NAMA : PAVITRADEVI
NIM : 110100444
PAPER
Neurofibromatosis
Disusun oleh:
PAVITRADEVI A/P N.KANNADHAS
NIM: 110 100 444
Supervisor:
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU / RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : PAVITRADEVI
NIM : 110100444
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
melimpahkan berkatnya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan paper yang
berjudul Neurofibromatosis ini.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada dr. Bobby R.E. Sitepu, M. Ked (Oph) Sp. M selaku
supervisor yang telah memberikan bimbingan dalam menyelesaikan paper ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan paper ini
baik dari segi isi maupun sistematika penulisan karena keterbatasan kemampuan
penulis. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak untuk menyempurnakan paper ini. Semoga paper ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.
Penulis
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU / RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : PAVITRADEVI
NIM : 110100444
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................
i
DAFTAR ISI...............................................................................................
ii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................
iii
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................
1
1.1 Latar Belakang........................................................................
2
3
2.2 Neurofibromatosis...................................................................
2.2.1 Definisi..........................................................................
2.2.2 Epidemiologi.................................................................
2.2.3 Etiologi..........................................................................
10
2.2.4 Patofisiologi..................................................................
10
11
16
2.2.7 Diagnosis.......................................................................
17
2.2.8 Penatalaksanaan............................................................
18
2.2.9 Komplikasi....................................................................
19
2.2.10 Prognosis.......................................................................
BAB 3 KESIMPULAN..............................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................
20
21
22
DAFTAR GAMBAR
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU / RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : PAVITRADEVI
NIM : 110100444
Halaman
Gambar 2.1. Bagian sagittal mata..............................................................3
Gambar 2.2. Lisch nodul pada iris mata.................................................. 12
Gambar 2.3. Wajah dengan neurofibroma plexiform .............................13
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU / RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : PAVITRADEVI
NIM : 110100444
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Neurofibromatosis merupakan kelainan kongenital dari perkembangan
dibagi
menjadi
dua
kelompok
utama
yaitu
neurofibromatosis
tipe
lebih
buruk
dibanding
dengan
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU / RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
1.2.
NAMA : PAVITRADEVI
NIM : 110100444
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan paper ini adalah untuk mengetahui dan memahami
tentang Neurofibromatosis. Selain itu, paper ini juga bertujuan untuk melengkapi
persyaratan kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
BAB 2
2
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU / RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : PAVITRADEVI
NIM : 110100444
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Anatomi Mata
2.1.1
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU / RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : PAVITRADEVI
NIM : 110100444
Palpebra terdiri dari 4 lapisan jaringan utama yang dibagi dalam 2 lamela.
Lamela anterior terdiri dari kulit dan otot orbicularis okuli, sedangkan lamella
posterior terdiri dari lempeng tarsal dan konjungtiva palpebral.9
2. Kelenjar Lakrimal
Kelenjar lakrimal berbentuk seperti buah kenari dan terletak di fossa
lakrimalis pada kuadran temporal di atas orbita. Kelenjar lakrimal menerima
pasokan sensorik dari saraf lakrimal. Kelenjar air mata berfungsi untuk
menghasilkan air mata untuk melembabkan mata, membersihkan mata dari debu
dan membunuh kuman yang masuk ke mata.1
2.1.2
Kornea
Kornea adalah jaringan transparan, serat-serat kolagen, avaskular dengan
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU / RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : PAVITRADEVI
NIM : 110100444
b) Membran Bowman
Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang
tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.
Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.
c) Stroma
Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan
lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di bagian
perifer serat kolagen ini bercabang.
d) Membrane descement
Merupakan membran aseluler dan merupakan batas belakang stroma kornea
dihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya.
Bersifat sangat elastik dan berkembang seumur hidup, mempunyai tebal 40
m.
e) Endotel
Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40 m.
Endotel melekat pada membran descement melalui hemidesmosom dan zonula
okluden.
Sklera
Sklera terbentuk dari fibril kolagen yang lebar yang dipertahankan oleh
fibroblast. Ketebalan sklera 1mm sekitar kepala saraf optik dan 0.3mm pada
posterior insersi otot. Otot bertanggung jawab untuk memindahkan bola mata
yang melekat pada bola mata pada sklera.11
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU / RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : PAVITRADEVI
NIM : 110100444
Konjungtiva
Konjungtiva merupakan membran mukosa yang transparan dan tipis yang
Pupil
Pupil adalah lubang di tengah iris yang terletak depan lensa. Gerakan pupil
dikendalikan oleh sistem saraf parasimpatis dan simpatis. Pupil akan konstriksi
(miosis) saat mata menyala (aktivasi parasimpatis, relaksasi simpatik) dan
melebarkan (midriasis) dalam gelap (aktivasi simpatik, relaksasi parasimpatis).11
Koroid
Koroid adalah segmen posterior uvea yang mempunyai ketebalan 0.25
mm, diantara retina dan sclera. Koroid terdiri atas 3 lapisan pembuluh darah, yaitu
: 8,10
1. Lapisan paling dalam yaitu choriocapillaris
2. Lapisan tengah yaitu pembuluh darah kecil
6
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU / RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : PAVITRADEVI
NIM : 110100444
Iris
Iris adalah struktur datar, tipis, berbentuk cincin menempel ke ruang
anterior. Iris mengandung banyak pembuluh darah dan jaringan ikat serta
mengandung melanosit dan sel pigmen untuk memberi warna pada mata. Iris
berupa permukaan pipih dengan apertura bulat yang terletak di tengah, yaitu pupil.
Iris memisahkan bilik mata depan dari bilik mata belakang, yang berisi akuos
humor. Di dalam stroma iris terdapat sfingter dan otot-otot dilator. Iris
mengendalikan banyaknya cahaya yang masuk ke dalam mata.8,10
Korpus Siliaris
Korpus siliaris terdiri atas zona anterior yang berombak-ombak, pars
plikata (2mm), dan zona posterior yang datar, pars plana (4mm). Prosessus siliaris
berasal dari pars plikata, berfungsi sebagai pembentuk akuos humor. Muskulus
siliaris berfungsi untuk mengubah tegangan pada kapsul lensa, sehingga lensa
dapat mempunyai berbagai fokus baik untuk melihat objek dekat maupun jauh.8,18
Akueous humor
Akueous humor adalah suatu cairan transparan yang beredar di ruang
Fovea
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU / RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : PAVITRADEVI
NIM : 110100444
Fovea adalah depresi kecil pada retina dekat disk optik. Fovea memiliki
konsentrasi tinggi cone. Ini adalah bagian dari retina di mana ketajaman visual
yang terbesar.10
Vitreous humor
Vitreous humor suatu badan gelatin yang jernih dan avaskular yang
membentuk dua pertiga volume dan berat mata. Vitreus sangat penting untuk
metabolisme hasil metabolit dari jaringan intraocular seperti lensa, korpus siliaris
dan retina. Vitreus jumlahnya sekita 4.0 ml dan mengandung air 99%. Sisa 1%
meliputi dua komponen, kolagen dan asam hialuronat, yang memberi bentuk dan
konsistensi mirip gel pada viterus karena kemampuannya mengikat banyak air.8
Lensa mata
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan
hampir transparan sempurna dan terletak di posterior chamber dan pupil. Tebalnya
sekitar 4mm dan diameternya 9mm. Lensa ditahan ditempatnya oleh ligamentum
suspensorium yang dikenal sebagai zonula zinni. Di sebelah anterior lensa
terdapat akuos humor, disebelah posteriornya, vitreus. Lensa terdiri atas kapsul
lensa, subkapsul, dan serat lensa. 65% lensa terdiri atas air, sekitar 35% nya
protein.8,10
Retina
Retina adalah lembaran jaringan saraf berlapis yang tipis dan
semitransparan yang melapisi bagian dalam dua pertiga posterior dinding bola
mata. Lapisan-lapisan retina, mulai dari sisi dalamnya, adalah sebagai berikut:
membran limitan interna, lapisan serat saraf, lapisan sel ganglion, lapisan
pleksiform dalam, lapisan inti dalam, lapisan pleksiform luar, lapisan inti luar,
membran limitans eksterna, lapisan fotoreseptor segmen dalam dan luar, dan
epitel pigmen retina. Fotoreseptor ini dikenal sebagai cone (sel berbentuk kerucut)
dan rod (sel berbentuk batang). Cone memungkinkan untuk mendeteksi warna
sementara rod memungkinkan untuk melihat dalam cahaya yang kurang.8
8
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU / RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : PAVITRADEVI
NIM : 110100444
Saraf Optik
Saraf optik berisi akson dari retina sel ganglion (sel-sel saraf retina) dan
mengirimkan impuls dari retina ke otak. Pada akhirnya seseorang dapat melihat
sebuah benda atau objek.11
2.2
Neurofibromatosis
2.2.1
Definisi
Neurofibromatosis merupakan kelainan kongenital dari perkembangan
Epidemiologi
Neurofibromatosis tipe 1 menyumbang sekitar dari 1/2.000 sampai 1/5.000
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU / RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
2.2.3
NAMA : PAVITRADEVI
NIM : 110100444
Etiologi
Neurofibromatosis cenderung berjalan dalam keluarga. Setiap anak dari
Patofisiologi
Neurofibromatosis tipe 1 terjadi setelah mutasi pada kromosom 17 yang
10
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU / RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : PAVITRADEVI
NIM : 110100444
Manifestasi Klinis
Neurofibromatosis Tipe 1
Dua dari tujuh kriteria diagnostik berikut menandakan kehadiran
neurofibromatosis tipe 1. Gejala tidak muncul saat kanak-kanak atau remaja dan
menyulitkan diagnosis walaupun disuspek neurofibromatosis tipe 1. Tujuh kriteria
klinis yang digunakan untuk mendiagnosis neurofibromatosis tipe 1 adalah : 13
Enam atau lebih cafe au lait makula lebih dari 5 mm diameter terbesar dalam
individu prapubertas dan lebih dari 15 mm diameter terbesar pada individu
pasca pubertas
Dua atau lebih neurofibroma dari jenis apa pun atau satu plexiform
neurofibroma
Bercak hitam di ketiak atau daerah inguinal
Optik glioma
Dua atau lebih nodul Lisch (iris hamartomas)
Sebuah lesi tulang khas seperti displasia sphenoid atau pseudarthrosis tibia
Saudara tingkat pertama (orang tua, saudara, atau keturunan) dengan
neurofibromatosis tipe 1 seperti yang didefinisikan oleh kriteria di atas
11
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU / RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : PAVITRADEVI
NIM : 110100444
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU / RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : PAVITRADEVI
NIM : 110100444
menjauhkan sumbu visual yang sekunder untuk infiltrasi dan edema dari orbit dan
kelopak mata. Bawaan glaukoma ipsilateral karena Neurofibroma plexiform telah
digambarkan sebagai variasi dari gangguan perkembangan segmen anterior.14
Berikut ini adalah karakteristik dari neurofibroma plexiform kelopak mata:
Penebalan klopak mata atas
Deformitas berbentuk S
Perabaan seperti kantong cacing
Bawaan glaukoma ipsilateral untuk neurofibroma plexiform telah
digambarkan sebagai variasi dari gangguan perkembangan segmen anterior.14
Tumor Retina
Berikut ini adalah karakteristik dari tumor retina :
Hamartomas Astrocytic (tumor putih yang melibatkan saraf optik)
Hamartomas gabungan dari retina dan epitel pigmen retina
Hemangioma kapiler retina
Kemungkinan peningkatan kejadian melanoma koroid
13
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU / RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : PAVITRADEVI
NIM : 110100444
Hamartomas astrocytic retina adalah tumor jinak pada lapisan saraf retina
yang dapat terjadi bilateral yang melibatkan saraf optik dan kutub posterior retina,
dengan beberapa lesi perifer yang luas ke retina anterior Jika saraf optik atau
makula yang terlibat, pasien mungkin menunjukkan penurunan visus atau
strabismus, sementara leukocoria dapat hadir jika tumor terletak di kutub
posterior.14
Hamartoma Koroid
Berikut adalah karakteristik dari hamartoma koroid :
Biasanya dijumpai di bagian posterior.
Datar, lesi yang tidak jelas.
Mengandung neuronal dan komponen melanostik.14
Glioma Optik
Diperkirakan 15-40% anak dengan neurofibromatosis tipe 1 memiliki
glioma saraf optik atau glioma jalur visual yang melibatkan saraf optik, Chiasma
optikum, atau saluran optik. Beberapa lesi ini tidak menunjukkan gejala. Bilateral
glioma saraf optik hampir patognomonik untuk neurofibromatosis tipe 1.
Unilateral penurunan ketajaman dengan defek pupil aferen relatif (+/-) dan
strabismus (+/-) dapat terjadi. glioma saraf optik muncul pada computed
tomography (CT) scan atau gambar resonansi magnetik (MRI) sebagai dilatasi
fusiform dari saraf optik.14
Glioma saraf optik secara lokal invasif dan lambat berkembang dengan
potensi keganas yang rendah. Namun, glioma chiasmatic dapat menginvasi
hipotalamus dan ventrikel ketiga, menyebabkan hidrosefalus obstruktif. Sekitar
10-38% dari pasien anak dengan glioma saraf optik memiliki neurofibromatosis
tipe 1. Pada kebanyakan anak dengan glioma optik, gejala yang muncul mungkin
proptosis yang tidak sakit dan penurunan ketajaman visual. Temuan fisik termasuk
kehilangan penglihatan, kehilangan penglihatan warna, sebuah defek pupil aferen,
dan pucat saraf optik atau atrofi. Sebuah lesi besar dapat memampatkan Chiasm
optik, menyebabkan nystagmus atau gejala lainnya. gejala hipotalamus, seperti
perubahan nafsu makan atau tidur, juga dapat terjadi. lesi besar dapat
memampatkan ventrikel ketiga, sehingga hidrosefalus obstruktif disertai sakit
kepala, mual, dan muntah.14
14
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU / RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : PAVITRADEVI
NIM : 110100444
Optik jalur saraf glioma (OPGs) ini serius, tapi dapat disembuhkan, tumor
otak yang muncul di dalam dan sekitar saraf optik. Setengah dari pasien dengan
glioma saraf optik adalah pasien neurofibromatosis tipe 1. Neurofibromatosis tipe
1 terkait OPGs biasanya kurang agresif dibandingkan yang tidak terkait. Banyak
pasien dengan OPGs tidak menunjukkan gejala. Chiasma atau keterlibatan otak
yang berdekatan dapat menyebabkan gejala endokrin dan neurologis.14
Glioma saraf optik ini gejala biasanya hadir pada usia 6, dengan sebagian
besar anak-anak didiagnosis pada usia 3 tahun. Seringkali, ketajaman visual dapat
dinilai pada usia tiga tahun, penglihatan warna pada usia lima tahun dan bidang
visual dengan usia delapan tahun.14
Neurofibromatosis Tipe 2
Diagnosis klinis neurofibromatosis tipe 2 mensyaratkan individu dengan
setidaknya 1 dari persyaratan klinis berikut:
Bilateral schwannomas vestibular, yang
relatif
dikaitkan
dengan
kekeruhan lenticular
Unilateral schwannoma vestibular dan dua dari meningioma, schwannoma,
glioma, neurofibroma, posterior subkapsular kekeruhan lenticular. Beberapa
meningioma
dan
unilateral
schwannoma
vestibular
atau
dua
dari:
15
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU / RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : PAVITRADEVI
NIM : 110100444
2.2.7 Diagnosis
a) Anamnesis
Riwayat keluarga keturunan pertama sangat penting untuk mendiagnosis
neurofibromatosis tipe 1 sementara riwayat keluarga (tingkat pertama secara
relatif) ditambah unilateral (pada satu sisi) schwannomas vestibular atau dua dari
kondisi berikut penting dalam mendiagnosis neurofibromatosis tipe 2.13,15
b) Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Untuk neurofibromatosis tipe 1, harus amati apakah terdapat 2 atau lebih
kriteria diagnostik yang dibahaskan di manisfestasi klinis.
Pada neurofibromatosis tipe 2 didapati paralisis nervus VII, gangguan
visual dan pendengaran.,15,16
c) Pemeriksaan Penunjang
Pada neurofibromatosis tipe 1, dilakukan pemeriksaan tekanan darah dan
pengambilan sampel melalui biopsi untuk mengetahui apakah ada sel-sel kanker
atau tidak.17
16
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU / RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : PAVITRADEVI
NIM : 110100444
Penatalaksanaan
Penanganan untuk neurofibromatosis tipe 1 dan 2 tergantung pada
Brain Tumor
Observasi
Operasi
Medikamentosa (dalam penelitian
Neurofibromatosis tipe 2
Gangguan keseimbangan
Latihan vestibular
Terapi fisik / terapi okupasi
Gangguan pendengaran
Bahasa
isyarat
/
pelatihan
komunikasi alternative
BAER (Brainstem Auditory Evoked
klinis)
Hearing prosthetics
Implant koklea
Implan auditory brainstem
Tinnitus
Terapi pelatihan ulang tinnitus
Intervensi perilaku
17
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU / RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
klinis)
Neurofibroma dermal
Observasi
Operasi
Medikamesntosa (dalam penelitian
klinis)
Gangguan pendengaran
IEP
Medikamentosa
Uji klinis
NAMA : PAVITRADEVI
NIM : 110100444
Nyeri
Medikamentosa
Akupuntur
Intervensi perilaku
Vestibular schwannomas
Observasi
Uji klinis
Radioterapi
Operasi
Optik glioma
Observasi
Kemoterapi
Neurofibroma plexiform
Kemoterapi
Terapi radiasi
Operasi
Medikamentosa (dalam penelitian
klinis)
Nyeri
Medikamentosa
Akupuntur
Intervensi perilaku
2.2.9
Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi dari neurofibromatosis tipe 1 adalah
tumor pada saraf perifer, akar saraf dan plexi, kompresi spinal cord, ektasiasis
dural, epilepsy, stroke, hydrocephalus, gangguan penglihatan, gangguan
kardiovaskular, gangguan pendengaran dan sefalgia.21
Komplikasi dari neurofibromatosis tipe 2 adalah gangguan penglihatan,
penumpukan cairan di otak, kelemahan pada ektremitas inferior dan superior.22
2.2.10 Prognosis
18
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU / RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : PAVITRADEVI
NIM : 110100444
BAB 3
KESIMPULAN
19
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU / RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : PAVITRADEVI
NIM : 110100444
dari bentuk
yang
paling
umum,
jenis
yang berbeda.
20