memiliki sifat tidak menghantarkan listrik (resistivitas tinggi) dan konduktivitas rendah, akan
tetapi seperti adanya Galena akan menambah sifat konduktivitas lumpur tersebut. Sedangkan
untuk bahan-bahan lainnya, sangat sedikit pengaruhnya terhadap sifat kelistrikan batuan tersebut.
B. Lumpur Air Asin (Salt Water Mud)
Lumpur ini mempunyai kadar garam tinggi, lebih dari 10.000 ppm. Adanya kadar garam ini baik
unsaturated salt water mud (lumpur yang dijenuhi oleh NaCl/garam) dapat menimbulkan sifat
fluida/lumpur yang konduktif, sehingga menyebabkan pengukuran resistivity yang rendah.
Lumpur ini antara lain dicirikan dengan adanya filtrat loss yang besar sekali, kecuali ditreated
dengan organic colloid sehingga membentuk mud cake yang tebal. Meskipun pengaruh terhadap
logging sangat buruk, lumpur ini biasanya digunakan pada kondisi yang khusus seperti pada
pemboran formasi garam.
5.1.1.2. Oil Base Mud
Lumpur ini mempunyai kadar minyak sebagai fasa kontinyu dengan kadar air rendah (3%-5%),
maka lumpur ini relatif tidak sensitif terhadap kontaminasi air. Dan disamping itu akan bersifat
tidak konduktif dan mempunyai harga resistivity yang tinggi sehingga mempengaruhi peralatan
logging terutama log listrik. Karena filtratnya yang kecil, dapat menyulitkan pengukuran yang
menggunakan pengaruh adanya invasi lumpur.
5.1.1.3. Gaseous Drilling Fluids
Biasanya digunakan untuk daerah yang mempunyai formasi keras dan kering. Gas atau
mempunyai sifat tidak konduktif (tidak mengalirkan arus listrik), sehingga dapat mempengaruhi
alat-alat logging (khususnya yang berhubungan dengan adanya arus listrik).
5.1.2. Jenis Batuan Reservoir
Pemilihan kombinasi logging yang optimum tidak lepas dari pengaruh jenis batuan formasi.
Dengan jenis perlapisan batuan yang bervariasi berdasarkan fungsi kedalaman sumur bor, kita
akan memilih alat logging yang sesuai dengan jenis batuan formasi pada sumur bor yang akan
dilogging, dengan tujuan menghasilkan pengukuran yang akurat. Terdapat tiga jenis formasi
batuan yang sering terkait dengan evaluasi log ini yaitu :
A. Formasi lunak (soft formation)
Yaitu formasi yang tidak kompak atau mudah runtuh (uncosolidated). Tahanan batuan kecil
sampai dengan menengah. Mempunyai porositas besar lebih dari 20%. Karena memiliki >20%,
diameter invasi lumpur (Di) sekitar 2d (d: diameter lubang bor). Batuannya yaitu pasir
(sandstone) dan shale (shaly sand).
B. Formasi sedang (intermediate formation)
Yaitu formasi yang cukup kompak (moderate consolidated). Tahanan formasi sedang dan
mempunyai porositas antara 15% - 20%. Diameter invasi lumpur Di = 3d. Golongan formasi ini
adalah batu pasir.
C. Formasi keras (hard formation)
Formasi ini lebih kompak dari formasi lunak dan sedang. Tahanan batuan sangat tinggi.
Porositasnya kurang dari 15%, diameter invasi lumpur (Di) = 10d. Jenis batuan keras limestone
dan dolomite.
5.1.3. Invasi Mud Filtrat
Proses banyaknya air filtrat lumpur yang masuk ke dalam formasi selama pembentukan mud
cake di dalam lubang bor dikenal sebagai invasi mud filtrat(filtrat loss). Banyaknya filtrat loss
yang masuk ini tergantung dari jenis lumpur pemborannya dan lapisan batuan yang dibor. Jauh
dekatnya filtrat loss yang menginvasi zona porous permeabel tergantung dari porositas dan
permeabilitasnya, dimana bila porositas kecil dan permeabilitas batuannya besar maka invasi
filtrat lumpur akan jauh, tapi jika porositas besar dan walaupun permeabilitas juga besar maka
invasi filtrat lumpur akan dangkal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi diameter filtrat lumpur atau diameter zona yang terinvasi
antara lain :
Jenis lumpur.
Perbedaan tekanan antara lumpur dan formasi.
Permeabilitas batuan.
Porositas batuan.
Proses pemboran.
Jenis Lumpur
Jumlah air filtrat yang terinvasi ke dalam formasi tergantung kepada additive dan tipe material
yang digunakan untuk membuat lumpur. Setiap jenis lunpur akan mempengaruhi diameter invasi,
terganung kepada sifat water loss dari lumpur tersebut.
Perbedaan Tekanan antara Lumpur dan Formasi
Perbedaan tekanan yang ada antara kolom lumpur dan formasi, dimana tekanan kolom lumpur
lebih besar dari tekanan formasi dengan maksud untuk mencegah terjadinya kick dan akan
menyebabkan air filtrat lumpur masuk ke dalam formasi yang permeabel. Gambaran rata-rata
beda tekanan yang bagus adalah kurang lebih 100 psi.
Permeabilitas Batuan
Mud filtrat akan masuk ke dalam formasi yang permeabel, sehingga permeabilitas batuan yang
besar akan mendukung masuknya mud filtrat mencapai kedalaman invasi yang cukup jauh.
Tetapi dengan bertambahnya waktu, kemudahan masuknya mud filtrat ke dalam formasi semakin
menurun seiring dengan terbentuknya mud cake.
Porositas Batuan
Mud filtrat akan masuk ke formasi yang porous, sehingga porositas batuan merupakan faktor
penentu kedalaman invasi. Porositas batuan besar maka kedalaman invasi semakin menurun,
karena formasi yang mempunyai volume pori per foot yang besar, kapasitas penyimpanan mud
filtrat akan besar pula. Mud filtrat yang masuk ke dalam formasi yang memilki porositas batuan
besar akan memenuhi pori batuan terlebih dahulu sebelum invasi lebih jauh. Sehingga
kedalaman invasinya lebih dangkal bila dibandingkan dengan formasi yang memilki porositas
batuan kecil.
Diameter invasi mud filtrat merupakan fungsi dari porositas dan secara umum dapat
dikelompokkan menjadi :
> 20 %, Di = 2d
20 % > > 15 %, Di = 3d
15 % > > 10 %, Di = 4d
10 % > > 5 %, Di = 10d
Keterangan :
Di = diameter invasi mud filtrat, ft