240210140041
IV.
pertumbuhan
mikroorganisme
dapat
dilihat
melalui
kurva
3. Fase Stasioner
Fase stasioner ini terjadi pengurangan sumber nutrien. Artinya, sumber nutrisi
yang ada untuk mikroba mengalami kehabisan sehingga mikroba tidak dapat
melanjutkan pertumbuhan namun juga tidak secara langsung mengalami kematian.
Maka dari itu, kurva grafik mendatar.
4. Fase Kematian
Grafik menunjukan penurunan secara tajam karena merupakan akhir dari suatu
jumlah individu yang kembali ke titik awal. Ini disebabkan karena mikrobia sudah
tidak mampu bertahan hidup selama stasioner (tidak mendapatkan sumber nutrien)
(Sumber : Saputra, 2016).
4.1.
Pikel Wortel
Wortel adalah tumbuhan biennial (siklus hidup 12 - 24 bulan) yang
12 koloni
Perbesaran
40x
23 koloni
Basil, ungu, Gram (+)
Kelompok 1
Wortel 5%
18 koloni
3 koloni
Perbesaran: 100 x
Basil, ungu, Gram (+)
212 koloni
109 koloni
bakteri
6 koloni
khamir (115
Koloni)
Perbesaran: 100 x
Basil, ungu, Gram (+)
0 koloni
0 koloni
Ket: tidak tumbuh koloni
0 koloni
0 koloni
2
Wortel 10%
13 koloni
74 koloni
Kelompok,
Sampel, dan
Konsentrasi
Hari
ke-
Total BAL
(MRS)
Total M.o
(PCA)
2
Wortel 10%
425 koloni
355 koloni
0 koloni
0 koloni
0 koloni
1 koloni
0 koloni
3 koloni
16 koloni
24 koloni
Kelompok 3
Wortel 15%
400
SPC (10^4)
350
300
Lar Garm 5%
250
212
200
150
100
18
50
0
13
12
0
0
H1
H2
16
0
H3
H4
Waktu (Hari)
4.2
Pikel Ketimun
Ketimun (Cucumis sativus L.; suku labu-labuan atau Cucurbitaceae)
bakteri asam laktat. Garam bersama dengan asam yang dihasilkan oleh fermentasi
menghambat pertumbuhan dari organisme yang tidak diinginkan dan menunda
pelunakan jaringan sawi yang disebabkan oleh kerja enzim oleh bakteri pektinolitik.
Selain itu, garam juga memberikan cita rasa pada produk. Garam, dapat membantu
memecahkan karbohidrat dan asam-asam amino secara anaerobik oleh
mikroorganisme dalam proses fermentasi. Garam dan asam laktat inilah yang akan
menghambat pertumbuhan organisme lain yang tidak diinginkan selama proses
berlangsung. Selain itu juga dapat menghambat kerja enzim dalam hal pelunakan
jaringan ketimun. Hasil pengamatan pembuatan pikel ketimun disajikan dalam
bentuk tabel di bawah ini beserta pembahasannya.
Tabel 4. Hasil Pengamatan Pikel Ketimun dengan Konsentrasi Garam 5%
Kelompok,
Hari Total BAL
Total M.o
Sampel, dan
Gambar dan Keterangan
ke(MRS)
(PCA)
Konsentrasi
1
0 koloni
0 koloni
0 koloni
0 koloni
Agar rusak, koloni tidak
tumbuh
Kelompok 4
Ketimun 5%
903 koloni
78 koloni
1464
koloni
840 koloni
0 koloni
0 koloni
10 koloni
20 koloni
137 koloni
200 koloni
616 koloni
436 koloni
Kelompok,
Sampel, dan
Konsentrasi
Kelompok 6
Ketimun
15%
Hari
ke-
Total BAL
(MRS)
Total M.o
(PCA)
0 koloni
0 koloni
64 koloni
94 koloni
115 koloni
1 koloni
besar
Basil, merah, gram (-)
14
SPC (10^6)
12
10
Lar Garm 5%
4
2
0
H1
H2
H3
Waktu (Hari)
H4
terjadi pada hari ke 1 sedangkan pada hari ke 2 sampai hari ke 4, sampel ketimun
5% mengalami fase eksponensial atau logaritmik.
4.3
tanaman dari genus Allium sekaligus nama dari umbi yang dihasilkan. Bawang
mentah penuh dengan senyawa-senyawa sulfur, termasuk zat kimia yang
disebut alliin yang membuat bawang putih mentah terasa getir atau angur. Pada
praktikum ini, dilakukan pengolahan bawang putih membentuk pikel. Cara
pembuatan pikel bawang putih mirip dengan pembuatan pikel wortel dan ketimun.
Bawang putih dikupas, kemudian dicuci lalu dimasukan ke dalam jar dan
ditambahkan larutan garam dengan konsentrasi berbeda-beda yaitu 5%, 10%, dan
15% kemudian jar ditutup dan diinkubasi selama 7 hari dalam suhu ruang yaitu
250C. Menurut Tjahjadi dan Marta (2011), garam menarik air dan zat-zat gizi dari
jaringan sayuran. Zat-zat gizi tersebut melengkapi substrat untuk pertumbuhan
bakteri asam laktat. Hasil pengamatan pembuatan cabai asin disajikan dalam bentuk
tabel di bawah ini beserta pembahasannya.
Kelompok 7
Bawang
Putih 5%
0 koloni
0 koloni
0 koloni
20 koloni
8 koloni
36 koloni
Tidak terdokumentasi
212 koloni
248 koloni
kecil dan 1
koloni besar
(249 koloni)
0 koloni
0 koloni
Keterangan: tidak tumbuh
koloni
0 koloni
0 koloni
7 koloni
18 koloni
kecil
7 koloni
besar
(25 koloni)
Kelompok 8
Bawang
Putih 10%
3
58 koloni
109 koloni
Ket.: basil (-)
Kelompok 9
Bawang
Putih 15%
0 koloni
0 koloni
(tidak ada koloni)
0 koloni
1 koloni
besar
Kelompok,
Sampel, dan
Konsentrasi
Hari
ke-
Total BAL
(MRS)
Total M.o
(PCA)
Kelompok 9
Bawang
Putih 15%
344 koloni
264 koloni
1 koloni
kecil
TBUD
Tidak terdokumentasi
didiuga
terdapat
pertumbuhan
mikroorganisme
kontaminan
yaitu
mikroorganisme jenis halofilik yang tahan terhadap kadar garam yang tinggi.
Mikroorganisme yang tumbuh dilihat dari pengamatan sampel dengan
melakukan inokulasi pada media PCA pada sampel bawang putih 5%, 10% dan
15% dari hari ke satu sampai pengamatan hari ke 4 semakin bertambah. Namun,
peningkatan jumlah mikroorganisme pada sampel bawang putih 15% seharusnya
tidak sebanyak jumlah mikroorganisme yang tumbuh pada sampel bawang putih
5% dan 10%.
Mikroorganisme yang tumbuh dilihat dari pengamatan sampel dengan
melakukan inokulasi pada media MRS dari hari ke satu sampai pengamatan hari ke
4 semakin bertambah. Kecuali pada sampel bawang putih 15%, terjadi penurunan
jumlah mikroorganisme pada pengamatan hari ke 4. Diduga, hari ke 4 pada sampel
bawang putih 15% ini merupakan fase kematian dari bakteri yang tumbuh pada
media MRS.
Bakteri yang tumbuh pada media MRS sampel bawang putih 5%, bawang
putih 10%, dan bawang putih 15% dengan ciri bakteri gram positif dan berbentuk
coccus atau batang termasuk kategori bakteri asam laktat Lactobacillus karena
berdasarkan literatur, Lactobacillus merupakan bakteri dengan ciri gram positif,
dan dapat berbentuk coccus atau basil (Buckle et al., 1987). Namun, bakteri yang
tumbuh dengan ciri coccus atau basil dan bakteri gram negatif menunjukan bahwa
terdapat kontaminan pada pertumbuhan bakteri di media MRS. Karena bakteri gram
negatif umumnya bersifat patogen.
Selanjutnya, laju pertumbuhan mikroorganisme pada pikel ketimun dapat
dilihat pada kurva pertumbuhan pikel ketimun.
SPC ( 10^4)
300
250
Lar. Garam 5%
200
150
100
50
0
Hari Ke-
V.
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum Pembuatan Pikel, Isolasi Bakteri Asam Laktat, dan
Jumlah mikroorganisme yang tumbuh dari sampel bawang putih 15% hari
ke 4 mengalami penurunan karena mikroorganisme mengalami fase
kematian.
5.2
Saran
Saran yang dapat diberikan untuk praktikum Pembuatan Pikel, Isolasi
Praktikan lebih memahami prosedur dan hal-hal yang harus diamati pada
produk yang dihasilkan
DAFTAR PUSTAKA
Adams, Martin R. and Maurice O. Moss. 2008. Food Microbiology Third Edition.
The Royal Society of Chemistry. United Kingdom.
Bender, 2002. Dictionary of Nutrions and Food Technologi, Butter worth scientific
London.
Buckle, 1985. Food Science, diterjemahkan oleh Hari Purnomo dan Adiono, UI
Press, Jakarta
Buckle, K. A., R. A. Edwards, G. H. Fleet, dan M. Wootton. 1987. Ilmu Pangan.
Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta.
De Man, J. C., Rogosa, M. & Sharpe, M. E. 1960. A Medium for The Cultivation
of Lactobacilli. Journal Applied Bacteriological 23: 130-135.
Desrosier, N. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Penerjemah: Muchji
Muljohardjo. Penerbit UI Press. Jakarta.
Effendi, S. 2009. Teknologi Pengolahan dan Pengawetan Pangan. Penerbit
Alfabeta, Bandung.
Gatot Prianto, 1988. Teknik Pengawetan Pangan, PAU Pangan Gizi UGM
Jogjakarta
Munajim, 1988. Teknologi Pengolahan Pisang, PT Gramedia , Jakarta.
Rahayu, Winiati Pudji dan Budi Wibowotomo. 1996. Pembuatan Pikel
Jahe (Zingiber officinale ROSCOE). Bul. Tek. Dan Industri Pangan,
Vol.VII no.1.
Saputra, Jovi. 2011. Kurva Pertumbuhan Mikroorganisme. Available at :
https://bocahpenggembala.wordpress.com/2011/03/26/kurvapertumbuhan-mikroba/ (Diakses pada : 7 Desember 2016)
Setyaningsih, Dwi. 1993. Skripsi Studi Peningkatan Mutu dan Daya Simpan Pikel
Jahe. Institut Pertanian Bogor.
Suprihatin. 2010. Teknologi Fermentasi. UNESA Press, Surabaya.
Tjahjadi, C. dan Marta, H. 2011. Pengantar Teknologi Pangan. Universitas
Padjadjaran. Bandung.
Vaughn. 1982. Lactic Acid Fermentation of Cabbage, Cucumber, Olives and Other
Product. In Prescott and Dunns Industrial Microbiology. Fourth editions.
AVI Publishing Co. Texas.