Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

(GUIDED INQUIRY) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN


KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI (HIGH ORDER
THINKING SKILL) SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 MALANG PADA
POKOK BAHASAN HIDROKARBON
Yoranda Meinita Dwi Putri, I Wayan Dasna, Oktavia Sulistina
Universitas Negeri Malang
Email: donga_dong@yahoo.com, idasna@um.ac.id, oktavia_dm@yahoo.com
ABSTRAK: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembelajaran inkuiri
terbimbing terhadap hasil belajar dan perbedaan kemampuan berpikir tingkat tinggi
siswa pada pokok bahasan hidrokarbon. Penelitian ini menggunakan rancangan
eksperimental semu. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik cluster
random sampling dari 8 kelas yang ada di SMA Negeri 1 Malang. Instrumen yang
digunakan berupa soal tes pilihan ganda berjumlah 31 soal yang sebelumnya diuji
validitas butir soal dan reliabilitasnya. Analisis data yang dilakukan adalah analisis
statistik uji normalitas, homogenitas, uji-t dua pihak serta uji-t satu pihak sebagai uji
lanjutan yang menggunakan bantuan SPSS 16,0 for windows dengan signifikansi 0,05.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode inkuiri terbimbing lebih baik dalam
meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
Kata Kunci: inkuiri terbimbing, kemampuan berpikir tingkat tinggi, hasil belajar
ABSTRACT: This study was designed to see the effect of guided inquiry on learning outcomes
and the difference high order thingking skill of students in hydrocarbon material.
The study was designed quasy experimental. Sampling technique using cluster
random sampling technique from an existing class 8 in SMA Negeri 1 Malang.
nstruments used in the form of multiple choice test questions about a previously
totaled 31 items tested for validity and reliability. Data analysis is the statistical
analysis of the normality test, homogeneity, t-test of the two parties and one party
t-test as a follow-up test using SPSS 16.0 for windows with 0.05 signification.The
results of tihis research shows that guided inquiry method better to increasing he
learning outcomes ang high order thinking skill of students.
Keywords: guided inquiry, high order thinking skill, learning outcomes

Kimia termasuk salah satu rumpun Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang
dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Selain itu,
kimia dipandang pula sebagai proses, sebagai produk, dan sebagai prosedur
(Trianto, 2010). Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
menyatakan tujuan dari mata pelajaran kimia adalah membekali peserta didik
dengan pengetahuan, pemahaman sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan
untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu
dan teknologi. Salah satu tujuan penting mata pelajaran kimia di SMA adalah agar
peserta didik memahami konsep, prinsip, hukum, teori kimia serta penerapannya
untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Dipilihnya materi hidrokarbon dalam penelitian ini adalah karena
hidrokarbon sangat erat hubungannya dengan kehidupan sehari-hari. Selain itu
hidrokarbon merupakan salah satu materi kimia yang tidak dibelajarkan
menggunakan metode praktikum sehingga dalam pembelajarannya membutuhkan
suatu model yang dapat mempermudah siswa memahami konsep, salah satunya

dengan menggunakan molymood. Pembelajaran materi hidrokarbon biasanya


menggunakan metode konvensional. Siswa yang dibelajarkan dengan metode
konvensional cenderung hanya mengingat dan menghafal materi yang diberikan
oleh guru sehingga pemahaman siswa menjadi kurang dan sering lupa.
Seiring dengan berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan alam,
pembelajaran sains khususnya kimia tidak hanya ditekankan pada produk tetapi
juga pada proses pembelajaran. Pembelajaran yang tidak melibatkan siswa secara
aktif mengakibatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa relatif rendah
dikarenakan proses berpikir siswa hanya ditekankan oleh bagaimana
menyelesaikan persoalan yang terbatas. Persoalan kesulitan belajar memerlukan
suatu cara penyelesaian yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Untuk mencapai keberhasilan pembelajaran yang diharapkan, upaya yang dapat
dilakukan guru adalah dengan cara memperhatikan pola belajar siswa, menguasai
materi pelajaran, serta memilih suatu metode pembelajaran yang tepat dan inovatif
dimana pembelajaran berpusat pada siswa (student center learning). Salah satu
metode yang tepat dalam mata pelajaran kimia adalah metode inkuiri terbimbing
(guided inquiry). Dalam metode inkuiri terbimbing siswa diberi kesempatan untuk
memiliki pengalaman belajar yang nyata dan aktif serta dilatih bagaimana
memecahkan masalah sekaligus membuat suatu.keputusan. Selain itu, dengan
metode inkuiri terbimbing siswa dapat menjawab pertanyaan tentang fenomena
alam atau peristiwa dengan melakukan penyelidikan ilmiah dimana mereka
bekerja sama mengembangkan rencana, mengumpulkan dan menjelaskan bukti,
menghubungkan penjelasan untuk ada pengetahuan ilmiah, dan berkomunikasi
dan membenarkan penjelasan (National Research Council dalam Brandon et al,
2009).
Berdasarkan penelitian sebelumnya, penerapan metode inkuiri terbimbing
lebih efektif daripada metode konvensional dalam meningkatkan hasil belajar
siswa pada materi hidrolisis garam serta memberikan pengaruh positif terhadap
kemampuan inkuiri siswa (Octadhia, 2011). Berdasarkan uraian tersebut, maka
peneliti ingin mengetahui bagaiamana pengaruh pembelajaran inkuiri terbimbing
terhadap hasil belajar dan perbedaan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa
pada pokok bahasan hidrokarbon di SMA Negeri 1 Malang.
METODE
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
rancangan eksperimental semu (Quasy Experimental Design). Desain penelitian
yang dipilih dalam penelitian ini adalah posttest only control group design.
Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Maret-April 2013, dengan jumlah
pertemuan sebanyak lima kali tatap muka dan satu pertemuan untuk ulangan
harian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1
Malang tahun ajaran 2012/2013 yang terdiri dari 8 kelas. Teknik pengambilan
sampel menggunakan teknik cluster random sampling yaitu dengan cara
mengundi kelas yang digunakan sebagai sampel terlebih dahulu. Sampel yang
diambil untuk penelitian adalah kelas X-4 sebagai kelompok eksperimen yang
berjumlah 36 siswa, serta kelas X-3 sebagai kelas kontrol yang berjumlah 37
siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen
pembelajaran dan instrumen pengukuran. Instrumen pembelajaran meliputi
silabus untuk materi pembelajaran hidrokarbon, Rencana Pelaksanaan

pembelajaran (RPP) untuk kelas eksperimen dengan menggunakan metode inkuiri


terbimbing dan RPP untuk kelas kontrol dengan menggunakan metode
konvensional, dan Lembar Kerja Siswa (LKS). Sedangkan instrumen pengukuran
berupa soal tes hasil belajar kognitif sejumlah 31 soal dengan ranah C1 sampai C5
yang digunakan untuk mengukur pemahaman siswa tentang materi hidrokarbon.
Instrumen hasil belajar afektif berupa observasi hasil belajar afektif berisi
indikator yang harus dicapai siswa, antara lain teliti, jujur, bertanggung jawab,
menyumbangkan ide, dan komunikasi siswa dalam proses pembelajaran yang
harus diisi oleh peneliti setiap pertemuan. Instrumen kemampuan berpikir tingkat
tinggi berupa soal tes obyektif yang disusun sejumlah 17 soal dari 31 soal dengan
ranah C4 dan C5 serta instrumen keterlaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing
untuk kelas eksperimen berupa lembar observasi keterlaksanaan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang diisi oleh observer. Analisis data keterlaksanaan
pembelajaran dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa dilakukan dengan
analisis deskriptif, sedangkan analisis data hasil belajar kognitif dan afektif
dilakukan dengan analisis statistik kuantitatif yang terdiri atas analisis data awal
(uji prasyarat analisis) berupa uji normalitas, uji homogenitas, dan uji kesamaan
dua rata-rata. Sedangkan analisis data akhir berupa pengujian hipotesis (uji-t dua
pihak dan analisis lanjutan dengan uji-t satu pihak) dengan taraf signifikansi =
0,05.
HASIL
Kemampuan Kerja Ilmiah
Kemampuan kerja ilmiah siswa pertemuan pertama sampai pertemuan
kelima menunjukkan peningkatan.
Persentase (%)
Merumuskan
hipotesis
Menganalisis
data
Menarik
kesimpulan

Pertemuan
I

Pertemuan
II

Pertemuan
III

Pertemuan
IV

Pertemuan
V

Ratarata

55,6

70,8

84,7

85,2

86,1

76,48

69,0

73,4

86,7

87,0

91,5

81,52

44,4

54,2

62,5

93,8

97,8

70,54

Rerata persentase merumuskan hipotesis adalah 76,48% yang dikategorikan baik.


Sedangkan rerata perentase menganalisis data dan menarik kesimpulan berturutturut adalah 81,52% dan 70,54% yang dikategorikan sangat baik dan baik.
Hasil Belajar Kognitif
Dari hasil uji hipotesis menggunakan uji-t dua pihak menunjukkan bahwa
ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang dibelajarkan dengan metode inkuiri
terbimbing dan metode konvensional.
Kelas
Eksperimen
Kontrol

Sig.

Kesimpulan

0,038

sig. < 0,05 : H0 ditolak

Hasil uji hipotesis lanjutan menggunakan uji-t satu pihak menunjukkan


bahwa hasil belajar kognitif siswa yang dibelajarkan menggunakan metode

pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi daripada metode konvensional.


Perbedaan hasil belajar juga dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas ulangan harian
hidrokarbon pada kelas eksperimen yang lebih tinggi yaitu sebesar 81,4 dan kelas
kontrol sebesar 77,7.
Kelas
Eksperimen

thitung

ttabel

df

Sig.

3,420

2,030

35

0,002

Kesimpulan
thitung > ttabel : H0 ditolak
sig. < 0,05 : H0 ditolak

Hasil Belajar Afektif


Hasil analisis data menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar afektif siswa
pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.
Kelas
Eksperimen
Kontrol

Sig.

Kesimpulan

0,013

sig. < 0,05 : H0 ditolak

Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar afektif antara kelas
eksperimen yang dibelajarkan dengan metode inkuiri terbimbing dan kelas kontrol
yang dibelajarkan dengan metode konvensional pada materi hidrokarbon. Setelah
itu dilakukan uji hipotesis lanjutan menggunakan Independent Sample T Test satu
pihak.
Kelas
Eksperimen
Kontrol

thitung

ttabel

df

Sig.

2,725

2,030

35

0,010

Kesimpulan
thitung > ttabel : H0 ditolak
sig. < 0,05 : H0 ditolak

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar afektif


siswa yang dibelajarkan menggunakan metode pembelajaran inkuiri terbimbing
lebih tinggi daripada metode konvensional.
Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
Kemampuan berpikir tingkat tinggi pada kelas eksperimen maupun kelas
kontrol dapat dilihat dari kemampuan siswa untuk menjawab soal dengan ranah
kognitif C4 dan C5 sebanyak 17 soal dari 31 soal yang diberikan.

No

Tipe Soal

Jumlah
Soal

1
2

C4
C5

15
2

Persentase (%)

Jumlah Jawaban Benar


Kelas Eksperimen (36 siswa)
Kelas Kontrol (37 siswa)
Kelompok
Kelompok
Kelompok
Kelompok
Atas
Bawah
Atas
Bawah
236
212
219
149
25
17
15
6
42,6
37,4
38,3
25,3
74,2
63,0

Secara keseluruhan kemampuan berpikir tingkat tinggi pada kelas eksperimen


lebih tinggi yaitu 74,2% dibandingkan dengan kelas kontrol yang hanya sebesar
63,0%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa untuk menjawab soal
dengan ranah kognitif C4 dan C5 pada kelas eksperimen lebih banyak daripada
kelas kontrol.

PEMBAHASAN
Kemampuan Kerja Ilmiah
Berdasarkan hasil analisis data, kemampuan kerja ilmiah siswa meningkat
dari pertemuan pertama sampai pertemuan kelima. Kemampuan inkuiri (kerja
ilmiah) siswa dapat dilihat dari kemampuan untuk merumuskan hipotesis dari
permasalahan yang ada, menganalisis data serta menarik kesimpulan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan
pemahaman konsep sains, kreativitas, dan keterampilan menganalisis informasi.
Hasil penelitian Wulandari (2012) menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis
inkuiri berpengaruh meningkatkan motivasi belajar peserta didik serta
berpengaruh meningkatkan keterampilan berpikir kritis.
Penerapan inkuiri sangat berkaitan dengan teori belajar konstruktivisme
yang telah berkembang atas dasar psikologi perkembangan dari Jean Piaget dan
teori scaffolding dari Lev Vygotsky yaitu penyediaan dukungan untuk belajar dan
memecahkan masalah. Teori konstruktivisme menitikberatkan bahwa siswa harus
bisa membangun pengetahuannya sendiri (Stenberg, 2006). Dengan belajar
menggunakan metode inkuiri siswa akan terlibat dalam proses pengorganisasian
struktur pengetahuan melalui penggabungan konsep yang sudah dimiliki
sebelumnya dengan ide-ide yang baru didapatkan.
Collete dan Chiapetta (1984) menyatakan bahwa inkuiri berperan dalam
mengembangkan: (a) pemahaman fundamental mengenai fakta, konsep, prinsip,
hukum, dan teori; (b) keterampilan yang mendorong pemerolehan pengetahuan
dan pemahaman mengenai fenomena alam; (c) pengayaan disposisi untuk
menemukan jawaban pertanyaan dan menguji kebenaran penyataan-pernyataan; (d)
pembentukan sikap positif terhadap sains; serta (e) pemerolehan pengertian
mengenai sifat-sifat sains. Inkuiri dapat merangsang pengembangan sikap
keterbukaan dan kemampuan untuk mengambil keputusan dengan cara yang tepat
dan semangat kerja sama yang tinggi. Hasil analisis menunjukkan bahwa terhadap
kemampuan inkuiri siswa dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki
kemampuan inkuiri baik memiliki hasil belajar yang lebih baik pula, tetapi ada
pula yang kemampuan inkuirinya baik tetapi memiliki hasil belajar yang kurang
baik. Hal ini dapat terjadi karena kegiatan belajar siswa menuntut siswa untuk
berdiskusi dalam tahap analisis data, sedangkan kegiatan individu siswa adalah
dalam hal perumusan hipotesis dan penarikan kesimpulan. Sehingga pada
umumnya siswa memiliki skor yang hampir sama pada tahapan analisis data dan
berbeda pada tahap perumusan hipotesis dan penarikan kesimpulan.
Hasil Belajar Kognitif
Berdasarkan hasil analisis disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil
belajar kognitif siswa SMA Negeri 1 Malang dimana hasil belajar siswa yang
dibelajarkan menggunakan metode pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi
dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan metode
konvensional pada pokok bahasan hidrokarbon.
Jean Peaget, salah seorang pemikir aliran teori kognitif berpendapat
bahwa proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yaitu asimilasi,
akomodasi, dan equilibrasi. Proses asimilasi adalah proses pengintegrasian
informasi baru ke dalam struktur kognitif yang sudah ada dalam benak
mahasiswa. Proses akomodasi menyesuaikan struktur kognitif ke dalam situasi

yang baru. Sedangkan proses equilibrasi adalah penyesuaian yang


berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi (Dahar, 1991).
Tahap penyelidikan (pengumpulan data) dan pemecahan masalah (analisis
data) akan meningkatkan kemampuan kognitif siswa yang akan membawa
pengaruh terhadap tingginya hasil belajar kognitif yang diperoleh. Setelah
mengalami tahapan proses berpikir inkuiri, siswa akan memperoleh konsep
sendiri berdasarkan penyelidikan dan pemecahan masalah yang telah dilakukan
sehingga konsep pembelajaran yang diinginkan tertanam dalam ingatan siswa.
Selain itu pembelajaran inkuiri ini juga menanamkan konsep berdasarkan
penginderaan siswa yang akan berpengaruh terhadap tingginya pengetahuan dan
daya ingat siswa terhadap materi dibandingkan dengan metode konvensional
dimana siswa hanya mendengar dari guru. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Wiyatsih (2011) menunjukkan adanya perbedaan hasil belajar yang signifikan
antara kelas yang dibelajarkan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan
kelas yang dibelajarkan dengan metode konvensional.
Hasil Belajar Afektif
Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
afektif siswa yang dibelajarkan menggunakan metode pembelajaran inkuiri
terbimbing lebih tinggi daripada metode konvensional. Penelitian ini
menunjukkan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing tidak hanya meningkatkan
hasil belajar kognitif saja, melainkan afektif pula.Pembelajaran inkuiri terbimbing
dapat melatih siswa untuk berlatih bersikap ilmiah dalam pembelajaran. Menurut
Sumantri dan Permana (2001) metode inkuiri memungkinkan sikap ilmiah dan
menimbulkan semangat ingin tahu para siswa. Dengan menemukan sendiri siswa
merasa sangat puas sehingga kepuasan mental sebagai nilai intrinsik siswa
terpenuhi.
Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
Hasil analisis data menunjukkan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi
siswa yang dibelajarkan dengan metode inkuiri terbimbing lebih tinggi
dibandingkan metode konvensional. Kemampuan berpikir siswa dapat dilatihkan
melalui kegiatan dimana siswa diberikan suatu masalah dalam hal ini masalah
berbentuk soal tes yang bervariasi. Ketika dalam proses pembelajarannya siswa
berperan aktif dalam perolehan konsep secara mandiri, maka dalam permasalahan
yang lebih rumit pun siswa dapat menyelesaikannya dengan baik karena siswa
terbiasa memperoleh konsep sendiri dari permasalahan yang diberikan. Siswa
yang terlibat secara langsung dalam pembelajaran aktif dan berpikir tingkat tinggi
pada akhirnya akan dibimbing dan diarahkan pada pembelajaran ilmiah. Hasil
penelitian yang telah dilakukan oleh Hendryarto (2012) menunjukkan bahwa
model pembelajaran inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan berpikir tingkat
tinggi siswa, hal ini dibuktikan dengan peningkatan rata-rata nilai dari pretest ke
postest.
PENUTUP
Kesimpulan
Hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran inkuiri
terbimbing berbeda secara signifikan dengan siswa yang dibelajarkan

menggunakan model pembelajaran konvensional. Hasil belajar kognitif dan


afektif siswa yang dibelajarkan dengan metode inkuiri terbimbing lebih tinggi
daripada metode konvensional. Kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa yang
dibelajarkan dengan metode inkuiri terbimbing lebih tinggi dari metode
konvensional.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disarankan
beberapa hal sebagai berikut; (1) penggunaan model pembelajaran inkuiri
terbimbing sangat dianjurkan untuk materi hidrokarbon karena dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa
pada pelajaran kimia karena siswa terlibat aktif dalam memahami konsep, (2)
peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian lebih lanjut tentang
bagaimana pengaruh model pembelajaran inkuiri terhadap pemahaman konsep
siswa
DAFTAR RUJUKAN
Brandon, P. R., Young, D. B., Pottenger, F. M., & Taum, A. K. 2009. The Inquiry
Science Implementation Scale: Development and Application.
Collette, A. T. & Chiappetta, E. L. 1984. Science Instructions in The Middle and
Secondary Schools. Toronto: Mosby College Publishing.
Dahar, R.W. 1991. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Hendryarto, J. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri untuk Melatih
Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa pada Materi Pokok Laju
Reaksi. Jurnal Unesa. (Online),
(http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/journal-of-chemicaleducation/article/view/2758jurnal.upi.edu/file/Hokcu.pdf), diakses 13 Juni
2013.
Ibnu, S., Mukhadis, A. & Sukarnyana, I. W. 1997. Dasar-Dasar Metodologi
Penelitian. Malang: Lemlit Universitas Negeri Malang.
Jauhar, M. 2011. Implementasi Paikem dari Behavioristik sampai Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustakarya.
NSES. 1996. National Science Education Standard, Washington, DC: National
Academy Press.
Octadhia, D. 2011. Efektifitas Penerapan Metode Inkuiri Terbimbing dalam
Pembelajaran Kimia terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI
IPA SMA Negeri 1 Gondanglegi pada Pokok Bahasan Hidrolisis Garam.
Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Jurusan Kimia FMIPA UM.
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi

Sanjaya, W. 2007. Strategi Pembelajatran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Sumantri, M. & Permana, J. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. : CV.
Maulana.
Stenberg, R. J. 2006. Cognitive Psychology, 4th edition. Belmont CA, USA:
Thomson Higher Education.
Tim Penulis PPKI. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Edisi Kelima.
Malang: UM Press.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Kencana.
Wiyatsih, K. 2011. Pengaruh Penerapan model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
terhadap Prestasi dan Motivasi Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 1
Purwosari pada Materi Reaksi Redoks. Skripsi tidak diterbitkan. Malang:
Jurusan Kimia FMIPA UM.

Anda mungkin juga menyukai