aceh
Darusalam
Sulawesi
Tengah
23%
10%
Sumatera
Utara
Jambi
23% 29%
Riau
Sumatera
Selatan
32%
Kalimantan
Barat
Kalimantan
Timur
18%
Kalimantan
Selatan
Sulawesi
Utara
53%
53%
Gorontalo
53%
53%
39%
Maluku
Utara
12%
17%
Papua
Barat
17%
Sumatera
Barat
35%
Sulawesi
Selatan
Bengkulu
Sulawesi
Tenggara
53%
29%
Lampung
23%
53%
Maluku
Bali
Banten
10%
DKI Jakarta
23%
Jawa
Tengah
79%
Jawa Barat
26%
3%
20%
Jawa Timur
17%
NTB
17%
Papua
30%
NTT
47%
DI Yogyakarta
33%
53
4,1%
Tak sesuai
keinginan
4,7%
2,4%
Prosesnya lama
Barang tak
sesuai
34,6%
Takut ditipu
5,2%
Tidak praktis
6,0%
Tidak tahu
caranya
9,3%
Kualitas belum
terjamin
21,5%
21,5%
Tidak
berminat
21,5%
Harganya mahal
54
Wanita
Pakaian
Pria
77,1
39,1
Handphone
2,1
17,8
Tiket perjalanan/
pertunjukan
8,7
16,9
Komputer/
laptop/aksesoris
3,8
Tas
11,1
16,1
1,4
Buku
5,2
11,0
Peralatan
elektronik
2,2
9,0
Sepatu
5,0
8,8
Kosmetik
0,3
0,3
Booking/
Reservasi Hotel
0,8
4,7
Mainan anak
4,8
4,6
55
Wanita
Forum jual beli
(many seller)
28,6
61,1
50,6
Social Network
Toko Online
(single seller)
Pria
24,5
39,1
28,7
0,8
Mailing List
0,0
Blog
0,4
Messenger Group
1.0
0,7
0,0
10,8
5,5
15,8
26,6
56
12,1
10,1%
Meski demikian, baru 10.1% saja pengguna Internet yang pernah berpengalaman atau
masih memanfaatkan Internet untuk menawarkan produk atau barang dijual.
Nangroe Aceh
Darusalam
Sulawesi
Tengah
3%
3%
Sumatera
Utara
Jambi
8%
Kalimantan
Barat
6%
Riau
Sumatera
Selatan
17%
Kalimantan
Timur
5%
Sulawesi
Utara
7%
Kalimantan
Selatan
0%
Gorontalo
0%
10%
3%
Maluku
Utara
0%
3%
Papua
Barat
0%
Sumatera
Barat
6%
Sulawesi
Selatan
Bengkulu
Sulawesi
Tenggara
13%
3%
Lampung
10%
0%
Maluku
Bali
Banten
4%
DKI Jakarta
11%
Jawa
Tengah
16%
Jawa Barat
17%
0%
3%
Jawa Timur
7%
NTB
17%
Papua
10%
NTT
13%
DI Yogyakarta
23%
57
Wanita
Pria
Tidak ada barang
yang ingin dijual
44,8
21,7
17,0
5,5
3,3
Ribet
5,2
3,1
3,6
Belum membutuhkan
2,7
3,5
2,5
Belum sempat/
belum ada waktu
1,9
5,9
2,7
20,9
16,4
58
43,8
2,1
3,0
3,6
2,4
1,3
Wanita
Pakaian
Handphone
Pria
37,2
20,7
7,7
19,2
Motor
3,6
Mobil
4,0
6,1
0
Alat Komputer
Makanan
8,6
8,7
Sepeda
4,1
1,5
4,0
3,7
Otomotif
4,6
Aksesoris
4,4
3,4
Alat Musik
2,3
3,3
Sepatu
3,3
2,9
Tas
Kosmetik
10,7
1,3
4,7
1,0
59
Pria
78,1
54,1
Jejaring Sosial
15,2
Toko Online
(single seller)
13,6
51,4
7,1
0
Mailing List
5,6
1,3
Blog
3,9
4,5
Messenger Group
Pria
46,7
64,5
Tokobagus
10,0
26,1
Kaskus
0,9
2,0
60
3,9
Berniaga
Butikrena
30,7
2,4
3,5
0
Ebay.com
0 1,6
Otosia.com
0 1,5
Batikanvia.com
1,8 0
Messaging
2,8 0
17,3%
11,3%
4,3%
2,5%
0,8%
0,8%
0,6%
0,5%
0,4%
Mengecek
histori
transaksi
Mengecek
status
transaksi
Informasi
saldo
Transfer
dana
Sumatera
74
57
40
39
38
21
Jawa
72
48
42
38
15
Kalimantan
79
54
51
38
36
25
Nusatenggara
95
0
64
64
95
Sulawesi
91
64
29
15
46
35
Indonesia Timur
72
95
28
43
43
* Pada survei ini, responden bisa memberikan lebih dari satu jawaban
61
Komputer/
Laptop
Handphone
Sumatera
71,3 %
57,1 %
Jawa
65,1 %
63,3 %
Kalimantan
55,5 %
57,4 %
Nusatenggara
63,9 %
100 %
Sulawesi
74,0 %
43,1 %
Indonesia Timur
56,7 %
100 %
* Pada survei ini, responden bisa memberikan lebih dari satu jawaban
62
BAB
MEDIA INFORMASI
YANG DIGUNAKAN
Namun, bisa jadi di masa depan, orang akan semakin tergantung pada
berita online, karena saat ini Internet sebagai sumber informasi telah
menjadi kebutuhan untuk mendapatkan informasi berita setidaknya bagi
80% pengguna Internet.
88,0
Televisi
80,0
Internet
52,2
Surat Kabar
Radio
29,0
Majalah
28,6
Tabloid
22,2
* Pada survei ini, responden bisa memberikan lebih dari satu jawaban
64
Teman/
Tetangga/
Keluarga
79,6
46,2
Iklan di TV
21,2
Brosur
Internet/
website
14,5
11,1
Iklan di Koran
Petugas/
staf provider
Internet
Iklan di
majalah
Iklan di
billboard
10,3
5,9
2,9
* Pada survei ini, responden bisa memberikan lebih dari satu jawaban
65
BAB
POTENSI DAERAH
DAN TANTANGAN BAGI
PENYELENGGARA
JASA INTERNET
34,6%
65,4%
Berada di luar kantor/ sekolah/ kampus
Berada di kantor/ sekolah/ kampus
68
Lokasi Aktivitas
67,6 %
69,9 %
30,1 %
Sulawesi
32,4 %
Kalimantan
Sumatera
63,6 %
Jawa
Indonesia Timur
36,4 %
Nustra
64,7 %
32,3 %
35,3 %
71,5 %
32,3 %
28,5 %
Kemungkinan Bekerja
Jarak Jauh
Meski lebih banyak berada di kantor,
sekolah, atau kampus, lebih dari separuh
(65,7%) responden menyatakan, bekerja
jarak jauh mungkin saja diaplikasikan.
34,3%
65,7%
Mungkin
Tidak Mungkin
69
Mungkin
Tidak Mungkin
34,3 %
Sulawesi
65,7 %
36,0 %
64,0 %
Kalimantan
Sumatera
40,0 %
Jawa
60,0 %
Nustra
32,6 %
Pendapat Tentang
Produktivitas Kerja Jarak
Jauh
Tidak kurang dari 70% responden
menyatakan, bekerja dari jarak jauh akan
membuat dirinya akan menjadi lebih
produktif.
21,1 %
33,3 %
67,4 %
Indonesia Timur
66,7 %
78,9 %
29,9%
70,1%
Akan menurunkan Produktifitas
Dapat membuat lebih produktif
70
22,4%
77,6%
Malah akan memperlambat
Dapat menghemat waktu
Terkait efisiensi, 75.4% responden menyatakan, bekerja dari jarak jauh akan lebih
dapat menghemat biaya, terutama transportasi. Namun ada 24.6% responden yang
menyatakan bawah remote office ini justru akan menambah pengeluaran terkait
penyediaan fasilitas dan konektivitas yang handal bagi para karyawan.
24,6%
75,4%
Akan menambah pengeluaran
Dapat menghemat biaya
71
41,8%
58,2%
24,5 %
Sulawesi
75,5 %
60,0 %
40,0 %
Kalimantan
Sumatera
59,4 %
40,6 %
Jawa
56,5 %
72
Nustra
43,5 %
47,7 %
Indonesia Timur
41,4 %
52,3 %
58,6 %
adalah akses Internet yang lebih cepat dan jaringan yang lebih luas. Hal ini
menjadi tantangan bagi para Penyelenggara Jasa Internet lokal untuk dapat
memberikan layanan akses yang lebih luas lagi, tidak lagi mengandalkan
kabel, namun terlebih wireless. Korea dan Swedia menjadi adalah negara
yang dapat dijadikan benchmark bagi para Penyelenggara Jasa Internet dalam
memberikan koneksi yang cepat dan jaringan yang luas dan mobile.
Jika berbicara mengenai kebutuhan Internet di daerah, maka persoalan umumnya adalah adanya kecenderungan per-
tumbuhan supply yang tertinggal dari pertumbuhan demand. Maka tak pelak, supply harus lebih digenjot lagi. Persoalannya kini adalah kondisi infrastruktur sebagai prasyarat aksesabilitas Internet yang belum merata di Indonesia. Ini tidak
hanya menuntut kemauan pemerintah melalui kebijakan dan regulasi yang harus mendukung penyediaan akses Internet,
namun juga kemauan dari Penyelenggara Jasa Internet dalam mematok harga agar kian terjangkau tanpa mengorbankan
target break even point. Dari pengamatan, setidaknya hingga kini belum ada daerah yang over supply jaringan Internet,
karena yang hampir selalu berlaku adalah seringnya pengguna mengeluh akibat undersupply, terutama di daerah-daerah.
Onno W. Purbo
Potensi di daerah Indonesia Timur, hingga saat ini agak sulit diprediksi karena kerapatan penduduk yang rendah sehingga
menyebabkan aksesabilitas yang agak sulit untuk menekan harga. Saat ini Pemerintah bersama-sama dengan sejumlah
penyelenggara jasa Internet sedang menggelar Palapa Ring Fiber Optic sampai Papua. Infrastruktur backbone sedang
dipersiapkan, tinggal ditentukan strategi jangkauan hingga radius 50-100 kilometer dari backbone. Solusi yang dapat
dilakukan adalah dengan menggunakan WiMax berkecepatan 150-300 Mbps. Salah satu strategi untuk meningkatkan
demand ada di dunia pendidikan. Untuk ini perlu itikad juga dari pemerintah.
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia
73
Onno W. Purbo
20,2%
19,9%
10,1%
9,7%
Sinyalnya Kuat
8,6%
4,6%
3,9%
3,9%
15,4%
13,7%
12,6%
11,5%
11,1%
8,3%
6,2%
6,9%
74