Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

OSMOREGULASI DAN EKSKRESI PADA HEWAN

DI SUSUN OLEH:
NAMA : ELSYADAY E LATUMAHINA
NIM

: 2014-40-136

KELAS : B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEKURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan Laporan Praktikum Fisiologi Hewan tentang OSMOREGULASI DAN EKSKRESI PADA
HEWAN ini dengan tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa, dalam penyusunan laporan ini masih banyak memiliki kekurangan. Untuk
itu kritik dan saran yang membangun sangat di harapkan demi menyempurnakan laporan ini ke depannya.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dan mendukung
dalam penyusunan laporan ini. Mudah-mudahan laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca..

Ambon, Desember 2016


Penulis

Elsyaday E Latumahina

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Dasar Teori


Lingkungan hidup hewan dapat berubah-ubah. Hewan akan melakukan segala upaya agar dapat
tetap hidup dengan sebaik-baiknya didalam lingkungan itu. Maka terjadilah interaksi antara lingkungan
dengan hewan (secara umum: Mahkluk hidup) tersebut. Menghadapi tekanan lingkungan dapat terjadi
bahwa keadaan internal hewan merupakan fungsi dari lingkungan. Beberapa golongan hewan mengubah
keadaan internal tubuhnya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Sebagai contoh, hewanhewan Echinodermata akan mengubah suhu tubuhnya untuk untuk disesuaikan dengan suhu lingkungan.
Hewan-hewan seperti itu dikenal sebagai poikiloterm, yang melakukan konformitas terhadap
(suhu)lingkungannya. Secara mudah dapat dikatakan bahwa apabila suhu lingkungan naik, maka suhu
tubuh poikiloterm juga naik, jika suhu lingkungan turun, suhu tubuh juga turun.
Konformitas maupun regulasi tidak hanya bersangkutan dengan suhu, melainkan juga dengan
keadaan lingkungan lain, misalnya tekanan osmotic atau kosentrasi oksigen atau suatu zat. Konformitas
berlangsung apabila keadaan interna hewan mengalami kenaikan atau penurunan sesuai dengan kenaikan
atau penurunan dalam keadaan (misalnya suhu, tekanan osmotic, kosentrasi oksigen dan kosentrasi zat0
di lingkungan. Pengertian tersebut diatas dalam banyak hal bersangkutan dengan homeostatis termasuk
ekresi.
Semua hewan memerlukan mekanisme untuk mengeluarkan sisa metabolism dari dalam
tubuhnya. Proses pelepasan zat sisa yang tidak bermanfaat itu disebut ekresi. Ekresi ialah pelepasan zatzat sisa yang pernah terdapat didalam sel, cairan jaringan, atau darah. Sedangkan eliminasi adalah
pelepasan sisa-sisa yang tidak diabsorsi dari saluran pencernaan. Selain untuk mengeluarkan zat-zat sisa
dari tubuh, mekanisme ekresi juga mempunyai fungsi kedua yang penting, ialah untuk mengatur
(regulasi) keseimbangan air dan garam dalam tubuh mahkluk hidup.
1.2 Tujuan
Dengan melakukan praktikum ini bertujuan untuk:Mengenal proses omoregulasi dan ekskresi pada hewan
dan Mengetahui perilaku hewan akibat osmoregulasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Osmoregulasi
Sistem Osmoregulasi ialah sistem pengaturan keseimbangan tekanan osmotik cairan tubuh (air dan
darah) dengan tekanan osmotik habitat (perairan). Pengaturan tekanan osmotik cairan tubuh yang layak
bagi kehidupan ikan, sehingga proses- proses fisiologis tubuhnya berfungsi normal. Tekanan osmotik ()
adalah tekanan yang diberikan pada larutan yang dapat menghentikan perpindahan molekul-molekul
pelarut ke dalam larutan melalui membran semi permeabel (proses osmosis) (Soewolo. dkk, 1994).
Osmoregulasi secara energik membutuhkan energi yang sangat banyak. Suatu pergerakan netto air hanya
terjadi dalam gradient osmotik. Osmoregulator harus menghabiskan energi untuk mempertahankan
gradien osmotik yang memungkinkan air untuk masuk dan bergerak keluar. Mereka melakukan hal
tersebut dengan cara memanipulasi kosentrasi zat terlarut dalam cairan tubuhnya. Suplai energi
osmoregulasi terutama bergantung pada seberapa besar perbedaan osmolaritas seekor hewan dari
osmolaritas lingkungannya dan pada seberapa besar kerja transport membran diperlukan untuk
mengangkut zat-zat terlarut secara aktif.
Osmoregulasi dilakukan dengan berbagai cara melalui (Soewolo, 1994): ginjal kulit membran
mulut Kebanyakan hewan menjaga agar kosentrasi cairan tubuhnya tetap lebih tinggi dari mediumnya
(regulasi hiporosmotis) atau lebih rendah dari mediumnya (regulasi hipoosmotis). Untuk itu hewan harus
berusaha mengurangi gangguan dengan menurunkan (Soewolo, 1994):
1. Permeabilitas membran atau kulitnya
2. Gardien (landaian) kosentrasi antara cairan tubuh dan lingkungannya.
Pada dasarnya regulator hiperosmotik menghadapi dua masalah fisiologik (Hurkat, 1976):
1. Air cenderung masuk ke dalam tubuh hewan, sebab kosentrasi zat terlarut dalam tubuh hewan lebih
tinggi dari pada dalam mediumnya
2. Zat terlarut cenderung keluar tubuh sebab kosentrasi didalam tubuh.
Disamping itu pebuangan air sebagai penyeimbang air masuk juga membawa zat terlarut didalamnya lebih
tinggi dari pada di luar tubuh (meningkatkan permeabilitas dinding tubuh) atau mengeluarkan kelebihan
air yang ada dalam tubuh (lewat urin dan feses). Sebaliknya terhadap zat terlarut, hewan harus (Hurkat,
1976):
1. Mengurangi jumlah air yang masuk kedalam tubuhnya.
2. Memasukkan garam-garam kedalam tubuhnya (lewat makan dan minum) atau mempertahankan zat
terlarut dalam tubuhnya.
Sebaliknya pada regulator hipoosmotik menghadapi masalah fisiologik (Hurkat, 1976):
1. Air cenderung keluar tubuh, sebab kadar air dalam tubuh tinggi dari pada mediumnya
2. Zat terlarut cenderung masuk ke dalam tubuh,sebab kadar zat terlarut didalam tubuh (dalam medium)
lebih tinggi dari pada dsalam cairan tubuhnya
Untuk menghadapi hal tersebut maka regulator hipoosmotik harus :

1. Menghambat keluarnya air dari dalam tubuh atau mempertahankan air yang ada dalam tubuh
2. Berusaha mencegah masuknya garam kedalam tubuh atau mengeluarkan kelebihan garan yang masuk
tubuh Untuk mengatur kadar air tersebut dan juga zat terlarut dalam tubuhnya, hewan menggunakan
organ-organ ekskresi yang dalam bekerjanya banyak menggunakan transport aktif.
2.2 Peranan osmoregulasi dan ekskresi
Peranan osmoregulasi dan ekskresi yaitu:
a. Mengeluarkan dan membuang hasil sampingan dari metabolism
b. Mencegah terganggunya aktivitas metabolik dalam tubuh dengan cara mengeksresikan zat buangan
c. Mengendalikan kandungan ion dalam cairan tubuh, garam berkelakuan seperti elektrolik lain dan
dalam cairan tubuh akan terurai menjadi ion-ion
d. Mengatur jumlah air yang terdapat dalam cairan tubuh, jumlah air dalam cairan tubuh dan cara
pengaturannya merupakan salah satu masalah fisiologik yang dihadapi oleh mahklk hidup.
e. Mengatur kadar ion H atau pH cairan tubuh.

BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan dipantai Namalatu Desa Latuhalat, Kecamatan Nusaniwe.
Waktu Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada Sabtu,3 Desember 2016.
Pukul 10:00 wit-15:00 wit

3.2 Alat dan Bahan

Tabung reaksi 100 ml/ 250 ml

Timbangan gram

Stopwaatch
Sukrosa (gula pasir)
Garam dapur (NaCL)

Hewan echinodermata
Aquades

3.3 Prosedur Kerja

Ambil garam dapur ( NaCL) dan timbangan sebanyak 100 g, dan masukan kedalam ember

plastic, larutka garam tersebut dengan air aquadest 1000 ml (stock konsentrasi larutan NaCL)
Buatlah peninggian konsentrasi kadar garam 40%, 60%, 80% dengan cara ambil air laut
( dianggap konsentrasi air laut 100% ) dan masukan ke dalam gelas ukur 100ml. Untuk 40%
masukan air laut ke dalam gelas ukur 100 ml sebanyak 60 ml dan tamahkan larutan stock
konsentrasi yang telah dibuat kedalam gelas ukur sehingga mencapai 100 ml. ntuk konsentrasi 8o
% masukan air laut kedalam gelas ukur 100 ml sebanyak 20 ml dan tambahkan kosentrasi stok
larutan NaCl kedalam gelas ukur shehingga mencapai 100 ml. untuk konsentrasi 60 % masukan
air laut kedalam gelas ukur 100 ml sebnayak 40 ml dan tambahkan konsentrasi stok larutan NaCl

ke dalam gelas ukur sehingga mencapai 100 ml


Masukan laruran konsentrasi 80 ml kedalm toples hingga ukuran dan ambil ecinodea atau bulu
babi dan timbang berat tubuhnya, (berat awal), masukan hewan bulu babi yang telah ditimbang
ke dalm toples yang berisi larutan garam 80 %. Amatilah tingkah laku tersebut, dan biarkan
hewan tersebut selama 10 menit, kemudian angka dan timbang berat tersebut (berat akhir)
kemudian cari selisih berat awal dikurang berat akhir. Lakukan hal yang sama untuk larutan

konsentrasi 40% dan 60%.


Lakukan hal yang sama untuk penurunan kosentrasi kadar garam (NaCl, dengan cara masukan
air laut kedalam gelas ukur 100 ml sebanyak 20 ml tambahkan air tawar (akuades 80 ml sampai

mencapai ukuran 100 ml)


Masukan larutan tersebut kedalam toples hingga mencapai ukuran volume toples. Ambil
hewan ecinodermata dan timbang berat awalnya, masukan hewan tersebut kedalam toples yang
berisikan penurunan konsentrasi kadar garam NaCl amatilah tingkah laku hewan dan kondisi
larutan dalam toples. Biarkan hewan selama 10 menit angkat dan timbang berat akhir hewan

tersebut
Buatlah kegiatan yang sama untuk larutan glukosa (stok larutan gula pasir ) dengan cara timbang

100 gram kemudian dilarutkan dengan air akuades 1000 ml.


Buatlah konsentrasi larutan gula 80 % dengan cara masukan air akuades 20 ml kedalam gelas
ukur 100 ml tambahkan larutan gula hingga mencamapi 100 ml. masukan larutan gula tersebut
kedalm toples sehingga mencapai toples. Ambil hewan ecinodermata dan timbang berat
awalnya, masukan hewan tersebut kedalam toples, amati perilaku hewan dan amati pula cairan

dalam toples, biarkan selama 10 menit. Angkat kembali hewan tersebut dan timbang kembali

berat akhirnya.
Buatlah laporan hasil perlakuan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HAsil
Dari kegiatan praktikum yang dilakukan hasil yang didapati sebagai berikut:
Penurunan dan Peningkatan Kadar Garam
A. Peninggian Konsentrasi Kadar Garam

Konsentras
i

40%

Nama
Hewan

Teripang

Berat
Awal

60 g

Perubahan yang terjadi

Gerakan mulai melambat (40 detik)


Gerakan terhenti (1menit 20 detik)
Muncul gerakan tetapi membelit
(1menit 30detik)
Tubuh mulai memendek (2 menit 34
detik)
Gerak terhenti (5menit 16 detik)
Muncul gerakan (9 menit 56 detik)
Pergerakan duri semakin kuat (2
menit)

Berat
Akhir

Selisi
Berat

60 g

60-60=0

60 %

80%

Landak
laut

Bintang
ular

10 g

15 g

Duri semakin renggang (4 menit)


Warna duri menjadi pucat (5 menit)
Pergerakan kembali melambat (6
menit)
Pergerakan mulai cepat (7 menit)
Tubuh bergerak cepat (30 detik)
Duri melebar dan bergerak cepat (2
menit)
Tubuh bergerak lambat (4 menit)
Gerak tubuh mulai terhenti (5 menit)

10 g

10-10=0

14 g

15-14=1

B. Penurunan Konsentrasi Kadar Garam

Konsentras
i

Nama
Hewan

Berat
Awal

40%

Bintang
ular

10 g

60%

Landak
Laut

20 g

Perubahan yang terjadi

80%

Teripang

85 g

Gerak cepat (1 menit)


Gerak terhenti (3 menit)
Gerak terhenti dan warna tidak
berubah (10 menit)
Gerak duri melambat (1 menit)
Gerak duri terhenti (1 menit 56
detik)
Warna duri pucat (5 menit)
Warna duri semakin pucat (7
menit)
Hewan tak bernapas dan tak
bergerak (9-10 menit)
Tubuh membulat lonjong
warnanya merah kehitaman (1
menit)
Pergerakan terhenti (2 menit)
Tubuh mulai mengembang (5
menit)
Tidak ada pergerakan (10 menit)

Berat
Akhir

Selisi
Berat

15 g

10 g

20-10=10

75 g

85-75=10

Penurunan dan Peningkatan Kadar Gula


A. Peningkatan Konsentrasi Kadar Gula

Konsentras
i

Nama
Hewan

Berat
Awal

Perubahan yang terjadi

40%

Bintang
ular

15 g

60%

Lintah
laut

20 g

80%

Duri babi
hitam

160 g

Berat
Akhir

Tubuhnya menggumpal (50 detik)


Gerakan melambat (1 menit 22
detik)
20 g
Gerakan berhenti (3 menit)
Warna berubah menjadi coklat
mudah (5 menit)
Gerak terhenti, warna coklat muda
(10 menit)
Tubuh menyusut dan memanjang
(23 detik)
Pergerakan semakin cepat (1 menit
13 detik)
20 g
Hewan mengeluarkan lender (1
menit 38 detik)
Bagian perut menguning (1 menit
59 detik)
Warna kulit menjadi pucat (2 menit
48 detik)
Hewan membalikan tubuh (3 menit
13 detik)
Hewan mengeluarkan lender
semakin bayak (3 menit 35 detik)
Tubuh melingkar dan pergerakan
tubuh semakin lambat (4 menit 39
detik)
Warna tubuh semakin pucat (6
menit 5 detik)
Tubuh semakin menyusut (7 menit
53 detik)
Pergerakan lebih lambat (8 menit
16 detik)
Gerak cepat (1 menit)
Perubahan warna pada larutan (4180 g
10 menit)
Duri berhenti bergerak (7 menit 2

Selisi
Berat

15-20=5

20-20=0

160180=20

detik)
B. Penurunan konsentrasi Kadar Gula

Konsentras
i
40%

Nama
hewan

Berat
Awal

Perubahan yang terjadi

60%

Linta Laut

15 g

80%

Teripang
hitam

100 g

Pergerakan cepat (1 menit 39 detik)


Perubahan warna kulit atas pucat (2
menit 55 detik)
Pergerakan lambat (4 menit 35
detik)
Pengeluaran lender (5 menit)
Pergerakan perut lambat (6 menit
31 detik)
Pergerakan tubuh lambat (7 menit
58 detik)
Tubuh menyusut (8 menit 43 detik)
Warna perut menguning (9 menit
38 detik)
Perubahan warna teripang menjadi
coklat (5 menit 14 detik)
Mengembang , permukaan tubuh
licin,mengeras, tidak ada
pergerakan (7 menit 2 detik)

Berat
Akhir

Selisi
Berat

15 g

15-15=0

80 g

100-80=20

4.2 Pembahasan
Dari data hasil praktikum di atas untuk mengetahui perilaku hewan akibat osmoregulasi
dengan kosentrasi larutan kadar garam dan larutan kadar gula 40%, 60%, dan 80%. Kami lakukan
peningkatandan penuruna dari larutan kadar garam (NaCl) dan larutan kadar gula (glukosa) tersebut.
Pada peningkatan kadar garam (NaCl), kami menggunakan hewan teripang untuk 40%, landak
laut untuk 60%, dan bintang ular untuk 80%. Dilihat dari hasil yang didapat, hewan tidak dapat
bertahan hidup karena kadar garam yang terlalu tinggi. Namun pada larutan kosentrasi yang tidak
terlalu tinggi seperti 60%, hewan masih dapat sedikit beradaptasi walaupun akhirnya hewan tetap

mengalami kematian. Dan tingkat bobot berat dari hewan tersebut tetap sama dengan bobot berat
awalnya.
Pada penurunan kadar garam (NaCl), kami gunakan hewan bintang ular untuk 40%, landak
laut untuk 60% dan teripanguntuk 80%. Dilihat dari hasil yang didapat terdapat perubahan fisik atau
warna pada hewan dan pada penurunan kadar garam ini juga hewan menunjukan sikap adaptasi
walaupun pada akhirnya hewan tetap akan mati. Dan tingkat bobot berat dari hewan pada kosentrasi
rendah terjadi peningkatan, namun pada kosentrasi 60% dan 80% terjadi penurunan bobot berat
hewan dari bobot berat awalnya.
Pada peningkatan dan penurunan kadar gula (glukosa), menunjukan perubahan secara fisik
sangat terlihat seperti warna tubuh dari hewan tersebut dan ada beberapa yang terdapat perubahan
warna pada cairan kosentrasi kadar gula.
Dari setiap kegiatan penuruan dan kenaikan kadar garam didapatkan bahwa, hewan hanya mampu
beradaptasi dan bertahan hidup pada kadark garam yang berkosentrasi rendah (40%).

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Osmoregulasi merupakan kemampuan organisme untuk mempertahankan keseimbangan kadar
dalam tubuh, pada saat kadar garamnya berbeda. Osmoregulator harus menhabiskan energy
untuk mempertahankan gradient osmotic yang memungkinkan air untuk masuk dan bergerak

keluar.
Osmoregulasi dilakukan dengan berbagai cara melalui : ginjal kulit membran mulut
Kebanyakan hewan menjaga agar kosentrasi cairan tubuhnya tetap lebih tinggi dari mediumnya
(regulasi hiporosmotis) atau lebih rendah dari mediumnya (regulasi hipoosmotis). Untuk itu
hewan harus berusaha mengurangi gangguan dengan menurunkan: Permeabilitas membran

atau kulitnya dan Gardien (landaian) kosentrasi antara cairan tubuh dan lingkungannya.
Jika semakin tinggi kadar garam yang diterima, maka kemampuan hidup organisme menurun
dan dalam waktu yang lama akan mengakibatkan kematian.

DAFTAR PUSTAKA

http://sahabatbiologi.blogspot.co.id/2012/06/osmoregulasi.html
http://adesusilowati21.blogspot.co.id/2012/06/ekskresi-dan-osmoregulasi.html
http://tingdenting.blogspot.co.id/2013/12/ekskresi-dan-osmoregulasi.html
http://www.academia.edu/12159336/OSMOREGULASI_DAN_SISTEM_EKSRESI_MANU
SIA
http://paj89.blogspot.co.id/2012/11/osmoregulasi.html

Anda mungkin juga menyukai