Meskipun mudah didapat dan murah harganya, kacang hijau bukan makanan murahan.
Biji yang mudah tumbuh di seluruh Indonesia ini kaya zat gizi dan mengandung
antioksidan. Kecambahnya dipercaya membantu menambah kesuburan bagi pria.
Lebih dari 65 persen kebutuhan protein dan 80 persen kebutuhan energi dalam pola
makan penduduk di negara-negara sedang berkembang, dipenuhi oleh sumber pangan
nabati. Pemenuhan makanan berprotein yang bersumber dari bahan hewani pada
umumnya terbatas, karena harganya relatif mahal sehingga tanaman pangan masih
merupakan sumber utama energi dan protein.
Komoditas ini termasuk dalam kelas Leguminosae, yaitu merupakan tanaman dikotiledon
(memiliki dua keping biji) yang kaya akan zat gizi sebagai cadangan makanan bagi
lembaga (embrio) selama germinasi (proses perkecambahan).
Kacang hijau dikenal dengan beberapa nama, seperti mungo, mung bean, green bean dan
mung. Tanaman kacang hijau merupakan tanaman yang tumbuh hampir di seluruh tempat
di Indonesia, baik di dataran rendah hingga daerah dengan ketinggian 500 meter dari
permukaan laut.
Di Indonesia, kacang hijau juga memiliki beberapa nama daerah, seperti artak (Madura),
kacang wilis (Bali), buwe (Flores), tibowang cadi (Makassar). Buah kacang hijau
merupakan polong bulat memanjang antara 6-15 cm. Warna buahnya hijau ketika masih
muda dan ungu tua setelah cukup tua. Di dalam setiap buah terdapat 5-10 biji kacang
hijau. Biji tersebut ada yang mengkilap dan ada pula yang kusam, tergantung jenisnya.
Biji kacang hijau berbentuk bulat atau lonjong, umumnya berwarna hijau, tetapi ada juga
yang berwarna kuning, coklat atau berbintik-bintik hitam. Dua jenis kacang hijau yang
paling terkenal adalah golden gram dan green gram. Golden gram merupakan kacang
hijau yang berwarna keemasan, dalam bahasa botaninya disebut Phaseolus aureus.
Sedangkan yang berwarna hijau atau green gram, disebut Phaseolus radiatus.
Biji kacang hijau terdiri atas tiga bagian utama, yaitu kulit biji (10 persen), kotiledon (88
persen) dan lembaga (2 persen). Kotiledon banyak mengandung pati dan serat, sedangkan
lembaga merupakan sumber protein dan lemak.
Dalam perdagangan kacang hijau di Indonesia hanya dikenal dua macam mutu, yaitu
kacang hijau biji besar dan biji kecil. Kacang hijau biji besar digunakan untuk bubur dan
tepung, sedangkan yang berbiji kecil digunakan untuk pembuatan taoge.
Kacang hijau termasuk tanaman pangan yang sudah lama dibudidayakan secara
tradisional di Indonesia. Beberapa varietas unggul kacang hijau yang telah banyak
ditanam di Indonesia adalah: Bhakti (No. 116). No 129, Merak, Nuri, Manyar, Gelatik,
Betet, Walet, SP 83051, Kenari, Sriti, dan lain-lain.
Pentingnya Perkecambahan
Di Indonesia, tauge sangat populer karena proses pembuatannya sangat sederhana. Proses
perkecambahan dipengaruhi oleh kondisi tempat kacang dikecambahkan. Faktor-faktor
lingkungan yang berpengaruh adalah: air, gas, suhu dan cahaya. Temperatur optimum
untuk perkecambahan adalah 34 derajat C.
Kandungan zat gizi pada biji sebelum dikecambahkan, berada dalam bentuk tidak aktif
(terikat). Setelah perkecambahan, bentuk tersebut diaktifkan sehingga meningkatkan daya
cerna bagi manusia.
Peningkatan zat-zat gizi pada tauge mulai tampak sekitar 24-48 jam saat perkecambahan.
Melalui germinasi, nilai daya cerna kacang hijau akan meningkat, sehingga waktu
pemasakan atau pengolahan menjadi lebih singkat.
Pada saat perkecambahan, terjadi hidrolisis karbohidart, protein dan lemak menjadi
senyawa-senyawa yang lebih sederhana sehingga mudah dicerna. Selama perkecambahan,
terjadi peningkatan jumlah protein, sedangkan kadar lemaknya mengalami penurunan.
Vitamin E memiliki fungsi antara lain sebagai antioksidan untuk menangkal serangan
radikal bebas, sehingga dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh terhadap berbagai
penyakit infeksi. Vitamin E juga sering dijuluki sebagai vitamin untuk meningkatkan
kesuburan (fertilitas), sehingga kekurangan vitamin E merupakan salah satu penyebab
kemandulan.
Ragam Pemanfaatan
Di Indonesia pemanfaatan kacang hijau menurut banyaknya pemakaian bahan adalah
sebagai: kecambah, bubur, makanan bayi, kue dan penganan tradisional, minuman sari
kacang, tahu, soun, tepung hunkwe, sayuran dan sup. Kacang hijau juga dapat diolah
menjadi protein isolat dan tepung kacang hijau.
1. Kecambah
Cara pembuatan kecambah/tauge yang digunakan sebagai sayur adalah sebagai berikut:
kacang hijau direndam air selama satu malam, kemudian ditebarkan pada tempat yang
mempunyai lubang dan diberi daun/kain/kertas merang sebagai substrat untuk menjaga
kelembaban agar kacang-kacangan tidak busuk.
Setiap hari kacang disiram dengan air sebanyak 4-5 kali. Setelah satu hari germinasi akan
dihasilkan kecambah dengan panjang sekitar satu sentimeter, setelah dua hari akan
mencapai sekitar empat sentimeter, dan setelah 3-5 hari panjangnya akan mencapai 5-7
sentimeter.
2. Tepung Kecambah
Mengingat potensi gizi tauge yang cukup besar, tetapi daya tahan simpannya sangat
rendah perlu upaya penyelamatan untuk memperbesar daya gunanya. Salah satu cara yang
dapat dilakukan adalah dengan cara pembuatan tepung kecambah.
4. Makanan Tradisional
Berbagai makanan tradisional yang menggunakan bahan baku kacang hijau adalah koci,
gandasturi, kue ku, bakpia dan onde-onde. Kacang hijau direndam, ditiriskan, dicampur
dengan gula, garam dan lain-lain, kemudian dibuat adonan. Adonan tersebut kemudian
diisi ke dalam adonan lain yang terbuat dari terigu atau ketan. Proses selanjutnya adalah
pengukusan (koci dan kue ku), penggorengan (gandasturi dan onde-onde) atau
pemanggangan (bakpia).
Bagian filtratnya dibiarkan selama 30 menit supaya terjadi pengendapan pati. Pati yang
diperoleh dicuci 2-3 kali supaya bersih, kemudian dikeringkan. Tepung hunkwe yang
diperoleh dapat dijadikan bahan baku pembuatan aneka kue dan soun.
Endapan protein yang diperoleh dipisahkan melalui proses penyaringan dan dikeringkan
pada suhu 80-90oC selama 8 jam. Kadar protein pada isolat dapat mencapai 70-85 persen
dan lemaknya 1,01 persen. Protein isolat dapat digunakan untuk meningkatkan kadar
protein dan mutu gizi produk bakery (roti) dan makanan bayi.
7. Makanan Bayi
Tepung kacang hijau, tepung tauge dan pati kacang hijau dapat juga digunakan sebagai
bahan baku makanan bayi dan anak balita. Dalam hal ini kacang hijau yang banyak
mengandung lisin digunakan sebagai pelengkap bahan makanan yang kekurangan asam
amino lisin, misalnya beras dan jagung.
Kombinasi tepung kacang hijau dengan tepung-tepungan lain (serealia, beras, gandum,
dan lain-lain) dapat digunakan sebagai bahan makanan bayi dan anak balita yang bergizi
dan bermutu tinggi.
Kualitas protein dari bahan makanan campuran tersebut akan meningkat dibandingkan
protein bahan-bahan aslinya. Hal ini disebabkan oleh terjadinya efek komplementasi,
yaitu efek saling melengkapi kekurangan pada masing-masing bahan.
Tepung kacang hijau sangat kaya akan asam amino lisin, tetapi miskin asam amino
metionin dan sistein. Sebaliknya tepung beras dan sereal lainnya sangat miskin lisin tetapi
kaya metionin dan sistein. Dengan memadukan kedua bahan tersebut, maka terjadi sinergi
yang sangat menguntungkan bagi kesehatan tubuh. @ Prof.Dr. Made Astawan
Dosen di Departemen Teknologi Pangan dan Gizi - IPB
Sumber: Klinikpria.com
lap bio1 - AMONIA MENGHAMBAT PERKECAMBAHAN BIJI
KACANG HIJAU
I. TUJUAN
1. Mengamati pengaruh penambahan amonia terhadap perkecambahan biji kacang hijau
2. Mengamati pengaruh pH tinggi terhadap perkecambahan biji kacang hijau
3. Mengamati pengaruh unsur nitrogen dalam ammonia terhadap perkecambahan biji
kacang hijau
II. METODE
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode sampel. Sedangkan analisanya
menggunakan metode kuantitatif dengan merujuk pada berbagai referensi yang ada.
Pemilihan sampel dengan standar berikut:
1. Biji dengan kandungan air sekitar 7-10% (tidak terlalu kering dan tidak terlalu basah)
2. Daun biji berwarna hijau bersih (tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua)
3. Biji dalam masa dormansi
Pemilihan sampel dengan standar tersebut dimaksudkan agar didapatkan perkecambahan
maksimum dari setiap kategori percobaan.
Dalam penelitian ini digunakan sampel berupa 5 biji kacang hijau untuk setiap kategori
(kelompok). Hal ini dengan pertimbangan bahwa peluang tumbuh setiap benih kacang
hijau antara 80-100%
Untuk menjawab rumusan masalah, dalam percobaan ini dilakukan pengelompokan
sampel kedalam empat kategori. Keempat kategori tersebut merupakan variable bebas
penelitian.
1. Kategori A
Menggunakan 15 ml Air Murni
2. Kategori B
Menggunakan 10 ml Air Murni + 5 ml NH4OH Pekat
3. Kategori C
Menggunakan 5 ml Air Murni + 10 ml NH4OH Pekat
4. Kategori D
Menggunakan 15 ml NH4OH Pekat
Sementara variable-variabel yang dibuat sama antara lain:
1. Tempat media tanam. Tempat media tanam yang digunakan adalah gelas plastik bekas
air minum kemasan, karena sifatnya transparan sehingga memungkinkan cahaya masuk
dengan bebas, serta diameternya cukup luas untuk perkecambahan kacang hijau
2. Untuk media tanam digunakan kapas sintetis karena mampu menahan akar-akar
kecambah muda, serta cukup transparan untuk memudahkan pengamatan.
3. Pola tanam. Setiap biji ditanam dalam substrat kapas dengan pola berikut dilihat dari
samping dan dari atas.
III. HASIL
IV. PEMBAHASAN
Dalam penelitian selama tujuh hari tersebut, didapati bahwa semakin lama waktu
perendaman biji dalam kadar amonia yang tinggi, maka warna daun biji dan daun
lembaganya semakin gelap. Hal ini karena terjadinya peristiwa osmosis pada daun biji
yang mengakibatkan konsentrasi amonia dalam kotiledon semakin lama semakin pekat.
Dari penelitian dapat dilihat bahwa perkecambahan dengan air murni terlihat lebih
normal dari yang lain. Diameter batang +/- 2mm. warna putih susu. Pertumbuhan serta
imbibisi cepat.
Dapat dilihat, bahwa semakin hari kecambah semakin berambah pajang. Ada
kemungkinan lain yang dapat menyebabkan biji B,C, dan D tidak dapat tumbuh, yaitu
potensi gas metan (CH4) dalam ammonia yang bersifat toksik / racun.
V. SIMPULAN
A. DASAR TEORI
1. Pengertian tanaman dikotil dan monokotil
Magnoliopsida adalah nama yang dipakai untuk menggantikan nama yang dipakai
sistem klasifikasi yang lebih lama, kelas Dicotyledoneae (kelas "tumbuhan
berdaun lembaga dua" atau "tumbuhan dikotil"). Sedangkan tanaman monokotil
adalah tanaman yang berdaun lembaga satu.
B. Perkecambahan
Perkecambahan (Ing. germination) merupakan tahap awal perkembangan suatu
tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji. Dalam tahap ini, embrio di dalam biji
yang semula berada pada kondisi dorman mengalami sejumlah perubahan
fisiologis yang menyebabkan ia berkembang menjadi tumbuhan muda. Tumbuhan
muda ini dikenal sebagai kecambah.
Kecambah adalah tumbuhan (sporofit) muda yang baru saja berkembang dari
tahap embrionik di dalam biji. Tahap perkembangan ini disebut perkecambahan
dan merupakan satu tahap kritis dalam kehidupan tumbuhan. Kecambah biasanya
dibagi menjadi tiga bagian utama: radikula (akar embrio), hipokotil, dan kotiledon
(daun lembaga). Dua kelas dari tumbuhan berbunga dibedakan dari cacah daun
lembaganya: monokotil dan dikotil. Tumbuhan berbiji terbuka lebih bervariasi
dalam cacah lembaganya. Kecambah pinus misalnya dapat memiliki hingga
delapan daun lembaga. Beberapa jenis tumbuhan berbunga tidak memiliki
kotiledon, dan disebut akotiledon.
Kecambah sering digunakan sebagai bahan pangan dan digolongkan sebagai
sayur-sayuran. Khazanah boga Asia mengenal tauge sebagai bagian dari menu
yang cukup umum. Kecambah dikatakan makanan sehat karena kaya akan
vitamin E namun dikritik pula karena beberapa kecambah membentuk zat
antigizi. Kecambah jelai yang dikenal sebagai malt digunakan sebagai salah satu
bahan baku bir. Malt juga digunakan sebagai bagian dari minuman sehat karena
mengandung maltosa yang lebih rendah kalori daripada sukrosa.
Perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari lingkungan sekitar biji, baik
tanah, udara, maupun media lainnya. Perubahan yang teramati adalah
membesarnya ukuran biji yang disebut tahap imbibisi (berarti "minum"). Biji
menyerap air dari lingkungan sekelilingnya, baik dari tanah maupun udara (dalam
bentuk embun atau uap air. Efek yang terjadi adalah membesarnya ukuran biji
karena sel biologi. sel-sel embrio membesar dan biji melunak.
Kehadiran air di dalam sel mengaktifkan sejumlah enzim perkecambahan awal.
Fitohormon asam absisat menurun kadarnya, sementara giberelin meningkat.
Berdasarkan kajian ekspresi gen pada tumbuhan model Arabidopsis thaliana
diketahui bahwa pada perkecambahan lokus-lokus yang mengatur pemasakan
embrio, seperti ABSCISIC ACID INSENSITIVE 3 (ABI3), FUSCA 3 (FUS3),
dan LEAFY COTYLEDON 1 (LEC1) menurun perannya (downregulated) dan
sebaliknya lokus-lokus yang mendorong perkecambahan meningkat perannya
(upregulated), seperti GIBBERELIC ACID 1 (GA1), GA2, GA3, GAI, ERA1,
PKL, SPY, dan SLY. Diketahui pula bahwa dalam proses perkecambahan yang
normal sekelompok faktor transkripsi yang mengatur auksin (disebut Auxin
Response Factors, ARFs) diredam oleh miRNA. Perubahan pengendalian ini
merangsang pembelahan sel di bagian yang aktif melakukan mitosis, seperti di
bagian ujung radikula. Akibatnya ukuran radikula makin besar dan kulit atau
cangkang biji terdesak dari dalam, yang pada akhirnya pecah. Pada tahap ini
diperlukan prasyarat bahwa cangkang biji cukup lunak bagi embrio untuk dipecah
(http://www.wikipedia.com/perkecambahan.)
B. METODOLOGI
1. Waktu dan Tempat
Praktikum anatomi dan perkecambahan biji dikotil dan monokotil dilaksakan
pada hari Selasa, 14 Juli 2009 - 28 Juli 2009. Praktikum dilaksanakan di
Laboratorium Tanaman dan Green House Politeknik Negeri Jember.
b. Perkecambahan
o Menyiapkan alat dan bahan
o Mengamati hasil perkecambahan biji monokotil (jagung, padi dan kelapa sawit)
dikotil (kacang tanah, kacang panjang, kacang hijau dan kacang kedelai) selama
semainggu kemudian menggambarakannya di dalam kertas HVS.
o Diperiksa oleh dosen praktikum
3. Pelindung biji
Pelindung biji dapat terdiri dari kulit biji, sisa-sisa nucleus dan endosperm dan
kadang-kadang bagian buah. Tetapi umumnya kulit biji (testa) berasal dari
integument ovule yang mengalami modifikasi selama proses pembentukan biji
berlangsung. Biasanya kulit luar biji keras dan kuat berwarna kecokelatan
sedangkan bagian dalamnya tipis dan berselaput. Kulit biji berfungsi untuk
melindungi biji dari kekeringan, kerusakan mekanis atau serangan cendawan,
bakteri dan insekta.
Dalam hal penggunaan cadangan makanan terdapat beberapa perbedaan diantara
sub kelas monokotiledon dan dikotiledon dimana pada :
• Sub kleas monokotiledon: cadangan makanan dalam endosperm baru akan
dicerna setelah biji masak dan dikecambhakan serta telah menyerap air. Contoh
jagung, padi, gandum.
• Subkelas dikotiledon : cadangan makanan yang terdapat dalam kotileodon atau
perisperm sudah mulai dicerna dan diserap oleh embrio sebelum biji masak.
Contoh kacang-kacangan, bunga matahari dan labu.
C. Perkecambahan
Biji yang dilakukan perkecambahan pada tanaman dikotil yaitu jagung dan padi
sedangkan pada biji dikotil yaitu : kacang tanah, kacang panjang, kacang kedelai
dan kacang hijau. biji jagung pada hari pertama sudah menunjukkan
pembengkakan sedangkan padi pembengkakan ditunjukan pada hari kedua. Pada
hari kedua jagung sudah muncul akar dan tunas, sedangkan padi pada hari ketiga.
Tipe perkecambahan pada tanaman tersebut yaitu tipe hipogeal.
Biji dari tanaman dikotil yang lambat perkecambahnnya yaitu kacang tanah,
dimana pada umur 7 hari baru menunjukan panjang radikula 1,5 cm. Kacang
Hijau menunjukan perkecambahan yang tercepat pada umur 7 hari mencapai 10
cm dan 2 daun. Tipe perkecambhan pada tanaman dikotil ini yaitu tipe
perkecambahan epigeal.
Menurut Sutopo (2002) tipe perkecambahan epigeal adalah dimana munculnya
radikel diikuti dengan memanjangnya hipokotil secara keseluruhan dan membawa
serta kotiledon dan plumula ke atas permukaan tanah. Sedangkan tipe hipogeal
dimana munculnya radikel diikuti dengan pemanjangan plumula, hipokotil tidak
memanjang ke atas permukaan tanah sedangkan kotiledon tetap berada di dalam
kulit biji di bawah permukaan tanah.
Proses perkecambahan benih merupakan suatu rangkaian kompleks dari
perubahan-perubahan morfologi, fisologi, dan biokimia. Tahap pertama suatu
perkecambahan benih dimulai dengan proses penyerapan air oleh benih,
melunaknya kulit benih dan hidrasi dari protoplasma. Tahap kedua dimulai
dengan kegiatan-kegiatan sel dan enzim-enzim serta naiknya tingkat respirasi
benih tahap ketiga merupakan tahap dimana terjadi penguraian bahan-bahan
seperti karbohidrat, lemak dan protein menjadi bentuk-bentuk yang melarut dan
ditranslokasikan ke titik-titik tumbuh. Tahap keempat adalah asimililasi dari
bahan-bahan yang telah diuraikan tadi di daerah meristematik untuk
menghasilkan energi baru. Kegiatan pembentukan komponen dan pertumbuhan
sel baru. Tahap kelima adalah pertumbuhan dari kecambah melalui proses
pembelahan, pembesaran dan pembagian sel-sel pada titik-titik tumbuh.
Sementara penyerapan air oleh benih terjadi pada tahap pertama biasanya
berlangsung sampai jaringan mempunyai kandungan air 40 – 60 % (atau 67 – 150
% atas dasar berat kering). Dan akan meningkat lagi pada saat munculnya
radikula sampai jaringan penyimpanan dan kecambah yang sedang tumbuh
mempunyai kandunga air 70 - 90 %. Metabolisme sel-sel mulai setelah menyerap
air yang meliputi reaksi-rekasi perombakan yang biasa disebut katabolisme dan
sintesa komponen-komponen untuk pertumbuhan disebut anabolisme. Proses
metabolisme ini akan berlangsung terus dan merupakan pendukung dari
pertumbuhan kecambah sampai tanaman dewasa.
Pada proses perkecambahan ada beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu faktor
dalam dan faktor luar. Faktor dalam meliputi : tingkat kemasakan benih, ukuran
benih, dormasni, dan penghambat perkecambahan. Sedangkan faktor luar meliputi
: air, temperatur, oksigen, cahaya dan medium.
Tingkat kemasakan benih. Biji yang dipanen sebelum tingkat kemasakan
fisiologisnya tercapai, tidak mempunyai viabilitas tinggi, bahkan pada beberapa
jenis tanaman benih demikian tidak akan dapat berkecambah. Di duga pada
tingkatan tersebut benih belum memiliki cadangan makanan yang cukup dan juga
pembentukan embrio terjadi sempurna.
Ukuran benih : di dalam jaringaa penyimpananya benih memiliki karbohidrat,
protein, lemak dan mineral. Di mana bahan-bahan ini diperlukan sebagai bahan
baku dan energi pada saat perkecambahan. Di duga bahwa benih yang berukuran
besar dan berat mengandung cadangan makanan lebih banyak dibandingkan yang
kecil, mungkin pula embrionya lebih besar. Ukuran benih menunjukkan korelasi
positif terhadap kandungan protein pada benih sorgum, makin besar/berat ukuran
benih maka kandungan proteinnya makin meningkat pula.
Dormansi : suatu benih dikatakan dorman apabila benih itu sebenarnya viable
(hidup) tetapi tidak mau berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan
lingkungan yang memenuhi syarat bagi perkecambahannya. Periode dormansi ini
dapat berlangsung musiman atau dapat juga selama beberapa tahun, tergantung
pada jenis benih dan tipe dormansinya. Dormansi dapat disebabkan oleh beberapa
faktor antara lin : impermiabilitas kulit biji baik terhadap gas ataupun karena
resistensi kulit biji terhadap pengaruh mekanis, embrio yang rudiameter, dormnsi
sekunder dan bahan-bahan penghambat perkecambahan. Tetapi dengan perlakuan
khusus maka benih yang dorman dapat dirangsang untuk berkecambah, misal :
perlakuan stratifikasi, direndam dalam laruta sulfat, dan lain lain.
Penghambat perkecambahan : banyak zat-zat yang diketahui dapat menghambat
perkecambahan benih yaitu : larutan dengan tingkat osmotik tinggi, misal larutan
manitol, larutan NaCl, bahan-bahan yang mengganggu lintasan metabolisme,
herbisida, auksin, coumarin dan bahan-bahan yang terkandung dalam buah.
Air : air merupakan salah satu syarat penting bagi berlangsungnya proses
perkecambahan. Dua fakor yang mempengaruhi penyerapan air oleh benih adalah
sifat dari benih itu sendiri terutama kulit pelindungnya dan junlah air yang
tersedia pada medium di sekitarnya. Banyaknya air yang diperlukan bervariasi
tergantung kepada jenis benih. Tetapi umumnya tidak melampaui dua atau tiga
kali dari berat keringnya. Tingakat pengambilan air juga dipengaruhi oleh
temperatur, temperatur yang tinggi menyebabkan meningkatknya kebutuha air.
Temperatur : temperatur merupakan syarat penting kedua bagi perkecambahan
benih. Temperatur optimum adalah temperatur yang paling menguntungkan bagi
berlangsungnya perkecambahan. Pada kisaran temperatur ini terdapat persentase
perkecambahan yang tertinggi. Temperatur optimum bagi kebanyakan benih
tanaman benih antara 26,5 – 35oC. Di bawah itu pada temperatur minimum
terendah 0 – 5oC kebanyakan jenis benih akan gagal untuk berkecambah atau
terjadi kerusakan yang mengakibatkan terbentuknya kecambah abnormal.
Oksigen : pada proses respirasi akan berlangsung selama benih masih hidup. Pada
saat perkecambahan berlangsung proses respirasi akan meningkat disertai pula
dengan meningakatnya pengambilan oksogen dan pelepasan karbondioksida, air
dan energi yang berupa panas. Terbatasnya oksigen yang dapat dipakai akan
mengakibatkan terhambatnya proses perkecambhan benih.
Cahaya : hubungan antara pengaruh cahaya dan perkecambahan benih dikontrol
oleh suatu sistem pigmen yang dikenal sebagai phytochrome yang tersusun dari
chromophore dan protein. Chromophore adalah bagian yang peka pada cahaya.
Benih yang dikecambahakan dalam kedaan gelap dapat menghasilkan kecambah
yang mengalami etiolasi yaitu terjadinya pemanjangan yang tidak normal pada
hipokotil atau epikotilnya, kecambah berwarna pucat serta lemah.
Medium : medium yang baik untuk perkecambahan haruslah mempunyai sifat
fisik yang baik, gembur, mempunyai kemampuan menyimpan air dan bebas dari
organisme penyebab penyakit utama cendawan ”damping of”. Tanah dengan
tekstur lempung berpasir dan dilengkapi dengan bahan-bahan organik merupakan
medium yang baik untuk kecambah yang ditransplantingkan ke lapangan. Pasir
dapat digunakan sebagai medium dipersemaian. Kondisi fisik dari tanah sangat
penting bagi berlangsungnya kehidupan berkecambah menjadi tanaman dewasa.
Benih akan terhambat perkecambahnnya pada tanah yang padat, karena benih
berusaha keras untuk menembus ke permukaan tanah. Selain medium, tingkat
kedalaman penanaman benih juga dapat mempengaruhi perkecambahan benih.
Hal ini juga mempunyai hubungan erat dengan kondisi fisik tanah. Pada tanah
gembur benih yang ditanam sedikit dalam tidak akan banyak mempengaruhi
perkecambahan. Berbeda dengan tanah yang lebih padat dimana sebaiknya benih
ditanam tidak terlalu dalam untuk memudahkan kecambah muncul ke permukaan
tanaman. Tatapi harus diingat jangan sampai menanam benih terlalu dangkal.
D. DAFTA PUSTAKA
http://www.wikipedia.com./perkecambahan
http://www.wikipedia.com./kecambah
http://organisasi.org/ciri_ciri_dan_perbedaan_tumbuhan_pohon_monokotil_dan_
dikotil_biji_berkeping_satu_dan_dua_ilmu_sains_biologi
Oleh: infotech25
Pendahuluan
Kebutuhan kacang hijau dalam negeri diperkirakan 290.000 ton pertahun, sedangkan
produksinya diperkirakan 261.280 ton per tahun sehingga untuk memenuhi diperlukan
impor sebesar 28.720 ton per tahun. Peluang ini ditunjang dengan sifat tanaman kacang
hijau yang berumur pendek, tahan kekeringan, dapat ditanam di tanah yang kurang subur,
mudah dibudidayakan, serta harga jual hasil panennya stabil. Keberhasilan usaha tani
kacang hijau dipengaruhi oleh tersedianya benih bermutu dan varietas unggul dan
teknologi produksi yang mudah diterapkan petani.
Teknologi Produksi
1. Persiapan Lahan
• Apabila lahan yang akan ditanami kacang hijau berupa lahan kering, pengolahan tanah
diupayakan tidak terlalau basah dan juga tidak terlalu kering. Tanah dibajak atau di
cangkul, kemudian digaru hingga strukturnya gembur. Setelah itu, tanah diratakan sambil
dibersihkan dari sisa – sisa rumput atau kotoran lain.
• Apabila dilahan sawah, tanam kacang hijau dilakukan setelah tanaman padi sehingga
tidak diperlukan pengolahan tanah. Hanya yang diperlukan yaitu pembuatan saluran
drainase untuk membuang kelebihan air pada fase awal pertumbuhan (gambar 1).
• Struktur tanah ringan, drainase baik, dan pH sekitar 5,8 – 6,5.
2. Tanam
• Dilahan sawah, kacang hijau ditanam pada marengan (akhir musim hujan), dilahan
sawah tadah hujan ditanam pada musim hujan dan marengan, sedangkan dilahan kering
(tegal) ditanam pada awal musim hujan (labuhan) sampai marengan.
• Dibuat lubang tanam dengan cara ditugal sedalam 3–4 cm pada jarak tanam 25–40 cm x
15–25 cm.
• Benih 2- 3 butir diletakkan dalam masing – masing lubang tanam.
• Permukaan tanah ditutup dengan mulsa jerami untuk menjaga kelembaban tanah,
menekan pertumbuhan gulma dan menstabilkan suhu tanah.
3. Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan yang perlu dilakukan adalah :
a. Penyulaman
Sebelum umur 1 minggu setelah tanam, benih yang tidak tumbuh, tanaman yang tumbuh
tidak normal, atau tanaman yang tumbuh tidak seragam, diganti dengan benih yang baru.
b. Penyiangan
• Penyiangan dilakukan 1 – 2 kali, tergantung keadaan gulmanya.
• Penyiangan pertama dilakukan saat tanaman berumur 2 minggu dan kedua pada
tanaman umur 4 minggu.
• Apabila keadaan tanah terlalu lembab saat penyiangan, sebaiknya penyiangan ditunda
beberapa hari sampai tanah tidak basah, untuk menghindari rusaknya akar tanaman
kacang hijau akibat penyiangan.
c. Pemupukan
• Untuk dapat tumbuh baik, tanaman kacang hijau membutuhkan pupuk 50 kg Urea, 50 –
75 kg SP36, dan 50 – 75 kg KCl per ha.
• Setengah takaran urea dan seluruh takaran SP36 dan KCl diberikan pada saat tanam
sebagai pupuk dasar dengan cara meletakkanya disamping lubang tanam dengan jarak 5
cm.
• Sisa takaran urea diberikan saat tanaman berumur 4 minggu, setelah penyiangan kedua.
d. Pengairan
• Tanaman kacang hijau lebih tahan terhadap kekeringan dari pada kedelai. Namun
demikian, ketersediaan air sangat dibutuhkan, terutama pada fase perkecambahan, fase
pembungaan, dan fase pengisisan polong.
• Pengairan diberikan secukupnya dan tidak sampai tergenang.
• Pada musim kemarau, pengairan dilakukan terutama pada fase pembungaan dan
pengisian polong.
e. Pengendalian Hama Dan Penyakit
• Hama yang biasa menyerang kacang hijau antara lain lalat kacang (Agromyza phaseoli),
penggerak polong (Etiella zinckenella), Ulat jengkal (Plusia chalcites), kepik hijau
(Nezara viridula), dan ulat penggulung daun (Lamprosema indicate). Penggendalian
hama secara kultur teknis dilakukan dengan pergiliran tanaman yang bukan tanaman
kacang – kacangan dan tanam serempak dalam satu hamparan. Apabila cara – cara ini
kurang berhasil, pengendalian dilakukan dengan menggunakan insektisida sistemik
seperti Furadan 3G yang diberikan saat tanam atau menyemprot tanaman dengan
insektisida anjuran.
• Penyakit yang selalau dijumpai pada tanaman kacang hijau antara lain bercak daun
(Cercospora crenta), layu (Sclerotium rolfsili), kudis (Elsinoe iwatal), embun tepung
(Oidium sp), dan virus mozaik. Pengendalian dilakukan dengan menanam varietas tahan
penyakit, sanitasi lapangan untuk mengendalikan tanaman inang, serta eradikasi tanaman
sakit. Apabila cara ini kurang berhasil, tanaman disemprot dengan fungisida anjuran.
4. Panen
• Saat panen ditandai dengan polong berwarna cokelat dan biji telah keras.
• Waktu pemasakan polong umumnya tidak serempak (kecuali varietas bhakti), sehingga
panen dilakukan 2 – 3 kali dengan cara memetik polong.
• Ketepatan panen untuk kacang hijau sangat penting karena polongnya mudah pecah
kalau kering sehingga banyak biji yang hilang dilapang.
• Waktu panen sebaiknya tidak dilakukan saat hujan atau pagi hari (masih ada embun)
karena akan meningkatkan kadar air biji.
1. Pemilihan Lokasi
Kacang hijau termasuk tanaman yang menyerbuk sendiri sehingga lokasi – lokasi
perbenihan diisolasi minimal 3 m dari pertanaman kacang hijau untuk konsumsi, atau
isolasi waktu 15 hari dari saat tanam kacang hijau untuk konsumsi (tabel 1).
• Lahan yang digunakan adalah bekas tanaman kacang hijau yang varietasnya sama, atau
bekas bukan tanaman kacang hijau, atau bekas lahan yang diberakan. Apabila
menggunakan bekas tanaman kacang hijau varietas berbeda, maka lahan diberakan
dahulu selama 3 bulan.
• Struktur tanah ringan, berdrainase baik, dan pH sekitar 5,8 – 6,5
2. Benih Sumber
Benih sumber harus dari kelas yang lebih tinggi dan dari varietas yang dianjurkan seperti
walet dan sriti.
3. Pemeliharaan
a. Penyulaman
Apabila sebelum umur 1 minggu setelah tanam dijumpai benih yang tidak tumbuh,
tanaman yang tumbuh tidak normal, atau tanaman yang tumbuh tidak seragam, maka
tanaman – tanaman ini dicabut dan pada lubang tanamannya ditanami benih baru.
b. Roguing (seleksi)
• Roguing dilakukan pada saat tanaman berumur 2 minggu setelah tanam, pada fase
berbunga dan saat menjelang panen.
• Roguing pertama dilakukan terhadap warna hipokotil tanaman. Tanaman yang memiliki
warna hipokotil yang tidak sesuai dengan deskripsi varietas, dicabut.
Taoge adalah sayuran yang merupakan tumbuhan muda yang baru saja berkecambah dan
dilindungi dari cahaya. Kata taoge sendiri adalah serapan dari dialek Hokkian, istilah
Mandarin-nya adalah douya (豆芽) yang secara harfiah berarti kecambah kacang-
kacangan, umumnya berasal dari kacang hijau dan sering disajikan dalam menu makanan
dari Asia Timur. Taoge segar sangat kaya akan vitamin E, dan merupakan menu yang
sangat dianjurkan untuk dikonsumsi. Dengan mengonsumsi taoge, tubuh akan terobati
dan tercegah dari kekurangan vitamin E[3].
Germination is the process whereby growth emerges from a period of dormancy. The
most common example of germination is the sprouting of a seedling from a seed of an
angiosperm or gymnosperm. However, the growth of a sporeling from a spore, for
example the growth of hyphae from fungal spores, is also germination. In a more general
sense, germination can imply anything expanding into greater being from a small
existence or germ.
ahapidin.blogspot.com/