Digital 20351473 PR Diyanti Septiana
Digital 20351473 PR Diyanti Septiana
UNIVERSITAS INDONESIA
Karya ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik
yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
NPM
: 0806333814
Tanda tangan
Tanggal
: 10 Juli 2013
ii
HALAMAN PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
Penguji
Ditetapkan di
: Depok
Tanggal
: 10 Juli 2013
iii
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Diyanti Septiana, FIK UI, 2013
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur yang sedalam-dalamnya penulis ucapkan kehadirat Allah SWT.
yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir dengan Judul Analisis Praktik Klinik
Keperawatan Kesehatan Masyarakat pada Kasus Stroke Iskemik di Ruang
Melati Atas RSUP Persahabatan Jakarta ini tepat pada waktunya.
Penyelesaian dan penulisan karya ilmiah akhir ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Atas bantuan, dorongan dan
bimbingan yang telah diberikan, penulis mengucapakan terima kasih dan
penghormatan yang setinggi-tinginya kepada :
1. Ibu Dewi Irawaty, MA., Ph.D, selaku dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
2. Ibu Riri Maria, S.Kp., MANP selaku koordinator mata kuliah KKMP.
3. Bapak I Made Kariasa S.Kp., M.M., M.Kep., Sp.KMB selaku dosen
pembimbing praktik KKMP KMB sekaligus dosen pembimbing dalam
pembuatan karya ilmiah akhir ini.
4. Ibu Ns. Oon Rohana, S.Kep selaku kepala ruangan Melati Atas sekaligus
pembimbing klinik selama pelaksanaan praktik.
5. Kakak-kakak perawat di ruangan Melati Atas yang telah memberikan
banyak ilmu selama di lapangan praktik.
6. Teman-teman satu kelompok di Melati Atas RSUP Persahabatan yang
selalu memberikan semangat dan keceriaan selama pelaksanaan praktik:
Desy, Syifa, Nanda, Lina, Ridung, dan Pak Yudi.
7. Teristimewa kepada orang tua, kakak, dan seluruh keluarga tercinta yang
telah memberikan dorongan semangat, pengertian, pengorbanan serta
dukungan baik moril maupun materil.
8. Rekan-rekan seperjuangan angkatan 2008 yang saling memberikan
semangat dalam penyelesaian karya ilmiah akhir ini.
iv
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan dan bantuan yang telah kalian
berikan kepada penulis.
Besar harapan penulis, karya ilmiah akhir ini dapat memberi kontribusi dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dalam keperawatan yang bisa bermanfaat bagi
masyarakat luas nantinya. Penyusunan karya ilmiah ini tentunya masih jauh dari
kata sempurna. Dengan demikian penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang dapat membangun ke arah perbaikan dan kesempurnaan dalam pembuatan
karya ilmiah yang lebih baik nantinya
bawah ini :
Nama
NPM
: 0806333814
Program Studi
: Profesi Keperawatan
Fakultas
: Ilmu Keperawatan
Jenis karya
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: Analisis Praktik Klinik
Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan pada Kasus Stroke Iskemik
di Ruang Melati Atas RSUP Persahabatan Jakarta beserta perangkat yang ada
(jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas
Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam
bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir
saya selama tetap mencantumkan
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 10 Juli 2013
Yang menyatakan
ABSTRAK
Nama
vii
ABSTRACT
Name
Stroke is the leading cause of mortality in urban area. One of the most frequent
symptoms in stroke patient is hemiparese. This condition could lead to decreasing
muscles strength which could cause disability in doing activity of daily living.
This scientific paper is aim to implementing nursing intervention on ischemic
stroke patient which is specializing to ROM exercise. ROM or Range of Motion is
one of nursing intervention which has ability to increase the strength of muscle
and prevent from immobilization complications. The result shows that theres an
increasing muscles strength on the patient. It is suggested that there should be a a
composed program so that ROM chould be done routinely and as early as
possible.
Key words: health, hemiparese, ischemic stroke, range of motion, stroke, urban
viii
DAFTAR ISI
i
ii
iii
iv
vi
vii
viii
ix
xi
xii
xiii
xiv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................
1.2 Tujuan Penulisan .....................................................................
1.2.1 Tujuan Umum ...............................................................
1.2.2 Tujuan Khusus ..............................................................
1.3 Manfaat Penulisan ...................................................................
1.3.1 Manfaat Aplikatif .........................................................
1.3.2 Manfaat Teoritis atau Akademis...................................
1.4 Sistematika Penulisan ..............................................................
1
5
5
5
6
6
6
6
8
8
9
11
12
14
16
17
19
19
19
24
25
26
ix
3.2.2
3.2.3
3.2.4
Keperawatan.................................................................
Diagnosa Keperawatan ................................................
Rencana Intervensi Keperawatan .................................
Implementasi dan Evaluasi ..........................................
28
35
37
43
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Gambar 2.2
10
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
15
Tabel 3.1
29
Tabel 3.2
35
xii
DAFTAR SKEMA
Skema 2.1
xiii
13
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
Bab I ini akan menguraikan tentang latar belakang yang menjadi dasar karya
ilmiah ini, tujuan, dan manfaat penulisan. Bab ini juga akan menggambarkan
sistematika penulisan karya ilmiah ini.
1.1
Latar Belakang
Stroke merupakan salah satu bentuk penyakit degeneratif yang berupa
penyumbatan sirkulasi darah di otak. Setiap tahun, kurang lebih 15 juta
orang diseluruh dunia terserang stroke (Smeltzer & Bare, 2005). Menurut
Yayasan Stroke Indonesia (2006), dalam skala global, stroke sekarang
berada dalam peringkat kedua, di bawah penyakit jantung iskemik sebagai
penyebab kematian dan merupakan faktor utama penyebab kecacatan serius.
Angka kejadian stroke dunia diperkirakan 200 per 100.000 penduduk, dalam
setahun. Bila ditinjau dari segi usia terjadi perubahan dimana stroke bukan
hanya menyerang usia tua tapi juga menyerang usia muda yang masih
produktif. Terdapat sekitar 500.000 orang penderita yang mengalami stroke
baru, 100.000 mengalami stroke berulang dan sekitar 160.000 meninggal
setiap tahun (Smeltzer & Bare, 2005).
Feigin (2007) menyebutkan beberapa studi menunjukkan pada tahun 2025,
stroke akan menjadi penyebab utama kematian dan kecatatan tidak hanya di
negara maju, tapi juga di negara ekonomi rendah dan berkembang,
mengalahkan penyakit-penyakit menular. Stroke merupakan penyebab
kematian dan kecatatan yang terus berkembang di negara dengan
perekonomian rendah hingga sedang, estimasi tersebut tergolong lebih tinggi
dibandingkan dengan negara maju (Norris, Meriel dkk, 2010).
Sebagai salah satu negara berkembang, Indonesia termasuk kedalam negara
dengan angka penderita stroke yang terbesar. Saat ini di Indonesia stroke
menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian di rumah sakit. Di
Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena
Universitas Indonesia
serangan stroke, dan sekitar 25% atau 125.000 orang meninggal dan sisanya
mengalami cacat ringan atau berat. Angka kejadian stroke di Indonesia
meningkat dengan tajam dapat disebabkan karena berbagai sebab selain
penyakit degeneratif, dan salah satunya yang terbanyak adalah karena stress.
Apabila tidak ada upaya penanggulangan stroke yang lebih baik,
diperkirakan jumlah penderita stroke pada tahun 2020 diprediksikan akan
meningkat 2 kali lipat (Yayasan Stroke Indonesia, 2007).
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi
stroke di Indonesia ditemukan sebesar 8,3 per 1.000 penduduk, dan yang
telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan adalah 6 per 1.000 penduduk. Hal
ini menunjukkan sekitar 72,3% kasus stroke di masyarakat telah didiagnosis
oleh tenaga kesehatan (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
2008 dalam Cahyati, 2011). Norris dkk (2010) menggambarkan Indonesia
sebagai negara yang memiliki faktor resiko yang cukup besar untuk
terjadinya stroke, seperti bertambahnya kelompok usia lanjut (SEARO,
2008), peningkatan angka obesitas (Kisjanto, Bonneux, Prihartono,
Ranakusuma, & Grobbee, 2005), angka merokok yang tinggi (Ng et al.,
2006) dan stroke dilaporkan sebagai penyebab utama kematian dalam jangka
waktu 5 tahun terakhir (Kusuma, Venketasubramanian, Kiemas, & Misbach,
2009)
Menurut Sutarto (2006) yang disampaikan pada Yayasan Stroke Indonesia,
penyebab tingginya angka kejadian stroke di Indonesia lebih disebabkan
karena gaya dan pola hidup masyarakat yang tidak sehat, seperti malas
bergerak, makanan berlemak dan kolesterol tinggi, sehingga banyak diantara
mereka mengidap penyakit yang menjadi pemicu timbulnya serangan
stroke. Saat ini serangan stroke lebih banyak dipicu oleh adanya hipertensi
yang disebut sebagai silent killer, diabetes melittus, obesitas dan berbagai
gangguan kesehatan yang terkait dengan penyakit degeneratif.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
terjadinya
penurunan
kekuatan
otot
yang
dapat
sehingga
pada
akhirnya
pasien
akan
mengalami
Universitas Indonesia
1.2
Tujuan Penulisan
pada
individu
yang
mengalami
stroke
atau
CVD
(Cerebrovascular Disease)
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari karya ilmiah ini antara lain untuk memaparkan:
a) Gambaran pengkajian individu kelolaan dengan stroke
b) Masalah keperawatan serta diagnosa individu kelolaan dengan stroke
c) Perencanaan keperawatan yang akan diberikan kepada individu
kelolaan dengan stroke
d) Implementasi keperawatan yang dilakukan kepada individu kelolaan
dengan stroke
Universitas Indonesia
1.3
Manfaat Penulisan
keperawatan
kedepannya
khususnya
terkait
asuhan
1.4
Sistematika Penulisan
Karya ilmiah ini memiliki sistematika penulisan seperti yang dijabarkan
berikut ini.
a) Bab 1 Pendahuluan
Bab ini berisi latar belakang yang mendasari pembuatan karya
ilmiah, tujuan penulisan yang terbagi menjadi tujuan umum dan
tujuan khusus, manfaat penulisan yang berisi manfaat aplikatif dan
manfaat teoritis atau akademis . Dalam bab ini juga dijabarkan
sistematika penulisan yang digunakan.
b) Bab 2 Tinjauan Pustaka
Dalam bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang digunakan
antara lain konsep stroke dan asuhan keperawatan pasien dengan
stroke. Konsep stroke dijabarkan lagi kedalam beberapa bagian
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini akan menjabarkan teori dan konsep yang berhubungan dengan stroke
sebagai bahan rujukan dan panduan dalam menyusun pembahasan. Uraian
tinjauan pustaka ini meliputi konsep stroke yang mencakup definisi stroke,
anatomi fisiologi, etiologi dan faktor resiko, patofisiologi, manifestasi klinik,
klasifikasi stroke, penatalaksanaan, serta komplikasi stroke. Bab ini juga berisi
teori asuhan keperawatan yang dapat diterapkan pada pasien dengan kasus stroke.
Universitas Indonesia
Serebrum terdiri dari dua hemisfer serebri, korpus kolosum dan korteks
serebri. Masing-masing hemisfer serebri terdiri dari lobus frontalis yang
merupakan area motorik primer yang bertanggung jawab untuk gerakangerakan voluntar, lobur parietalis yang berperanan pada kegiatan
memproses dan mengintegrasi informasi sensorik yang lebih tinggi
tingkatnya, lobus temporalis yang merupakan area sensorik untuk impuls
pendengaran dan lobus oksipitalis yang mengandung korteks penglihatan
primer, menerima informasi penglihatan dan menyadari sensasi warna
(Price & Wilson, 2005).
Serebelum terletak di dalam fosa kranii posterior dan ditutupi oleh
duramater yang menyerupai atap tenda yaitu tentorium, yang
memisahkannya dari bagian posterior serebrum. Fungsi utamanya adalah
sebagai pusat refleks yang mengkoordinasi dan memperhalus gerakan
otot,
serta
mengubah
tonus
dan
kekuatan
kontraksi
untuk
Universitas Indonesia
10
mata rantai
penghubung
yang
2005).
Otak
saling
berhubungan
dan
Universitas Indonesia
11
Universitas Indonesia
12
Universitas Indonesia
13
Perdarahan intraserebral
Atau subarakhnoid
Defisit neurologis
sementara (< 24 jam)
Infark serebral
TIA (mini stroke)
Sirkulasi kolateral
yang adekuat
Defisit neurologis
Manifestasi klinik
Universitas Indonesia
14
Agnosia
merupakan
gangguan
menginterpretasikan
Universitas Indonesia
15
A. Cerebri
A. Cerebri
A. Cerebri
media
anterior
poterior
Kebutaan
Hemiparese/
satu mata
monoparese
(tungkai
amaurosis
kontralateral
lebih lemah
fugak
(lengan lebih
daripada
(sementara)
sering
tangan)
Buta
warna/
Shade
Hemiparese
daripada
Defisit
tungkai)
sensori
penglihatan Hemianastesia
kabur
Arteri
, kadang
kontralateral
Koma
Vertebrobasiler
Kelumpuhan di
Hemiparese
4 ekstremitas
kontralateral
Meningkatkan
Afasia
refleks tendon
visual (buta
Ataksia
kata)
bilateral
Dimensia,
kranialis 3:
Disfagia
hemiopsia
gerakan
hemianopsia
Disathria
(kebutaan)
menggengga
, koreoatosis
Tremor,
kontra lateral
m, reflek
intention, dan
Afasia global
patologik
vertigo(gejala
disfasia
(disfungsi
serebellum)
lobus
Sinkop, stupor,
frontal)
koma, pusing,
dan gg. Daya
ingat
Diplopia,
nistagmus
Tinitus dan gg.
Pendengaran
Rasa baal di
wajah, mulut
atau lidah
Universitas Indonesia
16
perdarahan
serebral
dan
mungkin
perdarahan
Universitas Indonesia
17
Universitas Indonesia
18
Universitas Indonesia
19
2.2
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian umum pada klien stroke menurut Smeltzer & Bare (2008),
adalah sebagai berikut :
a) Perubahan pada tingkat kesadaran atau responsivitas yang dibuktikan
dengan gerakan, menolak terhadap perubahan posisi dan respon
terhadap stimulasi, berorientasi terhadap waktu, tempat dan orang.
b) Ada atau tidaknya gerakan volunter atau involunter ekstremitas, tonus
otot, postur tubuh, dan posisi kepala.
c) Kekakuan atau flaksiditas leher
d) Pembukaan mata, ukuran pupil dan reaksi pupil terhadap cahaya dan
posisi okular.
e) Warna wajah dan ekstremitas, suhu dan kelembaban kulit
f) Kualitas dan frekuensi nadi, pernapasan, gas darah arteri sesuai indikasi,
suhu tubuh dan tekanan arteri.
g) Kemampuan untuk bicara.
h) Volume cairan yang diminum dan volume urin yang dikeluarkan setiap
24 jam.
Universitas Indonesia
20
Setelah fase akut, kemudian perawat melakukan pengkajian pada fungsifungsi sebagai berikut :
a) Status mental (memori, lapang perhatian, persepsi, orientasi, afek,
bahasa/bicara)
b) Sensasi/persepsi (biasanya pasien mengalami penurunan kesadaran
terhadap nyeri dan suhu)
c) Kontrol motorik (gerakan ekstremitas atas dan bawah)
d) Fungsi kandung kemih
Pengkajian keperawatan kemudian berlanjut untuk memfokuskan pada
kerusakan fungsi pada aktivitas sehari-hari pasien karena kualitas hidup
setelah stroke sangat berkaitan dengan status fungsi pasien. Banyak metode
dalam melakukan pengkajian pada pasien stroke, salah satunya dapat
menggunakan model keperawatan Doengoes (2000) yang terdiri dari
beberapa komponen sebagai berikut.
a) Aktifitas/ istirahat
Tanda (Data Objektif):
Merasa kesulitan untuk melakukan aktifitas karena kelemahan,
kehilangan sensasi atau paralysis.
Gejala (Data Subjektif):
Gangguan tonus Otot
Gangguan penglihatan
Gangguan tingkat kesadaran
b) Sirkulasi
Tanda (Data Objektif):
Adanya penyakit jantung
Polisitemia
Riwayat hipotensi postural
Gejala (Data Subjektif):
Hipertensi arterial
Frekuensi, pulsasi, dan keteraturan nadi
Perubahan EKG
Universitas Indonesia
21
Universitas Indonesia
22
Berantakan
Penggunaan baju yang tidak sesuai
Gejala (Data Subjektif):
Tidak sanggup untuk melakukan perawatan diri
g) Neurosensori
Tanda (Data Objektif):
Status mental/ tingkat kesadaran
GCS
Lethargi
Apatis
Menyerang
Penurunan memori
Pemecahan masalah
Ekstremitas/ paralysis
Genggaman tidak sama
Reflek tendon melemah secara kontralateral
Pada wajah terjadi paralisi/ parese (ipsilateral)
Afasia motorik
Afasia reseftif/ sensorik
Kehilangan rangsang visual
Kehilangan rngsang pendengaran taktil/ agnosia)
Kehilangan kemampuan menggunakan motorik saan pasien
ingin menggunakannya (apraksia)
Ukuran/ reaksi pupil tidak sama
Dilatasi/ miosis pupil ipsilateral ( perdarahan/ herniasi)
Kekakuan nukal biasanya karena perdarahan.
Kejang karena adanya pencetus perdarahan
Gejala (Data Subjektif):
Sinkope/ pusing ( sebelum serangan CSV/ selama TIA)
Sakit kepala
Kelemahan/ kesemutan kebas
Penglihatan menurun
Universitas Indonesia
23
Penglihatan ganda
h) Nyeri/ kenyamanan
Tanda (Data Objektif):
Tingkah laku yang stabil/ gelisah, ketegangan pada otot/ fasia
Sakit kepala dengan intensitas yang berbeda- beda
Gejala (Data Subjektif):
Sakit kepala dengan intensitas yang berbeda- beda
i) Pernafasan
Tanda (Data Objektif):
Ketidak mampuan menelan/ batuk/ hambatan jalan nafas
Timbulnya pernafasan sulit dan / atau tidak teratur
Suara nafas terdengar/ ronki (aspirasi sekresi)
Gejala (Data Subjektif):
Merokok (faktor resiko)
j) Keamanan
Tanda (Data Objektif):
Motorik/ sensorik, masalah dengan penglihatan
Perubahan persepsi terhadap orientasi tempat tubuh (stroke
kanan)
Kesulitan untuk melihat obyek kesisi kiri (pada stroke kanan)
Hilang kewaspadaan terhadap bagian tubuh yang sakit
Tidak mampu mengenali obyek , warna/ kata dan wajah yang
pernah dikenalnya dengan baik
Gangguan berespon terhadap panas dan dingin/ gangguan
regulasi suhu tubuh
Kesulitan dalam menelan, tidak mampu memenuhi kebutuhan
nutrisi sendiri
Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap
keamanan, tidak sabar/ kurang kesadaran diri (stroke kanan)
k) Interaksi sosial
Tanda (Data Objektif):
Masalah bicara, ketidakmampuan untuk berkomunikasi
Universitas Indonesia
24
l) Penyuluhan/ pembelajaran
Tanda (Data Objektif):
Adanya riwayat hipertensi pada keluarga,
Stroke (faktor resiko)
Pemakaian kontrasepsi oral
Kecanduan alkohol
Universitas Indonesia
25
Universitas Indonesia
26
2.2.4 Evaluasi
Hasil yang diharapkan setelah dilakukan intervensi keperawatan menurut
Smeltzer & Bare(2001) antara lain:
a) Mencapai peningkatan mobilitas
Kerusakan kulit terhindar, tidak ada kontraktur dan footdrop
Berpartisipasi dalam program latihan
Mencapai keseimbangan saat duduk
Penggunaan sisi tubuh yang tidak sakit untuk kompensasi
hilangnya fungsi pada sisi yang hemiplegia
b) Tidak mengeluh adanya nyeri bahu
Adanya mobilisasi baku; latihan bahu
Lengan dan tangan dinaikkan sesuai interval
Universitas Indonesia
27
Universitas Indonesia
BAB III
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
Bab ini akan menjabarkan mengenai asuhan keperawatan kepada pasien kelolaan
dengan masalah stroke iskemik yang meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan,
rencana intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi
3.1
Ringkasan Kasus
Tn S (69 tahun) datang ke IGD RSUP Persahabatan pada tanggal 5 Mei
2013 setelah tiba-tiba merasa lemah dan tidak dapat menggerakkan separuh
badannya. Kejadian terjadi pagi hari setelah pasien bangun tidur. Pasien
sempat tidak sadarkan diri di rumah. Pasien mengeluh sakit kepala dan
separuh badan sebelah kiri terasa kebas dan tidak dapat digerakkan. Bicara
pelo (+), deviasi lidah ke kiri (+), mual (-), muntah (-). TD 180/110 mmHg,
N: 112 x/ menit, RR: 22x/ menit, S: 37C. Hasil CT scan menunjukkan
terdapat lesi iskemik pada lobus frontal kanan dan pons, selain itu tidak
terlihat lesi perdarahan atau lesi lainnya, sehingga dapat dikatakan stroke
yang dialami pasien merupakan stroke iskemik. Pasien merupakan
pensiunan PNS KAI. Pasien tidak memiliki istri maupun anak, saat ini
pasien tinggal menumpang dengan kerabatnya.
3.2
Asuhan Keperawatan
Universitas Indonesia
28
29
5555
5555
kekuatan otot
1111
1111
8-5-13
9-5-13
10-5-13
11-5-13
12-5-13
13-5-13
14-5-13
06.00
150/100
180/100
170/100
150/100
140/90
150/90
140/80
12.00
180/100
170/100
130/80
140/90
150/90
150/90
150/90
18.00
170/100
180/100
140/90
130/90
150/90
160/90
150/100
Universitas Indonesia
30
Bunyi jantung S1/S2 (+) normal, murmur (-), gallop (-). Tidak ada
pembesaran vena jugularis. Pada hasil EKG pasien tanggal 5/5/13
terdapat gambaran sinus takikardi. Sirkulasi jaringan perifer pasien
digambarkan dengan CRT < 2 detik, akral hangat, dan konjunctiva tidak
anemis.
c) Integritas Ego
Gejala (Subjektif)
Pasien merasa sedih karena saat ini hanya hidup sendiri, pasien merasa
cemas mengenai dimana pasien akan tinggal setelah keluar dari rumah
sakit. Pasien merasa keluarganya kurang memberikan perhatian kepada
dirinya baik ketika sakit maupun ketika sehat.
Tanda (Objektif)
Pasien tampak sering marah kepada keluarga yang menunggunya.
Terlihat sesekali memanggil keluarganya dengan nada suara yang keras.
Pasien juga tampak sedih saat menceritakan hidupnya yang terluntanglantung karena tidak ada yang merawat.
d) Eliminasi
Gejala (Subjektif)
Pasien mengatakan frekuensi BAB ketika dirawat 1-2 x sehari,
konsistensi lunak. Pasien mengeluh tidak dapat menahan kencingnya..
Pasien mengatakan hal ini juga sudah terjadi sebelum pasien mengalami
stroke namun terasa lebih parah setelah pasien terserang stroke. Loag
(1989) dalam Hariyati (2000) mengatakan retensi urin bisa terjadi pada
pasien stroke, tetapi yang lebih sering terjadi adalah kondisi
ketidakmampuan mengontrol keluarnya urin/ inkontinensia urine. Pasien
mengatakan kemaluannya terasa sakit jika menahan kencing.
Tanda (Objektif)
Pasien menggunakan diapers untuk membantu memudahkan eliminasi
selama dirawat. Konsistensi feses saat diganti diapers tampak lunak.
Bisung usus terdengar di 4 kuadran dengan frekuensi normal, dan tidak
Universitas Indonesia
31
Universitas Indonesia
32
Tanda (Objektif)
Laken pasien sering basah karena terkena ompolan pasien. Walaupun
menggunakan diapers pasien sering membuka diapersnya untuk kencing
di pispot. Tapi kejadian yang lebih sering ditemukan pasien tidak dapat
menahan buang air kecil sebelum sempat mengambil pispot, sehingga air
kencingnya membasahi laken.
g) Neurosensori
Gejala (Subjektif)
Pasien datang ke IGD RSUP Persahabatan setelah tiba-tiba merasa
lemah dan tidak dapat menggerakkan separuh badannya. Kejadian terjadi
pagi hari sehabis pasien bangun tidur. Pasien sempat tidak sadarkan diri
di rumah. Ketika terjadi serangan pasien mengeluhkan sakit kepala yang
hebat dan separuh badan sebelah kiri terasa kebas dan tidak dapat
digerakkan. Mual (+), muntah (-).
Tanda (Objektif)
Tingkat kesadaran compus mentis dengan GCS E4V6M5. Pasien tampak
bisa merespon komunikasi dengan baik. Bicara pelo (+), deviasi lidah ke
kiri (+), ukuran/ reaksi pupil sama/ isokhor, reflek cahaya (+). Reflek
tendon melemah secara kontralateral. Kekuatan genggaman tidak sama
antara tangan kanan dan kiri, yakni tangan kiri lebih lemah disbanding
kanan. Hasil CT scan menunjukkan terdapat lesi iskemik pada lobus
frontal kanan dan pons, selain itu tidak terlihat lesi perdarahan atau lesi
lainnya, sehingga dapat dikatakan stroke yang dialami pasien merupakan
stroke iskemik.
h) Nyeri/ Kenyamanan
Gejala (Subjektif)
Saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan nyeri kepalanya sudah
jauh berkurang, hanya sesekali pusing. Pasien mengeluhkan nyeri di
daerah punggungnya. Pasien juga mengeluhkan pegal di seluruh badan
karena bedrest terlalu lama.
Universitas Indonesia
33
Tanda (Objektif)
Terdapat luka dekubitus grade I di daerah tulang sakrum. Hal ini dapat
terjadi karena kondisi imobilisasi pasien dan inkontinensia urine pada
pasien yang mengakibatkan kondisi laken pasien sering basah dan
menambah resiko terjadinya kerusakan integritas kulit pada pasien. Nilai
leukosit darah pasien memiliki kenaikan yakni 14,40 ribu/mm3 (Normal:
5-10 ribu/mm3).
i) Pernafasan
Gejala (Subjektif)
Pasien mengatakan tidak ada keluhan pada pernafasannya. Keluarga
mengatakan pasien sudah merokok sejak remaja. Pasien mengatakan
dalam sehari merokok sebanyak kurang lebih setengah bungkus.
Tanda (Objektif)
Selama dirawat di rumah sakit pasien belum merokok, tampak sesekali
pasien meminta rokok kepada keluarganya. Dispnea (-) RR: 22x/menit,
penggunaan otot bantu napas (-), pergerakan dada simetris, suara nafas
vesikuler (+/+), wheezing (-), ronchi (-).
j) Keamanan
Gejala (Subjektif)
Keluarga mengatakan pasien selalu meminta untuk ke kamar mandi
walaupun kondisinya masih lemah, jika tidak dituruti pasien akan
memaksa dan pergi ke kamar mandi dengan usaha sendiri. Pasien
mengatakan penglihatannya sudah kabur.
Tanda (Objektif)
Pasien tampak sesekali beranjak turun dari tempat tidurnya untuk ke
kamar mandi dalam kondisi hemiparesis tanpa bantuan keluarga atau
perawat. Penglihatan berkurang, katarak (+). Klien tampak pernah
menggantungkan kaki di samping tempat tidur untuk mencoba bangun.
Restrain terpasang di kedua sisi tempat tidur
Universitas Indonesia
34
k) Interaksi Sosial
Gejala (Subjektif)
Pasien
mengatakan
sering
melakukan
interaksi
sosial
dengan
Universitas Indonesia
35
Data
Masalah
Keperawatan
Data Subjektif:
Ketidakefektifan
perfusi jaringan
serebral
Universitas Indonesia
36
1111
5555
1111
- Hasil CT Scan
- Ada gambaran lesi iskemik pada lobus frontal
kanan dan pons
Data Subjektif
- Pasien mengeluhkan nyeri di daerah punggungnya
- Pasien mengatakan lakennya sering basah terkena
kencing karena pasien tidak dapat menahan kencingnya
Data Objektif
Kerusakan
integritas kulit
Dari analisa tersebut, diagnosa keperawatan yang dapat diangkat pada kasus
Tn S antara lain:
a) Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b.d sumbatan pembuluh
darah otak, vasospasme serebral
b) Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuskuler, penurunan
kekuatan dan ketahanan
c) Kerusakan integritas kulit b.d hambatan mobilitas, inkontinensia urine
Universitas Indonesia
37
Intervensi NIC
Mandiri:
1. Menentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan situasi
individu/ penyebab koma/ menurunnya perfusi serebral dan
potensial meningkatnya ICP.
Rasional: Memperngaruhi intervensi yang akan diberikan
2. Monitoring/ dokumentasikan status neurologi secara frekuensi
dan membandingkannya dengan nilai dasar.
Rasional: Mengkaji kecenderungan kesadaran dan potensial
timbulnya ICP dan berguna untuk menentukan lokasi luas dan
progresi kerusakan CNS
3. Monitor TTV:
- Hipertensi/ hipotensi
Rasional: Fluktuasi tekanan dapat terjadi karena tekanan
cerebral atau cedera pada area vasomotor otak
- Denyut jantung dan rytme; auskultasi murmur
Rasional:
Perubahan
kecepatan
denyut,
khususnya
Universitas Indonesia
38
pupil,
ukurannya,
bentuknya,
equality,
perubahan
dalam
penglihatan
seperti
Berkurangnya
tekanan
arteri
dengan
Universitas Indonesia
39
Universitas Indonesia
40
Menurunkan
risiko
terjadinya
trauma/iskemia
Membantu
mempertahankan
ekstensi
pinggul
latihan
quadrisep/gluteal,
meremas
bola
karet,
Universitas Indonesia
41
7. Evaluasi
penggunaan
dari/kebutuhan
alat
bantu
untuk
Universitas Indonesia
42
Meningkatakan
perkembangan/peningkatan
dan
harapan
terhadap
memberrikan
perasaan
kontrol/kemandirian
17. Anjurkan klien untuk membantu pergerakan dan latihan dengan
menggunakan
ektremitas
yang
tidak
sakit
untuk
Universitas Indonesia
43
Universitas Indonesia
44
Universitas Indonesia
45
Universitas Indonesia
BAB IV
ANALISIS SITUASI
Bab ini berisi pembahasan mengenai analisis masalah keperawatan dengan konsep
terkait KKMP dan konsep kasus terkait. Selain itu bab ini juga membahas analisis
salah satu intervensi dengan konsep dan penelitian terkait.
4.1
Universitas Indonesia
46
47
Universitas Indonesia
48
Universitas Indonesia
49
mengenyangkan perut saja tetapi juga untuk menjaga gengsi orang tersebut
di mata lingkungannya sekitar karena makanan yang dimakan dapat
merupakan gambaran dari identitas diri yang memakannya.
Palmolina (1999) dalam Mufidah (2012) menyatakan bahwa menyenangkan
bila seseorang itu diketahui sebagai seseorang yang mempunyai status
tinggi. Selain itu, dia juga berkata bahwa restauran di dalam foodcourt
merupakan bentuk dari budaya konsumsi dari masyarakat perkotaan dan
menjadi salah satu penemuan baru di lapisan masyarakat luas. Dari
penjabaran tersebut dapat kita lihat bahwa saat ini konsumsi makanan di
daerah perkotaan bukan hanya menjadi sarana untuk pemenuhan biologis
manusia tetapi juga sarana untuk bersosialisasi dan membentuk identitas
diri, walaupun makanan yang dikonsumsinya tersebut tidak sehat.
Salah satu akibat lain dari makanan yang tinggi kolesterol ini adalah
hipertensi. Penelitian yang dilakukan Misbach dan Ali (2001) menunjukkan
hipertensi sebagai faktor resiko yang paling umum terjadi pada pasien stroke
di Indonesia yakni sebanyak 73,9%. Dan hampir setengah dari angka
tersebut merupakan penderita hipertensi yang tidak terkontrol. Penelitian
yang dilakukan oleh Venketasubramanian (1998) di Thailand menunjukkan
hipertensi daerah urban di Thailand menunjukkan angka lebih besar yakni
13,0% dibandingkan angka hipertensi di area rural dengan angka 3,7%.
Merokok merupakan faktor resiko stroke kedua terbesar setelah hipertensi
pada pasien stroke di Indonesia dengan angka 20,4% (Misbach; Ali, 2001).
Menurut hasil survey GATS 2011, prevalensi perokok di Indonesia
rankingnya naik menjadi nomor 2 terbesar di dunia (Kemenkes RI, 2012).
Namun prevalensi perokok nampaknya tidak terpengaruh dengan kondisi
perkotaan, karena data Riskesdas (2007) menunjukkan angka merokok yang
merata di seluruh provinsi, mulai dari Provinsi Aceh sampai ke Provinsi
Papua. Prevalensi perokok tertinggi di Provinsi Kalimantan Tengah (43,2%),
disusul Nusa Tenggara Timur (41,2%), Maluku Utara (40,8%), Kepulauan
Riau (36,3%), dan Gorontalo (38,7%). Provinsi-provinsi yang prevalensi
nya di bawah angka nasional adalah Sulawesi Tenggara (38,2%),
Universitas Indonesia
50
Kalimantan Selatan (30,5%), DKI Jakarta (30,8%), Bali (31,0%), dan Jawa
Timur (31,4%). Penelitian yang dilakukan Venketasubramanian (1998) di
Thailand bahkan menunjukkan prevelensi angka merokok yang lebih tinggi
di daerah rural (77,0%) dibandingkan daerah urban (69,1%). Hal ini
mungkin merupakan hasil dari mulai maraknya program Kawasan Tanpa
Rokok (KTR) yang digalangkan di daerah-daerah perkotaan. Sehingga mulai
menurunkan kesempatan merokok masyarakat di perkotaan.
Menurut Yastroki yang disampaikan kepada tabloid Gemari (2008), setelah
dilakukan berbagai kajian dan penelitian, ternyata ada faktor lain selain
hipertensi dan diabetes mellitus adalah stress berat yang dialami sebagian
besar masyarakat dalam menghadapi persaingan hidup yang begitu ketat.
Hal itu menjadi pemicu tingginya angka kejadian stroke di Indonesia. Stres
dan faktor kerja, begitu juga pengangguran dan ketidakstabilan pekerjaan
memiliki hubungan dengan tingginya angka kejadian penyakit kronik pada
seluruh anggota keluarga (Wilkinson and Marmot, 2003 dalam Sherlock,
2009). Pada model kesehatan biopsikososial, stress dihubungkan dengan
waktu kejadian dan keparahan stroke, walaupun mekanisme dari pengaruh
tersebut masih belum diketahui (Harmsen, Lappas, & Rosengren, 2006;
Harmsen, Rosengren, & Tsipogiani, 1990; Macko, Ameriso, & Barndt, 1996
dalam Norris dkk, 2010)
4.2
Universitas Indonesia
51
Universitas Indonesia
52
Universitas Indonesia
53
Universitas Indonesia
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Masalah urban akan selalu dihubungkan dengan kepadatan penduduk
beserta konsekuensi perubahan-perubahan kondisi lingkungan sosial seperti
perilaku hidup tidak sehat (WHO, 2003 dalam Hatma, 2007). Penyakit
degeneratif merupakan salah satu bentuk konsekuensi dari urbanisasi.
Sebagai salah satu bentuk penyakit degeneratif, stroke merupakan penyebab
utama kematian di daerah perkotaan. Angka kematian pada kelompok usia
45-54 tahun di daerah perkotaan akibat stroke mencapai 15,9%. Sementara
itu angka kematian pada kelompok usia 55-64 tahun di daerah perkotaan
akibat stroke mencapai 26,8%. Tingginya angka stroke di daerah perkotaan
ini dapat disebabkan oleh pola hidup masyarakat perkotaan yang kurang
sehat yang dapat meningkatkan faktor resiko stroke, seperti konsumsi
makanan tinggi kolesterol, merokok, kurang berolahraga, dsb
Salah satu bentuk patologis dari stroke adalah kelemahan pada salah satu sisi
ekstremitas atau yang disebut dengan hemiparesis. Hampir seluruh pasien
dengan kasus stroke yang diobservasi selama melakukan praktik di ruangan
melati atas Rumah Sakit Persahabatan mengalami hemiparesis. Latihan
Range Of Motion (ROM) merupakan salah satu bentuk intervensi mandiri
yang dapat dilakukan perawat sebagai program rehabilitasi untuk
menghindari komplikasi dari imobilisasi yang disebabkan oleh stroke. Pada
pasien kelolaan yang diberikan latihan ROM selama 7 hari menunjukkan
adanya peningkatan kekuatan otot pada ekstremitas yang mengalami
hemiparesis yang semula memiliki skor 1 meningkat menjadi memiliki skor
2. Hal ini sejalan dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya yang juga menunjukkan adanya peningkatan kekuatan otot pada
pasien yang diberikan latihan ROM.
Universitas Indonesia
54
55
5.2 Saran
Latihan ROM sebaiknya dimasukkan dan diterapkan ke dalam program
perawatan pasien stroke di ruang rawat inap. Selain untuk mempercepat
proses rehabilitasi, pelaksanaan ROM secara dini di ruang rawat juga dapat
sekaligus memberikan edukasi kepada klien dan keluarga mengenai program
rehabilitasi yang dapat dilakukan serta memotivasi dan mengurangi
kecemasan klien dan keluarga terhadap kondisi pasien. ROM merupakan
salah satu bentuk intervensi yang murah dan mudah untuk dilakukan baik
oleh perawat maupun oleh keluarga, sehingga tindakan ini dapat dilanjutkan
pelaksanaannya oleh keluarga ketika pasien di rumah.
Universitas Indonesia
DAFTAR REFERENSI
56
Universitas Indonesia
57
Misbach, Jusuf & Ali, Wendra. Stroke in Indonesia: A first large prospective
hospital based study of acute stroke in 28 hospitals in Indonesia. Journal
of Clinical Neuroscience (2000): 8(3), 245249.
Norris, Meriel; Allotey, Pascale; Barrett, Geraldine.I feel like half my body is
clogged up: Lay models of stroke in Central Aceh, Indonesia. Social
Science & Medicine 71 (2010): 1576-1583.
Potter & Perry. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,
dan Praktik. Jakarta: EGC
Price. A Sylvia, Wilson. M Lorraine. (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Prosesproses Penyakit. Jakarta: EGC
Smeltzer & Bare. (2001). Buku ajar keperawatan medical bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8. Jakarta: EGC
Smeltzer, S., C & Bare, B., G. (1996). Brunner & Suddarth Textbook Of Medical
Surgical Nursing , Alih bahasa Agung Waluyo...(et al), (ed 8). Jakarta:
EGC
Sherlock, Peter Lloyd. (2009) Stroke in developing countries: epidemiology,
impact and policy implications. School of International Development
University of East Anglia.
Wilkinson, J. M & Ahern, N. R. Prentice Hall Nursing Diagnosis Handbook. (9th
edition). Prentice Hall.
Universitas Indonesia
Lampiran
No
1
Diagnosa
Keperawatan
Ketidakefektifan
perfusi jaringan
serebral
Faktor yang
berhubungan:
oklusi darah
serebral, vasospasme
cerebral
Tujuan
& Kriteria Hasil
Setelah melakukan
intervensi, klien:
Menjaga dan
mempertahankan
peningkatan
kesadaran, kognitif
dan fungsi motorik
Menunjukkan
tanda vital yang
stabil dan tidak
adanya tanda-tanda
yang meningkatkan
ICP
Menunjukkan tidak
adanya keburukan/
kekambuhan
Intervensi
Mandiri
1. Menentukan faktor-faktor yang berhubungan
dengan situasi individu/ penyebab koma/
menurunnya perfusi serebral dan potensial
meningkatnya ICP
2. Monitoring/ dokumentasikan status neurologi
secara frekuensi dan membandingkannya dengan
nilai dasar.
3. Monitor TTV:
Hipertensi/ hipotensi
Denyut jantung dan rytme; auskultasi murmur
Respirasi, tidak ada pola dan ritme seperti
periode apnea setelah hiperventilasi
Rasional
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Diyanti Septiana, FIK UI, 2013
Lampiran
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Diyanti Septiana, FIK UI, 2013
Lampiran
No
2.
Diagnosa
Keperawatan
Hambatan mobilitas
fisik.
Tujuan
& Kriteria Hasil
Klien mampu
melaksanakan
aktivitas fisik sesuai
dengan
kemampuannya
Faktor yang
berhubungan;
kerusakan
neuromuskuler, Kriteria hasil :
Tidak terjadi
kelemahan
kontraktur sendi
Bertambahnya
kekuatan otot.
Klien
menunjukkan
tindakan untuk
meningkatkan
mobilitas
Intervensi
Mandiri
1. Kaji kemampuan secara fungsional/luasnya
kerusakan awal dan dengan cara yang teratur.
Klasifikasikan melalui skala 0-4.
Rasional
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Diyanti Septiana, FIK UI, 2013
Lampiran
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
Kolaborasi
1. Konsultasikan dengan ahli fisioterapi secara
aktif, latihan resistif, dan ambulansi pasien.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Diyanti Septiana, FIK UI, 2013
Lampiran
No
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan &
Kriteria Hasil
3.
Kerusakan integritas
kulit, berhubungan
dengan
hambatan
mobilitas
inkontinensia
urine
Setelah dilakukan
asuhan
keperawatan
integritas kulit
tidak mengalami
kerusakan
Produksi pus
berkurang
Adanya
jaringan
granulasi
pada luka
Luka dalam
keadaan
bersih
Bau busuk
luka
berkurang
Intervensi
Rasional
Mandiri
1. Kaji luas, kedaaman luka dan proses
penyembuhannya
Kolaborasi
1. Berikan terapi medis: antibiotik
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Diyanti Septiana, FIK UI, 2013
Lampiran
Bahu
Gerakan
Latihan Aktif
Latihan Pasif
Abduksi
Universitas Indonesia
Lampiran
Sirkumduksi
Siku
Fleksi-ekstensi
Hiperkstensi
Supinasi-pronasi
Pergelangan
tangan
Fleksi ekstensi
Universitas Indonesia
Lampiran
Jari-jari tangan
Fleksi ekstensi
Hiper-ekstensi
Panggul
Fleksi ekstensi
Lampiran
Hiperekstensi
Abduksi adduksi
Sirkumduksi
Rotasi internal
Rotasi eksternal
Lutut
Fleksi ekstensi
Pergelangan
kaki
Dorsi fleksi
Plantar fleksi
Jari-jari kaki
Eversi
Inversi
Sirkumduksi
Fleksi ekstensi
Abduksi adduksi
Universitas Indonesia
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien
: Tn S
Umur
: 69 tahun
Diagnosa Medis : Stroke iskemik
Tanggal
Implementasi
Evaluasi
8 Mei
S:
2013
serebral
Implementasi:
Memonitor status neurologi
Memonitor TTV
Memonitor tanda-tanda
peningkatan TIK
diangkat
Pusing (+) sedikit, muntah (-)
Klien mengeluh bagian pantat terasa
nyeri
O:
tenang
RR: 18x/menit
Implementasi:
S: 36,4C
Hemiparesis sinistra
Kekuatan otot
5555
1111
5555
1111
Inkontinensia urine
Klien terpasang diapers
dan bawah
A:
Implementasi:
diapers
Menganjurkan klien untuk
pindah posisi baring (mika-miki)
setiap dua jam sekali
9 Mei
S:
2013
serebral
Implementasi:
ROM
Memonitor TTV
Konstipasi (-)
Memonitor tanda-tanda
Batuk (-)
peningkatan TIK
nyeri
O:
Kes: CM, GCS 15
mecobalamin 2x500 mg
Implementasi:
N: 88x/ menit
RR: 22x/menit
S: 36,2C
Hemiparesis sinistra
Kekuatan otot
sebagainya
Melakukan latihan ROM
bilateral pada ekstremitas atas
5555
1112
5555
1111
dan bawah
tangannya
Inkontinensia urine
diapers
P:
2013
A:
10 Mei
S:
serebral
Implementasi:
Konstipasi (-)
Mempertahankan bedrest,
Batuk (-)
tenang
Kolaborasi pemberian citicolin
nyeri
O:
Kes: CM, GCS 15
Implementasi:
TTV:
N: 86x/ menit
RR: 18x/menit
sebagainya
S: 36,4C
Hemiparesis sinistra
Kekuatan otot
dan bawah
5555
2222
2222
Inkontinensia urine
5555
keluarga
Latihan ROM setiap hari, libatkan
keluarga
Bantu penuhi KDM dengan keluarga
11 Mei
2013
S:
serebral
Implementasi:
nyenyak
Memonitor TTV
Memonitor tanda-tanda
peningkatan TIK
Mempertahankan bedrest,
tenang
TTV:
N: 72x/ menit
mecobalamin 2x500 mg
RR: 20x/menit
S: 36,4C
Hemiparesis sinistra
Implementasi:
Kekuatan otot
5555
2222
5555
2222
Inkontinensia urine
sebagainya
A:
Implementasi:
keluarga
Latihan ROM setiap hari, libatkan
keluarga
Bantu penuhi KDM dengan keluarga
S:
serebral
Implementasi:
Memonitor TTV
Memonitor tanda-tanda
peningkatan TIK
Memberikan posisi 15-30
membantu
Klien mengatakan mencoba ke kamar
mandi sendiri tetapi tidak bisa
Mempertahankan bedrest,
memberikan lingkungan yang
O:
tenang
mecobalamin 2x500 mg
TTV:
TD: 150/90 mmHg
N: 84x/ menit
Implementasi:
RR: 18x/menit
S: 36,4C
Hemiparesis sinistra
Kekuatan otot
5555
2222
sebagainya
5555
2222
tempat tidurnya
Inkontinensia urine
Klien terpasang diapers
Implementasi:
A:
diapers
P:
Oil)
Anjurkan bedrest
punggung
Menganjurkan klien untuk
keluarga
Latihan ROM setiap hari, libatkan
keluarga
Lakukan perawatan luka dengan VCO
Bantu penuhi KDM dengan keluarga
Rencana pulang
14 Mei
2013
S:
serebral
Implementasi:
Memonitor tanda-tanda
peningkatan TIK
Memberikan posisi 15-30
nyenyak
Keluarga mengatakan semalaman klien
banyak bicara sehingga sulit tidur
Mempertahankan bedrest,
memberikan lingkungan yang
tenang
O:
mecobalamin 2x500 mg
TTV:
Implementasi:
N: 88x/ menit
RR: 18x/menit
S: 36,7C
Hemiparesis sinistra
sebagainya
Kekuatan otot
5555
2222
5555
2222
perbaikan
A:
Masalah 1 teratasi sebagian
Masalah 2 teratasi sebagian
P:
punggung
Discharge planning
BIODATA MAHASISWA
Nama lengkap
Nama panggilan
: Diyanti
Agama
: Islam
Alamat rumah
Bekasi 17116
No. HP
: 085692388004
: diyanti.septiana.putri@gmail.com
No.
Riwayat Pendidikan
Tahun
TK Kuntum Melati I
1996 - 2002
2002 - 2005
2005 - 2008
1995
2008 - sekarang