Artikel PDF
Artikel PDF
Kimia termasuk salah satu rumpun Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang
dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Selain itu,
kimia dipandang pula sebagai proses, sebagai produk, dan sebagai prosedur
(Trianto, 2010). Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
menyatakan tujuan dari mata pelajaran kimia adalah membekali peserta didik
dengan pengetahuan, pemahaman sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan
untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu
dan teknologi. Salah satu tujuan penting mata pelajaran kimia di SMA adalah agar
peserta didik memahami konsep, prinsip, hukum, teori kimia serta penerapannya
untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Dipilihnya materi hidrokarbon dalam penelitian ini adalah karena
hidrokarbon sangat erat hubungannya dengan kehidupan sehari-hari. Selain itu
hidrokarbon merupakan salah satu materi kimia yang tidak dibelajarkan
menggunakan metode praktikum sehingga dalam pembelajarannya membutuhkan
suatu model yang dapat mempermudah siswa memahami konsep, salah satunya
Pertemuan
I
Pertemuan
II
Pertemuan
III
Pertemuan
IV
Pertemuan
V
Ratarata
55,6
70,8
84,7
85,2
86,1
76,48
69,0
73,4
86,7
87,0
91,5
81,52
44,4
54,2
62,5
93,8
97,8
70,54
Sig.
Kesimpulan
0,038
thitung
ttabel
df
Sig.
3,420
2,030
35
0,002
Kesimpulan
thitung > ttabel : H0 ditolak
sig. < 0,05 : H0 ditolak
Sig.
Kesimpulan
0,013
Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar afektif antara kelas
eksperimen yang dibelajarkan dengan metode inkuiri terbimbing dan kelas kontrol
yang dibelajarkan dengan metode konvensional pada materi hidrokarbon. Setelah
itu dilakukan uji hipotesis lanjutan menggunakan Independent Sample T Test satu
pihak.
Kelas
Eksperimen
Kontrol
thitung
ttabel
df
Sig.
2,725
2,030
35
0,010
Kesimpulan
thitung > ttabel : H0 ditolak
sig. < 0,05 : H0 ditolak
No
Tipe Soal
Jumlah
Soal
1
2
C4
C5
15
2
Persentase (%)
PEMBAHASAN
Kemampuan Kerja Ilmiah
Berdasarkan hasil analisis data, kemampuan kerja ilmiah siswa meningkat
dari pertemuan pertama sampai pertemuan kelima. Kemampuan inkuiri (kerja
ilmiah) siswa dapat dilihat dari kemampuan untuk merumuskan hipotesis dari
permasalahan yang ada, menganalisis data serta menarik kesimpulan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan
pemahaman konsep sains, kreativitas, dan keterampilan menganalisis informasi.
Hasil penelitian Wulandari (2012) menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis
inkuiri berpengaruh meningkatkan motivasi belajar peserta didik serta
berpengaruh meningkatkan keterampilan berpikir kritis.
Penerapan inkuiri sangat berkaitan dengan teori belajar konstruktivisme
yang telah berkembang atas dasar psikologi perkembangan dari Jean Piaget dan
teori scaffolding dari Lev Vygotsky yaitu penyediaan dukungan untuk belajar dan
memecahkan masalah. Teori konstruktivisme menitikberatkan bahwa siswa harus
bisa membangun pengetahuannya sendiri (Stenberg, 2006). Dengan belajar
menggunakan metode inkuiri siswa akan terlibat dalam proses pengorganisasian
struktur pengetahuan melalui penggabungan konsep yang sudah dimiliki
sebelumnya dengan ide-ide yang baru didapatkan.
Collete dan Chiapetta (1984) menyatakan bahwa inkuiri berperan dalam
mengembangkan: (a) pemahaman fundamental mengenai fakta, konsep, prinsip,
hukum, dan teori; (b) keterampilan yang mendorong pemerolehan pengetahuan
dan pemahaman mengenai fenomena alam; (c) pengayaan disposisi untuk
menemukan jawaban pertanyaan dan menguji kebenaran penyataan-pernyataan; (d)
pembentukan sikap positif terhadap sains; serta (e) pemerolehan pengertian
mengenai sifat-sifat sains. Inkuiri dapat merangsang pengembangan sikap
keterbukaan dan kemampuan untuk mengambil keputusan dengan cara yang tepat
dan semangat kerja sama yang tinggi. Hasil analisis menunjukkan bahwa terhadap
kemampuan inkuiri siswa dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki
kemampuan inkuiri baik memiliki hasil belajar yang lebih baik pula, tetapi ada
pula yang kemampuan inkuirinya baik tetapi memiliki hasil belajar yang kurang
baik. Hal ini dapat terjadi karena kegiatan belajar siswa menuntut siswa untuk
berdiskusi dalam tahap analisis data, sedangkan kegiatan individu siswa adalah
dalam hal perumusan hipotesis dan penarikan kesimpulan. Sehingga pada
umumnya siswa memiliki skor yang hampir sama pada tahapan analisis data dan
berbeda pada tahap perumusan hipotesis dan penarikan kesimpulan.
Hasil Belajar Kognitif
Berdasarkan hasil analisis disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil
belajar kognitif siswa SMA Negeri 1 Malang dimana hasil belajar siswa yang
dibelajarkan menggunakan metode pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi
dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan metode
konvensional pada pokok bahasan hidrokarbon.
Jean Peaget, salah seorang pemikir aliran teori kognitif berpendapat
bahwa proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yaitu asimilasi,
akomodasi, dan equilibrasi. Proses asimilasi adalah proses pengintegrasian
informasi baru ke dalam struktur kognitif yang sudah ada dalam benak
mahasiswa. Proses akomodasi menyesuaikan struktur kognitif ke dalam situasi