Diabetes Melitus
Diabetes Melitus
Diabetes Melitus
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Smeltzer & Bare, 2002).
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis
termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat
(Silvia, 2006). Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolism karbohidrat, lemak
dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensivitas
insulin (Amin et al, 2013).
B. Etiologi
Penyebab Diabetes Melitus berdasarkan klasifikasi menurut WHO dalam
Price & Wilson, 2006 adalah :
a. DM Tipe I (IDDM : DM tergantung insulin)
Faktor genetik / herediter
Faktor herediter menyebabkan timbulnya DM melalui kerentanan sel-sel beta
terhadap penghancuran oleh virus atau mempermudah perkembangan antibodi
autoimun melawan sel-sel beta, jadi mengarah pada penghancuran sel-sel beta.
Faktor infeksi virus
Berupa infeksi virus coxakie dan Gondogen yang merupakan pemicu yang
menentukan proses autoimun pada individu yang peka secara genetik.
b. DM Tipe II (DM tidak tergantung insulin = NIDDM)
Terjadi paling sering pada orang dewasa, dimana terjadi obesitas pada individu
obesitas dapat menurunkan jumlah reseptor insulin dari dalam sel target insulin
diseluruh tubuh. Jadi membuat insulin yang tersedia kurang efektif dalam
meningkatkan efek metabolik yang biasa.
c. DM Malnutrisi
Fibro Calculous Pancreatic DM (FCPD)
Kelainan Genetik
Diabetes mellitus dapat menurun dari keluarga atau pasien diabetes
mellitus, hal ini terjadi karena DNA pada pasien diabetes mellitus akan ikut
diinformasikan pada gen berikutnya terkait dengan penurunan produksi
insulin.
2.
Usia
Manusia mengalami penurunan fisiologis yang dramatis menurun dengan
cepat setelah usia 40 tahun. Penurunan ini akan berisiko pada penurunan
fungsi endokrin pankreas untuk memproduksi insulin.
3.
Pola makan
Pola makan yang tidak teratur dan cenderung terlambat juga akan berperan
pada ketidakstabilan kerja sel beta pankreas. Malnutrisi dapat merusak
pankreas, sedangkan obesitas meningkatkan gangguan kerja atau resistensi
insulin.
4.
Obesitas
Obesitas mengakibatkan sel-sel beta pankreas mengalami hipertropi yang
akan berpengaruh terhadap penurunan produksi insulin. Hipertropi
pankreas disebabkan karena peningkatan beban metabolisme glukosa pada
pasien obesitas untuk mencukupi energi sel yang terlalu banyak.
5.
Stres
Stres akan meningkatkan kerja metabolisme dan kebutuhan akan sumber
energi yang berakibat pada kenaikan kerja pankreas. Beban yang tinggi
menyebabkan pankreas mudah rusak sehingga berdampak pada penurunan
insulin.
6.
Infeksi
Bakteri atau virus yang masuk ke dalam pankreas akan mengakibatkan selsel pankreas rusak. Kerusakan ini berakibat pada penurunan fungsi
pankreas.
glikosuria.
Glikosuria
mengakibatkan
diuresis
osmotik
yang
2.
3.
4.
merangsang
pengeluaran
ADH
(antideuretic
hormone)
dan
gejala lain yang mungkin dikeluhkan oleh pasien adalah rasa kesemutan, pruritus
(gatal-gatal), mata kabur, gigi mudah goyah dan lepas, ibu hamil sering mengalami
keguguran atau kematian janin dalam kandungan, atau dengan bayi berat lahir lebih
dari 4 Kg, impotensi pada pria serta pruritus vulva pada wanita.
D. Penatalaksanaan
Penatalaksaanaan pada pasien diabetes diperlukan untuk meningkatkan
kondisi dari pasien itu sendiri. Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba
menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk
mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan teraupetik
pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa
terjadinya hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada lima
komponen dalam penatalaksanaan diabetes yaitu diet, latihan , pemantauan, terapi,
dan pendidikan (Smeltzer & Bare, 2001).
Terdapat tujuan pengelolaan diabetes mellitus adalah sebagai berikut :
1. Tujuan jangka pendek yaitu menghilangkan gejala atau keluhan dan
mempertahankan rasa nyaman dan tercapainya target pengendalian darah;
dilakukan
dengan
memberikan
penyuluhan
kepada
pasien.
ditakuti
oleh
penderita.
Tujuan
penyuluhan
yaitu meningkatkan
sendiri
sehingga
mampu
(2014), pendidikan
kesehatan yang lain serta pasien dan keluarganya). Prinsip pengaturan nutrisi pada
pasien DM yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan
zat gizi masing-masing individu. Pengaturan jadwal, jenis, dan jumlah makanan
merupakan aspek yang sangatpenting untuk diperhatikan, terutama pada pasien
dengan terapi insulin (PERKENI, 2011).
3. Latihan Fisik (Olahraga).
Latihan fisik atau olahraga memiliki tujuan untuk meningkatkan kepekaan
insulin, mencegah kegemukan, memperbaiki aliran darah, merangsangpembentukan
glikogen baru dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Latihan fisik atau olahraga
meliputi empat prinsip :
a. Jenis olah raga dinamis. Jenis olahraga dinamis yaitu latihan kontinyu, interval,
progresif, ritmis dan latihan daya tahan;
b. Intensitas olahraga. Takaran latihan sampai 72-87 % denyut nadi maksimal
disebut zona latihan. Rumus denyut nadi maksimal adalah 220 dikurangi usia
(dalam tahun);
c. Lamanya latihan. Latihan jasmani dilakukan secara teratur selama kurang
lebih
30
menit
yang
sifatnya CRIPE
(continous,
rhytmical, interval,
4. Pengobatan
Diabetes telah menerapkan pengaturan makanan dan kegiatan jasmani yang
teratur
namun
pengendalian
kadar
gula
darah
belum
tercapai
maka
intravena atau intramuskuler. Mekanisme kerja insulin short acting, medium acting
dan long acting (PERKENI, 2011)
5. Plate meal
Plate meal atau metode piring merupakan suatu cara diet diabetes mellitus (DM)
dengan membagi makanan dalam wadah piring dengan tujuan untuk mempermudah
pasien DM untuk makan. Selain itu plate meal dapat dirancang untuk variasi makan
muali pagi sampai malam hari. Metode piring bisa diterapkan dengan jumlah porsi
yang tepat. Metode piring membagi porsi makanan dalam piring menjadi 4 bagian.
Penderita diabetes yang lanjut usia bisa menerapkan pola ini. Ini metode sederhana
yang dianut untuk menentukan porsi yang akan dikonsumsi pasien. Setengah piring
dari isi piring berisi sayur-sayuran hijau dan seperempatnya diisi dengan sumber
karbohidrat kompleks juga seperempat sisanya berisi protein. Penerapan metode
piring ini bisa mengendalikan gula darah karena memperhatikan keseimbangan diit.
Makin sedikit konsumsi karbohidrat sederhana yang dikonsumsi, maka makin rendah
kadar glukosa dalam darah. Tetapi, konsumsi makanan karbohidrat diatur dengan
cermat karena diperlukan sebagai energi untuk tubuh. Pengaturan makan pada
penderita diabetes mesti diatur dengan ketat jenis komposisi makanan yang dipilih
misalnya mengandung karbohidrat kompleks, nasi merah. Pengaturan jam makan
yang teppat harus juga diperhatikan. Kemudian, porsi makan disesuaikan dengan
kebutuhan nutrisi dan metabolisme pasien.
6. Cara penyajian plate meal
Metode model piring (plate model) yaitu dengan menyajikan 1 piring dibagi 4
kuadran setara porsi telapak tangan. Penuhi sekitar 2/4 piring Anda dengan sayuran
non-tepung yang dapat menawarkan nutrisi sehat seperti vitamin dan serat yang
dibutuhkan oleh tubuh. Sayuran tidak akan meningkatkan kadar gula darah Anda dan
hanya membutuhkan sedikit insulin untuk mencerna sayuran. Kemudian, isi 1/4
piring Anda dengan makanan berprotein, seperti telur, tempe, ayam, ikan, dan daging
tanpa lemak. Makanan ini juga dapat membatasi lonjakan gula darah dalam tubuh.
Sisanya, 1/4 bagian terakhir pada piring harus diisi makanan yang mengandung
karbohidrat kompleks, seperti nasi, beras merah, brokoli, terong, ketela, dan sereal
gandum. Meskipun makanan ini dapat meningkatkan kadar gula darah, tetapi dengan
porsi ini masih aman. Selain itu dapat makan sepotong buah atau yoghurt sebagai
pencuci mulut, tetapi pastikan untuk memilih yoghurt yang murni dan tidak
mengandung pemanis buatan