Percobaan kali ini bertujuan untuk menganalisa zat kontaminan kimia yang terdapat
dalam bahan pangan.
E. Tinjauan Pustaka
1.Formalin
Formalin merupakan cairan jernih yang tidak berwarna dengan bau menusuk, uapnya
merangsang selaput lendir hidung dan tenggorokan dan rasa membakar. Bobot tiap mililiter adalah
1,08 gram. Dapat bercampur dengan air dan alkohol, tetapi tidak bercampur dengan kloroform dan
eter. Didalam formalin mengandung sekitar 37% formaldehid dalam air, biasanya ditambah methanol
hingga 15% sebagai pengawet.
Formalin dikenal sebagai bahan pembunuh hama (desinfektan) dan banyak digunakan dalam
industri. Nama lain dari formalin adalah Formol, Methylene aldehyde, Paraforin, Morbicid,
Oxomethane, Polyoxymethylene glycols, Methanal, Formoform, Superlysoform, Formaldehyde, dan
Formalith . Berat Molekul Formalin adalah 30,03 dengan Rumus Molekul HCOH. Karena kecilnya
molekul ini memudahkan absorpsi dan distribusinya ke dalam sel tubuh. Gugus karbonil yang
dimilikinya sangat aktif, dapat bereaksi dengan gugus NH2 dari protein yang ada pada tubuh
membentuk senyawa yang mengendap.
Rumus bangun formalin:
O
H
C
H
Formaldehid (formalin) adalah larutan tidak berwarna, reaktif, dan dapat membentuk polimer
pada suhu normal pada saat berwujud gas. Kalor pembakaran untuk gas formalin 4,47 Kcal / gram.
Daya bakar dilaporkan pada rentang volume 12,5 80 % di udara. Campuran 65 70 % formaldehid
di dalam udara sangat mudah terbakar. Formaldehid dapat terdekomposisi menjadi metanol dan
karbonmonooksida pada suhu 150oC dan pada suhu 300C jika dekomposisi tidak menggunakan
1
katalis. Pada tekanan atmosfer formaldehid mudah mengalami fotooksidasi menjadi karbondioksida.
Larutan formaldehid atau larutan formalin mempunyai nama dagang formalin, formol atau
mikrobisida dengan rumus molekul CH2O mengandung 37 % gas formaldehid dalam air. Biasanya
ditambahkan 10 15% metanol untuk menghindari polimerisasi. Larutan ini sangat kuat dan dikenal
dengan larutan formalin 40% yang mengandung 40 gram formaldehid dalam 100 ml pelarut.
Mekanisme formalin sebagai pengawet adalah jika formaldehid bereaksi dengan protein sehingga
membentuk rangkaian-rangkaian antara protein yang berdekatan. Akibat dari reaksi tersebut protein
mengeras dan tidak dapat larut. Sifat penetrasi formalin cukup baik, tetapi gerakan penetrasinya
lambat sehingga walaupun formaldehid dapat digunakan untuk mengawetkan sel-sel tetapi tidak dapat
melindungi secara sempurna, kecuali jika diberikan dalam waktu lama sehingga jaringan menjadi
keras .
Formalin dapat kita peroleh dipasaran dengan sangat mudah dan juga dengan harga yang sangat
terjangkau sekali, oleh karena harganya yang terjangkau, formalin banyak digunakan dalam berbagai
jenis industri seperti pembuatan perabot dan juga digunakan sebagai bahan campuran dalam
pembuatan bangunan. Selain itu, formalin juga digunakan sebagai bahan pengawet mayat dan agen
fiksasi di laboratorium. Bahan pengawet ini, menurut Kepala Pusat Penelitian Kimia LIPI, Dr.
Leonardus Broto Kardono (2006).
Penggunaan formalin diantaranya adalah sebagai berikut:
a.Pembunuh kuman sehingga digunakan sebagai pembersih lantai, gudang, pakaian dan kapal.
b.Pembasmi lalat dan serangga.
c.Bahan pembuat sutra bahan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak.
d.Dalam dunia fotografi digunakan sebagai pengeras lapisan gelatin dan kertas.
e.Bahan pembentuk pupuk berupa urea.
f.Bahan pembuatan produk parfum.
g.Pencegah korosi untuk sumur minyak.
h.Bahan untuk isolasi busa.
i.Bahan perekat untuk produk kayu lapis (plywood)
2. Boraks
Boraks merupakan senyawa kimia dengan nama natriurn tetraborat, berbentuk kristal lunak.
Boraks bila dilarutkan dalam air akan terurai menjadi natrium hidroksida serta asam borat. Baik
boraks maupun asam borat memiliki sifat antiseptik, dan biasa digunakan oleh industri farmasi
sebagai ramuan obat misalnya dalam salep, bedak larutan kompres, obat oles mulut dan obat pencuci
mata. Secara lokal boraks dikenal sebagai 'bleng' (berbentuk larutan atau padatan/kristal) dan ternyata
digunakan sebagai pengawet misalnya pada pembuatan mie basah, lontong dan bakso.
Penggunaan boraks ternyata telah disalahgunakan sebagai pengawet makanan, antara lain
digunakan sebagai pengawet dalam bakso dan mie. Boraks juga dapat menimbulkan efek racun pada
manusia, tetapi mekanisme toksisitasnya berbeda dengan formalin. Toksisitas boraks yang terkandung
di dalam makanan tidak langsung dirasakan oleh konsumen. Boraks yang terdapat dalam makanan
akan diserap oleh tubuh dan disimpan secara kumulatif dalam hati, otak, atau testis (buah zakar),
sehingga dosis boraks dalam tubuh menjadi tinggi. Pada dosis cukup tinggi, boraks dalam tubuh akan
menyebabkan timbulnya gejala pusing-pusing, muntah, mencret, dan kram perut. Bagi anak kecil dan
bayi, bila dosis dalam tubuhnya mencapai 5 gram atau lebih, akan menyebabkan kematian. Pada
orang dewasa, kematian akan terjadi jika dosisnya telah mencapai 10 - 20 g atau lebih.
a. Ciri-ciri Makanan yang Mengandung Boraks
- Ciri-ciri mie basah mengandung boraks: Teksturnya kenyal, lebih mengkilat, tidak lengket, dan tidak
cepat putus.
- Ciri baso mengandung boraks: teksturnya sangat kenyal, warna tidak kecokelatan seperti
penggunaan daging namun lebih cenderung keputihan.
- Ciri-ciri jajanan (seperti lontong) mengandung boraks: teksturnya sangat kenyal, berasa
tajam
seperti sangat gurih dan membuat lidah bergetar dan meberikan rasa getir.
- Ciri-ciri kerupuk mengandung boraks: teksturnya renyah dan bisa menimbulkan rasa getir
b. Pengaruh Boraks Terhadap Kesehatan
- Jika terhirup; Rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan, sukar bernapas, napas pendek, sakit
kepala, kanker paru-paru.
- Jika terkena kulit; Kemerahan, gatal, kulit terbakar.
- Jika terkena mata; Kemerahan, gatal, mata berair, kerusakan mata, pandangan kabur, kebutaan.
- Jika tertelan; Mual, muntah, perut perih, dalam jumlah banyak menyebabkan kurang darah, muntah
darah, mati.
Unsur-unsur halogen dapat diidentifikasi warn adan sifatnya. Misalnya Cl: berupa gas kuning
kehijauan pada suhu kamar, non-polar, kelarutan dalam air kecil dan larut dalam pelarut non-polar.
3.Hipoklorit
Semua halogen dapat mengoksidasi air menjadi gas O 2 dan bukan merupakan oksidator kuat.
Larutan halogen tidak stabil karena cenderung mengalami auto-oksidasi atau auto-reduksi, proses ini
disebut disporposionasi:
2 Cl2(aq) + 2 H2O HClO(aq) + 2HCl(aq)
Pada reaksi tersebut Cl2 mengalami reaksi reduksi dan reaksi oksidasi. Pemutih klorin
(bleaching agent) mengandung larutan hipoklorit (NaOCl). Ion ClO merupakan suatu oksidator, daya
oksidasinya sama dengan klorin namun ion ClO berbeda dengan Cl -sebab asam hipoklorit, HclO
adalah
asam
lemah
dan
ion
ClO - adalah
basa
yang
cukup
kuat.
Klor digunakan secara luas dalam pembuatan banyak produk sehari-hari. Klor digunakan untuk
3
menghasilkan air minum yang aman hampir diseluruh dunia. Bahkan, kemasan air terkecilpun sudah
terklorinasi.
Klor juga digunakan secara besar-besaran pada proses pembuatan kertas, zat pewarna, tekstil,
produk olahan minyak bumi, obat-obatan, antiseptik, intektisida, makanan, pelarut, cat, plastik, dan
banyak produk lainnya.
Ion klorida membentuk endapan dengan ion-ion Ag+, Pb+, dan Hg+ berperan sebagai igan dalam
pembentukan kompleks yang diambil melalui perubahan warna dan melarutnya endapan atau padatan.
Kebanyakan klor diproduksi untuk digunakan dalam pembuatan senyawa klorin untuk sanitasi,
pemutihan kertas, desinfektan dan proses tekstil. Lebih jauh lagi, klor digunakan untuk pembuatan
klorat, kloroform, karbon tetrakorida dan ekstraksi brom.
Pemutih klorin (bleaching agent) mengandung larutan hipoklorit (NaOCl), ion ClO -merupakan
suatu oksidator, daya oksidasinya sama dengan klorin namun ion ClO -berbeda dengan Cl- sebab asam
hipoklorit, HclO adalah asam lemah dan ion ClO - adalah basa yang cukup kuat, sedangkan
Cl- mempunyai sifat netral dan merupakan basa konjugasi dari HCl kuat.
Sediakan beberapa jenis pangan yang bersifat kenyal saat dikonsumsi : lontong, tahu, tahu bulat,
baso ikan
Tiap jenis pangan dipotong kecil, digunakan sekitar 1 gram, kemudian dimasukkan dalam cawan
porselen
Kedalam tiap cawan ditambahkan asam sulfat pekat sebanyak 1 mL dan methanol atau etanol 3
Sampel
Tahu Bulat
Baso Ikan
Tahu Kotak
Lontong
Hasil
Negatif Borax
Negatif Borax
Negatif Borax
Negatif Borax
Siapkan kertas saring dengan ukuran 3 x 1 cm, kemudian dicelupkan dalam air perasan kunyit
diuji diletakkan di dalam pelat tetes, kemudian diasamkan dengan HCl encer
Kedalam pangan tersebut dicelupkan kertas kunyit yang sudah dibuat. Kertas kemudian
dipanaskan pada 100C, dengan cara melilitkan kertas pada permukaan mulut tabung reaksi yang
positif
Kertas dapat diujikan dengan cara dicelupkan dalam larutan NaOH encer, yaitu akan dihasilkan
Sampel
o
1.
2.
3.
`4.
Tahu Bulat
Baso Ikan
Tahu Kotak
Lontong
merah tua
merah tua
merah tua
merah tua
Sampel ditambahkan HCl encer mula-mula berwarna kuning, kemudian berbuih dan
akhirnya gas klor dilepaskan
Sampel yang memberi warna hijau kekuningan dan berbau sangat merangsang, diduga
mengandung hipoklorit. Tempelkan kertas lakmus biru dimulut tabung uji, jika berubah
3. Semua data dicatat dan dilaporkan sebagai data kelas yang terdiri dari semua sampel.
4.Berikan pembahasan dan kesimpulan.
Tabel 3 : Pemeriksaan Senyawa Hipoklorit dalam Pasta Gigi
SAMPEL
Pasta Gigi
Perubahan Warna
PbNO
HCL+dipanaskan
Tidak terjadi
Tidak terjadi
perubaha warna
perubahan warna.
5
Ekstrak air sayuran ditambahkan larutan perak nitrat akan terbentuk endapan oksalat
berwarna putih dan seperti dadih susu yang larut dalam larutan ammonia dan asam nitrat
encer
Ekstrak air sayuran ditambahkan larutan kalsium klorida endapan Kristal warna putih yang
4. Catat dan laporkan semua data yang sudah didapat dari semua kelompok
5. Berikan pembahasan dan kesimpulan.
Tabel 4 : Pemeriksaan Senyawa Oksalat
Keterangan
Ekstrak +
Ekstrak + CaCl
Ekstrak+KMnO+dipanaskan
Setelah
Tidak ada
Tidak ada
ditambahkan
perubahan warna
perubahan warna
Kesimpulan
tidak
tidak mengandung
mengandung
senyawa asam
senyawa asam
oksalat
AgNO
Sebelum
ditambahkan
oksalat
4.Pemeriksaan Kandungan Formalin dalam Pangan Olahan
1
2
3
4
endapan
Potong kecil pangan ayang akan di analisis (Tahu, tahu bulat, baso ikan)
Hancuran pangan ditempatkan dalam pelat tetes atau tabung reaksi kecil
Tambahkan 1-2 tetes pereaksi tes formalin
Sampel yang berwarna pink atau merah menunjukkan formalin positif
Sampel
Kesimpulan
6
1.
2.
3.
5
Tahu
Tahu Bulat
Baso Ikan
Merah Muda
Merah Muda
Merah Muda
Positif Formalin
Positif Formalin
Positif Formalin
Foto3:Uji Oksalat
H3BO3 + 3C2H5OH
4H3 BO 3
B(OC2H5)3
+ 2Na + SO4
2-
+ 3H2O
Pada sampel makanan bakso, tahu, lontong, serta tahu bulat yang sudah disediakan,
tidak terlihat warna hijau pada pinggiran nyala api yang mengindikasikan sampel
2
yang negatif.
Pemeriksaan Senyawa Hipoklorit (OCl-) dalam Air Minum
1 Uji dengan HCl encer & kertas lakmus biru basah
Ketika larutan senyawa hipoklorit ditambahkan dengan HCl encer, mula-mula
berubah menjadi kuning, kemudian timbul pembuihan dan klor dilepaskan.
OCl- + H+ HOCl
HOCl + H+ + Cl- Cl2 + H2O
Gas ini boleh diidentifikasi dari warnanya yang hijau kekuningan dan baunya yang
merangsang, sifatnya yang memutihkan kertas lakmus yang basah dan dari kerjanya
terhadap KI-kanji yang diubahnya menjadi hitam kebiruan. Gas klor mengakibatkan
perubahan warna kertas lakmus biru yang basah menjadi putih karena adanya ion
hipoklorit sebagai pemutih.
Pada percobaan sampel pasta gigi yang digunakan tidak muncul peristiwa seperti di
2
OCl- + 2I- + H2O I2 + 2OH- + ClPada percobaan tidak dilakukan uji dengan KI-kanji.
Uji dengan Pb(CH3COO)2
Ketika larutan senyawa hipoklorit ditambahkan Pb(CH3COO)2 akan dihasilkan timbal
oksida yang berwarna coklat setelah dididihkan.
OCl- + Pb2+ + H2O PbO2 + 2H+ + ClPada percobaan tidak terjadi perubahan warna larutan menjadi coklat. Yang berarti
Senyawa oksalat dan larutan perak nitrat menghasilkan endapan oksalat yang putih
dan seperti dadih susu yang larut dalam ammonia. Pada percobaan, ekstrak air sosin
ditambah dengan perak nitrat tidak menghasilkan endapan.
(COO)22- + 2Ag+ (COOAg)2
(COOAg)2 + 4NH3 2[Ag(NH3)2]+ + (COO)222
H. Daftar Pustaka
Cahyadi, W., 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan
Pangan. Bumi Aksara, Jakarta.
Oke, 2008. Mengenal Formalin. http://www.oke.or.id.[ Diakses pada 07
Desember 2016]
Herdiantini, E., 2003. Analisis Bahan Tambahan Kimia (Bahan Pengawet
Dan Pewarna) Yang Dilarang Dalam Makanan. Bandung: Fakultas Teknik
Universitas Pasundan
Widyaningsih DT dan SM Erni. 2006 . Formalin. Surabaya : Penerbit Trubus
Agrisarana.
Oxtoby, D. W., Gillis, H. P. dan Nachtrieb, N. H., 1999. Kimia
Modern. Jakarta : Erlangga