Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH DASAR-DASAR BIOTEKNOLOGI

KEMAJUAN BIOTEKNOLOGI

DOSEN PENGAMPU:
Dr. TEDJO SUKMONO S.Si M.Si

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 03
1. HASTUTI SETIA ADHIKROM
2. IIN WULANDARI
3. SEPTIAN HARMI LESTARI

(A1C414010)
(A1C413006)
(A1C414029)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2016

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul Kemajuan Bioteknologi.
Makalah ini diharapkan mampu memberikan wawasan pengetahuan dan
pemahaman bagi para pembaca untuk memahami apa saja kemajuan-kemajuan
bioteknologi pada saat ini. Dalam penulisan makalah ini, penulis telah berusaha
semaksimal mungkin. Namun penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat
diharapkan untuk penyempurnaan penyusunan makalah selanjutnya .
Dalam proses penulisan makalah ini belum bisa dikatakan sempurna, baik
materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah berupaya
dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga makalah ini
dapat selesai dengan baik. Oleh karena itu, penulis dengan rendah hati dan dengan
tangan terbuka menerima masukan, saran, dan usul, yang berguna dalam
penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menjadi sumbangan yang
berguna bagi kemajuan ilmu pengetahuan dalam rangka membangun bangsa dan
Negara.

Jambi, 10 November 2016


Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................. 1
C. Tujuan............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
D. Kloning........................................................................................... 3
B. Tehnik Roslin................................................................................... 3
C. Tehnik Honolulu............................................................................... 5
D. Pemuliaan Tanaman Melalui Rekayasa Genetika..................................15
E. Pembuatan Antibiotik.......................................................................17
F. Pembuatan Vaksin........................................................................... 18
G. Bioremidiasi................................................................................... 20
H. GMO (Genetically Modified Organism)..............................................22
BAB III PENUTUP...............................................................................................26
A. Kesimpulan.................................................................................... 26
B. Saran............................................................................................. 27
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................28

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bioteknologi adalah pemanfaatan mikroorganisme untuk menghasilkan
suatu produk yang dapat digunakan oleh manusia. Bioteknologi dibagi menjadi
bioteknologi konvensional (tradisional) dan bioteknologi modern. Bioteknologi
konvensional biasanya menggunakan mikroorganisme berupa bakteri dan jamur.
Sedangkan bioteknologi modern biasanya menggunakan teknologi-teknologi yang
dapat membantu kita dalam proses pengkloningan, kultur jaringan ( Campbell,
2003:234).
Dewasa ini, perkembangan bioteknologi tidak hanya didasari pada biologi
semata, tetapi juga pada ilmu-ilmu terapan dan murni, seperti biokimia, komputer,
biologi molekuler, mikrobiologi, dan genetika. Dengan kata lain, bioteknologi
adalah ilmu terapan yang menggabungkan berbagai cabang ilmu dalam proses
produksi barang dan jasa. Pada masa kini, bioteknologi berkembang sangat pesat,
terutama di negara maju. Kemajuan ini ditandai dengan ditemukannya berbagai
macam teknologi seperti rekayasa genetika, kultur jaringan, rekombinasi DNA,
kloning, dan lain-lain. Teknologi ini memungkinkan kita untuk memperoleh
penyembuhan penyakit-penyakit genetik yang belum dapat disembuhkan, seperti
kanker ataupun AIDS. Di bidang pangan, dengan menggunakan teknologi
rekayasa genetika, kultur jaringan dan rekombinan DNA, dapat dihasilkan
tanaman dengan sifat dan produk unggul karena kandungan gizi yang lebih jika
dibandingkan tanaman biasa, serta juga lebih tahan terhadap hama maupun
tekanan lingkungan. Penerapan bioteknologi di masa ini juga dapat dijumpai pada
pelestarian lingkungan hidup dari polusi. Sebagai contoh, pada penguraian
minyak bumi yang tumpah kelaut oleh bakteri.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat diuraikan adalah sebagai berikut.
1. Apa saja teknik dalam kloning sel?

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Bagaimana teknologi kompos bioaktif ?


Apa yang dimaksud dengan biofertilizer ?
Bagaiman teknik kultur karingan pada tumbuhan?
Bagaimana proses pemuliaan tanaman melalui rekayasa genetika?
Bagaiaman proses pembuatan antibiotik?
Bagaiaman proses pembuatan vaksin?
Apa yang dimaksud bioremidiasi?
Bagaimana penerapan dari GMO (Genetically Modified Organism)?

C. Tujuan
Adapun tujuan yang dapat diuraikan adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui teknik dalam kloning sel
2. Untuk mengetahui teknologi kompos bioaktif
3. Untuk mengetahui apa itu biofertilizer
4. Untuk mengetahui teknik kultur karingan pada tumbuhan
5. Untuk mengetahui proses pemuliaan tanaman melalui rekayasa
6.
7.
8.
9.

genetika
Untuk mengetahui proses pembuatan antibiotik
Untuk mengetahui proses pembuatan vaksin
Untuk mengetahui apa itu bioremidiasi
Untuk mengetahui penerapan dari GMO (Genetically Modified
Organism)?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Kloning
Adapun teknik kloning sel terdiri atas :
a. Transfer Nukleus
Transfer nukleus membutuhkan dua sel yaitu suatu sel donor dan
suatu oosit atau sel telur. Telur matur sebelum dibuahi dibuang intinya atau

nukleusnya. Proses pembuangan nukleus tadi dinamakan enukleasi. Hal ini


dilakukan untuk menghilangkan informasi genetisnya. Ke dalam telur yang
telah dienukleasi tadi kemudian dimasukkan nukleus (donor) dari sel somatik.
Penelitian membuktikan bahwa sel telur akan berfungsi terbaik bila ianya dalam
anfertilisasi, sebab hal ini akan mempermudah penerimaan nukleus donor seperti
dirinya sendiri. Di dalam telur, inti sel donor tadi akan bertindak sebagai inti sel
zigot dan membelah serta berkembang menjadi blastosit. Blastosit selanjutnya
ditransfer ke dalam uterus induk pengganti (surrogate mother). Jika seluruh
proses tadi berjalan baik, suatu replika yang sempurna dari donor akan lahir. Jadi
sebenarnya setelah terbentuk blastosit in vitro, proses selanjutnya sama
dengan proses bayi tabung yang tehnologinya telah dikuasai oleh para ahli
Obstetri Ginekologi.
1. Tehnik Roslin
Kloning domba Dolly merupakan peristiwa penting dalam sejarah
kloning. Tidak saja hal tersebut membangkitkan antusias terhadap kloning,
melainkan juga hal tersebut membuktikan bahwa kloning binatang dewasa
dapat disempurnakan. Sebelumnya, tidak diketahui bahwa suatu nukleus
dewasa ternyata mampu memproduksi suatu hewan yang komplit. Bila
terjadi kerusakan genetis dan deaktivasi gen yang sederhana maka kedua
keadaan tersebut kemungkinan bersifat menetap.
Hal tersebut di atas bukanlah suatu kasus yang menyusul setelah penemuan
oleh Ian Wilmut dan Keith Cambell tentang suatu metode yang mana
mampu melakukan singkronisasi siklus sel dari kedua sel donor dan sel
telur. Tanpa singkronosasi siklus sel, maka inti tidak akan berada pada suatu
keadaan yang optimum untuk dapat diterima oleh embrio. Bagaimanapun juga
sel donor harus berjuang untuk dapat masuk ke Gap Zero, atau stadium sel GO,
atau stadium sel dorman.
Pertama, suatu sel (sel donor) diseleksi dari sel kelenjar mammae
domba betina berbulu putih (Finn Dorset) untuk menyediakan informasi
genetis

bagi pengklonan. Untuk studi ini, peneliti membiarkan sel membelah

dan membentuk jaringan in vitro atau diluar tubuh hewan. Hal ini akan

menghasilkan duplikat yang banyak dari suatu inti yang sama. Tahap ini hanya
akan bermanfaat bila DNA nya diubah, seperti pada kasus Polly, karena
perubahan tersebut dapat diteliti untuk memastikan bahwa mereka telah
dipengaruhi Suatu sel donor diambil dari jaringan dan dimasukkan ke dalan
campuran, yang hanya memiliki nutrisi yang cukup untuk mempertahankan
kehidupan sel. Hal ini menyebabkan sel untuk menghentikan seluruh gen yang
aktif dan memasuki stadium GO. Kemudian sel telur dari domba betina
Blackface (domba betina yang mukanya
Blackface)

dienokulasi

dan

berbulu

hitam

Scottish

diletakkan disebelah sel donor. Satu sampai

delapan jam setelah pengambilan sel telur, kejutan listrik digunakan untuk
menggabungkan dua sel tadi, pada saat yang sama pertumbuhan dari suatu
embrio mulai diaktifkan. Teknik ini tidaklah sepenuhnya sama seperti
aktivasi yang dilakukan oleh sperma, karena hanya beberapa sel yang diaktifkan
oleh kejutan listrik yang mampu bertahan cukup lama untuk menghasilkansuatu
embrio.
Jika embrio ini dapat bertahan, ia dibiarkan tumbuh selama sekitar
enam hari, diinkubasi di dalam oviduk domba. Ternyata sel yang diletakkan di
dalam oviduk lebih awal, di dalam pertumbuhannya lebih mampu bertahan
dibandingkan dengan yang diinkubasi di dalam laboratorium. Akhirnya embrio
tadi ditempatkan ke dalam uterus betina penerima (surrogate mother). Induk
betina tersebut selanjutnya akan mengandung hasil cloning tadi hingga
ianya siap untuk dilahirkan. Bila tidak terjadi kekeliruan, suatu duplikat
yang persis sama dari donor akan lahir.
Domba yang baru lahir tersebut memiliki semua karakteristik yang sama
dengan domba yang lahir secara alamiah. Dan telah diamati bila ada
efek

yang merugikan, seperti resiko yang tinggi terhadap kanker atau

penyakit genetis lainnya yang terjadi atas kerusakan bertahap kepada DNA,
dikemudian hari juga terjadi pada Dolly atau hewan lainnya yang dikloning
dengan metode ini.

Gambar 1 Tahapan dari proses kloning teknik Roslin


2. Tehnik Honolulu
Pada

Juli

1998,

suatu

tim

ilmuwan

dari

Universitas

Hawai

mengumumkan bahwa mereka telah menghasilkan tiga generasi tikus kloning


yang secara genetik identik.
Tehnik

ini

diakreditasi

atas

nama

Teruhiko

Wakayama

dan

Ryuzo

Yanagimachi dari Universitas Hawai. Tikus telah sejak lama diketahui


merupakan mamalia yang tersulit untuk dikloning, ini merujuk pada bahwa
segera setelah suatu sel telur tikus mengalami fertilisasi ia akan segera
membelah. Domba digunakan pada tehnik Roslin karena sel telurnya
membutuhkan beberapa jam sebelum membelah,

memungkinkan

adanya

waktu bagi sel telur untuk memprogram ulang nukleus barunya. Meskipun
tidak mendapatkan keuntungan tersebut ternyata Wakayama dan Yanagimachi
mampu melakukan kloning dengan angka keberhasilan

yang

jauh

lebih

tinggi (3 kloning dari sekitar seratus yang dilakukan) dibandingkan Ian


Wilmut (satu dari 277).
Wakayama melakukan pendekatan terhadap masalah sinkronisasi siklus sel
yang berbeda dibandingkan Wilmut. Wilmut menggunakan sel dari kelenjar
mammae yang harus dipaksa untuk memasuki ke stadia GO. Wakayama
awalnya menggunakan tiga tipe sel yakni, sel Sertoli, sel otak dan sel kumulus.
Sel Sertoli dan sel otak keduanya tinggal dalam stadia GO secara alamiah dan

sel kumulus hampir selalu hadir pada stadia G0 ataupun G1.


Sel telur tikus yang tidak dibuahi digunakan sebagai resipien dari inti
donor. Setelah dienokulasi, sel telur memiliki inti donor yang dimasukkan ke
dalamnya. Nukleus donor diambil dari sel-sel dalam hitungan menit dari setiap
ekstrak sel dari tikus tersebut. Tidak seperti pada proses yang digunakan untuk
melahirkan Dolly, tanpa in vitro atau di luar dari tubuh hewan, kultur dilakukan
justru pada sel-sel tersebut. Setelah satu jam sel-sel telah menerima nucleusnukleus yang baru. Setelah penambahan waktu selama 5 jam sel telur kemudian
ditempatkan pada suatu kultur kimia untuk memberi kesempatan sel-sel
tersebut tumbuh, sebagaimana layaknya fertilisasi secara alamiah.
Wakayama melakukan pendekatan terhadap masalah sinkronisasi siklus sel
yang berbeda dibandingkan Wilmut. Wilmut menggunakan sel dari kelenjar
mammae yang harus dipaksa untuk memasuki ke stadia GO. Wakayama
awalnya menggunakan tiga tipe sel yakni, sel Sertoli, sel otak dan sel kumulus.
Sel Sertoli dan sel otak keduanya tinggal dalam stadia GO secara alamiah dan
sel kumulus hampir selalu hadir pada stadia G0 ataupun G1.
Sel telur tikus yang tidak dibuahi digunakan sebagai resipien dari inti
donor. Setelah dienokulasi, sel telur memiliki inti donor yang dimasukkan ke
dalamnya. Nukleus donor diambil dari sel-sel dalam hitungan menit dari setiap
ekstrak sel dari tikus tersebut. Tidak seperti pada proses yang digunakan untuk
melahirkan Dolly, tanpa in vitro atau di luar dari tubuh hewan, kultur dilakukan
justru pada sel-sel tersebut. Setelah satu jam sel-sel telah menerima nucleusnukleus yang baru. Setelah penambahan waktu selama 5 jam sel telur kemudian
ditempatkan pada suatu kultur kimia untuk memberi kesempatan sel-sel
tersebut tumbuh, sebagaimana layaknya fertilisasi secara alamiah.
Setelah penyatuan, sel-sel berkembang menjadi embrio-embrio. Embrioembrio ini kemudian ditransplantasikan kepada induk betina donor (surrogate
mother) dan akan tetap berada di sana sampai siap untuk di lahirkan. Sel yang
paling berhasil dari proses ini adalah

sel kumulus,

maka penelitian

dikonsentrasikan pada sel-sel dari tipe tersebut (sel kumulus). Setelah terbukti
bahwa tekniknya dapat menghasilkan cloning yang hidup, Wakayama juga
membuat cloning dari cloning, dan membiarkan mahluk klon yang asli untuk

melahirkan secara alamiah untuk membuktikan bahwa mereka memiliki


kemampuan reproduksi secara sempurna. Pada saat dia mengumumkan
keberhasilannya, Wakayama telah menciptakan lima puluh kloning.

Gambar 2 Tahapan dari proses kloning teknik Honolulu


Adapun perbedaan antara tahapan dari proses kloning teknik Honolulu dan teknik
roslin adalah sebagai berikut:

B. Teknologi Kompos Bioaktif


Salah satu masalah yang sering ditemui ketika menerapkan pertanian
organik adalah kandungan bahan organik dan status hara tanah yang rendah.
Petani organik mengatasi masalah tersebut dengan memberikan pupuk hijau atau
pupuk kandang. Kedua jenis pupuk itu adalah limbah organik yang telah
mengalami penghancuran sehingga menjadi tersedia bagi tanaman. Limbah
organik seperti sisa-sisa tanaman dan kotoran binatang ternak tidak bisa langsung
diberikan ke tanaman. Limbah organik harus dihancurkan/dikomposkan terlebih
dahulu oleh mikroba tanah menjadi unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman.
Proses pengkomposan alami memakan waktu yang sangat lama, berkisar antara
enam bulan hingga setahun sampai bahan organik tersebut benar-benar tersedia
bagi tanaman.
Proses pengomposan dapat dipercepat dengan menggunakan mikroba
penghancur (dekomposer) yang berkemampuan tinggi. Penggunaan mikroba dapat
mempersingkat proses dekomposisi dari beberapa bulan menjadi beberapa minggu
saja. Di pasaran saat ini banyak tersedia produk-produk biodekomposer untuk
mempercepat proses pengomposan, misalnya: SuperDec, OrgaDec, EM4, EM
Lestari, Starbio, Degra Simba, Stardec, dan lain-lain.
Kompos bioaktif adalah kompos yang diproduksi dengan bantuan mikroba
lignoselulolitik unggul yang tetap bertahan di dalam kompos dan berperan sebagai
agensia hayati pengendali penyakit tanaman. SuperDec dan OrgaDec,
biodekomposer

yang

dikembangkan

oleh

Balai

Penelitian

Bioteknologi

Perkebunan Indonesia (BPBPI), dikembangkan berdasarkan filosofi tersebut.


Mikroba

biodekomposer

unggul

yang

digunakan

adalah

Trichoderma

pseudokoningii , Cytopaga sp, dan fungi pelapuk putih. Mikroba tersebut mampu
mempercepat proses pengomposan menjadi sekitar 2-3 minggu. Mikroba akan
tetap hidup dan aktif di dalam kompos. Ketika kompos tersebut diberikan ke

tanah, mikroba akan berperan untuk mengendalikan organisme patogen penyebab


penyakit tanaman.
C. Biofertilizer
Biofertilizer adalah pupuk yang mengandung mikroorganisme hidup yang
ketika diterapkan pada benih, permukaan tanaman, atau tanah, akan mendiami
rizosfer atau bagian dalam dari tanaman dan mendorong pertumbuhan dengan
meningkatkan pasokan nutrisi utama dari tanaman. Petani organik sangat
menghindari pemakaian pupuk kimia. Untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman,
petani organik mengandalkan kompos sebagai sumber utama nutrisi tanaman.
Sayangnya kandungan hara kompos rendah. Kompos matang kandungan haranya
kurang lebih : 1.69% N, 0.34% P2O5, dan 2.81% K. Dengan kata lain 100 kg
kompos setara dengan 1.69 kg Urea, 0.34 kg SP 36, dan 2.18 kg KCl. Misalnya
untuk memupuk padi yang kebutuhan haranya 200 kg Urea/ha, 75 kg SP 36/ha
dan 37.5 kg KCl/ha, maka membutuhkan sebanyak 22 ton kompos/ha. Jumlah
kompos yang demikian besar ini memerlukan banyak tenaga kerja dan
berimplikasi pada naiknya biaya produksi.
Mikroba-mikroba tanah banyak yang berperan di dalam penyediaan
maupun penyerapan unsur hara bagi tanaman. Tiga unsur hara penting tanaman,
yaitu Nitrogen (N), fosfat (P), dan kalium (K) seluruhnya melibatkan aktivitas
mikroba. Hara N tersedia melimpah di udara. Kurang lebih 74% kandungan udara
adalah N. Namun, N udara tidak dapat langsung dimanfaatkan tanaman. N harus
ditambat oleh mikroba dan diubah bentuknya menjadi tersedia bagi tanaman.
Mikroba penambat N ada yang bersimbiosis dan ada pula yang hidup bebas.
Mikroba penambat N simbiotik antara lain : Rhizobium sp yang hidup di dalam
bintil akar tanaman kacang-kacangan ( leguminose ). Mikroba penambat N nonsimbiotik misalnya: Azoospirillum sp dan Azetobacter sp. Mikroba penambat N
simbiotik hanya bisa digunakan untuk tanaman leguminose saja, sedangkan
mikroba penambat N non-simbiotik dapat digunakan untuk semua jenis tanaman.
Mikroba tanah lain yang berperan di dalam penyediaan unsur hara adalah
mikroba pelarut fosfat (P) dan kalium (K). Tanah pertanian kita umumnya
memiliki kandungan P cukup tinggi (jenuh). Namun, hara P ini sedikit/tidak

tersedia bagi tanaman, karena terikat pada mineral liat tanah. Di sinilah peranan
mikroba pelarut P. Mikroba ini akan melepaskan ikatan P dari mineral liat dan
menyediakannya bagi tanaman. Banyak sekali mikroba yang mampu melarutkan
P, antara lain: Aspergillus sp, Penicillium sp, Pseudomonas sp dan Bacillus
megatherium. Mikroba yang berkemampuan tinggi melarutkan P, umumnya juga
berkemampuan tinggi dalam melarutkan K.
Kelompok mikroba lain yang juga berperan dalam penyerapan unsur P
adalah Mikoriza yang bersimbiosis pada akar tanaman. Setidaknya ada dua jenis
mikoriza yang sering dipakai untuk biofertilizer, yaitu: ektomikoriza dan
endomikoriza. Mikoriza berperan dalam melarutkan P dan membantu penyerapan
hara P oleh tanaman. Selain itu tanaman yang bermikoriza umumnya juga lebih
tahan terhadap kekeringan. Contoh mikoriza yang sering dimanfaatkan adalah
Glomus sp dan Gigaspora sp.
D. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan
Kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian-bagian
tanaman seperti sel, jaringan atau organ serta menumbuhkannya secara aseptis di
dalam atau di atas suatu medium budidaya sehingga bagian-bagian tanaman
tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman lengkap
kembali. Prinsip kultur jaringan terdapat pada teori sel yang dikemukakan oleh
dua orang ahli Biologi dari Jerman, M.J. Schleiden dan T. Swann. Teori tersebut
menyatakan bahwa sel tumbuhan bersifat autonom dan mempunyai totipotensi.
Sel bersifat autonom artinya dapat mengatur rumah tangganya sendiri, artinya
dapat melakukan metabolisme, tumbuh dan berkembang secara independen, jika
diisolasi dari jaringan induknya. Totipotensi artinya kemampuan sel tumbuhan
(baik sel somatik/vegetatif maupun sel gametik) untuk beregenerasi menjadi
tanaman lengkap kembali.
Disamping kultur jaringan, juga dikenal istilah kultur in vitro tanaman,
istilah ini muncul karena sel, kelompok sel atau organ tanaman tersebut tumbuh,
berkembang dan beregenerasi secara aseptis pada medium di dalam wadah
(tabung) yang transparan. Istilah eksplan digunakan untuk menyebutkan bagian

10

kecil dari tanaman (sel, jaringan atau organ) yang digunakan untuk memulai suatu
kultur.
Eksplan yang diambil dari tanaman induk bila ditumbuhkan pada medium
kultur akan dihadapkan pada kondisi stress. Kondisi ini akan mengubah pola
metabolisme sel sehingga sel akan memulai siklusnya yang baru, selanjutnya akan
tumbuh dan berkembang di dalam kultur. Respon yang pertama kali terlihat
adalah terbentuknya jaringan penutup luka atau disebut juga kalus . Kalus adalah
suatu massa sel yang tidak terorganisir akibat pembelahan sel secara terus
menerus tidak terkendali. Sel-Sel kalus ini berbeda dengan sel-sel eksplannya,
karena sel-sel menjadi tidak terdiferensiasi, dan proses ini disebut dediferensiasi
(kembali ke keadaan tidak terdiferensiasi). Induksi dediferensiasi dapat dilakukan
dengan menambahkan zat pengatur tumbuh dari kelompok auksin ke dalam
medium kultur.
Perkembangan selanjutnya adalah terjadinya morfogenesis, yaitu proses
terbentuknya organ-organ baru (de novo) yang kemudian akan tumbuh menjadi
tanaman utuh. Tanaman hasil regenerasi dengan teknik kultur jaringan disebut
planlet (Gambar 3). Pembentukan planlet terjadi melalui dua proses yang berbeda,
yaiu:
1. Organogenesis, yaitu diferensiasi unipolar, menghasilkan ujung tunas (shoot
tip) yang akan menjadi tunas atau ujung akar (root tip) yang akan menjadi
akar.
2. Embryogenesis somatik, yaitu suatu proses diferensiasi meristem bipolar
yang berupa bakal tunas dan akar.
Pertumbuhan dan perkembangan embrio berlangsung secara bertahap melalui
proses yang identik dengan proses embryogenesis zigotik, yaitu terbentuknya
struktur bipolar melalui tahapan bentuk bulat, jantung, torpedo dan akhirnya
berkecambah menjadi planlet.
Morfogenesis in vitro dapat terjadi secara langsung (direct morphogenesis)
dan tidak langsung (indirect morphogenesis). Secara langsung terjadi tanpa
melalui tahapan kalus terlebih dahulu (Gambar 3a). Sel-sel diinduksi lagsung

11

menjadi embrionik, hal ini dapat dikerjakan dengan menanam eksplan pada
medium dengan kombinasi zat pengatur tumbuh dari kelompok auksin dan
sitokinin secara simultan. Sel-sel yang sudah terinduksi menjadi embriogenik
identik dengan zigot, sehingga dapat melanjutkan pertumbuhannya menjadi
embrio dan selanjutnya tanaman utuh.
Morfogenesis secara tidak langsung umumnya melalui tahapan kalus
terlebih dahulu .Selanjutnya jika proses induksi dediferensiasinya benar, maka
gen-gen yang bertanggung jawab terhadap totipotensi akan berfungsi. Pembelahan
sel-selnya terkendali, membentuk sel-sel yang terorganisir (embrio). Embrio yang
terbentuk adalah dari sel-sel somatik atau gametik dan bukan dari zigot, embrio
demikian disebut embrio adventif dan prosesnya disebut embryogenesis somatik.
Embrio selanjutnya akan tumbuh dan berkembang mejadi tanaman utuh melalui
proses yang identik dengan proses embryogenesis zigotik.
Diferensiasi selular dan morfogenesis in vitro terutama dikendalikan oleh
interaksi antara konsentrasi auksin dan sitokinin yang diberikan pada medium
kultur. Manipulasi rasio auksin dan sitokinin dapat memengaruhi organogenesis.
Pada perbandingan auksin/sitokinin tinggi memacu pembentukan akar, sedangkan
perbandingan sebaliknya memacu pembentukan tunas. Jika perbandingan auksin
dan sitokinin seimbang hanya terbentuk kalus. Perbedaan perbandingan
konsentrasi antara auksin dan sitokinin dapat memengaruhi berbagai proses
morfogenesis.

12

Gambar 3 Contoh morfogenesis tak langsung (a) dan morfogenesis langsung


(b) pada kultur eksplan hipokotil tanaman kubis (Brassica
oleraceavar. Capitata L.)
Tahapan-tahapan kerja di dalam laboratorium kultur jaringan dibagi 4
kelompok yaitu:
1.

Persiapan eksplan dan media


Merupakan tahap awal kerja kultur jaringan, dimulai dari penyiapan

tanaman sebagai sumber eksplan yang ditanam di green house, kemudian


menyiapkan alat-alat, botol-botol kultur dan pembuatan medium.

Contoh peralatan yang diperlukan dalam laboratorium kultur jaringan tumbuhan:


(a) peralatan gelas, (b) timbangan analitik, (c) Laminar Air Flow, (d) entkas, (e)
autoclave, (d) rak botol kultur
2.

Penanaman eksplan
Penanaman eksplan meliputi sterilisasi, pengambilan/pemotongan bagian

tanaman yang akan dijadikan sebagai eksplan, kemudian menanamnya di dalam


atau di atas medium buatan yang telah disediakan. Untuk penanaman eksplan ini
diperlukan kondisi yang mutlak steril, oleh karena itu penanaman dilakukan
dalam laminar air flow atau entkas.

13

Gambar 4 Urutan penanaman eksplan daun Catharanthus roseus L. G.Don,


(a-b) pembuatan larutan sterilisasi eksplan (Clorox), (c-e)
perendaman eksplan dalam larutan sterilisasi, (f-g) pemotongan
eksplan, (h-i) penanaman eksplan dalam medium kultur

3.

Pemeliharaan
Setelah diinokulasi, botol kultur diletakkan di rak-rak pemeliharaan di

ruang inkubator untuk diikuti pertumbuhan dan perkembangannya menjadi


planlet. Untuk pemeliharaan tersebut dibutuhkan ruang yang tidak steril tetapi
harus bersih dengan pengatur suhu (25-28)oC dan pencahayaan dengan lampu TL
(1000-3000) lux.
4. Aklimatisasi
Aklimatisasi merupakan proses penyesuaian planlet dari kondisi heterotrof
di dalam botol kultur menjadi autotrof yang dapa ditanam pada kondisi
alamiahnya di tanah. Proses aklimatisasi dilaksanakan di dalam green house
dengan memberikan perlakuan kelembaban, intensitas cahaya dan temperatur.

E. Pemuliaan Tanaman Melalui Rekayasa Genetika


Sejak

lama

membudidayakannya.

manusia

telah

Pemuliaan

melakukan
tanaman

pemuliaan

yang

tanaman

dilakukan

dan

sebelum

berkembangnya bioteknologi modern dilakukan dengan cara mengumpulkan


galur-galur tanaman yang ada di alam. Secara bertahap galur-galur tanaman
tersebut disilangkan sehingga didapatkan galur-galur tanaman dengan sifat-sifat
yang dikehendaki. Mungkin juga persilangan antara galur tanaman tersebut terjadi
secara alami tanpa ada campur tangan usaha manusia. Dengan berkembangnya
ilmu dan teknologi, manusia kemudian melakukan modifikasi-modifikasi terhadap
sifat-sfiat fisiologis tumbuhan dengan mengubah komposisi bahan genetiknya.

14

Pada awalnya pengubahan komposisi bahan genetik tersebut dilakukan


secara acak, misalnya dengan perlakuan mutagenesis menggunakan perlakuan
fisik, misalnya radiasi atau menggunakan bahan kimia. Selanjutnya, dengan
semakin banyak diketahui dasar-dasar biologi molekuler jasad hidup, maka
kemudian berkembang teknologi baru untuk melakukan perubahan terhadap
komposisi bahan genetik jasad hidup. Teknologi baru tersebut dikenal dengan
istilah rekayasa genetik. Rekayasa genetika dimulai dengan teknologi kloning
DNA di dala suatu plasmid bakteri. Gambaran umum bagaimana rekayasa
genetika menggunakan plasmid bakteri untuk mengklon gen (DNA) dapat dilihat
pada (Gambar 4)Dengan teknologi ini manusia dapat melakukan perubahan
komposisi bahan genetik jasad secara terarah, misalnya dengan menyisipkan gen
dari jasad lain ke dalam tanaman tingkat tinggi sehingga menghasilkan tanaman
transgenik. Tanaman transgenik adalah tanaman yang ke dalam komposisi bahan
genetiknya telah ditambahkan seperangkat gen asing yang diisolasi dari jasad lain
sehingga tanaman tersebut mempunyai kemampuan fisiologis baru yang tidak
pernah ada sebelumnya di alam.

15

Gambar 5 Gambaran umum bagaimana bioteknologi (rekayasa genetika)


menggunakan plamid bakteri untuk mengklon gen.
Teknologi DNA rekombinan (rekayasa genetika) merupakan terobosan
teknis dalam pemuliaan jasad, termasuk tanaman tingkat tinggi, karena dilakukan
pada aras molekul DNA. Dengan teknik ini dimungkinkan untuk memindahkan
suatu gen dari suatu jasad ke jasad lain meskipun hubungan kekerabatannya
sangat jauh. Sebagai contoh, sekarang telah banyak tanaman transgenik yang
membawa gen-gen dari bakteri, virus, atau dari tanaman lain yang jarak hubungan
kekerabatannya tidak memungkinkan dilakukan persilangan konvensional.
Kelebihan utama penggunaan teknologi DNA rekombinan untuk pemuliaan
tanaman adalah dimungkinkannya melakukan penyisipan gen asing dari jasad
apapun ke dalam tanaman serta modifikasi genetik pada genom tanaman secara
terarah. Hal ini memungkinkan para pemulia tanaman untuk memprediksikan
sifat-sifat baru yang akan muncul pada tanaman hasil rekayasa genetik tersebut.
Rekayasa genetik pada tanaman tingkat tinggi dilakukan melalui beberapa
tahapan yaitu : (1) Plasmid Ti diisolasi dari bakteri Agrobacterum tumefaciens dan
fragmen DNA asing diselipkan ke dalam darah T-nya dengan teknik DNA
rekombinan standar, (2) Ketika plasmid rekombinan dimasukkan ke dalam sel
tumbuhan yang dikulturkan, DNA T berintegrasi ke dalam DNA kromosom
tumbuhan tersebut, (3) Pada saat sel tumbuhan membelah, setiap turunannya
menerima satu salinan DNA T tersebut dari setiap gen asing yang dibawanya. Jika
seluruh tumbuhan itu diregenerasi, semua selnya akan membawa dan
mengekspreskan gen baru tersebut.

16

Gambar 6 Tahapan rekayasa genetik pada pembuatan tanaman transgenik


F. Pembuatan Antibiotik
Antibiotik

adalah

produk

metabolisme

yang

dihasilkan

oleh

mikroorganisme tertentu yang mempunyai sifat dapat menghambat pertumbuhan


atau merusak mikroorganisme lain. Antibiotik pertama yang digunakan untuk
mengobati penyakit pada manusia adalah tirotrisin. Antibiotik ini diisolasi dari
bakteri Bacillus brevis (suatu bakteri tanah) oleh Rene Dubois.
Penelitian tentang antibiotik pertama kali dilakukan oleh A. Gratia dan S.
Dath pada tahun 1924. Dari hasil penelitian ini dihasilkan actinomisetin dari
Actinomycetes. Pada tahun 1928 Alexander flemming menemukan antibiotik
penisilin dari jamur Penicillium notatum. Antibiotik ini mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Beberapa jenis mikroorganisme
dan antibiotik yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.
Tabel Beberapa jenis mikroorganisme dan antibiotik yang dihasilkan
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Mikroorganisme
Actinomycetes
Sterptomycetes griseus
Sterptomycetes erythraeus
Sterptomycetes noursei
Sterptomycetes nodosus
Sterptomycetes niveus
Bakteri
Bacillus licheniforis
Bacillus polymyxa
Jamur
Aspergillus fumigatus
Penicillium notatum
Penicillium griseofulvum

Antibiotik
Streptomycin
Erythromycin
Nystatin
Amphoetericin-B
Novobiocin
Bacitracin
PolymixynB
Fumigilin
Penisilin
Griseofulvin

Antibiotik digunakan untuk melawan berbagai infeksi mikroorganisme


patogen. Mikroorganisme patogen adalah mikroorganisme yang menyebabkan
penyakit. Antibiotik dibuat dengan cara tertentu. Tahap-tahap pembuatan
17

antibiotik adalah sebagai berikut.


1. Mikroorganisme penghasil antibiotik dikembangbiakkan
2. Mikroorganisme dipindahkan ke dalam bejana fermentasi yang berisi
media cair. Pada bejana fermentasi ini mikroorganisme dipacu untuk
berkembang biak dengan cepat.
Dari cairan biakan mikroorganisme tersebut, antibiotik diekstraksi dan
dimurnikan, kemudian dilakukan pengujian pertama kali dengan cara diuji di
dalam laboratorium menggunakan cawan petri, apakah antibiotik tersebut dapat
mematikan kuman atau tidak. Kedua, antibiotik diujikan pada hewan percobaan.
Ketiga, apabila hasil pengujian pada hewan percobaan ternyata aman, maka
antibiotik ini dapat diujikan pada sekelompok orang dengan pengawasan ketat
dari para ahli.
G. Pembuatan Vaksin
Vaksin digunakan untuk melindungi atau mencegah tubuh dari serangan
penyakit. Secara konvensional vaksin dibuat dari mikroorganisme (bakteri atau
virus) yang dilemahkan atau toksin yang dihasilkan oleh mikroorganisme tersebut.
Akan tetapi vaksin yang dihasilkan kurang aman dan dapat menimbulkan efek
yang merugikan, misalnya:
1. Mikroorganisme yang digunakan untuk membuat vaksin kemungkinan
masih melanjutkan proses reproduksi
2. Mikroorganisme yang digunakan untuk membuat vaksin kemungkinan
masih memiliki kemampuan menyebabkan penyakit
3. Ada sebagian orang yang alergi terhadap sisa-sisa sel dari produksi vaksin
meskipun sudah dilakukan proses pemurnian
Perkembangan bioteknologi yang semakin pesat dapat mengurangi
berbagai resiko yang tidak diinginkan tersebut. Vaksin dibuat secara bioteknologi
melalui teknik rekayasa genetika, yaitu dengan menyisipkan gen-gen penghasil
antibodi ke dalam DNA mikroorganisme (rekayasa genetika akan dibahas lebih
lanjut dalam subbab bioteknologi modern). Keuntungan lain pembuatan vaksin
dengan rekayasa genetika selain lebih aman, juga dapat diproduksi dalam jumlah
besar.

18

Gambar 7 Proses pembuatan vaksin dalam jumlah besar

Contoh vaksin antara lain vaksin poliomielitis, cacar air, rabies, rubella,
dan gondong. Proses pembuatan vaksin-vaksin tersebut adalah dengan cara
menumbuhkan virus di dalam kultur sel, seperti sel embrio ayam atau ginjal
monyet. Kemudian virus-virus tersebut diekstraksi dengan penyaringan. Hasil
ekstraksi digunakan untuk mematikan virus tersebut. Selanjutnya vaksin tersebut
dapat dilemahkan dan disimpan pada suhu rendah dan dapat digunakan jika
diperlukan. Apabila vaksin disuntikkan ke dalam tubuh seseorang, maka
memungkinkan tubuh membangun sistem kekebalan tubuh dengan membentuk
antibodi.

H. Bioremidiasi
Bioremediasi didefinisikan sebagai teknologi yang menggunakan mikroba
untuk mengolah (cleaning) hidrokarbon minyak bumi dari kontaminan melalui
mekanisme biodegradasi alamiah (intrinsic bioremediation) atau meningkatkan
mekanisme biodegradasi alamiah dengan menambahkan mikroba, nutrien, donor
elektron dan atau akseptor elektron (enhanced bioremediation) (Yulia, 2016).
Teknologi ini ditinjau dari aspek komersial adalah relatif lebih ramah lingkungan,
biaya penanganan yang relatif lebih murah dan bersifat fleksibel. Teknik
pengolahan limbah jenis B3 dengan bioremediasiini umumnya menggunakan

19

mikroorganisme (khamir, fungi, dan bakteri) sebagai agen bioremediator


(Sulistyono, 2016: 8).
Dalam aplikasi teknik bioremediasi dikenal dua teknik yang sangat umum
diterapkan yaitu biopile dan landfarming. Pada teknik biopile, tanah tercemar
ditimbun diatas lapisan kedap air dan suplai udara yang diperlukan oleh mikroba
dilakukan dengan memasang perpipaan untuk aerasi (pemberian udara) dibawah
tumpukan tanah tercemar. Pompa udara dipasang diujung perpipaan sehingga
semua bagian tanah yang mengandung mikroba dan polutan berkontak dengan
udara. Dengan teknik ini, ketinggian tanah timbunan adalah 1 sampai 1,5 meter.
Teknik landfarming dilakukan dengan menghamparkan tanah tercemar diatas
lapisan kedap air. Ketebalan hamparan tanah 30 50 cm memungkinkan kontak
mikroba dengan udara. Untuk menjamin bahwa semua bagian dari tanah yang
diolah terkontak dengan udara maka secara berkala hamparan tanah tersebut di
balikkan. Nama landfarming digunakan karena proses pembalikan tanah yang
dilakukan sama dengan pembalikan tanah pada saat persiapan lahan untuk
pertanian. Dalam melakukan bioremediasi, diperlukan biodegradasi senyawa
hidrokarbon secara berkelanjutan dan terkontrol baik. Bioremediasi senyawa
hidrokarbon dapat dilakukan dengan cara penambahan nutrient (biostimulasi) atau
dengan penambahan mikroorganisme pendegradasi hidrokarbon secara langsung.
Dalam hal ini, bakteri adalah mikroorganisme yang tepat dan umum digunakan
dalam

bioremediasi

hidrokarbon.Bakteri

dapat

mendegradasi

senyawa

hidrokarbon dan menggunakan senyawa tersebut sebagai sumber karbon untuk


pertumbuhan.
Pelaksanan

bioremediasi

dengan

menggunakan

bakteri

pada

dasarnya

menmbutuhkan kerja sama lebih dari satu spesies bakteri. Hal tersebut karena
senawa hidrokarbon seperti minyak bumi terbentuk dari bayak gugus yang
berbeda dan bakteri hanya dapat menggunakan hidrokarbon pada kisaran
tertentu.Oleh karena itu, dalam memanfaatkan bakteri, diperlukannya suatu
identifikasi yang tepat untuk menyesuaikan dengan kemampuannya dalam
mendegradasi hidrokarbon. Beberapa bakteri yang memanfaatkan hidrokarbon
sebagai senyawa pertumbuhan serta secara tidak langsung berperan dalam
bioremediasi

adalah

Pseudomonas

sp.,

Bakteri

Nictobacter,

Bakteri

20

EndogenousBakteri, Nitrifikasi, Bacillus subtilis, Bacillus cereus, Bacillus


laterospor.
Jadi apakah bioremediasi aman untuk digunakan? Bioremediasi sangat
aman untuk digunakan karena menggunakan mikroba yang secara alamiah sudah
ada dilingkungan (tanah). Mikroba ini adalah mikroba yang tidak berbahaya bagi
lingkungan atau masyarakat. Bioremediasi juga dikatakan aman karena tidak
menggunakan/ menambahkan bahan kimia dalam prosesnya. Nutrien yang
digunakan untuk membantu pertumbuhan mikroba adalah pupuk yang digunakan
dalam kegiatan pertanian dan perkebunan. Karena bioremediasi mengubah bahan
kimia berbahaya menjadi air (H2O) dan gas tidak berbahaya (CO2), maka
senyawa berbahaya dihilangkan seluruhnya. Teknologi bioremediasi banyak
digunakan pada pencemaran di tanah karena beberapa keuntungan menggunakan
proses alamiah / bioproses. Tanah atau air tanah yang tercemar dapat dipulihkan
ditempat tanpa harus mengganggu aktifitas setempat karena tidak dilakukan
proses pengangkatan polutan. Teknik ini disebut sebagai pengolahan in-situ.
Teknik bioremediasi yang diterapkan di Indonesia adalah teknik ex-situ yaitu
proses pengolahan dilakukan ditempat yang direncanakan dan tanah tercemar/
polutan diangkat ke tempat pengolahan.
I. GMO (Genetically Modified Organism)
1. Pengertian GMO
GMO adalah Suatu jasad yang memiliki sifat baru, yang sebelumnya tidak
dimiliki oleh jenis jasad tersebut, sebagai hasil penambahan gen yang berasal dari
jasad lain. Juga disebut organisme transgenik. GMO pertanian merupakan solusi
bioteknologi dibidang pertanian, sejak dari mempersiapkan bahan sampai dengan
pengolahannya menjadi produk siap olah maupun siap hidang. Dengan batasan ini
ada ruang lingkup kegiatan dapat diklaim juga sebagai bidang GMO pertanian,
serta kultur sel tanaman dalam rangka menghasilkan bibit unggul tanaman. Pada
dasarnya rekayasa genetika di bidang pertanian bertujuan untuk menciptakan
ketahanan pangan suatu negara dengan cara meningkatkan produksi, kualitas, dan
upaya penanganan pascapanen serta prosesing hasil pertanian. Peningkatkan
produksi pangan melalui revolusi gen ini ternyata memperlihatkan hasil yang jauh

21

melampaui produksi pangan yang dicapai dalam era revolusi hijau. Salah satu
produk rekayasa genetika yang telah berhasil dipasarkan kepada masyarakat
adalah beras GMO atau Golden Rice.
Nama Golden Rice diberikan karena butiran yang dihasilkan berwarna
kuning menyerupai emas. Rekayasa genetika merupakan metode yang digunakan
untuk produksi Golden Rice. Hal ini disebabkan karena tidak ada plasma nutfah
padi yang mampu untuk mensintesis karotenoid. Pendekatan transgenik dapat
dilakukan

karena

adanya

perkembangan

teknologi

transformasi

dengan

Agrobacterium dan ketersediaan informasi molekuler biosintesis karotenoid yang


lengkap pada bakteri dan tanaman. Dengan adanya informasi tersebut terdapat
berbagai pilihan cDNA. Produksi prototype Golden Rice menggunakan galur padi
japonica (Taipe 309), teknik transformasi menggunakan agrobacterium dan
beberapa gen penghasil beta karoten tanaman daffodil hingga bakteri.

2. Cara Pembuatan Golden Rice


Beberapa tahun berselang, ilmuwan Eropa melaporkan bahwa di dalam
biji padi terdapat bahan dasar (prekusor) untuk bioseintesis karotenoid, termasuk
beta-karoten, yaitu geranyl geranyl diphosphate (GGDP). Namun secara alami biji
padi tidak menghasilkan phytoene karena terjadi penghambatan fungsi dari enzim
phytoene synthase (PHY) dalam mengubah GGDP menjadi phytoene. Meskipun
demikian, penghambatan fungsi enzim tersebut bisa dihilangkan dengan cara
mengintroduksi gen PHY dari tanaman daffodil (bunga narsis/bakung) dengan
menggunakan promoter spesifik untuk endosperma. Selain PHY dan Ctrl, masih

22

ada satu enzim lagi yang diperlukan untuk mengubah lycopene menjadi betakaroten yaitu lycopene cyclase (LYC) yang juga berasal dari tanaman dattodil.
Secara ringkas, rekayasa jalur biosintesa beta-karoten pada golden rice bisa dilihat
pada skema berikut:

Bagaimana rekayasa golden rice dilakukan, sehingga bijinya bisa


mengandung beta karoten dan berwarna oranye kekuningan? Beta karoten adalah
zat warna oranye kekuningan, seperti pada tanaman wortel. Ia terbentuk dari
bahan dasar (prekusor) geranyl geranyl diphosphate (GGDP).
Melalui jalur biosintesa, GGDP akan diubah menjadi phytoene, diteruskan
menjadi lycopene, dan selanjutnya diubah lagi menjadi beta karoten. Secara alami,
dalam biji padi sudah terdapat GGDP, tetapi tidak mampu membentuk beta
karoten. Perubahan dari GGDP menjadi phytoene dilaksanakan oleh enzim
phytoene synthase (PHY) yang disandi oleh gen phy. Selanjutnya, gen crtI
mengkode enzim phytoene desaturase yang bertanggung jawab untuk mengubah
phytoene menjadi lycopene. Ada satu enzim lagi yang diperlukan untuk
mengubah lycopene menjadi beta karoten, yaitu lycopene cyclase (LYC).

23

Melalui sejumlah proses, maka gen phy, crtl, dan lyc yang berasal dari
tanaman daffodil (bunga narsis / bakung) disisipkan ke tanaman padi sehingga
padi mampu memproduksi beta karoten berwarna oranye kekuningan, yang
kemudian disebut sebagai golden rice.
3. Kandungan Golden Rice
Provitamin A berupa beta karoten. Beta karoten merupakan zat warna
oranye kekuningan, seperti pada tanaman wortel. Golden rice mengandung
betakarotena dan di dalam tubuh manusia betakarotena tersebut akan diubah
menjadi vitamin-A.Vitamin A yang ada di dalam beras ini sanggup mengatasi
defisiensi atau kekurangan Vitamin A pada manusia. Golden rice juga mempunyai
kandungan karbohidrat layaknya beras pada umumnya, juga mengandung zat besi
(Fe).
4. Manfaat Golden Rice
Manfaat dari pembuatan beras emas (golden rice) adalah mampu
menyediakan rekomendasi harian yang dianjurkan dari vitamin dalam 100-200
gram beras sehingga dengan mengkomsumsi beras emas (golden rice) ini dapat
menyediakan kebutuhan vitamin A dan karbohidrat yang diperlukan oleh tubuh.
Mengatasi kekurangan vitamin A karena mengandung beta karoten tinggi.
5. Kerugian Golden Rice
Kekhawatiran terhadap golden rice dalam hal kesehatan antara lain karena
ada kekhawatiran zat penyebab alergi (alergen) berupa protein dapat ditransfer ke
bahan pangan, terjadi resistensi antibiotik karena penggunaan marker gene, dan
terjadi outcrossing, yaitu tercampurnya benih konvensional dengan benih hasil
rekayasa genetika yang mungkin secara tidak langsung menimbulkan dampak
terhadap keamanan pangan.
Terhadap lingkungan dan perdagangan, pangan hasil rekayasa genetika
(PRG) dikhawatirkan merusak keanekaragaman hayati, menimbulkan monopoli
perdagangan karena yang memproduksi PRG (dalam hal ini Golden rice) secara
komersial adalah perusahaan multinasional, menimbulkan masalah paten yang
mengabaikan masyarakat pemilik organisme yang digunakan di dalam proses
rekayasa, serta pencemaran ekosistem karena merugikan serangga nontarget
misalnya (Komarriyah, 2016).
24

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diuraikan adalah sebagai berikut.
1. Teknik kloning sel terdiri atas transfer nukleus, tehnik roslin, dan tehnik
honolulu
2. Kompos bioaktif adalah kompos yang diproduksi dengan bantuan mikroba
lignoselulolitik unggul yang tetap bertahan di dalam kompos dan berperan
sebagai agensia hayati pengendali penyakit tanaman
3. Biofertilizer adalah pupuk yang mengandung mikroorganisme hidup yang
ketika diterapkan pada benih, permukaan tanaman, atau tanah, akan
25

mendiami rizosfer atau bagian dalam dari tanaman dan mendorong


pertumbuhan dengan meningkatkan pasokan nutrisi utama dari tanaman.
4. Kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian-bagian
tanaman seperti sel, jaringan atau organ serta menumbuhkannya secara
aseptis di dalam atau di atas suatu medium budidaya. Tahapan-tahapan
kerja di dalam laboratorium kultur jaringan dibagi 4 kelompok yaitu :
persiapan eksplan dan media, penanaman eksplan, pemeliharaan dan
aklimatisasi.
5. Tanaman transgenik adalah tanaman yang ke dalam komposisi bahan
genetiknya telah ditambahkan seperangkat gen asing yang diisolasi dari
jasad lain sehingga tanaman tersebut mempunyai kemampuan fisiologis
baru yang tidak pernah ada sebelumnya di alam.
6. Tahap-tahap pembuatan antibiotik adalah sebagai berikut: mikroorganisme
penghasil antibiotik dikembangbiakkan mikroorganisme dipindahkan ke
dalam bejana fermentasi yang berisi media cair.
7. Vaksin dibuat secara bioteknologi melalui teknik rekayasa genetika, yaitu
dengan menyisipkan gen-gen penghasil antibodi ke dalam DNA
mikroorganisme
8. Bioremediasi didefinisikan sebagai teknologi yang menggunakan mikroba
untuk mengolah (cleaning) hidrokarbon minyak bumi dari kontaminan
melalui mekanisme biodegradasi alamiah (intrinsic bioremediation)
9. GMO adalah Suatu jasad yang memiliki sifat baru, yang sebelumnya tidak
dimiliki oleh jenis jasad tersebut, sebagai hasil penambahan gen yang
berasal dari jasad lain juga disebut organisme transgenik

D. Saran
Kesadaran yang perlu ditingkatkan bagi seluruh makhluk bumi adalah
bagaimana menciptakan bumi yang lebih baik dan lebih lestari ke depannya tanpa
meninggalkan aspek kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk itu, dalam
proses peningkatan bioteknologi , harus juga diperhatikan aspek kelestarian SDA
dan SDM tersebut. Jangan sampai bioteknologi pangan justru membuat degradasi
kualitas kesehatan masyarakat bumi.

26

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2002. Bioteknologi. http://web.unair.ac.id/admin/file/f_20025_7i.pdf.
diakses pada tanggal 09 Desember 2016
Campbell, R dan Mitchell. 2003. Biologi. Jakarta: Erlangga
Sulistyono, 2016. Dampak Tumpahan Minyak (Oil Spill) Di Perairan Laut Pada
Kegiatan Industri Migas Dan Metode Penanggulangannya.
http://pusdiklatmigas.esdm.go.id/file/t7-_Dampak_Tumpahan_--_Sulistyono.pdf. Vol. 03 No. 1. diakses pada tanggal 09 Desember 2016
Yulia,dkk. 2016. Bioremediasi Air Laut Terkontaminasi Minyak Bumi Dengan
Menggunakan Bakteri Pseudomonas aeruginosa.
http://himikan.fpik.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2016/05/Bioremediasiminyak-bumi.pdf.diakses pada tanggal 09 Desember 2016

27

28

Anda mungkin juga menyukai