Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fenomena stabilisasi tanah dengan aspal berbeda dengan kapur maupun semen.
Stabilisasi tanah berbutir halus dengan menggunakan aspal adalah fenomena penahan air.
Dalam stabilisasi tanah-aspal, partikel-partikel tanah yang diselimuti aspal mencegah atau
mengurangi masuknya air kedalam tanah, sehingga kapasitas dukung tanah menjadi
terjaga. Selain itu aspal juga dapat menambah sifat keawetan. Hal ini, karena aspal yang
mengurangi masuknya air kedalam tanah mengurangi perubahan volume tanah yang
merugikan. Bila tanahnya glranuler, seperti : pasir, sirtu, batu pecah, maka terdapat dua
mekanisme dasar, yaitu penahan air dan kohesi. Selimut aspal pada tanah granuler
memberikan pelindung yang mencegah penetrasi air kedalam butiran, sehingga dapat
mencegah kekuatan tanah. Mekanisme kedua adalah adesi. Adesi memberikan perekat
antara partikel-partikel, sehingga aspal berfungsi sebagai semen atau zat perekat, yang
menambah kuat seger dari komponen kohesi. Jadi, jika aspal digunakan untuk stabilisasi
tanah granuler, maka akan memberikan kohesi pada tanah, dan jika aspal digunakan pada
tanah kohesi, aspal berfungsi sebagai penahan air yang mencegah masuknya air kedalam
tanah sehingga kuat geser tanah terjaga.
Dalam stabilisasi tanah aspal, tanah digemburkan lebih dulu dan kemudian
dicampurkan dengan aspal sampai kedalaman tertentu. Kadang-kadang, stabilisasi
dilakukan dengan cara aspal agak kental atau cair disemprotkan pada tanah yang telah
disiapkan untuk jalan. Aspal dibiarkan meresap sendiri kedalam tanah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Tipe-tipe Stabilisasi Tanah Aspal?
2. Apa saja bahan-bahan dari stabilisasi Tanah Aspal?
3. Bagaimana sifat-sifat dari tanah aspal?
4. Bagaimana perancangan tanah aspal?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini yakni untuk menambah wawasan/
pengetahuan dalam mata kuliah stabilisai tanah yang terfokus kepada salah satu cara
dalam proses stabilisasi tanah yakni Stabilisasi Tanah - Aspal yang mencakup : Tipe-tipe
dari Stabilisasi Tanah aspal, bahan-bahan untuk stabilisasi tanah - Aspal, sifat-sifat
1

Campuran Tanah Aspal, Perancangan kadar aspal, criteria serta factor-faktor yang perlu di
perhatikan dalam stabilisasi tanah- aspal
1.4 Sistematika penulisan
Adapun dalam sistematika penulisan makalah ini terdiri dari tiga bab yakni:
Bab I PENDAHULUAN : menguraikan secara umum tentang proses stabilisasi tanah
aspal dengan memperhatiakn cara atau prosedur dalam
pelaksanaan stabilisasi tanah- aspal
Bab II PEMBAHASAN : dalam bab dua ini meguraikan secara rinci Stabilisasi Tanah
Aspal dengan yang terdiri dari Tipe-tipe dari Stabilisasi
Tanah aspal, bahan-bahan untuk stabilisasi tanah - Aspal,
sifat-sifat Campuran Tanah Aspal, Perancangan kadar aspal,
criteria serta factor-faktor yang perlu di perhatikan dalam
Bab III PENUTUP

stabilisasi tanah- aspal


: pada pembahasan bab tiga ini menjelasan kesimpulan dari
materi Stabilisasi Tanah-Aspal disertai saran dan Kritik yang
membangun dari pembacanya.

BAB II
PEMBAHASAN
1

TIPE-TIPE STABILISASI ASPAL


Terdapat beberapa tipe stabilisasi aspal, yaitu stabilisasi dilakukan dengan mencampur
bahan tertentu dengan aspal, misalnya Campuran pasir-aspal, tanah-kapur-aspal, kerikil
atau agregat batu-pecah-aspal.
1. pasir-aspal. Pasir dan aspaldicampur dengan perbandingan tertentu yang membuat
partikel-partikel pasir menjadi tersementasi satu sama lain, sehingga menambah
kekuatan dan kestabilannya.

2. tanah-kapur-aspal. Tanah dicampur dengan perbandingan tertentu yang setelah


dipadatkan akan mempunyai sifat-sifat lebih stabil. Kapur digunakan bila tanahnya
mempunyai indeks plasitisitan PI > 10.
3. kerikil atau agregat batu pecah aspal. Campuran batu pecah bergradasi baik dengan
aspal yang setelah pemadatan yang mempunyai sifat- yang lebih stabil terhadap
pengaruh air, bila digunakan sebagai lapisan pondasi ( base) atau lapisan pondasi
bawah ( sub base)
2

BAHAN
a. ASPAL
Aspal adalah material hasil penyaringan minyak mentah dan merupakan hasil
dari industri perminyakan. Aspal merupakan material untuk perekat, yang berwarna
coklat gelap sampai hitam, dengan unsur pokok yang dominan adalah bitumen.
Hidrokarbon merupakan bahan dasar utama dari aspal yang disebut bitumen, di
amerika utara, bahan pengikat umumnya disebut semen aspal ( aspal semen), sedang
di eropa disebut bitumen , menurut united state geological survey ( USGS ) aspal
dan bitumen bukan sesuatu yang berbeda.
Ter ( Tar ) diperoleh dari kondensasi destilasi yang dihasilkan dari destilasi
destruktif bahan organik seperti batu bara dan kayu . ASTM (2001.b) mendefinisikan
TER sebagai material bitumen berwarna cokelat berwarna hitam yang mempunyai
konsistensi cair atau semi -Padat , dimana bahan pembentuk utamanya bitumen yang
diperoleh selama kondensasi dalam destilasi yang bersifat merusak dari batu bara,
minyak , kayu, atau bahan organik lain, dan yang menghasilkan banyak bahan hitam
pekat ketika didestilasi
Dalam SNI-03-1737-1989, aspal keras didefinisikan sebagai suatu jenis aspal
minyak yang merupakan residu hasil destilasi minyak bumi pada keadaan hampa
udara yang pada sumbu normal dan tekanan artmosfir berbentuk padat, sedang aspal
cair adalah minyak yang pada suhu normal dan tekanan atmosfir berbentuk cair. Aspal
ini terdiri dari aspal keras yang diencerkan dengan bahan pelarut.
Macam-macam aspal yang digunakan untuk stabilisasi tanah adalah semen
aspal panas, aspal cutback dan aspal emulsi. Aspal cutback adalah suatu bahan yang
dibuat dari aspal dengan menambahkan minyak

pelarut

untuk mereduksi

kekentalannya secara sementara. Aspal cutback umunya berbentuk cair dan dapat di
3

apalikasikan pada temperatur yang rendah. Aspal cutback bila berhubungan dengan
udara luar (tekanan atmosfer) minyak pelarutnya menguap meninggalkan semen
aspalnya guna menjalankan fungsinya sebagai bahan pengikat dan penahan /
pencegah air.
Emulsi Aspal adalah bahan aspal yang terdiri dari 3 unsur dasar yaitu : Aspal,
Air , dan bahan pengemulsi , dimana ada suhu normal dan tekanan atmosfir berbentuk
cair . emulsi harus pecah dengan cepat sesudah kontak dengan agregat dalam suatu
alat pencampur latau sesudah disemprotkan pada permukaan/ dasar jalan. Aspal
Emulsi umunya mengandung air sekitar 30-40% .aspal Emulsi, bila dicampur dengan
material berbutir halus dapat menyebabkan ketidaktentuan waktu perawatan dan
mempunyai stabilitas rendah .karena butiran halus bersifat menahan air, maka waktu
perawatan menjadi lebih panjang. Dalam praktek, Aspal Emulsi jarang digunakan
untuk Stabilisasi material dengan kadar butitan halus yang tinggi.

Menurut Departement of the army and the air force (1994), tipe-tipe aspal
yang dapat digunakan untuk stabilisasi adalah sebagai berikut:
Agregat gradasi terbuka
a. Aspal cair perawatan cepat dan sedang : RC-250, RC-800 dan MC-3000
b. Aspal emulsi ikatan sedang : MS-2 dan CMS-2
Agregat gradasi baik dengan sedikit atau tanpa material lolos saringan
no.200.
a. Aspal cair perawatan cepat dan sedang : RC-250, RC-800, MC-250 dan MC-800.
b. Aspal cair perawatan lambat: SC-250 dan SC-800.
c. Aspal emulsi ikatan sedang dan ikatan lambat : MS-2, CMS-2, SS-1 dan CSS-1.
Agregat dengan aspek banyak material lolos saringan no.200.
a. Aspal cair perawatan sedang: MC-250 dan MC-800
b. Aspal cair perawatan lambat: SC-250 dan SC-800
c. Aspal emulsi ikatan lambat: SS-1, SS-01h, CSS-1 dan CSS-1h.
Untuk Aspal cair yang digunakan untuk permukaan agregat jalan tanpa
pengikat, maka digunakan aspal cair perawatan lambat dan sedang: SC-70, SC250, MC-70, dan MC-250. Tipe aspal yang digunakan untuk stabilisasi tanah
berbutir halus bergantung pada tekstur tanah. Umumnya, aspal cair perawatn cepat
(rapid-curing), sedang (medium-curing), dan lambat ( slow-curing ) dapat
digunakan. Aspal perawatan lambat tidak direkomendasikan untuk tanah dengan
plastisitas tinggi, sebab bahan yang mudah menguap mungkin tidak hilang setelah
pemadatan, sehingga tanah-dasar menjadi lunak.
Tipe aspal yang umumnya digunakan untuk stabilisasi pasir adalah : aspal
cutback perawatan cepat, emulsi aspal dan ter. Emulsi aspal ikatan lambat SS-1
sering digunakan. Temperatur saat penggunaan aspal sebagai bahan stabilisasi
yang disarankan oleh UFGS (2010) ditunjukan dalam tabel 5.1. kadar air saat
penggunaan bergantung pada tipe aspalnya. Dalam tabel tersebut, bila digunakan
aspal emulsi kadar air sudah termasuk air dalam emulsinya.

b. TANAH
Hampir sembarang tanah Anorganik dapat digunakan utuk stabilisasi aspal,
namun aspal lebih cocok bila digunakan untuk stabilisasi pada tanah berbutir kasar.
Bahan organik asam , yang sering terdapat pada tanah -tanah di hutan dan dasar
sungai , tidak cocok untuk stabilisasi aspal.
a. Tanah berbutir halus
Problem utama stabilisasi tanah dengan tanah berbutir halus dengan plastisitas
tinggi adalah kesulitan dalam pencampuran dua bahan tanah dan aspal agar
merata. Tanah dengan PI = 18 masih dapat ditoleransikan, walaupun tanah dengan
PI ynag tinggi ini agak sulit distabilisasi. Umumnya, tanah dengan PI < 12 dapat
distabilisasi dengan aspal ( Yoder dan witczak, 1975). Tanah berbutir halus dari
area gersang yang mempunyai Ph dan kadar garam tinggi tidak memberikan hasil
yang baik untuk distabilisasi dengan aspal (Lambe, 1962).
b. Pasir
Stabilisasi aspal akan bekerja dengan baik bila material yang distabilisasi
tanah atau material granuler. Hingga saat ini, stabilisasi pasir dengan aspal telah
banyak digunakan. Kondisi aspal adalah untuk memberikan kohesi pada masa
tanah dan sekaligus pelindung terhadap air pada partikel-partikel lempung yang
mungkin berada pada butiran pasir.jika material yang distabilisasi adalah pasir
bersih

bergradasi

seragam,

maka

mungkin

masih

dibutuhkan

untuk

mencampurnya dengan material halus yang lain untuk menambah tahan gesernya.
a). Syarat gradasi dan plastisitas

kriteria perancangan stabilisasi aspal hampir sepenuhnya didasarkan pada


persyaratan gradasi tanah. Berikut ini diberikan beberapa petunjuk gradasi
yang baik untuk stabilisasi aspal yang disarankan beberapa peneliti dan
organisasi.
Herrin (1960)
Material yang cocok digunakan dalam stabilisasi aspal, ditunjukan pada tabel 5.2
Syarat
gradasi, % lolos
1,5"
1"
3/4''
no.4
no.10
no.40
no.100
no.200

pasir-aspal
100
50-100
40-100
5-12

batas cair ( LL)

indeks plastisitas
(PI)

tanah-aspal
50-100
35-100
baik, 3-20
sedang, 0-3 dan 20-30
buruk,>30

pasir-kerikil (sirtu)-aspal
100
60-100
35-100
13-50
8-35
0-12

Baik,<20
Sedang,20-30
buruk, 30-40
tidak digunakan >40
<10

baik,<5
sedang,5-9
buruk, 9-15
tidak digunakan >12-15

<10

Ingles dan Metcalf (1972)


1. Tanah harus lebih dari 50% lolos saringan 3/16
2. Lebih besar dari 10% tapi kurang dari 50 % material lolos saringan yang lolos
saringan No.200 (0,075)
3. Batas Cair (LL) harus Kurang dari 40
4. Indeks Plastisitas / PI kurang Dari 18
Ingles dan Metcalf (1972) menyatakan bahwa tanah dengan material lolos saringan No
200 > 75% dengan LL > 50, juga menunjukan hasil stabilisasi yang memuaskan.

1.
2.
3.
4.

Lambe (1962)
Ukuran butiran maksimum < 1/3 dari tebal lapisan tanah yang distabilisasi
> dari 50% material lolos saringan No.4( 4,76)
35-100% materialnya lolos saringan No.40 (0,042)
> dari 10 % tapi < 50% material lolos saringan No.200( 0,075)
7

5. Batas cair /LL harus kurang dari 40


6. Indeks Plastisitas / PI kurang dari 18

Departement of the army the air force (1994)


Syarat gradasi material untuk stabilisasi dengan aspal yang disarankan oleh
departement of the army and the air force (1994) ditujukan dalam tabel5.3 dan tabel
5.4.
Tabel 5.3 persyaratan gradasi tanah-dasar yang distabilisasikan dengan aspal
Saringan

persen lolos
3"

100

no.40

50-100

no.30

38-100

no.200

2-30

Hicks (2002)
Hicks dalam alaska soil stabilisation design guide (2002) memberikan petunjuk
pemberian tipe aspal sebagai bahan stabilisasi, pada gambar 5.1. terdapat beberapa
tipe aspal yang dapat digunakan dalam stabilisasi aspal panas. Kinerja dari bahan
yang distabilisasi dengan menggunakan aspal panas bervariasi dan bergantung pada
kualitas tanah yang distabilisasi. Indeks plastisitas tanah (PI) harus sekitar 6-15.

c.

Air
Sembarang air dapat digunakan dalam stabiisasi aspal, namun air laut harus
dapat dihindari. Seperti halnya pada tipe-tipe stabilisasi yang lain, air digunakan

dalam pemadatan
d. Garam
Konsentrasi garam atau zat organik yang terlalu tnggi akan menggangu adesi
antara aspal dan tanah, sehingga mengakibatkan hasil stabilisasi tidak efektif.

3. SIFAT-SIFAT CAMPURAN TANAH-ASPAL


Pencampuran aspal ke dalam tanah menghasilkan campuran yang tahan
terhadap meresapnya air ke dalam material menjai bertambah kohesinya. Sifat-sifat
umum untuk stabilisasi tanah menurut ingles dan Metcalf (1972).
1) Kepadatan (atau berat volume kering ) maksimum berkurang, bila kadar aspal
bertambah.
2) Nilai stabilisasi atau kuat tekan bebas mencapai maksimum, pada kadar aspal
optimum.
3) Kuat tekan bertambah akibat menguapnya komponen yang mudah menguap dari
aspal, namun kuat tekan berkurang, bila temperature bertambah.
4) Pengaruh buruk air berkurang, bila kadar aspal bertambah.
1. KEPADATAN MAKSIMUM DAN KADAR AIR OPTIMUM
Perubahan nilai kepadatan maksimum dan kadar air optimum lempung
berpasir yang distabilisasi dengan aspal cutback ditunjukkan dalam gambar 5.2

( RRL,1968). Gambar ini memperlihatkan bahwa bila kadar aspal naik, maka berat
volume kering maksimum turun dan kadar air optimum naik.
2. PENGARUH KADAR ASPAL TERHADAP KUAT TEKAN BEBAS
Pengaruh kadar aspal terhadap kuat tekan bebas pada benda uji tanah-aspal
cutback dari tanah lempung berpasir yang dipadatkan pada pemadatan standar
dilihatkan dalam gambar 5.3. terlihat bahwa kuat tekan bebas naik sampai kadar aspal
4%, namun kemudian penambahan aspal sampai 10% justru menyebabkan kuat tekan
bebas turun tajam, bahkan lebih kecil dari nilai kuat tekan tanah tidak distabilisasi.

10

Gambar 5.2 pengaruh kadar cairan terhadap berat volume kering maksimum
dari lempung berpasir yang distabilisasi dengan aspal cutback
(RRI,1968)

Gambar 5.3 pengaruh kadar aspal terhadap kuat tekan bebas dari lempung
berpasir yang distabilasi dengan aspal cutback (RRI,1968)
3. PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP CBR LAPANGAN
Greeg et al.(1966) menunjukkan bahwa CBR lapangan dari pasir yang
distabilisasi aspal, turun bila temperature naik (gambar 5.4). kenaikan temperature
dari 15C hinga 60C menyebabkan CBR turun dari 100% menjadi 1,5%. Pada
awalnya, penambahan aspal cutback menambah nilai CBR, namun bila aspal
berlebihan, maka CBR menjadi turun. Terdapat satu nilai kadar aspal dimana nilai

11

CBR maksimum (gambar 5.5). gambar ini juga menunjukkan bahwa CBR turun
tajam, bila benda uji di rendam lebih dulu.
4. PENGARUH KADAR ASPAL TERHADAP PENEYERAPAN AIR
Salah satu maksud dari dilakukannya Stabilisasi aspal adalah untuk
mengurangi penyerapan air ledalam tanah. Yoder dan Witczak, (1975) menunjukan
pengaruh kadar aspal terhadap peneyerapan air seperti di tunujkan dalam gambar 5.6.
Terlihat bahwa berat air yang diserap semakin kecil jika kadar aspal bertambah
Dalam gbr. 5.7 ditunjukan pengaruh kadar aspal sebagai bahan pengikat terhadap air
yg terserap hasil uji laboratorium RRL (1968). Benda uji berupa tanah lempung berpasir yang
distabilisasi dengan aspal Cutback, dipadatkan pada uji pemadatan standar. Penambahan
aspal cutback 2%, menunjukan kenaikan air terserap secara signitifikan setelah campuran
diperam 28 hari, tapi bila kadar aspal dinaikkan sampai 4% atau lebih maka akan
menyebabkan air yang terserap berkurang. Gbr.5.8 memperlihatkan Variasi air terserap
dengan waktu pencampuran pada benda uji lempung berpasir yag mengandung 3 % minyak
penahan air. Hasilnya menunjukan bahwa jika waktu pencampuran berlebihan maka sifat
campuran dalam menahan airberkurang.

12

13

4. PERANCANGAN KADAR ASPAL


Pada prinsipnya terdapat tiga langkah perencanaan kadar aspal (hicks, 2002):
1) Lakukan uji sifat-sifat indeks tanah dan klasifikasikan bahan yang akan distabilisasi.
2) Pilihan tipe aspal dengan mempertimbangkan bahan yang akan distabilisasi iklim dan
alat-alat pelaksanaan yang tersedia, serta di laboratarium tentukan kadar cairan
optimum (optimum fluid content, OFC) dank kepadatannya. Kadar cairan optimum
(OFC) didefinisikan sebagai kadar cairan saat mana berat volume kering
maksimumnya tercapai ( dengan kadar cairan total terdiri dari cairan aspal sebagai zat
pengikat di tambahkan air untuk pemadatan)
3) Tekanan kadar aspal, kadar air optimum dan berat volume kering (kepadatan)
maksimumnya.
Perencanaan campuran untuk stabilisasi aspal harus meyakinkan komposisi campuran,
guna memenuhi criteria perancangan dan parameter dibutuhkan. Kadar aspal yang
dibutuhkan bergantung pada syarat kinerja materi yang dikehendaki serta biaya yang
tersedia. Macam-macam factor yang mempengaruhi kelakuan dan perangan bahan yang
distabilisasi aspal ditunjukkan dalam gambar 5.9 ( hicks,2002).

14

Sebagai petunjuk awal untuk menyiapkan benda uji guna penentuan kadar aspal,
umumnya pada tanah-tanah granurel membutuhkan kadar aspal berkisar antara 2-5%
terhadap berat kering tanah. Pengujian laboratirium yang perlu dilakukan adalah uji untuk
penentuan modulus resilient , deformasi , karakteristik kelelahan dari bahan aspalnya.
Nilai pendekatan kasar modulus resilient dapat diperoleh dari persamaan:
E = 2,2 (ITS) + 168
Dengan,
E

= modulus resilient (MPa)

ITS = kuat tarik tak langsung (indirect tensile strength) (kPa)


Nilai minimum ITS yang disarankan adalah 100 kPa (14,5 psi) (hicks, 2002)
Beberapa persamaan empiris telah dikembangkan untuk menetukan kadar aspal cair
(aspal cutback atau aspal emulsi). Persamaan-persamaan, tentu saja, hanya cocok bila
digunakan pada material yang sama. Namun, persamaan-persamaan tersebut sangat
berguna untuk merancang awal dan mungkin cocok digunakan untuk proyek-preoyek
kecil.
5. PERSAMAAN-PERSAMAAN UNTUK ASPAL CUTBACK
A) Department of the army and the air force (1994)
Kadar aspal cutback yang digunakan untuk stabilisasi tanah dasar dihitung dengan
menggunakan persamaan
Pc =

X 100

B) Asphalt institute (1991)


Pc = 0,02D + 0,07y + 0,15 + 0,2f
C) Oklahoma highway department (1967)
Pc = k + 0,05b + 0,01c + 0,06f

PERSAMAAN-PERSAMAAN UNTUK ASPAL EMULSI


a) McKesson (1950)
Pe = 0,75(0,05 + 0,1 + 0,5f)
b) Asphalt institute (1991)
15

Pe = 0,05 A + 0,1 + 0,5f


c) Bird (1959)
Persaman berlaku untuk material yang 50% lolos saringan no . 10
Pe = 0,02b + 0,1f (untuk 5 12% lolos saringan no .200)
Pe = 0,12b + 1,1 + 4 (untuk > 12% lolos saringan no .200)
Dengan,
Pe = persen aspal elmusi didasarkan pada berat kering agregat
Pc = persen residu aspal cutback terhadap berat kering agregat;
Persen aspal cutback dapat dihitung dari :
(pc/(100-persen cairan pelarut)) X100
Pe= berat dalam ib/ft3 agregat longgar dan kering
a = Persen material lolos pada saringan no.8
A = Persen material Yang bertahan pada saringan no. 8
= Persen material lolos saringan no. 8 dan tertahan no. 200
b = Persen material lolos saringan no.10
B = Persen material tertahan saringan no. 10
= Persen material lolos saringan no. 10 dan tertahan no. 200
c = Persen material lolos saringan no. 40
D = Persen material tertahan saringan no. 50
Y = Persen material lolos saringan no. 50 dan tertahan no. 100
= Persen material lolos saringan no. 100 dan tertahan no. 200
f = Persen material lolos saringan no. 200
= 24 F
k = 1,5 jika PI 8
= 2,0 jika PI > 8
S = Persen cairan pelarut

Table 5.5 persyaratan emulsi aspal (department or the army and the air force,
1994)
Kadar emulsi aspal yang aka digunakan dilapangan harus didasarkan pada hasil uji
stabilitas marshal. Nilai minimun stabilitas marshal untuk tanah dasar adalah 500 lb.
Jika setelah dicampur aspal dan tanah tidak menunjukkan perbaikan nilai stabilitas,
maka gradasi tanah harus diubah.
6.

Kriteria

16

Beberapa kriteria umumnya didasarkan pada nilai CBR dan atau kekuatan dan
stabilitas pada kondisi terendam. Di Australia untuk meterial lapis pondasi, kriteria
nilai kuat tekan bebas berkisar antara 75 psi dan 150 psi, namun nilainya menjadi 250
psi setelah waktu perawatan dan perendaman yang berbeda. Nilai minimun CBR
untuk material jalan adalah 50%, namun umumnya disarankan CBR minimun sekitar
80% (Ingles dan Metcalf, 1972).
7. Uji Laboratorium
Uji laboratorium yang dibutuhkan, ditentukan dari kriteria kinerja yang dihendaki
guna penilaian kerja struktur, untuk material ikatan kuat, maka pengujian yang perku
dilakukan adalah: uji kekakuan, uji tarik tak langsung dan uji kelelahan. Untuk
material ikata ringan: uji kekakuan, uji stabilitas marshal dan aliran.

Tabel 5.7 Kriteria stabilisasi aspal bila digunakan foam aspal (Ingles dan
Metcalf, 1972)
Material terikat didefinisikan sebagai material yang mempunyai kuat tarik yang
signifikan.
Material tak terikat didefinisikan sebagai material yang tidak mempunyai kuat tarik
yang signifikan.
Kriteria stabilisasi tanah atau agregat denagn aspal lebih banyak didasarkan pada
kekuatan dan gradasi. Uji ketahanan material, seperti uji beku cair dan basah kering
tidak dibutuhkan dalam stabilisasi tanah aspal. ASTM D 4233 memberikan prosedur
untuk mempersiapkan benda uji yang dicampur aspal cair. Pengujian-pengujian yang
lain, seperti uji marshal terdpat pada ASTM D 1559, uji Hveem pada ASTM D 1560
dan uji modulus resilient pada ASTM D 4123. Persiapan benda uji dan cara
mengevaluasi campuran aspal cutback atau juga dapat dilihat pada aspal institute
1991. Tiga macam uji untuk stabilisai tanah aspal yang sering digunakn adlah:
1. Uji dilapangan Hubbard dimodifikasi
2. Uji florida bearing value
17

3. Uji penetrometer konus


5.7.1 Uji modified Hubbard Field
Dilakukan pada benda uji tanah asal berdiameter 5 cm dan tinggi 5 cm, dan disiapkan
pada alat cetak yang dibebani dengan beban 6000 lb (gambar 5.10)

Setelah benda uji direndam air sedalam 2,5 cm selama 7 hari, pengembangan dicatat
dan lalu dilakukan uji beban dengan kecepatan pembebanan 2,5 cm/menit pada alat
uji pembebanan. Menurut ASTM D 915-47T, benda uji yang dijenuhkan pada alat uji
Hubbard, dianggap memenuhi syarat bila:
1.
2.
3.
4.

Stabilisasi minimum sebelum perendaman: 1000 lb


Stabilisasi minimum setelah perendaman: 400 lb
Pengembangan selama pengujian: maksimum 5%
Air yang terserap selama pengujian: maksimum 7%
Jika benda uji yang diuji tanpa dilakukan perendaman, maka syarat stabilitasnya
harus tdak kurag dari 1000 lb. Namun prosedur ini tidak disarankan kecuali kalau
terpaksa (RRL, 1968)

5.7.2 Uji Penetrometer Kerucut


Dilakukan pada campuran tanah aspal guna mengukr tahanan penetrasi dari kerucut
yang bersudut 90 derajat.

18

5.7.3 Uji Modified Florida Bearing Value


Uji nilai dukungan florida dimodifikasi diusulkan oleh McKesson dan Mohr (1941)
uji ini dilakukan untuk menentukan nilai dukungan pada stabilisasi tanah atau pasir
aspal emulsi pada daerah beriklim aspal. Persen aspal emulsi dihtung dengan
menggunakan persamaan (5.5)
Rumus : Pe = 0,75(0,05 B + 0,1 + 0,5f)
Dengan,
Pe = persen aspal emulsi didasrakan pada berat kering agregat
B = persen material pasir tertahan saringan no 10
= persen material pasir lolos saringan no 10 dan tertahan pada saringan nomor 200
f = persen material pasir lolos saringan no 200.
8. Pelaksanaan dilapangan
5.8.1 Stabilisasi dengan semen aspal panas
Umumnya dilakukan pada lokasi pusat pencampur. Diarea ni material campuran
dipanaskan dan diaduk hingga merata. Pada prinsipnya, penghamparan material
campuran sama caranya dengan penghamparan semen aspal panas pada pembangunan
pengerasan jalan konfensional. Material dipanaskan antara 275-300 derajat F.
Campuran dibawa kelokasi proyek denagn menggunakan truk angkut dan digelar
dengan mesin penyebar aspal.
Pemadatan dilakukan secara tiga tahap yaitu penggilasan untuk penguraian,
penggilasan antara dan penggilasan final.
5.8.2 Stabilisasi dengan aspal cair
Stabilisasi dengan aspal cair yang dicampur langsung ditempat dilakukan
melalui tahap-tahap: pencampuran, penguapan dan pemadatan. Satu lapis material yag
distabilisasi tebalnya dibatasi maksimum 15 cm jika lebih tebal maka diperlukan
penyingkiran material dibagian atas. Sebelum material aspal dicampurkan, tanah yang
akan distabilisasi harus digaruk dan digemburkan sampai kedalaman maksimum 15
cm. Kedalaman pengancuran tanah tidak boleh lebih dalam dari kedalam
penggarukan. Bentuk material yang digemburkan dsesuaikan dengan tampang
melintang dan elevasi yang dikehendaki. Kemudian air ditambahan secara bertahap,
sebagian air dicampur secara bersama-sama dalam campuran untuk menghindari
konsentrasi air di dekat permukaan. Setelah penambahan air selesai, pencampuran
diteruskan sampai air terdistribusi merata dalam campuran.

19

Bila pencampuran dilakukan di luar area proyek (mesin pencampur sentral),


pengambilan dan pengankutan material dari tempat pengambilan menuju ke tempat
pencampuran harus mempunyai gradasi yang telah ditentukan . agregat dan meterial
tanah pengikat dengan truk dengan bak tertutup. Campuran dihamparkan dengan
ketebalan seragam pada lapis tanah dasar atau lapis pondasi bawah yang telah
disiapkan. Jika tebal lapisan pemadat ditentukan 15 cm atau kurang, maka material
dihamparkan pada sekali hamparan. Jika tebal hamparan yang ditentukan lebih dari 15
cm, maka material dihamparkan dalam lapisan-lapisan dengan tebal yang sama.
Umumnya disarankan tebal lapisan saat pemadatan tidak lebih dari 15 cm dan tidak
kurang dari 8 cm. Saat pemadatan, elevasi dan bentuk permukaan harus disesuaikan
dengan bentuk rencana.
5.8.3 PEMADATAN
Jika campuran berasal dari pusat pencampuran di luar proyek, maka
pemadatan dilakukan segera setelah penghamparan. Umtuk pencampuran yang
dilakukan di tempat proyek, campuran tanah-aspal dibiarkan beberapa saat guna
memberikan waktu perawatan. Setelah waktu perawatan cukup, campuran dibentuk
mendekati garis atau permukaan rencana, dan campuran digemburkan pada seluruh
kedalamannya. Pekerjaan pemadatan dimulai dari permukaan luar menuju ke tengah,
dengan tumpang tindih lintasan kira-kira setengah dari lebar roda mesin penggilas.
Pemadatan dilakukan sampai kepadatan campuran tanah-aspal mencapai 95%
kepadatan maksimum laboratorium.
Jika pencampuran dilakukan diluar proyek, dimana material campuran
dihamparkan dalam jalur-jalur, maka bagian jalur selebar 30 cm dibagian tepi luar dari
lapisan yang telah dihamparkan sebelumnya harus dibongkar sebelum penghamparan
lapisan didekatnya.
Pada akhir pekerjaan, permukaan lapisan harus sesuai dengan elevasi dan
bentuk yang ditentukan. Pemotongan permukaan ringan selama pemadatan perlu
dilakukan agar bentuk dan elevasi permukaan sesuai dengan gambar rencana.

20

9.

FAKTOR-FAKTOR YANG PERLU DIPERHATIKAN


Agar stabilisasi aspal berhasil dengan baik maka :
1. Bahan penstabil harus diaduk hingga rata.
2. Tanah harus dipadatkan pada kadar air yang seragam.
3. Harus diyakinkan proses aerasi aspal emulsi atau aspal cutback agar air yang
berlebihan atau uap air dapat dihilangkan.
4. Volume lalu-lintas harus dibatasi, sebelum permukaan perkerasan ditutup dengan
lapis permukaan.

21

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari Pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Stabilisasi Tanah-aspal
terdapat beberapa tipe stabilisasi yaitu Stabilisasi yang dilakukan dengan mencampur
bahan tertentu dengan aspal: misalnya campuran pasir dengan aspal, tanah kapur
dengan aspal ataupun agregat batu pecah dengan Aspal,
Adapun bahan bahan dalam stabilisasi tanah aspal, yang terdiri dari aspal :
yang merupakan hasil penyaringan minyak mentah berfungsi sebgai bahan perekat,
yang berwarna cokelat gelap samapai hitam, dengan unsure pokok yang dominan
adalah bitumen. Tanah:

yakni tanah yang berbutir kasar lebih cocok digunakan

dengan aspal. Air : dalam hal ini sembarang air dapat digunakan dalam stabilisasi
tanah aspal namun air laut harus dihindari. Garam : garam perlu diperhatiakan karena
dalam stabilisasi tanah-aspal jika konsentrasi garam dan atau zat organic yang terlalu
tinggi akan mengakibatkan atau mengganggu adhesi antara aspal dan tanah, sehingga
mengakibatkan hasil stabilisasinya tidak efektif.
Sifat-sifat umum aspal untuk Stabilisasi Tanah menurut Ingles dan Metcalf
(1972) terdiri dari : 1, Kepadatan ( atau berat volume kering ) maksimum berkurang,
bila kadar aspal bertambah. 2, Nilai stabilisasi atau kuat tekan bebas mencapai
maksimum pada kadar aspal optimum. 3, Kuat tekan bertambah akibat menguapnya
komponen yang mudah menguap dari aspal, namun kuat tekan berkurang bila
temperature bertambah. 4, pengaruh buruk air berkurang, bila kadar aspal bertambah.
B. Saran
Makalah ini dibuat untuk memperkaya pemahaman tentang stabilisasi tanahaspal dan sebagai salah satu tugas untuk melengkapi kuliah stabilisasi tanah untuk itu
saran dari kami yakni perlu adanya penjelasan yang lebih detail dari dosen mata
kuliah stabilisasi tanah dan perlu adanya diskusi yang lebih detail terkait topic ini,
kemudian dalam hal penyusunan makalah ini segala masukan dari pembaca sangat
kami harapkan dalam menyusun karya ilmiah/ makalah yang akan dating.

22

Daftar pustaka
American society for testing and materials- ASTM D 5239. ( 2001), Standar
practice for characterizing fly ash for use in soil satabilization, annual book of
ASTM standars, Vol.04.08, ASTM, Philadelphia

Asphalt Institute (1991), asphalt cold mix manual, MS-14, 3d ed, lexingron, ky

Dawson, R.F.(1956) special factor in lime stabilization, chemical and mechal


stabilization, HRB bu.129

23

Anda mungkin juga menyukai