Anda di halaman 1dari 13

TUGAS INTERPRETASI DATA KLINIK

FATTY LIVER ALKOHOLIK DAN NON ALKOHOLIK

OLEH :
NAMA : SHARIFAH SHANIYAH
NIM : 1301090
KELAS : S1-VII B

DOSEN: MIRA FEBRINA M.Sc,Apt

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
2016

FATTY LIVER (Steatosis atau Perlemakan Hati)

A. Pengertian
Fatty liver adalah suatu keadaan di mana adanya penimbunan lemak yang berlebihan di
sel-sel liver. Sebenarnya normal apabila liver kita mengandung lemak. Tetapi apabila berat
lemaknya sudah lebih dari 10% dari berat liver itu sendiri, sehingga sebagian sel-sel liver yang
sehat sudah diganti dengan sel lemak, itu sudah tidak normal. Liver sudah berubah warnanya
menjadi kuning mengkilat karena berlemak, membesar dan lebih berat dari keadaan
normal. Fatty liver umumnya terkait dengan alkohol.
B. Epidemiologi
Bisa terjadi pada segala umur, bahkan anak-anak yang kegemukan.

Penderita

steatosis/fatty liver di Amerika Serikat terjadi kira-kira pada 25-35% jumlah populasi di sana.
80% penderita fatty liver adalah obese untuk NASH (Nonalcoholic Steatohepatitis). Resiko fatty
liver meningkat bagi yang kelebihan berat dan obese, penderita Diabetes, dan penderita
trigliserid yang tinggi.
Prevalensi FLD pada populasi umum berkisar antara 10% sampai 24% di berbagai
negara. Namun, kondisi ini diamati pada sampai dengan 75% orang obesitas, 35% di antaranya
akan maju ke non-alkohol FLD, walau tidak ada bukti konsumsi alkohol yang berlebihan. FLD

adalah penyebab paling umum dari fungsi hati yang abnormal tes di AS. "Fatty liver terjadi pada
33% dari Eropa-Amerika, 45% dari Hispanik-Amerika, dan 24% Afrika-Amerika
C. Etiologi
o
o
o
o
o
o
o

Alcohol.
Obat-obatan.
Gangguan maupun perubahan hormonal misalnya kehamilan.
Metabolic syndrome (diabetes, hipertensi, obesitas dan dislipidemia).
Diabetes.
Penurunan berat badan yang drastis dan kekurangan gizi.
Gaya hidup modern, banyak makan kalori tinggi. Memakan banyak kalori dapat
menyebabkan lemak bertumpuk di liver. Sumber kalori yang tinggi dari lemak

(selain alcohol). Ditambah tidak berolah raga.


o Kegemukan/Kelebihan berat badan terutama lemak di perut. (perlu diketahui,
liver yang sehat dapat mengatur metabolism lemak, bukan itu saja tetapi dapat
mengeluarkan kelebihan lemak melalui empedu. Sehingga jika liver kita sehat
maka kita tidak akan kesulitan menurunkan berat badan. Sebaliknya liver yang
berlemak tidak membakar lemak malah menyimpan lemak.

Akan sulit

menurunkan berat badan.


o Hepatotoxins lingkungan (misalnya, fosfor, keracunan jamur)
o Biasanya fatty liver tidaklah berbahaya, karena sebenarnya fungsi liver juga tidak
terganggu tetapi untuk jangka panjang fatty liver sering berpotensi menjadi
penyebab kerusakan hati dan sirosis hati.
o Jenis penyakit fatty liver dapat dimulai dari steatosis (hanya perlemakan hati),
steatohepatitis (perlemakan hati disertai dengan inflamasi). Keadaan ini dapat
terjadi karena:
(1) konsumsi alcohol yang berlebihan yang disebut dengan ASH
(Alcoholic Steatohepatitis), atau
(2) bukan karena alkohol yang

disebut

NASH

(Nonalcoholic

Steatohepatitis).
o Fatty liver yang berhubungan dengan penggunaan alcohol bisa terjadi dengan
hanya meminum sebanyak 10oz (+ 300 ml) alkohol perminggu.
D. Hubungan Radikal Bebas dengan Fatty Liver
Radikal bebas dapat merusak enzim sel, proses pembentukan sel terganggu atau bahkan
berhenti, serta menyebabkan sel rusak atau mati. Penyakit hati atau liver yang disebabkan oleh

konsumsi alkohol berlebihan, Alkoholik kronis, mereka yang minum berlebihan setiap hari,
mengalami penimbunan lemak dalam sel- sel hati. Ketika alkohol dimetabolisir dalam hati, dia
menciptakan radikal-radikal bebas yang merusak mitokondria dalam sel-sel hati dan mencegah
mereka untuk menggunakan sejumlah oksigen yang cukup untuk menghasilkan energi. Lagi
pula, kondisi rendah oksigen yang disebut hipoksia memperburuk kerusakan mitokondria dan
mendukung pembentukan timbunan lemak yang dapat berujung pada sirkosis dan rentetan efekefek yang pada akhirnya berujung pada fatty liver.
Makanan yang digoreng atau populer disebut gorengan, ternyata bukan hanya
meningkatkan kadar kolesterol darah serta menyebabkan terjadinya peningkatan risiko terkena
stroke dan penyakit jantung koroner. Makanan gorengan juga menghasilkan zat pemicu kanker
(karsinogenik) dengan nama akrilamida. Akrilamida merupakan salah satu senyawa yang bisa
menyebabkan kanker. (Johnson&Johnson Indonesia, Senior, Food Safety Reference dalam
Newsletter Consumen Safety and Hygiene (editor : Dimyati Yusuf), 2007)
Sesuatu yang digoreng adalah dilakukan dengan pemanasan, artinya kemungkinan dalam
pemanasan itu terjadi proses oksidasi dan selanjutnya sesuatu yang digoreng itu akan
mengandung oksidan-oksidan atau secara awam kita sebut radikal bebas.
Oksidasi dari lipoprotein ini merupakan langkah awal pembentukan, atherosclerosis
,pengerasan pembuluh darah dan berperan pada kerusakan hati. Ketika kolesterol LDL bereaksi
dengan radikal bebas akan membentuk aterosklerosis. Kolesterol darah dan radikal bebas akan
membentuk plak dalam darah. Aterosklerosis adalah mayoritas penyebab pengerasan arteri
pembuluh darah. Zat yang beracun dapat juga dilepas oleh radikal bebas, memicu perusakan
saraf dan otak seperti terlihat pada penyakit Parkinson. Radikal bebas juga terlibat dalam tukak
lambung, gangguan pencernaan, dan fungsi hati.
E. Gejala
Fatty liver jarang menimbulkan keluhan, karena penimbunan lemak ini terjadinya secara
perlahan-lahan. Gejala klinis yang dikeluhkan penderita paling-paling perut terasa penuh, ini
disebabkan karena lemak kebanyakan menumpuk di hati bagian atas. Terus, perut daerah ulu
hati kadang-kadang terasa keras. Pada waktu penyakit bertambah parah, mungkin penderita
akan mengalami rasa lelah, sakit di sekitar perut, dan lemah.

F. Diagnosis
Kebanyakan individu asimtomatik dan biasanya ditemukan secara kebetulan karena tes
fungsi hati yang abnormal atau hepatomegali dicatat dalam kondisi medis yang tidak terkait.
Biokimia hati yang tinggi ditemukan pada 50% pasien dengan steatosis sederhana Tingkat ALT
serum biasanya lebih besar daripada tingkat AST non-alkohol varian dan berlawanan dalam FLD
beralkohol (AST: ALT lebih dari 2:1).
Studi pencitraan sering diperoleh selama proses evaluasi. Ultrasonografi mengungkapkan
"diagnosa" hati dengan echogenicity meningkat. Pencitraan medis dapat membantu dalam
diagnosis fatty liver, hati berlemak memiliki kepadatan lebih rendah dari limpa pada computed
tomography (CT) dan lemak muncul diagnosis di T1-tertimbang gambar resonansi magnetik
(MRI). Tidak citra medis, bagaimanapun, adalah mampu membedakan steatosis sederhana dari
NASH canggih. Diagnosis histologis dengan biopsi hati adalah dicari ketika penilaian keparahan
diindikasikan.
G. Komplikasi
Sampai dengan 10% dari sirosis alkoholik FLD akan mengembangkan karsinoma
hepatoseluler. Secara keseluruhan kejadian kanker hati di non-alkohol FLD belum dihitung,
namun asosiasi ini mapan.
H. Pengobatan dan Pencegahan
Penanganannya adalah sesuai dengan penyebabnya. Jika :

Kegemukan, turunkan berat badan. Turun berat badan yang aman adalah 1/2 kg per minggu.
Tinggi trigliserid, turunkan.
Hindari alcohol, jika konsumsi alcohol.
Control diabetes jika karena diabetes.
Pola makan yang baik:

Hindari makanan hewani terutama yang berlemak, hindari gorengan dan makanan proses.
Kurangi konsumsi karbohidrat yang sudah direfined misalnya gula putih, roti putih, nasi
putih, mie, kue-kue, biscuit, pudding dll.
Hindari produk susu seperti susu sapi, cheese, cream atau butter.
Hindari semua margarine dan sejenisnya.

Hindari semua makanan dan minuman manis-manis.


Hindari pemanis buatan.
Perbanyak makan buah-buahan dan sayuran mentah.
Minumlah paling sedikit 2 liter air sehari.
Mengkonsumsi antioksidan
VITAMIN A
Vitamin A larut dalam lemak, dilaporkan dapat bereaksi dengan radikal bebas melalui
struktur ikatan rangkapnya .

VITAMIN E
Vitamin E adalah anti oksidan yang larut dalam lemak ,yang perlu ditambahkan dalam makanan.
Cara kerja Vitamin E sebagai anti oksidan adalaha Vitamin E berjalan di seluruh tubuh bersama
molekul yang namanya Lipoprotein, dan dapat melindunginya dari oksidasi sehingga tidak
terbentuk radikal bebas. Oksidasi dari lipoprotein ini merupakan langkah awal pembentukan:
Atherosclerosis ,pengerasan pembuluh darah dan berperan pada kerusakan hati

VITAMIN C
Vitamin C larut dalam air, tidak dapat dibentuk oleh tubuh jadi harus dari makanan atau
supplement ( buah-buahan dan sayuran). Vitamin C ini secara kuat dapat melemahkan
radikal bebas serta mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan system
kekebalan tubuh. Vitamin C dan vitamin E berjalan di seluruh tubuh bersama molekul yang
namanya Lipoprotein, dan dapat melindunginya dari oksidasi sehingga tidak terbentuk
radikal bebas.
SELENIUM

Selenium terdapat di air minum, brokoli, kuning telur, bawang merah, bawang putih dan
anggur merah Sebenarnya selenium bukan antioksidan tetapi berguna untuk produksi
enzym-enzym yang berfungsi sebagai antioksidan.
Pola makan dan gaya hidup harus diubah. Makanlah makanan bergizi seimbang, sehat
dan tingkatkan aktivitas tubuh.
Non-Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD)
2.1.1 Terminologi dan Definisi Non-Alcoholic Fatty Liver Disease
Non-Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) merupakan spektrum kelainan hati dengan
gambaran khas berupa steatosis (perlemakan) makrovesikular yang muncul pada pasien yang
tidak mengonsumsi alkohol dalam jumlah yang dianggap berbahaya bagi hati (kurang dari 20
gram etanol per minggu). Spektrum kelainan dimulai dari steatosis sederhana (tanpa inflamasi
dan fibrosis), steatosis dengan inflamasi dengan atau tanpa fibrosis (non-alcoholic
steatohepatitis-NASH) dan dapat berlangsung menjadi sirosis.1
Istilah NASH pertama kali diangkat pada 1980 di dalam penelitian Ludwig yang
melaporkan perubahan histologi hati berupa steatosis, infiltrat inflamasi, badan Mallory, fibrosis
dan sirosis pada 20 pasien tanpa adanya riwayat konsumsi alkohol yang signifikan.1 NAFLD
dianggap berperan pada 90% lebih kasus kenaikan tes fungsi hati tanpa ditemukannya penyebab
tertentu (virus, alkohol, penyakit hati yang diturunkan dan obat-obatan).7
2.1.2 Epidemiologi Non-Alcoholic Fatty Liver Disease
Prevalensi NAFLD meningkat secara cepat di seluruh dunia dan sebanding dengan
peningkatan kejadian obesitas dan diabetes tipe 2.3 Prevalensi NAFLD pada populasi umum
diperkirakan sebesar 20-30% di negara-negara Barat 3,8,9,10 dan 15% di negara-negara Asia.
Prevalensi NAFLD berbeda tergantung usia, jenis kelamin dan berat badan. NAFLD dan NASH
dilaporkan terdapat pada segala usia termasuk anak-anak, dimana prevalensi steatosis lebih
rendah dibanding dewasa (13-15%), namun meningkat pada subjek dengan obesitas (3080%).3,11,12 Prevalensi NAFLD meningkat seiring usia dengan prevalensi tinggi pada pria usia
40 sampai 65 tahun.3,13

Subjek dengan obesitas memiliki prevalensi NAFLD sebesar 30-100%, dimana subjek
dengan diabetes tipe 2 memiliki prevalensi NAFLD sebesar 10-75% dan pada hiperlipidemia
sebesar 20-92%.7
NAFLD dianggap jarang di Asia-Pasifik karena dianggap sebagai penyakit yang
berhubungan dengan kemakmuran dan juga regio ini memiliki insidensi hepatitis virus yang
tinggi.14,15 Peningkatan prevalensi faktor-faktor resiko utama NAFLD, seperti resistensi
insulin, obesitas, dislipidemia dan sindroma metabolik di Asia-Pasifik, bagaimanapun berperan
dalam peningkatan prevalensi NAFLD di regio tersebut.16,17
Berdasarkan survei dengan menggunakan ultrasonografi, prevalensi NAFLD pada
populasi umum di Asia beragam mulai dari 5-40%.17 Prevalensi NAFLD di Indonesia pada
populasi urban diperkirakan sebesar 30%.4 Obesitas merupakan faktor resiko yang paling erat
berkaitan.17
2.1.3 Faktor Resiko Non-Alcoholic Fatty Liver Disease
NAFLD dianggap merepresentasikan komponen hepatik dari sindroma metabolik berupa
obesitas, hiperinsulinemia, resistensi insulin, diabetes, hipertrigliserida dan hipertensi. Diabetes
tipe 2 merupakan komponen utama dari sindroma metabolik dan berkaitan dengan obesitas
maupun NAFLD.1,17,18
Resistensi insulin memainkan peran besar pada patogenesis NAFLD dimana ditemukan
bahwa resistensi ringan sangat umum terjadi pada stadium awal NAFLD dan semakin berat
resistensi insulin (diabetes tipe 2) berhubungan dengan semakin beratnya stadium dari
NAFLD.19,20
Obesitas dikatakan sangat erat berkaitan dengan NAFLD, namun jelas bahwa tidak
seluruh individu dengan obesitas memiliki NAFLD kerena prevalensinya masih berkisar 2090%.20,21 Studi lain menunjukkan bahwa NAFLD juga terjadi pada subjek tanpa obesitas22 dan
hal ini umum terjadi pada pasien dengan kelainan lipodistrofi kongenital atau didapat,20 yang
ditandai dengan kurangnya jumlah jaringan adiposa. Penemuan-penemuan tersebut menunjukkan
bahwa obesitas dan NAFLD merupakan konsekuensi yang sama dari suatu kelainan lain yang
mendasari, atau bahwa obesitas meningkatkan resiko perkembangan NAFLD setelah pajanan

penyebab tertentu, misal alkohol. Kadar konsumsi alkohol yang dianggap aman untuk individu
normal dapat berbahaya untuk individu dengan obesitas. 20
Penelitian yang dilakukan oleh Irsan Hasan dan dikutip oleh Amarpukar dkk
menunjukkan bahwa prevalensi NAFLD pada negara Asia-Pasifik meningkat pada populasi
dengan faktor resiko.17 (Tabel 2)

2.1.4 Patogenesis Non-Alcoholic Fatty Liver Disease


Resistensi insulin, stres oksidatif dan inflamasi dipercaya memainkan peran pada
patogenesis dan progresi NAFLD. Hipotesis multi-hit (yang dulunya disebut sebagai two-hit)
telah digunakan dalam menjelaskan patogenesis NAFLD20,23 (Gambar 1). Resistensi insulin
menyebabkan meningkatnya asam lemak bebas yang diabsorbsi oleh hati, menghasilkan keadaan
steatosis sebagai hit pertama (first hit). Hal tersebut dilanjutkan dengan berbagai interaksi
kompleks (multiple second hit) yang melibatkan sel hati, sel stelata, sel adiposa, sel kupfer,
mediator-mediator inflamasi dan reactive oxygen species yang dapat menyebabkan inflamasi
(NASH) atau berlanjut sirosis. Resistensi insulin menginisiasi hit pertama. Keadaan resistensi
insulin menyebabkan sel adiposa dan sel otot cenderung mengoksidasi lipid, yang menyebabkan

pelepasan asam lemak bebas. Asam lemak lalu diabsorbsi oleh hati, menghasilkan keadaan
steatosis. Asam lemak bebas di dalam hati dapat terikat dengan trigliserida atau mengalami
oksidasi di mitokondria, peroksisom atau mikrosom.

Produk-produk hasil oksidasi sifatnya berbahaya dan dapat menyebabkan cedera pada
hati yang selanjutnya dapat berlanjut menjadi fibrosis.3 Peroksidasi lipid dan stres oksidatif
meningkatkan

produksi

hidroksineonenal

(HNE)

dan

malondialdehid

(MDA)

yang

meningkatkan fibrosis hati melalui aktivasi oleh sel stelata yang menyebabkan peningkatan
produksi transforming growth factor-beta (TGF-).24
Mediator-mediator inflamasi berperan pada progresi NAFLD. Faktor transkripsi
prionflamasi seperti nuclear factor kappa beta (NF-) sering ditemukan meningkat pada pasien
NASH. Adiponektin dan tumor necrosis factor-alpha (TNF-) merupakan dua protein
proinflamasi yang berkaitan dengan patogenesis NAFLD. Adiponektin merupakan hormon yang
dilepaskan oleh sel adiposa yang menurunkan oksidasi asam lemak dan menghambat
glukoneogenesis hepatik. Manusia maupun tikus menunjukkan level adiponektin yang rendah
dan berhubungan dengan peningkatan derajat keparahan inflamasi. Pemecahan adiponektin pada
tikus menunjukkan peningkatan signifikan derajat steatosis dan inflamasi. TNF- merupakan

mediator inflamasi yang sebagian besar diproduksi oleh makrofag, serta juga diproduksi oleh sel
adiposa dan hepatosit. TNF- menyebabkan cedera pada hati melalui inhibisi transport elektron
mitokondria dan pelepasan reactive oxygen species yang menstimulasi peroksidasi lipid.20
Inaktivasi sel Kupfer juga berkaitan pada NAFLD dan penurunan kapasitas regenerasi sel hati.
Eliminasi sel Kupfer diasosiasikan dengan peningkatan derajat NASH. Fungsi sel Kupfer
terganggu pada situasi peningkatan lemak hati yang mungkin disebabkan karena sinusoid hati
yang terlalu penuh dan menyebabkan paparan antigen berkepanjangan terhadap sel Kupfer serta
penurunan aliran keluar sel Kupfer, yang menyebabkan respon inflamasi yang menetap.20
Selain proses-proses yang telah dikemukakan, terdapat dua proses yang kurang berkaitan namun
dinyatakan berkaitan dengan NAFLD berdasarkan penelitian terbaru. Kadar besi berlebihan yang
dapat berperan pada patogenesis NAFLD dan keadaan hiperferitinemia berkontribusi pada
resistensi insulin, ditemukan pada sepertiga pasien. Belakangan ini, peran retinol binding protein
(RBP4) juga menarik perhatian para peneliti. RBP4 diproduksi oleh adiposit dan berperan pada
perkembangan resistensi insulin. Studi mengemukakan bahwa peningkatan RBP4 merupakan
prediktor independen perkembangan NAFLD
2.1.5 Perjalanan Alamiah (Natural History) Non-Alcoholic Fatty Liver Disease
Terdapat beberapa stadium histologis

pada perjalanan ilmiah NAFLD

yang

menggambarkan progresi dari lesi yang ada (Gambar 2). Stadium yang dimaksud antara lain
perlemakan saja, steatohepatitis (NASH), steatohepatitis dengan fibrosis dan pada akhirnya
sirosis

Fassio et al di dalam studi prospektif menggambarkan bahwa 30% pasien dengan NASH
menunjukkan progresi histologis menuju fibrosis dalam waktu 5 tahun. Lebih jauh lagi

dinyatakan bahwa pada pasien NASH, 15-20% berkembang menjadi sirosis dan 30-40%
mengalami kematian yang berhubungan dengan hati (liver-related mortality).26,27
Untuk mengetahui gambaran perjalanan alamiah NAFLD lebih jelas berbagai penelitian
dilakukan, salah satunya adalah penelitian prospektif yang melibatkan 257 pasien dengan
NAFLD dalam 5 rangkaian biopsi hati dalam jangka waktu 3,5 sampai 11 tahun. 28%
mengalami progresi kerusakan hati, 59% tidak mengalami perubahan dan 13% mengalami
perbaikan atau resolusi. Beberapa kasus menunjukkan progresi dari steatosis menuju
steatohepatitis serta menjadi fibrosis lanjut dan sirosis. Dari sejumlah kematian yang terjadi pada
257 pasien tersebut, beberapa merupakan kematian yang berhubungan dengan hati (liver-related
mortality).28
Pada tampilan awal didapatkan bahwa 30-40% pasien NASH memiliki gambaran fibrosis
lanjut, dan 10-15% memiliki gambaran sirosis. Berdasarkan analisis multivariat didapatkan
bahwa usia, obesitas dan diabetes merupakan prediktor independen dari perkembangan fibrosis
menjadi sirosis. Studi terbaru lainnya memastikan hubungan antara derajat obesitas dan
kecendrungan untuk menjadi fibrosis.25
2.1.6 Manifestasi Klinik Non-Alcoholic Fatty Liver Disease
Seperti pada penyakit hati kronis lainnya, sebagian besar pasien dengan NAFLD adalah
asimptomatik. NAFLD biasa ditemukan secara tidak sengaja pada pemeriksaan laboratorium
rutin atau pemeriksaan lanjutan dari keadaan-keadaan lain, seperti hipertensi, diabetes dan
obesitas berat. Peningkatan level ALT atau penemuan bukti-bukti NAFLD secara sonografi dapat
pula ditemukan pada pemeriksaan batu empedu.25
Gejala yang mungkin muncul biasanya bersifat tidak spesifik. Kelelahan merupakan yang
paling sering dilaporkan dan tidak berkorelasi dengan keparahan lesi histologis. Gejala umum
lainnya adalah rasa tidak nyaman pada perut kanan atas yang bersifat samar-samar dan tidak
dapat dikategorikan pada rasa nyeri tertentu.25
Tidak terdapat tanda patognomonik untuk NASH. Obesitas merupakan abnormalitas yang
paling sering ditemukan pada pemeriksaan fisik dan terdapat pada 30-100% pasien.
Hepatomegali merupakan hal yang paling sering ditemukan pada pasien dengan gangguan hati.
Sebagian kecil pasien juga menunjukkan tanda-tanda stigmata penyakit hati kronis, dimana
eritema palmar dan spider nevi adalah yang tersering. Jaundice, asites, asteriksis dan tanda

hipertensi portal dapat ditemukan apada pasien dengan sirosis lanjut. Muscle wasting juga dapat
ditemukan saat penyakit berlanjut namun sering tersamar oleh keadaan edema atau obesitas yang
telah ada sebelumnya. 25
2.1.7 Diagnosis Non-Alcoholic Fatty Liver Disease
2.1.7.1 Pemeriksaan Laboratorium
Konsentrasi ALT (SGPT) dan atau AST (SGOT) biasanya mengalami peningkatan ringan
sampai sedang, mencapai 1-4 kali dari batas atas nilai normal dengan rasio AST/ALT kurang dari
1.29 Rasio tersebut khas bagi NAFLD walaupun hal tersebut tergantung pada keparahan
penyakit; dimana sebaliknya yaitu rasio AST/ALT lebih dari 1 berhubungan dengan fibrosis dan
progresi penyakit. Namun, perlemakan hati alkoholik yang tidak terlalu parah juga memiliki
rasio AST/ALT kurang dari 1, oleh karena itu hal ini dapat berguna untuk membedakan
perlemakan hati alkoholik dari non-alkoholik namun diperlukan interpretasi yang hati-hati. 30
Gamma-glutamiltranspeptidase (GGT) hampir selalu meningkat, Alkalin Phospatase (AP) bisa
meningkat beragam sampai dengan 2 kali batas normal atas.
Hasil tes fungsi hati seperti albumin, bilirubin dan waktu prothrombin biasanya normal,
kecuali bila terdapat sirosis dan gagal hati.1,3,29
Beberapa peneliti telah mengembangkan berbagai tes untuk membedakan NASH dari
steatosis sederhana, antara lain oleh Pelekar et al yang memeriksa 8-epi-PGF2, TGF- dan
asam hialuronat. Penelitian lain juga dikembangkan Poynard et al yang mengembangkan
SteatoTest.30,31
Sejumlah penelitian juga telah dilakukan dalam menemukan prediktor noninvasif dalam
mendiagnosis fibrosis lanjut dan sirosis pada pasien NAFLD, antara lain FibroTest, Hepascore
dan APRI (AST-to-platelet Ratio Index).32
Mediator-mediator inflamasi yang terlibat dalam hipotesis multi-hit juga menjadi fokus
penelitian alat diagnosis yang potensial.

Anda mungkin juga menyukai

  • 2
    2
    Dokumen2 halaman
    2
    trisna kurnia
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen108 halaman
    Bab I
    trisna kurnia
    Belum ada peringkat
  • Nama: Rahmi Adeliani Nim: 1301073 Prodi: S1 - VI B
    Nama: Rahmi Adeliani Nim: 1301073 Prodi: S1 - VI B
    Dokumen1 halaman
    Nama: Rahmi Adeliani Nim: 1301073 Prodi: S1 - VI B
    SyarifahShania
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar Ipeh
    Kata Pengantar Ipeh
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar Ipeh
    trisna kurnia
    Belum ada peringkat
  • Book 1
    Book 1
    Dokumen3 halaman
    Book 1
    trisna kurnia
    Belum ada peringkat
  • Kualitas Hidup
    Kualitas Hidup
    Dokumen17 halaman
    Kualitas Hidup
    trisna kurnia
    100% (1)
  • Ketikan Kiki
    Ketikan Kiki
    Dokumen4 halaman
    Ketikan Kiki
    trisna kurnia
    Belum ada peringkat
  • Ting Kat
    Ting Kat
    Dokumen1 halaman
    Ting Kat
    trisna kurnia
    Belum ada peringkat
  • Injeksi
    Injeksi
    Dokumen2 halaman
    Injeksi
    trisna kurnia
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    trisna kurnia
    Belum ada peringkat
  • Kotak Tetes Mata
    Kotak Tetes Mata
    Dokumen4 halaman
    Kotak Tetes Mata
    Debby Novrioza
    Belum ada peringkat
  • Ketikan Cea Ipeh
    Ketikan Cea Ipeh
    Dokumen4 halaman
    Ketikan Cea Ipeh
    trisna kurnia
    Belum ada peringkat
  • Tugas Farmol
    Tugas Farmol
    Dokumen4 halaman
    Tugas Farmol
    trisna kurnia
    Belum ada peringkat
  • Kualitas Hidup
    Kualitas Hidup
    Dokumen17 halaman
    Kualitas Hidup
    trisna kurnia
    100% (1)
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    trisna kurnia
    Belum ada peringkat
  • Tugas Kedua Radio Tnggal 16
    Tugas Kedua Radio Tnggal 16
    Dokumen6 halaman
    Tugas Kedua Radio Tnggal 16
    trisna kurnia
    Belum ada peringkat
  • HJJVB
    HJJVB
    Dokumen3 halaman
    HJJVB
    SyarifahShania
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    trisna kurnia
    Belum ada peringkat
  • Misalnya
    Misalnya
    Dokumen6 halaman
    Misalnya
    trisna kurnia
    Belum ada peringkat