Anda di halaman 1dari 6

malformasi kongenital sistem urinaria

Pengertian Sistem urinaria :


Sistem urinaria terdiri dari organ-organ yang memproduksi urine dan mengeluarkannya dari
tubuh. Sistem ini merupakan salah satu sistemutam auntuk mempertahankan homeosttatus
(kekonsistenan lingkungan internal). Dimana sistem urinari dibagi menjadi traktus urinarius
bagian atas dan bagian bawah. Traktus urinarius bagian atas terdiri dari ginjal, pelvis renalis
dan ureter, sedangkan traktus urinarius bagian bawah terdiri dari vesika urinaria dan uretra.
Malformasi Sistem Urinaria :
Malformasi kongenital Sistem Urinaria adalah suatu kelainan struktural, perilaku, faal, dan
metabolik yang terdapat pada waktu lahir. Kelainan ini terdapat pada sistem urinaria dimana
sistem urinaria ini merupakan organ yang memproduksi dan urindan mengeluarkan dari
tubuh.
Contoh :
1. Hipospadia
DEFINISI
Hipospadia sendiri berasal dari dua kata yaitu hypo yang berarti di bawah
dan spadon yang berarti keratan yang panjang. Hipospadia adalah kelainan
kongenital dimana muara uretra eksterna (MUE) terletak di ventral penis dan lebih ke
proximal dari tempat normalnya (ujung gland penis). Pada pasien dengan hipospadia
yang berat, kadang tampak seperti ambiguous genitalia yang mengakibatkan stres
emosional dan beban psikologis bagi orang tua, dan menjadi pertanyaan mengenai
jenis kelamin anak mereka.
Tiga tipe anomali yang terkait dengan hipospadia yaitu :
1. Pembukaan ektopik meatus urethra yang letaknya diantara glans dan pangkal
penis
2. Curvatura ventral (chordee)
3. Preputium yang menutup glans dan kelebihan kulit pada bagian dorsal dan
kekurangan kulit pada bagian ventral penis.
Meatus hipospadik juga bisa ditemukan di daerah preputium dan Chordee
sering dikaitkan dengan hipoplasia korpus spongiosum.
PENYEBAB
Penyebab pasti hipospadia tidak diketahui secara pasti. Beberapa etiologi dari
hipospadia telah dikemukakan, termasuk faktor genetik, endokrin, dan faktor
lingkungan. Sekitar 28% penderita ditemukan adanya hubungan familial. Pembesaran
tuberkel genitalia dan perkembangan lanjut dari phallus dan uretra tergantung dari
kadar testosteron selama proses embriogenesis. Faktor lain yang mempengaruhi
adalah produksi hormone dari maternal selama kehamilan terutama pada trimester

pertama. jika testis gagal memproduksi sejumlah testosteron atau jika sel-sel struktur
genital kekurangan reseptor androgen atau tidak terbentuknya androgen converting
enzyme (5 alpha-reductase) maka hal-hal inilah yang diduga menyebabkan terjadinya
hipospadia.

Gejala-gejala Hipospadia
Kondisi hipospadia yang dialami tiap penderita berbeda-beda. Tingkat keparahannya
tergantung kepada lokasi lubang uretra pada penis.
Pada umumnya, lubang uretra pada pengidap hipospadia terletak di dekat ujung penis. Tetapi
ada juga pengidap dengan lubang uretra yang terletak di bagian tengah atau pangkal penis.
Posisi kedua inilah yang disebut hipospadia yang parah.
Di luar letak lubang uretra, gejala-gejala hipospadia lainnya cenderung terlihat mirip. Di
antaranya adalah:

Kulup yang terlihat menaungi ujung penis. Ini terjadi karena kulup tidak berkembang
di bagian bawah penis.
Penis yang melengkung ke bawah akibat terjadinya pengencangan jaringan di bawah
penis.
Percikan abnormal yang terjadi saat buang air kecil.

Bawalah anak Anda ke dokter jika Anda melihat gejala-gejala di atas pada anak Anda,
terutama lokasi lubang uretra yang abnormal.
Faktor Risiko Hipospadia
Terdapat beberapa faktor yang diduga dapat memicu hipospadia. Salah satunya adalah
pengaruh keturunan. Hipospadia memang bukan penyakit keturunan, tapi kondisi ini
terkadang dapat terjadi pada bayi yang memiliki anggota keluarga dengan kondisi yang sama.
Di samping keturunan, faktor-faktor pemicu lain diperkirakan juga bisa berdampak kepada
perkembangan janin pada masa kehamilan. Misalnya pengaruh usia ibu yang di atas 40 tahun
saat hamil dan pajanan rokok atau senyawa kimiawi selama kehamilan, terutama pestisida.

Gambar :

Hidroneprosis

Definisi :

Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan kaliks ginjal pada salah satu atau kedua
ginjal akibat obstruksi. Obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir
balik, sehingga tekanan di ginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau kandung
kemih, tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal, tetapi jika obstruksi terjadi
disalah satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan, maka hanya satu ginjal saja yang
rusak.( Smeltzer & Bare,2002 )
Penyebab :
Obstruksi dapat disebabkan oleh batu renal yang terbentuk di piala ginjal tetapi
masuk ke ureter dan menghambatnya. Obstruksi juga dapat diakibatkan oleh tumor yang
menekan ureter dan berkas jaringan parut akibat abses atau inflamasi dekat ureter dan
mempersempit saluran tersebut. Dapat juga disebabkan sebagai akibat dari bentuk sudut
abnormal dipangkal uruter atau posisi ginjal yang salah yang menyababkan ureter berpilin
dan kaku. Pada lansia terrjadi karena adanya pembesaran prostat yang menyababkan
obstruksi pada pintu kandung kemih,juga disebabkan karena pembesaran uterus pada
wanita hamil. ( Smeltzer & bare,2002 )
Apapun penyebab dari hidronefrosis, disebabkan adanya obstruksi baik parsial
ataupun intermitten mengakibatkan terjadinya akumulasi urin di piala ginjal. Sehingga
menyebabkan disertasi piala dan kolik ginjal. Pada saat ini atrofi ginjal terjadi ketika
salah satu ginjal sedang mengalami kerusakan bertahap maka ginjal yang lain akan
membesar secara bertahap (hipertrofi kompensatori), akibatnya fungsi renal terganggu
(Smeltzer dan Bare, 2002).
F. Manifestasi Klinis

1. Pasien mungkin asimtomatik jika awitan terjadi secara bertahap. Obstruksi akut dapat
menimbulkan rasa sakit dipanggul dan pinggang. Jika terjadi infeksi maka disuria,
menggigil, demam dan nyeri tekan serta piuria akan terjadi. Hematuri dan piuria
mungkin juga ada. Jika kedua ginjal kena maka tanda dan gejala gagal ginjal kronik
akan muncul, seperti:
2. Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium).
3. Gagal jantung kongestif.

4. Perikarditis (akibat iritasi oleh toksik uremi).


5. Pruritis (gatal kulit).
6. Butiran uremik (kristal urea pada kulit).
7. Anoreksia, mual, muntah, cegukan.
8. Penurunan konsentrasi, kedutan otot dan kejang.
9. Amenore, atrofi testikuler.
(Smeltzer dan Bare, 2002)

Penyebab Hidronefrosis
Pembengkakan ginjal ini bukan termasuk penyakit tersendiri, melainkan gejala
atau komplikasi yang muncul karena penyakit lain yang diderita pasien. Apabila
terjadi gangguan atau sumbatan pada saluran kemih, urine akan terperangkap di
dalam ginjal karena tidak bisa dikeluarkan. Penumpukan inilah yang akan
menyebabkan pembengkakan pada ginjal atau hidronefrosis.

Terdapat sejumlah penyakit yang berpotensi menyebabkan hidronefrosis. Di antaranya


meliputi:

Kehamilan. Pembesaran rahim selama kehamilan terkadang bisa menekan


ureter.
Batu ginjal yang berpotensi menyumbat ureter.

Penyempitan ureter akibat terbentuknya jaringan parut karena infeksi,


operasi, atau pengobatan teknik radiasi.

Pembengkakan kelenjar prostat.

Berbagai jenis kanker yang terjadi di sekitar saluran kemih, misalnya


kanker ginjal, kanker ovarium, kanker prostat, atau kanker kandung kemih.

Gangguan atau kerusakan pada saraf-saraf kandung kemih.

Gejala-gejala Hidronefrosis
Hidronefrosis dapat berkembang secara mendadak maupun berkembang secara
perlahan-lahan. Sejumlah gejala yang menyertai pembengkakan ginjal ini
adalah:

Rasa sakit pada punggung atau sisi tubuh. Bisa berupa sakit yang parah dan muncul tiba-tiba
atau sensasi nyeri tumpul yang datang dan pergi.

Demam.
Mual.

Perut yang bertambah besar.

Menggigil.

Darah pada urine.

Sakit saat buang air kecil.

Frekuensi buang air kecil yang meningkat.

Sering kebelet.

Apabila mengalami gejala-gejala tersebut (terutama sakit punggung, rasa sakit


pada satu sisi tubuh, demam, atau mual), segera periksakan diri Anda ke dokter.
Pastikan juga untuk memperhatikan bila ada perubahan pada frekuensi buang air
kecil Anda.

Anda mungkin juga menyukai