Untuk menghitung besarnya harga perolehan aktiva tetap berlaku prinsip yang
menyatakan bahwa semua pengeluaran yang terjadi sejak pembelian sampai
aktiva tetap itu siap pakai harus dikapitalisasi.
Karena jenis aktiva tetap itu macam-macam maka masing-masing jenis
mempunyai cara perhitungan harga perolehan yang berbeda.
Perhitungan harga perolehan tanah berbeda dengan bangunan, demikian juga
mesin berbeda dengan perabot.
Lalu bagaimana cara menhitung harga perolehan 8 aktiva tetap berwujud seperti
tanah, bangunan dan mesin?
Yuk ikuti pembahasannya berikut ini.
#1. Tanah
Tanah yang dimiliki dan digunakan sebagai tempat berdirinya perusahaan dicatat
dalam REKENING TANAH.
Bila tanah itu tidak digunakan dalam usaha maka dicatat dalam rekening
Investasi Jangka Panjang.
Harga perolehan tanah terdiri dari berbagai elemen seperti :
Harga beli
Komisi pembelian
Bea Balik nama
Biaya penelitian tanah
Iuran-iuran (pajak-pajak) selama belum dipakai
Biaya merobohkan bangunan lama
Biaya perataan tanah, pembersihan dan pembagian
Pajak-pajak yang jadi beban pembeli pada waktu pembelian tanah.
Oleh karena itu hak atas tanah ini disusutkan selama umurnya dan hak atas
tanah ini dicantumkan dalam kelompok aktiva tetap tidak berwujud.
#2. Bangunan
Bangunan yang diperoleh dari pembelian, harga perolehannya harus
dialokasikan pada tanah dan gedung.
Biaya yang dikapitalisasi sebagai harga perolehan bangunan adalah:
Harga beli
Biaya perbaikan sebelum bangunan tersebut digunakan
Komisi pembelian
Bea balik nama
Pajak-pajak yang menjadi tanggungan pembeli pada waktu pembelian
Bila bangunan tersebut dibangun sendiri maka harga perolehan bangunan terdiri
dari :
Harga beli
Pajak-pajak yang menjadi beban pembeli
Biaya angkut
Asuransi selama dalam perjalanan
Biaya pemasangan
Biaya-biaya yang dikeluarkan selama masa percobaan mesin.
Bila mesin dan alat-alat tersebut dibuat sendiri maka harga perolehannya terdiri
dari semua biaya yang dikeluarkan terdiri dari semua biaya yang dikeluarkan
untuk membuat mesin dan alat-alat.
Sedangkan mesin dan alat-alat yang disewa dari pihak lain, biaya sewanya tidak
dikapitalisasi tapi dibebankan sebagai biaya pada periode terjadinya.
#4. Alat-alat Kerja
Alat-alat kerja yang dimiliki bisa berupa alat-alat untuk mesin atau alat-alat
tangan seperti drei, catut, pukul besi dan lainnya.
Secara umum nilai alat-alat kerja tersebut nilainya relatif kecil, maka harga
perolehan alat-alat kerja ini tidak dihitung nilai penyusutannya tapi diperlakukan
seperti berikut ini :
Harga beli
Biaya angkut
Pajak-pajak yang menjadi tanggungan pembeli.
#7. Kendaraan
Sebagaimana perlakuan perabot dan alat-alat kantor, maka kendaraan yang
dimiliki juga harus dipisah-pisahkan untuk masing-masing fungsi yang berbeda.
Yang dimasukkan dalam harga perolehan kendaraan adalah :
Harga faktur
Bea balik nama
Biaya angkut
Bila penjualan dengan tunai maka uang tanggungan yang diterima dikreditkan
ke rekening Uang Tanggungan Botol.
Pengembalian botol-botol tersbut ke perusahaan dicatat dengan jurnal sebagai
berikut :
Cadangan Tempat Barang
Piutang (Kas)
Rp. 500.000
Rp. 500.000
Bila tempat barang tidak dikembalikan maka uang tanggungan botol ini menjadi
milik perusahaan.
Bila pembeli belum membayar uang tanggungan botol maka pembeli harus
melunasinya.
Uang tanggungan botol yang dibebankan pada pembeli mungkin sebesar harga
perolehan botol tersebut atau bisa lebih besar.
Misalnya harga perolehan botol sebesar Rp. 500 per botol. Bila pembeli tidak
mengembalikan botol maka jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut :
Kas
Rp. 500.000
Piutang
Rp. 500.000
Jurnal tersebut dibuat bila pembeli belum membayar uang tanggungan botol
saat membeli minuman.
Bila uang tanggungan botol sudah dibayar maka jurnal tersebut di atas tidak
perlu dibuat. Tempat barang (botol) yang tidak dikembalikan dihapuskan dari
rekening Tempat Barang dengan jurnal sebagai berikut :
Cadangan Tempat Barang Rp. 500.000
(Uang Tanggungan Botol )
Tempat Barang
Rp. 500.000
Contoh berikutnya:
Misalnya harga perolehan tempat barang sebesar Rp. 400 per botol.
Sedangkan uang tanggungan yang dibebankan pada pembeli sebesar Rp. 500,
maka jika ada pembeli yang tidak mengembalikan botol, perusahaan akan
mendapat keuntungan Rp 100 per botol.
Jurnal untuk mencatat tempat barang yang tidak dikembalikan sebagai berikut :
Kas
Rp. 500.000
Piutang
Rp. 500.000
Bila uang tanggungan botol sudah dibayar pada waktu penjualan maka jurnal di
atas di ada.
Penghapusan botol yang tidak dikembalikan dibuat dengan jurnal sebagai
berikut:
Cadangan Tempat barang
(Uang tanggungan Botol)
Tempat Barang
Laba Tempat Barang
Rp. 500.000
Rp. 400.000
Rp. 100.000