Disusun Oleh:
AGUS EFFENDI
713.6.2.0438
PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVESITAS WIRARAJA SUMENEP
2016
LEMBAR PENNGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S
DENGAN MELENA DIRUANGAN
ICU RSUD. Dr. H. SLAMET MARTODIRDJO PAMEKASAN
Laporan ini disusun untuk memenuhi laporan praktik keperawatan
Program studi s1 keperwatan fakultas ilmu kesehatan
Universitas wiraraja sumenep
Pelaksanaan praktik:
Tempat
mengetahui,
Pembimbing Akademik
Pembimbing Klinik
ELYK DWI
MUMPUNINGTIAS,S,Kep,Ns.,M.Kep
SITI SULAIHA,B.Kep,Ns
Kepala Ruangan
SUPARDI, S.Kep.,Ns
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
HEMATEMESIS MELENA (HM)
I. KONSEP DASAR
A.
Pengertian
Hematemesis adalah muntah darah dan melena adalah pengeluaran
feses atau tinja yang berwarna hitam seperti teh yang disebabkan oleh
adanya perdarahan saluran makan bagian atas. Warna hematemesis
tergantung pada lamanya hubungan atau kontak antara darah dengan
asam lambung dan besar kecilnya perdarahan, sehingga dapat berwarna
seperti kopi atau kemerah-merahan dan bergumpal-gumpal. (Sjaifoellah
Noer, dkk, 1996).
Melena adalah tinjau hitam atau muntah hitam karena darah dalam
saluran cerna yang menjadi hitam dibawah pengaruh asam klorida
lambung, lalu dikeluarkan pada hajat besar atau dimuntahkan (Diktat
Askep Pasien dengan Masalah Pencernaan Makanan, 2000).
Hematemesis melena adalah suatu kondisi di mana pasien
mengalami muntah darah yang disertai dengan buang air besar (BAB)
berdarah dan berwarna hitam. Hematemesis melena merupakan suatu
perdarahan yang terjadi pada saluran cerna bagian atas (SCBA) dan
merupakan keadaan gawat darurat yang sering dijumpai di tiap rumah
sakit di seluruh dunia termasuk Indonesia. Pendarahan dapat terjadi
karena pecahnya varises esofagus, gastritis erosif atau ulkus peptikum.
B.
Etiologi
1. Kelainan esofagus : varise, esofagitis, keganasan.
2. Kelainan lambung dan duodenum: tukak lambung dan duodenum,
keganasan dan lain-lain.
3. Penyakit darah: leukemia,
DIC
(disseminated
intravascular
makan
bagian
atas,
karena
terdapat
perbedaan
usaha
C.
Patofisiologi
Infeksi Hepatitis viral type A/B
Peradangan hati dan nefrosis sel sel hati
Meluasnya jaringan
Hipertensi Portal
terbentuknya varises
pembesaran limfe &
asites
Sirosis Hepatis
Pembuluh rupture
Sesak
Perdarahan dilambung
Penurunan Ekspansi
paru
Muntah darah dan berak darah
HB menurun Anemis
Cemas
nafsu makan menurun
Intoleransi Aktivitas
Kurangnya
pengetahuan tentang
perawatan
D.
Gejala Klinis
Gejala
terjadi
menggambarkan
akibat
beratnya
perubahan
kerusakan
morfologi
yang
terjadi
dan
lebih
dari
pada
Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
a. Darah : Hb menurun / rendah
b. SGOT, SGPT yang meningkat merupakan petunjuk kebocoran
dari sel yang mengalami kerusakan.
c. Albumin, kadar albumin yang merendah merupakan cerminan
kemampuan sel hati yang kurang.
d. Pemeriksaan CHE (kolineterase) penting dalam menilai
kemampuan sel hati. Bila terjadi kerusakan kadar CHE akan
turun.
ureus
seperti
obatulserorgenik,
kebiasaan
gaya
hidup
Pola eliminasi
Pola eliminasi mengalami gangguan,baik BAK maupun BAB. Pda
BAB terjadi konstipasi atau diare. Perubahan warna feses menjadi
hitam seperti petis, konsistensi pekat. Sedangkan pada BAK,
warna gelap dan konsistensi pekat.
e.
f.
g.
h.
i.
1. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum klien Hematomesis melena akan terjadi ketidak
seimbangan nutrisi akibat anoreksia, intoleran terhadap makanan /
tidak dapat mencerna, mual, muntah, kembung.
b.
Sistem respirasi
Akan terjadi sesak, takipnea, pernafasan dangkal, bunyi nafas
tambahan hipoksia, ascites.
c. Sistem kardiovaskuler
Riwayat perikarditis, penyakit jantung reumatik, kanker (malfungsi
hati menimbulkan gagal hati), distritnya, bunyi jantung (S3, S4).
d. Sistem gastrointestinal.
Nyeri tekan abdomen / nyeri kuadran kanan atas, pruritus, neuritus
perifer.
e.
Sistem persyaratan
Penurunan kesadaran, perubahan mental, bingung halusinasi,
koma, bicara lambat tak jelas.
f.
Akral hangat
Rencana Tindakan
a. Observasi TTV dan tanda-tanda syok hipovolemik tiap 30 menit
R / Deteksi dini terhadap perubahan kondisi pasien sehingga dapat
menentukan tindakan yang lebih tepat.
b. Bila ada tanda-tanda syok hipovolemik beri posisi kepala lebih rendah
dari kaki..
R / Mencegah terjadinya hipoksia
c. Observasi intake dan out put cairan
R / Menjaga kebutuhan keseimbangan cairan tetap adekuat
d. Observasi adanya perdarahan
R / Deteksi dini terhadap perubahan kondisi pasien
e. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian plasma expander
R / Mengganti plasma yang keluar akibat muntah dan BAB darah
2. Diagnosa Kep II :
Kx tidak hipoksia.
Rencana Tindakan
a. Observasi TTV klien (terutama RR).
R / Mengetahui tk skala sesak Kx.
b. Auskultasi bunyi nafas Kx.
R / Mengetahui ada tidaknya bunyi nafas tambahan.
c. Berikan posisiyang nyaman pada Kx seperti semi fowler.
BB meningkat
Rencana Tindakan
a. Timbang BB Kx setiap hari.
R / Sebagai indikator / status nutrisi Kx tercukupi atau belum.
b. Erikan HE pada Kx dan keluarga tentang pentingnya makanan / nutrisi
bagi diri Kx.
R / Kx dapatkooperatif dan mau makan.
c. Motivasi Kx agar mau makan.
R / Meningkatkan nafsu makan.
d. Kolaborasi dengan tim ahli gizi dalam pemberian nutrisi.
R / Melaksanakan fungsi independent
: AGUS EFENDI
NPM
: 713.6.2.0438
Tanggal
Uraian
Revisi
Paraf
Mengetahui,
Dosen Pembimbing Akademik
ELYK DWI
MUMPUNINGTIAS,S,Kep,Ns.,M.Kep
: AGUS EFENDI
NPM
: 713.6.2.0438
PEMBIMBING KARU
: SUPARDI, S.Kep.,Ns
No.
Tanggal
Uraian
Revisi
Paraf
SUPARDI, S.Kep.,Ns
: AGUS EFENDI
NPM
: 713.6.2.0438
Tanggal
Uraian
Revisi
Paraf
Mengetahui,
Pembimbing klinik ICU
SITI SULAIHA,B.Kep,Ns
DAFTAR PUSTAKA
H. M. Syaifoellah Noer. Prof. dr, dkk., Ilmu Penyakit Dalam,FKUI, Jakarta, 1996.
Marlyn E. Doenges dkk, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta.
2000.
Lynda Juall Carpenito, Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta, 1999.
Arif Mansjoer. Dkk, Kapita Selekta Kedokteran Jilid I, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta, 2000.
Mudjiastuti, Diktat Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Masalah Pencernaan
Makanan, Tidak Dipublikasikan, Surabaya, 2000,