Makalah Dasar-Dasar Biotek Kel 3 Biologi Reguler 14
Makalah Dasar-Dasar Biotek Kel 3 Biologi Reguler 14
KEMAJUAN BIOTEKNOLOGI
DOSEN PENGAMPU:
Dr. TEDJO SUKMONO S.Si M.Si
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 03
1. HASTUTI SETIA ADHIKROM
2. IIN WULANDARI
3. SEPTIAN HARMI LESTARI
(A1C414010)
(A1C413006)
(A1C414029)
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul Kemajuan Bioteknologi.
Makalah ini diharapkan mampu memberikan wawasan pengetahuan dan
pemahaman bagi para pembaca untuk memahami apa saja kemajuan-kemajuan
bioteknologi pada saat ini. Dalam penulisan makalah ini, penulis telah berusaha
semaksimal mungkin. Namun penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat
diharapkan untuk penyempurnaan penyusunan makalah selanjutnya .
Dalam proses penulisan makalah ini belum bisa dikatakan sempurna, baik
materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah berupaya
dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga makalah ini
dapat selesai dengan baik. Oleh karena itu, penulis dengan rendah hati dan dengan
tangan terbuka menerima masukan, saran, dan usul, yang berguna dalam
penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menjadi sumbangan yang
berguna bagi kemajuan ilmu pengetahuan dalam rangka membangun bangsa dan
Negara.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................. 1
C. Tujuan............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
D. Kloning........................................................................................... 3
B. Tehnik Roslin................................................................................... 3
C. Tehnik Honolulu............................................................................... 5
D. Pemuliaan Tanaman Melalui Rekayasa Genetika..................................15
E. Pembuatan Antibiotik.......................................................................17
F. Pembuatan Vaksin........................................................................... 18
G. Bioremidiasi................................................................................... 20
H. GMO (Genetically Modified Organism)..............................................22
BAB III PENUTUP...............................................................................................26
A. Kesimpulan.................................................................................... 26
B. Saran............................................................................................. 27
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................28
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bioteknologi adalah pemanfaatan mikroorganisme untuk menghasilkan
suatu produk yang dapat digunakan oleh manusia. Bioteknologi dibagi menjadi
bioteknologi konvensional (tradisional) dan bioteknologi modern. Bioteknologi
konvensional biasanya menggunakan mikroorganisme berupa bakteri dan jamur.
Sedangkan bioteknologi modern biasanya menggunakan teknologi-teknologi yang
dapat membantu kita dalam proses pengkloningan, kultur jaringan ( Campbell,
2003:234).
Dewasa ini, perkembangan bioteknologi tidak hanya didasari pada biologi
semata, tetapi juga pada ilmu-ilmu terapan dan murni, seperti biokimia, komputer,
biologi molekuler, mikrobiologi, dan genetika. Dengan kata lain, bioteknologi
adalah ilmu terapan yang menggabungkan berbagai cabang ilmu dalam proses
produksi barang dan jasa. Pada masa kini, bioteknologi berkembang sangat pesat,
terutama di negara maju. Kemajuan ini ditandai dengan ditemukannya berbagai
macam teknologi seperti rekayasa genetika, kultur jaringan, rekombinasi DNA,
kloning, dan lain-lain. Teknologi ini memungkinkan kita untuk memperoleh
penyembuhan penyakit-penyakit genetik yang belum dapat disembuhkan, seperti
kanker ataupun AIDS. Di bidang pangan, dengan menggunakan teknologi
rekayasa genetika, kultur jaringan dan rekombinan DNA, dapat dihasilkan
tanaman dengan sifat dan produk unggul karena kandungan gizi yang lebih jika
dibandingkan tanaman biasa, serta juga lebih tahan terhadap hama maupun
tekanan lingkungan. Penerapan bioteknologi di masa ini juga dapat dijumpai pada
pelestarian lingkungan hidup dari polusi. Sebagai contoh, pada penguraian
minyak bumi yang tumpah kelaut oleh bakteri.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat diuraikan adalah sebagai berikut.
1. Apa saja teknik dalam kloning sel?
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
C. Tujuan
Adapun tujuan yang dapat diuraikan adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui teknik dalam kloning sel
2. Untuk mengetahui teknologi kompos bioaktif
3. Untuk mengetahui apa itu biofertilizer
4. Untuk mengetahui teknik kultur karingan pada tumbuhan
5. Untuk mengetahui proses pemuliaan tanaman melalui rekayasa
6.
7.
8.
9.
genetika
Untuk mengetahui proses pembuatan antibiotik
Untuk mengetahui proses pembuatan vaksin
Untuk mengetahui apa itu bioremidiasi
Untuk mengetahui penerapan dari GMO (Genetically Modified
Organism)?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kloning
Adapun teknik kloning sel terdiri atas :
a. Transfer Nukleus
Transfer nukleus membutuhkan dua sel yaitu suatu sel donor dan
suatu oosit atau sel telur. Telur matur sebelum dibuahi dibuang intinya atau
dan membentuk jaringan in vitro atau diluar tubuh hewan. Hal ini akan
menghasilkan duplikat yang banyak dari suatu inti yang sama. Tahap ini hanya
akan bermanfaat bila DNA nya diubah, seperti pada kasus Polly, karena
perubahan tersebut dapat diteliti untuk memastikan bahwa mereka telah
dipengaruhi Suatu sel donor diambil dari jaringan dan dimasukkan ke dalan
campuran, yang hanya memiliki nutrisi yang cukup untuk mempertahankan
kehidupan sel. Hal ini menyebabkan sel untuk menghentikan seluruh gen yang
aktif dan memasuki stadium GO. Kemudian sel telur dari domba betina
Blackface (domba betina yang mukanya
Blackface)
dienokulasi
dan
berbulu
hitam
Scottish
delapan jam setelah pengambilan sel telur, kejutan listrik digunakan untuk
menggabungkan dua sel tadi, pada saat yang sama pertumbuhan dari suatu
embrio mulai diaktifkan. Teknik ini tidaklah sepenuhnya sama seperti
aktivasi yang dilakukan oleh sperma, karena hanya beberapa sel yang diaktifkan
oleh kejutan listrik yang mampu bertahan cukup lama untuk menghasilkansuatu
embrio.
Jika embrio ini dapat bertahan, ia dibiarkan tumbuh selama sekitar
enam hari, diinkubasi di dalam oviduk domba. Ternyata sel yang diletakkan di
dalam oviduk lebih awal, di dalam pertumbuhannya lebih mampu bertahan
dibandingkan dengan yang diinkubasi di dalam laboratorium. Akhirnya embrio
tadi ditempatkan ke dalam uterus betina penerima (surrogate mother). Induk
betina tersebut selanjutnya akan mengandung hasil cloning tadi hingga
ianya siap untuk dilahirkan. Bila tidak terjadi kekeliruan, suatu duplikat
yang persis sama dari donor akan lahir.
Domba yang baru lahir tersebut memiliki semua karakteristik yang sama
dengan domba yang lahir secara alamiah. Dan telah diamati bila ada
efek
penyakit genetis lainnya yang terjadi atas kerusakan bertahap kepada DNA,
dikemudian hari juga terjadi pada Dolly atau hewan lainnya yang dikloning
dengan metode ini.
Juli
1998,
suatu
tim
ilmuwan
dari
Universitas
Hawai
ini
diakreditasi
atas
nama
Teruhiko
Wakayama
dan
Ryuzo
memungkinkan
adanya
waktu bagi sel telur untuk memprogram ulang nukleus barunya. Meskipun
tidak mendapatkan keuntungan tersebut ternyata Wakayama dan Yanagimachi
mampu melakukan kloning dengan angka keberhasilan
yang
jauh
lebih
sel kumulus,
maka penelitian
dikonsentrasikan pada sel-sel dari tipe tersebut (sel kumulus). Setelah terbukti
bahwa tekniknya dapat menghasilkan cloning yang hidup, Wakayama juga
membuat cloning dari cloning, dan membiarkan mahluk klon yang asli untuk
yang
dikembangkan
oleh
Balai
Penelitian
Bioteknologi
biodekomposer
unggul
yang
digunakan
adalah
Trichoderma
pseudokoningii , Cytopaga sp, dan fungi pelapuk putih. Mikroba tersebut mampu
mempercepat proses pengomposan menjadi sekitar 2-3 minggu. Mikroba akan
tetap hidup dan aktif di dalam kompos. Ketika kompos tersebut diberikan ke
tersedia bagi tanaman, karena terikat pada mineral liat tanah. Di sinilah peranan
mikroba pelarut P. Mikroba ini akan melepaskan ikatan P dari mineral liat dan
menyediakannya bagi tanaman. Banyak sekali mikroba yang mampu melarutkan
P, antara lain: Aspergillus sp, Penicillium sp, Pseudomonas sp dan Bacillus
megatherium. Mikroba yang berkemampuan tinggi melarutkan P, umumnya juga
berkemampuan tinggi dalam melarutkan K.
Kelompok mikroba lain yang juga berperan dalam penyerapan unsur P
adalah Mikoriza yang bersimbiosis pada akar tanaman. Setidaknya ada dua jenis
mikoriza yang sering dipakai untuk biofertilizer, yaitu: ektomikoriza dan
endomikoriza. Mikoriza berperan dalam melarutkan P dan membantu penyerapan
hara P oleh tanaman. Selain itu tanaman yang bermikoriza umumnya juga lebih
tahan terhadap kekeringan. Contoh mikoriza yang sering dimanfaatkan adalah
Glomus sp dan Gigaspora sp.
D. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan
Kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian-bagian
tanaman seperti sel, jaringan atau organ serta menumbuhkannya secara aseptis di
dalam atau di atas suatu medium budidaya sehingga bagian-bagian tanaman
tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman lengkap
kembali. Prinsip kultur jaringan terdapat pada teori sel yang dikemukakan oleh
dua orang ahli Biologi dari Jerman, M.J. Schleiden dan T. Swann. Teori tersebut
menyatakan bahwa sel tumbuhan bersifat autonom dan mempunyai totipotensi.
Sel bersifat autonom artinya dapat mengatur rumah tangganya sendiri, artinya
dapat melakukan metabolisme, tumbuh dan berkembang secara independen, jika
diisolasi dari jaringan induknya. Totipotensi artinya kemampuan sel tumbuhan
(baik sel somatik/vegetatif maupun sel gametik) untuk beregenerasi menjadi
tanaman lengkap kembali.
Disamping kultur jaringan, juga dikenal istilah kultur in vitro tanaman,
istilah ini muncul karena sel, kelompok sel atau organ tanaman tersebut tumbuh,
berkembang dan beregenerasi secara aseptis pada medium di dalam wadah
(tabung) yang transparan. Istilah eksplan digunakan untuk menyebutkan bagian
10
kecil dari tanaman (sel, jaringan atau organ) yang digunakan untuk memulai suatu
kultur.
Eksplan yang diambil dari tanaman induk bila ditumbuhkan pada medium
kultur akan dihadapkan pada kondisi stress. Kondisi ini akan mengubah pola
metabolisme sel sehingga sel akan memulai siklusnya yang baru, selanjutnya akan
tumbuh dan berkembang di dalam kultur. Respon yang pertama kali terlihat
adalah terbentuknya jaringan penutup luka atau disebut juga kalus . Kalus adalah
suatu massa sel yang tidak terorganisir akibat pembelahan sel secara terus
menerus tidak terkendali. Sel-Sel kalus ini berbeda dengan sel-sel eksplannya,
karena sel-sel menjadi tidak terdiferensiasi, dan proses ini disebut dediferensiasi
(kembali ke keadaan tidak terdiferensiasi). Induksi dediferensiasi dapat dilakukan
dengan menambahkan zat pengatur tumbuh dari kelompok auksin ke dalam
medium kultur.
Perkembangan selanjutnya adalah terjadinya morfogenesis, yaitu proses
terbentuknya organ-organ baru (de novo) yang kemudian akan tumbuh menjadi
tanaman utuh. Tanaman hasil regenerasi dengan teknik kultur jaringan disebut
planlet (Gambar 3). Pembentukan planlet terjadi melalui dua proses yang berbeda,
yaiu:
1. Organogenesis, yaitu diferensiasi unipolar, menghasilkan ujung tunas (shoot
tip) yang akan menjadi tunas atau ujung akar (root tip) yang akan menjadi
akar.
2. Embryogenesis somatik, yaitu suatu proses diferensiasi meristem bipolar
yang berupa bakal tunas dan akar.
Pertumbuhan dan perkembangan embrio berlangsung secara bertahap melalui
proses yang identik dengan proses embryogenesis zigotik, yaitu terbentuknya
struktur bipolar melalui tahapan bentuk bulat, jantung, torpedo dan akhirnya
berkecambah menjadi planlet.
Morfogenesis in vitro dapat terjadi secara langsung (direct morphogenesis)
dan tidak langsung (indirect morphogenesis). Secara langsung terjadi tanpa
melalui tahapan kalus terlebih dahulu (Gambar 3a). Sel-sel diinduksi lagsung
11
menjadi embrionik, hal ini dapat dikerjakan dengan menanam eksplan pada
medium dengan kombinasi zat pengatur tumbuh dari kelompok auksin dan
sitokinin secara simultan. Sel-sel yang sudah terinduksi menjadi embriogenik
identik dengan zigot, sehingga dapat melanjutkan pertumbuhannya menjadi
embrio dan selanjutnya tanaman utuh.
Morfogenesis secara tidak langsung umumnya melalui tahapan kalus
terlebih dahulu .Selanjutnya jika proses induksi dediferensiasinya benar, maka
gen-gen yang bertanggung jawab terhadap totipotensi akan berfungsi. Pembelahan
sel-selnya terkendali, membentuk sel-sel yang terorganisir (embrio). Embrio yang
terbentuk adalah dari sel-sel somatik atau gametik dan bukan dari zigot, embrio
demikian disebut embrio adventif dan prosesnya disebut embryogenesis somatik.
Embrio selanjutnya akan tumbuh dan berkembang mejadi tanaman utuh melalui
proses yang identik dengan proses embryogenesis zigotik.
Diferensiasi selular dan morfogenesis in vitro terutama dikendalikan oleh
interaksi antara konsentrasi auksin dan sitokinin yang diberikan pada medium
kultur. Manipulasi rasio auksin dan sitokinin dapat memengaruhi organogenesis.
Pada perbandingan auksin/sitokinin tinggi memacu pembentukan akar, sedangkan
perbandingan sebaliknya memacu pembentukan tunas. Jika perbandingan auksin
dan sitokinin seimbang hanya terbentuk kalus. Perbedaan perbandingan
konsentrasi antara auksin dan sitokinin dapat memengaruhi berbagai proses
morfogenesis.
12
Penanaman eksplan
Penanaman eksplan meliputi sterilisasi, pengambilan/pemotongan bagian
13
3.
Pemeliharaan
Setelah diinokulasi, botol kultur diletakkan di rak-rak pemeliharaan di
lama
membudidayakannya.
manusia
telah
Pemuliaan
melakukan
tanaman
pemuliaan
yang
tanaman
dilakukan
dan
sebelum
14
15
16
adalah
produk
metabolisme
yang
dihasilkan
oleh
Mikroorganisme
Actinomycetes
Sterptomycetes griseus
Sterptomycetes erythraeus
Sterptomycetes noursei
Sterptomycetes nodosus
Sterptomycetes niveus
Bakteri
Bacillus licheniforis
Bacillus polymyxa
Jamur
Aspergillus fumigatus
Penicillium notatum
Penicillium griseofulvum
Antibiotik
Streptomycin
Erythromycin
Nystatin
Amphoetericin-B
Novobiocin
Bacitracin
PolymixynB
Fumigilin
Penisilin
Griseofulvin
18
Contoh vaksin antara lain vaksin poliomielitis, cacar air, rabies, rubella,
dan gondong. Proses pembuatan vaksin-vaksin tersebut adalah dengan cara
menumbuhkan virus di dalam kultur sel, seperti sel embrio ayam atau ginjal
monyet. Kemudian virus-virus tersebut diekstraksi dengan penyaringan. Hasil
ekstraksi digunakan untuk mematikan virus tersebut. Selanjutnya vaksin tersebut
dapat dilemahkan dan disimpan pada suhu rendah dan dapat digunakan jika
diperlukan. Apabila vaksin disuntikkan ke dalam tubuh seseorang, maka
memungkinkan tubuh membangun sistem kekebalan tubuh dengan membentuk
antibodi.
H. Bioremidiasi
Bioremediasi didefinisikan sebagai teknologi yang menggunakan mikroba
untuk mengolah (cleaning) hidrokarbon minyak bumi dari kontaminan melalui
mekanisme biodegradasi alamiah (intrinsic bioremediation) atau meningkatkan
mekanisme biodegradasi alamiah dengan menambahkan mikroba, nutrien, donor
elektron dan atau akseptor elektron (enhanced bioremediation) (Yulia, 2016).
Teknologi ini ditinjau dari aspek komersial adalah relatif lebih ramah lingkungan,
biaya penanganan yang relatif lebih murah dan bersifat fleksibel. Teknik
pengolahan limbah jenis B3 dengan bioremediasiini umumnya menggunakan
19
bioremediasi
hidrokarbon.Bakteri
dapat
mendegradasi
senyawa
bioremediasi
dengan
menggunakan
bakteri
pada
dasarnya
menmbutuhkan kerja sama lebih dari satu spesies bakteri. Hal tersebut karena
senawa hidrokarbon seperti minyak bumi terbentuk dari bayak gugus yang
berbeda dan bakteri hanya dapat menggunakan hidrokarbon pada kisaran
tertentu.Oleh karena itu, dalam memanfaatkan bakteri, diperlukannya suatu
identifikasi yang tepat untuk menyesuaikan dengan kemampuannya dalam
mendegradasi hidrokarbon. Beberapa bakteri yang memanfaatkan hidrokarbon
sebagai senyawa pertumbuhan serta secara tidak langsung berperan dalam
bioremediasi
adalah
Pseudomonas
sp.,
Bakteri
Nictobacter,
Bakteri
20
21
melampaui produksi pangan yang dicapai dalam era revolusi hijau. Salah satu
produk rekayasa genetika yang telah berhasil dipasarkan kepada masyarakat
adalah beras GMO atau Golden Rice.
Nama Golden Rice diberikan karena butiran yang dihasilkan berwarna
kuning menyerupai emas. Rekayasa genetika merupakan metode yang digunakan
untuk produksi Golden Rice. Hal ini disebabkan karena tidak ada plasma nutfah
padi yang mampu untuk mensintesis karotenoid. Pendekatan transgenik dapat
dilakukan
karena
adanya
perkembangan
teknologi
transformasi
dengan
22
ada satu enzim lagi yang diperlukan untuk mengubah lycopene menjadi betakaroten yaitu lycopene cyclase (LYC) yang juga berasal dari tanaman dattodil.
Secara ringkas, rekayasa jalur biosintesa beta-karoten pada golden rice bisa dilihat
pada skema berikut:
23
Melalui sejumlah proses, maka gen phy, crtl, dan lyc yang berasal dari
tanaman daffodil (bunga narsis / bakung) disisipkan ke tanaman padi sehingga
padi mampu memproduksi beta karoten berwarna oranye kekuningan, yang
kemudian disebut sebagai golden rice.
3. Kandungan Golden Rice
Provitamin A berupa beta karoten. Beta karoten merupakan zat warna
oranye kekuningan, seperti pada tanaman wortel. Golden rice mengandung
betakarotena dan di dalam tubuh manusia betakarotena tersebut akan diubah
menjadi vitamin-A.Vitamin A yang ada di dalam beras ini sanggup mengatasi
defisiensi atau kekurangan Vitamin A pada manusia. Golden rice juga mempunyai
kandungan karbohidrat layaknya beras pada umumnya, juga mengandung zat besi
(Fe).
4. Manfaat Golden Rice
Manfaat dari pembuatan beras emas (golden rice) adalah mampu
menyediakan rekomendasi harian yang dianjurkan dari vitamin dalam 100-200
gram beras sehingga dengan mengkomsumsi beras emas (golden rice) ini dapat
menyediakan kebutuhan vitamin A dan karbohidrat yang diperlukan oleh tubuh.
Mengatasi kekurangan vitamin A karena mengandung beta karoten tinggi.
5. Kerugian Golden Rice
Kekhawatiran terhadap golden rice dalam hal kesehatan antara lain karena
ada kekhawatiran zat penyebab alergi (alergen) berupa protein dapat ditransfer ke
bahan pangan, terjadi resistensi antibiotik karena penggunaan marker gene, dan
terjadi outcrossing, yaitu tercampurnya benih konvensional dengan benih hasil
rekayasa genetika yang mungkin secara tidak langsung menimbulkan dampak
terhadap keamanan pangan.
Terhadap lingkungan dan perdagangan, pangan hasil rekayasa genetika
(PRG) dikhawatirkan merusak keanekaragaman hayati, menimbulkan monopoli
perdagangan karena yang memproduksi PRG (dalam hal ini Golden rice) secara
komersial adalah perusahaan multinasional, menimbulkan masalah paten yang
mengabaikan masyarakat pemilik organisme yang digunakan di dalam proses
rekayasa, serta pencemaran ekosistem karena merugikan serangga nontarget
misalnya (Komarriyah, 2016).
24
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diuraikan adalah sebagai berikut.
1. Teknik kloning sel terdiri atas transfer nukleus, tehnik roslin, dan tehnik
honolulu
2. Kompos bioaktif adalah kompos yang diproduksi dengan bantuan mikroba
lignoselulolitik unggul yang tetap bertahan di dalam kompos dan berperan
sebagai agensia hayati pengendali penyakit tanaman
3. Biofertilizer adalah pupuk yang mengandung mikroorganisme hidup yang
ketika diterapkan pada benih, permukaan tanaman, atau tanah, akan
25
D. Saran
Kesadaran yang perlu ditingkatkan bagi seluruh makhluk bumi adalah
bagaimana menciptakan bumi yang lebih baik dan lebih lestari ke depannya tanpa
meninggalkan aspek kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk itu, dalam
proses peningkatan bioteknologi , harus juga diperhatikan aspek kelestarian SDA
dan SDM tersebut. Jangan sampai bioteknologi pangan justru membuat degradasi
kualitas kesehatan masyarakat bumi.
26
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2002. Bioteknologi. http://web.unair.ac.id/admin/file/f_20025_7i.pdf.
diakses pada tanggal 09 Desember 2016
Campbell, R dan Mitchell. 2003. Biologi. Jakarta: Erlangga
Sulistyono, 2016. Dampak Tumpahan Minyak (Oil Spill) Di Perairan Laut Pada
Kegiatan Industri Migas Dan Metode Penanggulangannya.
http://pusdiklatmigas.esdm.go.id/file/t7-_Dampak_Tumpahan_--_Sulistyono.pdf. Vol. 03 No. 1. diakses pada tanggal 09 Desember 2016
Yulia,dkk. 2016. Bioremediasi Air Laut Terkontaminasi Minyak Bumi Dengan
Menggunakan Bakteri Pseudomonas aeruginosa.
http://himikan.fpik.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2016/05/Bioremediasiminyak-bumi.pdf.diakses pada tanggal 09 Desember 2016
27
28