Anda di halaman 1dari 3

Bab 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Sejak amandemen UUD 1945, asas otonomi daerah mendapatkan
posisinya dalam pasal 18 tentang pemerintahan daerah dengan penambahan
beberapa ayat dari hanya 1 pasal dan 1 ayat menjadi 3 pasal dan 11 ayat 1,
tepatnya terdapat pada pasal 18 ayat (2) Undang Undang Dasar Republik
Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi Pemerintahan daerah provinsi, daerah
kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
Asas otonomi tersebut kemudian dikembangkan melalui Undang Undang
Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, kemudian diganti
dengan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah dan terakhir diganti dengan Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah. Beradasarkan ketiga Undang Undang
tersebut, terdapat persamaan tentang hal pokok menjadi urusan absolut
Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, moneter
dan fiskal dan agama. Sedangkan masalah ketenagakerjaan menjadi urusan
pemerintahan wajib yang bersifat konkuren yang masuk dalam ruang lingkup
kewenangan Pemerintahan Pusat, Pemerinthan Provinsi dan Pemerintahan
Kabupaten/Kota.
Berdasarkan Peraturan Menteri Nomor PER.02 / MEN / III / 2008 tentang
Tatag Penggunaan Tenaga Kerja Asing, penggunaan tenaga kerja asing
dilakukan melalui mekanisme dan prosedur yang sangat ketat, terutama
dengan cara mewajibkan bagi perusahaan atau korporasi yang
mempergunakan tenaga kerja asing di Indonesia dengan membuat Rencana
Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA). Selanjutnya pengajuan
menggunakan tenaga kerja asing untuk pertama kalinya diajukan kepada
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, sedangkan untuk perpnjangan
diajukan dan diberikan oleh Gubernur atau Bupati / Walikota berdasarkan
kewenangan yang dimilki.
Kewenangan Pemerintah Daerah tersebut, khususnya dalam hal
pemberian perpanjangan IMTA, diatur kembali dalam Undang Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Undang Undang
Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, serta
Peraturan Pemerinta Nomor 97 Tahun 2012 tentang Retribusi
Penyelenggaraan Lalu Lintas Jalan dan Retribusi Perpanjangan Izin
Memperkerjakan Tenaga Asing.
Bahwa secara ekonomis ketentuan tersebut menghasilkan pendapatan
bagi Pemerintah Daerah, karena diamsukkan ke dalam Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) dan secara tidak langsung mekanisme tersebut
dapat dikategorikan sebagai wujud dari pengawasan tidak langsung, karena
setiap bulan akan diketahui berapa jumlah tenaga kerja asing yang ada di
daerah. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah dana yang disetor setiap bulan
dari para pengusaha kawasan industri di daerah. Sebagai pengawasan

lanjutan, Pemerintah Daerah juga berhak untuk memberikan sanksi kepada


sponsor tenaga kerja perusahaan / korporasi, apabila mereka tidak
mendaftarkan, tidak memperpanjang Izin Memperkerjakan Tenaga Kerja Asing
(IMTA) atau jika mereka melakukan pekerjaan pekerjaan yang tidak sesuai
dengan RPTKA.
Kondisi tersebut merupakan permasalahan sekaligus peluang bagi
Pemerintah Provinsi Bengkulu. Dikatakan permasalahan, karena keberadaan
tenaga kerja asing di Provinsi Bengkulu sealama ini belum memilki landasan
yuridis dalam pemungutan retribusi perpanjangan IMTA. Akibatnya, jika
retribusi tersebut dipungut maka tidak akan dapat dijalankan secara efektif,
bahkan boleh dikatakan bermasalah jika pungutan tersebut benar benar
ilakukan tanpa adanya Peraturan Daerah tentang Perpanjangan Izin
Memperkerjakan Tenaga Kerja Asing.Disisi lain, keberadaan tenaga kerja
asing di Provinsi Bengkulu menjadi peluang bagi Pemerintah Daerah dalam
rangka meningkatkan pendapatan asli daerah. Peluang tersebut hanya dapat
diwujudkan menjadi kenyataan jika Pemerintah Provinsi Bengkulu memilki
instrument yuridis berupa Peraturan Daerah.
Jika dilihat dari jumlah subjek retribusi perpanjangan IMTA yang ada di
Provinsi Bengkulu, cukup signifikan untuk mendongkrak pendapatan asli
daerah di sektor retribusi daerah. Berdasarkan hasil penelitian, pada tahun
2015 terdapat 397 orang tenaga kerja asing yang tersebar di seluruh
kabupaten / kota dalam Provinsi Bengkulu. Hanya saja sejumlah subjek
retribusi tersebut tidak seluruhnya menajdi wajib retribusi perpanjangan IMTA
yang menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi Bengkulu. Hal ini mengingat
kewenangan Pemerintah Provinsi terbatas pada perpanjangan IMTA lintas
kabupaten / kota dalam 1 provinsi. Disisi lain, perpanjangan IMTA dalam 1
kabupaten / kota merupakan kewenangan Pemerintah Kabupaten / Kota.
Namun walaupun demikian, satu hal yang perlu dicatat bahwa
perkembangan globalisasi mendorong terjadinya pergerakan aliran modal
dan investasi ke berbagai penjurudunia, terjadi pula migrasi penduduk atau
pergerakan tenaga kerja antar Negara. Untuk keperluan tersebut, para
pemilik modal perlu membawa serta beberapa tenaga kerja dari Negara asal
atau Negara lain untuk bekerja sebagai tenaga kerja asing di negara tujuan.
Menyadari kenyartaam saat ini dimana inonesia sebagai salah satu anggita
WTO dan ASEAN yang akan menerapkan ASEAN Economic Community atau
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di tahun 2016 ini, maka kita harus
membuka kesempatan masuknya tenaga kerja asing. Oleh karena itu, jumlah
tenaga kerja asing yang berada di Provinsi Bengkulu dalam waktu dekat ini
akan mengalami peningkatan yang signifikan.
Peningkatan jumlah kedatangan tenaga kerja asing ke Provinsi Bengkulu
bukan tanpa alas an mengingat pengelolaan sumber daya alam dan
perkembangan industry pertambangan dan perkebunan di Bengkulu saat ini
mulai menggeliat. Potensi tambang di Provinsi Bengkulu meliputi batu bara,
pasir besi, serta emas dan mineral pengikutnya. Kegiatan eksploitasi dan
eksplorasi tambang batu bara sendiri sudah dilakukan di beberapa wilayah.
Sedangkan potensi perkebunan di Provinsi Bengkulu sangat ditunjang dengan
luas lahan perkebunan seluas 1,9 ha. Kedua sektor tersebut masih

membutuhkan tenaga kerja asing, khususnya di bidang pekerjaan pekerjaan


yang membutuhkan keahlian khusus.

Anda mungkin juga menyukai