Elsyaday-Laporan Fiswan
Elsyaday-Laporan Fiswan
DI SUSUN OLEH:
NAMA : ELSYADAY E LATUMAHINA
NIM
: 2014-40-136
KELAS : B
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan Laporan Praktikum Fisiologi Hewan tentang OSMOREGULASI DAN EKSKRESI PADA
HEWAN ini dengan tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa, dalam penyusunan laporan ini masih banyak memiliki kekurangan. Untuk
itu kritik dan saran yang membangun sangat di harapkan demi menyempurnakan laporan ini ke depannya.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dan mendukung
dalam penyusunan laporan ini. Mudah-mudahan laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca..
Elsyaday E Latumahina
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Osmoregulasi
Sistem Osmoregulasi ialah sistem pengaturan keseimbangan tekanan osmotik cairan tubuh (air dan
darah) dengan tekanan osmotik habitat (perairan). Pengaturan tekanan osmotik cairan tubuh yang layak
bagi kehidupan ikan, sehingga proses- proses fisiologis tubuhnya berfungsi normal. Tekanan osmotik ()
adalah tekanan yang diberikan pada larutan yang dapat menghentikan perpindahan molekul-molekul
pelarut ke dalam larutan melalui membran semi permeabel (proses osmosis) (Soewolo. dkk, 1994).
Osmoregulasi secara energik membutuhkan energi yang sangat banyak. Suatu pergerakan netto air hanya
terjadi dalam gradient osmotik. Osmoregulator harus menghabiskan energi untuk mempertahankan
gradien osmotik yang memungkinkan air untuk masuk dan bergerak keluar. Mereka melakukan hal
tersebut dengan cara memanipulasi kosentrasi zat terlarut dalam cairan tubuhnya. Suplai energi
osmoregulasi terutama bergantung pada seberapa besar perbedaan osmolaritas seekor hewan dari
osmolaritas lingkungannya dan pada seberapa besar kerja transport membran diperlukan untuk
mengangkut zat-zat terlarut secara aktif.
Osmoregulasi dilakukan dengan berbagai cara melalui (Soewolo, 1994): ginjal kulit membran
mulut Kebanyakan hewan menjaga agar kosentrasi cairan tubuhnya tetap lebih tinggi dari mediumnya
(regulasi hiporosmotis) atau lebih rendah dari mediumnya (regulasi hipoosmotis). Untuk itu hewan harus
berusaha mengurangi gangguan dengan menurunkan (Soewolo, 1994):
1. Permeabilitas membran atau kulitnya
2. Gardien (landaian) kosentrasi antara cairan tubuh dan lingkungannya.
Pada dasarnya regulator hiperosmotik menghadapi dua masalah fisiologik (Hurkat, 1976):
1. Air cenderung masuk ke dalam tubuh hewan, sebab kosentrasi zat terlarut dalam tubuh hewan lebih
tinggi dari pada dalam mediumnya
2. Zat terlarut cenderung keluar tubuh sebab kosentrasi didalam tubuh.
Disamping itu pebuangan air sebagai penyeimbang air masuk juga membawa zat terlarut didalamnya lebih
tinggi dari pada di luar tubuh (meningkatkan permeabilitas dinding tubuh) atau mengeluarkan kelebihan
air yang ada dalam tubuh (lewat urin dan feses). Sebaliknya terhadap zat terlarut, hewan harus (Hurkat,
1976):
1. Mengurangi jumlah air yang masuk kedalam tubuhnya.
2. Memasukkan garam-garam kedalam tubuhnya (lewat makan dan minum) atau mempertahankan zat
terlarut dalam tubuhnya.
Sebaliknya pada regulator hipoosmotik menghadapi masalah fisiologik (Hurkat, 1976):
1. Air cenderung keluar tubuh, sebab kadar air dalam tubuh tinggi dari pada mediumnya
2. Zat terlarut cenderung masuk ke dalam tubuh,sebab kadar zat terlarut didalam tubuh (dalam medium)
lebih tinggi dari pada dsalam cairan tubuhnya
Untuk menghadapi hal tersebut maka regulator hipoosmotik harus :
1. Menghambat keluarnya air dari dalam tubuh atau mempertahankan air yang ada dalam tubuh
2. Berusaha mencegah masuknya garam kedalam tubuh atau mengeluarkan kelebihan garan yang masuk
tubuh Untuk mengatur kadar air tersebut dan juga zat terlarut dalam tubuhnya, hewan menggunakan
organ-organ ekskresi yang dalam bekerjanya banyak menggunakan transport aktif.
2.2 Peranan osmoregulasi dan ekskresi
Peranan osmoregulasi dan ekskresi yaitu:
a. Mengeluarkan dan membuang hasil sampingan dari metabolism
b. Mencegah terganggunya aktivitas metabolik dalam tubuh dengan cara mengeksresikan zat buangan
c. Mengendalikan kandungan ion dalam cairan tubuh, garam berkelakuan seperti elektrolik lain dan
dalam cairan tubuh akan terurai menjadi ion-ion
d. Mengatur jumlah air yang terdapat dalam cairan tubuh, jumlah air dalam cairan tubuh dan cara
pengaturannya merupakan salah satu masalah fisiologik yang dihadapi oleh mahklk hidup.
e. Mengatur kadar ion H atau pH cairan tubuh.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan dipantai Namalatu Desa Latuhalat, Kecamatan Nusaniwe.
Waktu Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada Sabtu,3 Desember 2016.
Pukul 10:00 wit-15:00 wit
Timbangan gram
Stopwaatch
Sukrosa (gula pasir)
Garam dapur (NaCL)
Hewan echinodermata
Aquades
Ambil garam dapur ( NaCL) dan timbangan sebanyak 100 g, dan masukan kedalam ember
plastic, larutka garam tersebut dengan air aquadest 1000 ml (stock konsentrasi larutan NaCL)
Buatlah peninggian konsentrasi kadar garam 40%, 60%, 80% dengan cara ambil air laut
( dianggap konsentrasi air laut 100% ) dan masukan ke dalam gelas ukur 100ml. Untuk 40%
masukan air laut ke dalam gelas ukur 100 ml sebanyak 60 ml dan tamahkan larutan stock
konsentrasi yang telah dibuat kedalam gelas ukur sehingga mencapai 100 ml. ntuk konsentrasi 8o
% masukan air laut kedalam gelas ukur 100 ml sebanyak 20 ml dan tambahkan kosentrasi stok
larutan NaCl kedalam gelas ukur shehingga mencapai 100 ml. untuk konsentrasi 60 % masukan
air laut kedalam gelas ukur 100 ml sebnayak 40 ml dan tambahkan konsentrasi stok larutan NaCl
tersebut
Buatlah kegiatan yang sama untuk larutan glukosa (stok larutan gula pasir ) dengan cara timbang
dalam toples, biarkan selama 10 menit. Angkat kembali hewan tersebut dan timbang kembali
berat akhirnya.
Buatlah laporan hasil perlakuan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HAsil
Dari kegiatan praktikum yang dilakukan hasil yang didapati sebagai berikut:
Penurunan dan Peningkatan Kadar Garam
A. Peninggian Konsentrasi Kadar Garam
Konsentras
i
40%
Nama
Hewan
Teripang
Berat
Awal
60 g
Berat
Akhir
Selisi
Berat
60 g
60-60=0
60 %
80%
Landak
laut
Bintang
ular
10 g
15 g
10 g
10-10=0
14 g
15-14=1
Konsentras
i
Nama
Hewan
Berat
Awal
40%
Bintang
ular
10 g
60%
Landak
Laut
20 g
80%
Teripang
85 g
Berat
Akhir
Selisi
Berat
15 g
10 g
20-10=10
75 g
85-75=10
Konsentras
i
Nama
Hewan
Berat
Awal
40%
Bintang
ular
15 g
60%
Lintah
laut
20 g
80%
Duri babi
hitam
160 g
Berat
Akhir
Selisi
Berat
15-20=5
20-20=0
160180=20
detik)
B. Penurunan konsentrasi Kadar Gula
Konsentras
i
40%
Nama
hewan
Berat
Awal
60%
Linta Laut
15 g
80%
Teripang
hitam
100 g
Berat
Akhir
Selisi
Berat
15 g
15-15=0
80 g
100-80=20
4.2 Pembahasan
Dari data hasil praktikum di atas untuk mengetahui perilaku hewan akibat osmoregulasi
dengan kosentrasi larutan kadar garam dan larutan kadar gula 40%, 60%, dan 80%. Kami lakukan
peningkatandan penuruna dari larutan kadar garam (NaCl) dan larutan kadar gula (glukosa) tersebut.
Pada peningkatan kadar garam (NaCl), kami menggunakan hewan teripang untuk 40%, landak
laut untuk 60%, dan bintang ular untuk 80%. Dilihat dari hasil yang didapat, hewan tidak dapat
bertahan hidup karena kadar garam yang terlalu tinggi. Namun pada larutan kosentrasi yang tidak
terlalu tinggi seperti 60%, hewan masih dapat sedikit beradaptasi walaupun akhirnya hewan tetap
mengalami kematian. Dan tingkat bobot berat dari hewan tersebut tetap sama dengan bobot berat
awalnya.
Pada penurunan kadar garam (NaCl), kami gunakan hewan bintang ular untuk 40%, landak
laut untuk 60% dan teripanguntuk 80%. Dilihat dari hasil yang didapat terdapat perubahan fisik atau
warna pada hewan dan pada penurunan kadar garam ini juga hewan menunjukan sikap adaptasi
walaupun pada akhirnya hewan tetap akan mati. Dan tingkat bobot berat dari hewan pada kosentrasi
rendah terjadi peningkatan, namun pada kosentrasi 60% dan 80% terjadi penurunan bobot berat
hewan dari bobot berat awalnya.
Pada peningkatan dan penurunan kadar gula (glukosa), menunjukan perubahan secara fisik
sangat terlihat seperti warna tubuh dari hewan tersebut dan ada beberapa yang terdapat perubahan
warna pada cairan kosentrasi kadar gula.
Dari setiap kegiatan penuruan dan kenaikan kadar garam didapatkan bahwa, hewan hanya mampu
beradaptasi dan bertahan hidup pada kadark garam yang berkosentrasi rendah (40%).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Osmoregulasi merupakan kemampuan organisme untuk mempertahankan keseimbangan kadar
dalam tubuh, pada saat kadar garamnya berbeda. Osmoregulator harus menhabiskan energy
untuk mempertahankan gradient osmotic yang memungkinkan air untuk masuk dan bergerak
keluar.
Osmoregulasi dilakukan dengan berbagai cara melalui : ginjal kulit membran mulut
Kebanyakan hewan menjaga agar kosentrasi cairan tubuhnya tetap lebih tinggi dari mediumnya
(regulasi hiporosmotis) atau lebih rendah dari mediumnya (regulasi hipoosmotis). Untuk itu
hewan harus berusaha mengurangi gangguan dengan menurunkan: Permeabilitas membran
atau kulitnya dan Gardien (landaian) kosentrasi antara cairan tubuh dan lingkungannya.
Jika semakin tinggi kadar garam yang diterima, maka kemampuan hidup organisme menurun
dan dalam waktu yang lama akan mengakibatkan kematian.
DAFTAR PUSTAKA
http://sahabatbiologi.blogspot.co.id/2012/06/osmoregulasi.html
http://adesusilowati21.blogspot.co.id/2012/06/ekskresi-dan-osmoregulasi.html
http://tingdenting.blogspot.co.id/2013/12/ekskresi-dan-osmoregulasi.html
http://www.academia.edu/12159336/OSMOREGULASI_DAN_SISTEM_EKSRESI_MANU
SIA
http://paj89.blogspot.co.id/2012/11/osmoregulasi.html