Anda di halaman 1dari 19

SATUAN ACARA PENYULUHAN

MENGENAL GANGGUAN SERTA ANTISIPASI TERHADAP RESIKO


KEKAMBUHAN DI RUANG UNIT PELAYANAN INTENSIVE (UPI)
RSJ Prof Dr. SOERODJO MAGELANG

Disusun Oleh:
1.
2.
3.
4.

INDRA PERMANA
RIDO UTAMA
FITRIA
WINDI AGUSTYA NINGSIH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ALMA ATA
YOGYAKARTA
2016

SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN)

Bidang Studi
Topik
Sub Topik
Sasaran
Hari/Tanggal
Waktu
Tempat

: Keperawatan Jiwa
: Mengenal Gangguan Jiwa
: gangguan jiwa dan kekambuhan
: Keluarga pasien
: Senin - Rabu, 5-7 Desember 2016
: 15-20 menit
: Ruang UPI (Unit Pelayanan Intensive)

I. LATAR BELAKANG
Gangguan jiwa adalah gangguan pada fungsi mental, yang meliputi
emosi, pikiran, prilaku, motivasi daya tilik diri dan persepsi yang
menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi
sehingga mengganggu seseorang dalam proses hidup dimasyarakat (Nasir
&Muhith 2011). Kasus gangguan jiwa selalu meningkat dari tahun ke tahun.
Angka prevalensi penderita gangguan jiwa menurut World Health
Organization(WHO,2007)saat ini lebih dari 450 juta penduduk dunia hidup
dengan gangguan jiwa. Penderita gangguan jiwa mengalami peningkatan
yang signifikan setiap tahun di berbagai belahan dunia. Berdasarkan data dari
World Health Organization(WHO) dalam Yosep (2013), sekitar 450 juta
orang di dunia mengalami gangguan jiwa yang terdiri dari 150 juta
mengalami depresi, 90 juta gangguan zat dan alcohol, 38 juta epilepsy, 25 juta
skizofrenia serta 1 juta melakukan bunuh diri setiap tahun. Berartisetidaknya
terdapat satu dari empat orang mengalami masalah mental dan gangguan
kesehatan jiwa, sehingga menjadi masalah yang serius diseluruh dunia.
Indonesia mengalami peningkatan jumlah penderita gangguan jiwa
cukup banyak diperkirakan prevalensi gangguan jiwa berat dengan psikosis/
skizofrenia di Indonesia pada tahun 2013 adalah 1. 728 orang. Adapun
proposi rumah tangga yang pernah memasung ART gangguan jiwa berat
sebesar 1.655 rumah tangga dari 14,3% terbanyak tinggal di pedasaan,
sedangkan yang tinggal diperkotaan sebanyak 10,7% (Riset Kesehatan Dasar,
2013).
Jumlah penduduk yang mengalami gangguan jiwa diperkirakan terus
meningkat. Hal ini disebabkan karena seseorang tidak bisa menyesuaikan diri
atau beradaptasi dengan suatu perubahan atau gejolak hidup. Apalagi di era

serba modern ini, perubahan-perubahan terjadi sedemikian cepat, berbagai


aspek seperti sosial ekonomi dan sosial politik yang tidak menentu serta
kondisi lingkungan sosial yang semakin keras sehingga mengganggu dalam
proses hidup dimasyarakat. Gangguan jiwa terjadi tidak hanya pada kalangan
menengah kebawah sebagai dampak dari perubahan sosial ekonomi, tetapi
juga kalangan menengah keatas yang disebabkan karena tidak mampu
mengelola stress (Yosep, 2009).
Gangguan jiwa berdampak pada individu, keluarga dan kehidupan di
masyarakat. Dampak yang timbul pada individu yaitu dijauhi oleh temantemannya dan kehilangan pekerjaan. Gangguan jiwa juga berdampak pada
keluarga seperti kurang berjalannya peran orang tua dalam menentukan pola
asuh pada anaknya sehingga anak suka berperilaku tidak wajar, anak mulai
menarik diri dari aktivitas sosial dalam kehidupan bermasyarakat,
pembicaraaan anak menjadi tidak jelas, sehingga penderita dan keluarganya
sering dikucilkan oleh masyarakat ( Maramis, 2008). Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Sandra, dkk (2009),menyimpulkan bahwa sebagian besar
orang tua penderita skizofrenia menerapkan tipe pola asuh otoriter 29 orang
(69%) dan yang paling sedikit menerapkan tipe pola asuh demokratis 6 orang
(14,3%). Terdapat hubungan yang signifikan antara tipe pola asuh keluarga
dengan kejadian skizofrenia.
Terapi yang komperehensif dan holistik, dewasa ini sudah mulai
dikembangkan meliputi terapi obat-obatan anti skizofrenia (psikofarmaka),
psikoterapi, terapi psikososial dan terapi psikoreligius. Terapi psikofarmaka
harus diberikan dalam jangka waktu yang lama. Hal ini dimaksudkan untuk
menekan sekecil mungkin kekambuhan (relapse).Keberhasilan terapi
gangguan jiwa tidak hanya terletak pada terapi obat psikofarmaka dan jenis
terapi lainnya, tetapi juga peran serta keluarga dan masyarakat turut
menentukan (Hawari, 2001).
Ada beberapa hal yang bisa memicu kekambuhan skizofrenia,antara
lain penderita tidak minum obat dan tidak control ke dokter secara teratur,
menghentikan sendiri obat tanpa persetujuan dari dokter, kurangnya
dukungan dari keluarga dan masyarakat (Widodo,2003).Kepatuhan adalah

istilah yang digunakan untuk menggambarkanperilaku pasien dalam minum


obat secara benar tentang dosis,frekuensi dan waktunya (Notoadmodjo,
2010). Kepatuhan terhadap minum obat merupakan masalah utama dalam
kekambuhan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan dalam
minum obat yaitu kurang pahamnya pasien tentang tujuan pengobatan, tidak
mengertinya tentang pentingnya mengikuti aturan pengobatan yang di
tetapkan sehubungan dengan prognosisnya, susahnya memperoleh obat diluar
rumah sakit, mahalnya harga obat, dan kurangnya perhatian dan kepedulian
keluarga yang mungkin bertanggung 4jawab atas pembelian atau pemberian
obat itu kepada pasien (Tambayong, 2002).
Keluarga pasien perlu mempunyai sikap yang positif untuk mencegah
kekambuhan pada pasien skizofrenia. Keluarga perlu memberikan dukungan
(support) kepada pasien untuk meningkatkan motivasi dan tanggung jawab
untuk melaksanakan perawatan secara mandiri. Keluarga perlu mempunyai
sikap menerima pasien, memberikan respon positif kepada pasien,
menghargai pasien sebagai anggota keluarga dan menumbuhkan sikap
tanggung jawab pada pasien. Sikap permusuhan yang ditunjukkan oleh
anggota keluarga terhadap pasien akan berpengaruh terhadap kekambuhan
pasien. Dukungan keluarga sangat penting untuk membantu pasien
bersosialisasi kembali, menciptakan kondisi lingkungan suportif, menghargai
pasien secara pribadi dan membantu pemecahan masalahpasien (Keliat,
1996).
Berdasarkan data di atas bahwa gangguan jiwa jika keluarga tidak
memahami tentang gangguan jiwa dan pengobatan maka akan terjadi
kekambuhan lagi oleh pasien. Oleh karena kelompok memilih melakukan
pendidikan kesehatan tentang pemahaman gangguan jiwa dan pencegahan
kekambuhan yang terjadi setelah keluar dari rumah sakit jiwa.
II. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan tentang gangguan jiwa dan
pencegahan kekambuhan diharapkan keluarga pasien dapat memahami
tentang gangguan jiwa dan resiko kekambuhan.

III.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah mengikuti pendidikan kesehatan diharapkan keluarga pasien
diharapkan dapat:
1. Menjelaskan pengertiangangguan jiwa
2. Menyebutkan penyebab gangguan jiwa
3. Menyebutkantanda dan gejala gangguan jiwa
4. Menjelaskan penyebab kekambuhan
5. Menyebutkan gejala kekambuhan
6. Menyebutkan pencegahan resiko kekambuhan

IV.

SASARAN
Keluraga pasien yang sedang mengantar pasien di Ruang Unit Pelayanan
Intensive (UPI) RSJ Prof Dr. Soerodjo Magelang.

V. MATERI
1. Pengertian gangguan jiwa
2. Penyebab gangguan jiwa
3. Tanda dan gejala gangguan jiwa
4. Penyebab kekambuhan
5. Gejala kekambuhan
6. Pencegahan resiko kekambuhan
VI.

MEDIA
1. Materi SAP
2. Lembar balik dan Leaflet

VII.

SETTING TEMPAT
Keterangan:
: Penyaji
: Peserta
: Observer

VIII. METODE
1. Penyuluhan langsung
2. Diskusi
3. Tanya jawab
IX.

PENGORGANISASIAN
1. Sesi pertama
Leader
: INDRA PERMANA
Observer : WINDI AGUSTYA N
2. Sesi kedua

Leader
: WINDI AGUSTYA N
Observer : INDRA PERMANA
3. Sesi ketiga
Leader
: RIDO UTAMA
Observer : FITRIA
4. Sesi keempat
Leader
: FITRIA
Observer : RIDO UTAMA

X. KEGIATAN PEMBELAJARAN
No Waktu
1. 5 menit

KegiatanPenyuluhan
Pembukaan :

KegiatanPeserta

1.

Memberisalam dan perkenalan

1. menjawab salam

2.

Menjelaskan kontak waktu

2. memberi tanggapan

yang dibutuhkan dan


menjelaskantujuanpenyuluhan.
3.

Mengkaji pengetahuan peserta


tentang gangguan jiwa da
kekambuhan

4.
2.

5menit

Menyebutkanmateri/pokokbaha

san yang akandisampaikan


Pelaksanaan :
1. Menjelaskanmateripenyuluhan
secara berurutan dan teratur.

1. Mendengarkan
materi dengan
seksama

2. Materi penyuluhan
a. Pengertian gangguan jiwa
b. Penyebab gangguan jiwa
c. Tanda dan gejala gangguan

3.

5menit

jiwa
d. Pengertian kekambuhan
e. Penyebab kekambuhan
f. Pencegahan kekambuhan
Evaluasi
1. Menyimpulkan inti penyuluhan
2. Memberikan kesempatankepada

1. melakukan tanya
jawab
2. diskusi

keluarga untuk menyimpulkan


secara singkat
3. Memberikan kesempatan keluarga
pasien yang lain untuk tanya dan
jawab
4. Mengevaluasi keluarga dengan
4.

5menit

memberikan pertanyaan
Penutup :
1. Menyimpulkanmateripenyuluhan
yang telahdisampaikan
2. Menyampaikanterimakasih atas

1. penyampaian
evaluasi peserta
2. salam penutup

perhatian dan waktu yang telah di


berikankepadapeserta
3. Memberika reinforment positif
kepada peserta penkes
4. Memberikan salam penutup

XI.

KRITERIA EVALUASI
1. Standar Persiapan Penyuluhan
a. Mempersiapkan materi pendidikan kesehatan
b. Mempersiapkan tempat pendidikan kesehatan
c. Mempersiapkan media yang digunakan pendidikan kesehatan
2. Standar Proses
a. Melakukan pendidikan kesehatan secara urut
b. Memberikan penyuluhan pada keluarga pasien
3. Evaluasi hasil
a. Mampu menjelaskan pengertian gangguan jiwa
b. Mampu menjelaskan penyebab gangguan jiwa
c. Mampu menyebutkan tanda dan gejala gangguan jiwa
d. Mampu menjelaskan pengertian gangguan jiwa
e. Mampu menjelaskan penyebab kekambuhan
f. Mampu menyebutkan gejala kekambuhan
g. Mampu menjelaskan pencegahan kekambuhan

LAMPIRAN
GANGGUAN JIWA

DAN PENCEGAHAN KEKAMBUHAN


A. Definisi Gangguan Jiwa
Gangguan jiwa atau gangguan mental

ialah sindrom atau pola

perilaku, atau psikologik seseorang, yang secara klinik cukup bermakna,


dan secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau
hendaya (impairment/disability) di dalam satu atau lebih fungsi yang
penting dari manusia. Sebagai tambahan bahwa disfungsi itu adalah
disfungsidari segi perilaku, psikologik, biologik, dan gangguan itu tidak
semata-mata terletak dalam hubungan antara orang itu dengan masyarakat
(PPDGJ-III, 2003).
Gangguan jiwa menurut Depkes RI (2000) adalah suatu perubahanpada
fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa,yang
menimbulkan

penderitaan

pada

individu

dan

atau

hambatan

dalammelaksanakan peran sosial.


Gangguan jiwaadalah gangguan yang mengenai satu atau lebih fungsi
jiwa.Gangguan jiwaadalah gangguan otakyang ditandai oleh terganggunya
emosi, proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan panca
indera).Gangguan jiwaini menimbulkan stressdan penderitaan bagi penderita
(dan keluarganya) (Stuart & Sundeen, 1998).
jadi gangguan jiwa adalah gangguan pada fungsi otak dan jiwa yang
disebabkan oleh faktor biologi ataupun psikologis yang dapat mengganggu
emosi, proses pikir, perilaku, dan persepsi.
B. Penyebab Gangguan Jiwa
Penyebab
gangguan
yangbersumber

dari

jiwa

berhubungan

itu
dengan

bermacam-macam
orang

lain

yang

ada
tidak

memuaskanseperti diperlakukan tidak adil, diperlakukan semena-mena,


cinta

tidakterbatas,

kehilangan

seseorang

yang

dicintai,

kehilangan

pekerjaan, danlain-lain. Selain itu ada juga gangguan jiwa yang

disebabkan

faktororganik, kelainan saraf dan gangguan pada otak

(Djamaludin, 2001).
Umumnya sebab-sebab gangguan jiwa menurut Santrock (2007),
dibedakan atas :
1. Fisiogenik: Penyakit jiwa yang ditimbulkan oleh atau ada hubungannya
dengan kelainan dalam otak.
Gejala : gejala biasanya disebut sindrom organik baik akut maupun
kronis. Gejalanya biasanya adalah : bingung, disorientasi, gangguan
ingatan, persepsi, pengertian / penilaian diluar kewajaran dan kelainan
fungsi intelektuil,dan sebagainya. Gejala-gejala bingung lebih menyolok
pada yang akut.
2. Psikogenik: Penyakit jiwa yang ditimbulkan oleh faktor2 kejiwaan.
Penyakit penyakit jiwa ini tak ada sangkut pautnya dengan perubahan
perubahan otak, baik fisiologis maupun struktuil. Diperkirakan bahwa
penyakit-penyakit ini timbul karena faktor-faktor simbolik, emosionil
ataupun hubungan antar individu yang berpengaruh pada kepribadian
individu. Jadi singkatnya, faktor-factor psikogenik yang bertanggung
jawab terhadap timbulnya ketidak serasian dari kepribadian.
3. Mental Deficency: Cacat mental

C. Klasifikasi Gangguan Jiwa


Penggolongan
penyakit

kejiwaan

secara

menurutMaslim (2001), dibagi dalam sembilan golongan :


a. Gangguan mental organik : gangguan mental

medis menurut
akibat

kondisi

medis/penyakit fisik diakibatkan penggunaan alcohol, kokain dan


kafein secara berlebihan, yang mengakibatkan gangguan disfungsi otak.

b. Skhizofrenia: gangguan jiwa yang membuat kepribadian terpecah


sehingga hilang keserasian kerja sama antara pikiran perasaan,
tingkah laku, misalnya suka tertawa dan tersenyum tanpa alasan.
c. Mood Afektif: gangguan suasana perasaan, misalnya depresi.
d. Neurotik : gangguan yang berkaitan dengan stress.
e. Sindrom Perilaku : gangguan fisiologis dan factor fisik, misalnya
gangguan susah tidur dan disfungsi social.
f. Gangguan kepribadian : gangguan identitas kelamin
g. Retradasi Mental : keadaan terhentinya perkembangan
intelektuan

seseorang

pada

intelegensinya 0 s/d 85.


h. Gangguan perkembangan
berlebihan.
i. Gangguan

Perilaku

dan

masa

belajar.

Psikologis :

Biasanya

perasaan

Emosional :

mudah

fungsi
tingkat

takut

yang

tersinggung,

emosional, agresif dan perilaku kasar.


D. Tanda dan Gejala Gangguan Jiwa
Tanda dan gejala gangguan
adalahsebagai berikut :
a. Ketegangan (tension),

rasa

jiwa

putus

menurut

asa

dan

Yosep

(2007),

murung,

gelisah,

cemas,perbuatan-perbuatan yang terpaksa (convulsive), hysteria, rasa


lemah,tidak mampu mencapai tujuan, takut, pikiran-pikiran buruk.
b. Gangguankognisipadapersepsi:merasamendengar(mempersepsikan)
sesuatu

bisikan

genting,

membakar

yang
rumah,

menyuruh
padahal

membunuh,melempar, naik
orang

di

sekitarnyatidak

mendengarnya dan suara tersebut sebenarnya tidak ada hanyamuncul


dari dalam diri individu sebagai bentuk kecemasan yang sangatberat dia
rasakan. Hal ini sering disebut halusinasi, klien bisamendengar

sesuatu, melihat sesuatu atau merasakan sesuatu yangsebenarnya tidak


ada menurut orang lain.
c. Gangguan kemauan:

klien

memiliki

kemauan

yang

lemah

(abulia)susah membuat keputusan atau memulai tingkah laku, susah


sekalibangun pagi, mandi, merawat diri sendiri sehingga terlihat kotor,
baudan acak-acakan.
d. Gangguan
emosi:

klien

merasa

senang,

gembira

yang

berlebihan(Waham kebesaran). Klien merasa sebagai orang penting,


sebagai raja, pengusaha, orang kaya, titisan Bung karno tetapi di lain
waktu ia bisamerasa

sangat sedih, menangis, tak berdaya

sampai ada ideingin mengakhiri hidupnya.


e. Gangguan
psikomotor
:
Hiperaktivitas,

klien

(depresi)
melakukan

pergerakanyang berlebihan naik ke atas genting berlari, berjalan


maju mundur,meloncat-loncat,

melakukan

disuruh

yang

ataumenentang

apa

apa-apa

disuruh,

yang

tidak

diam

lama

tidak

adalah

obat

yang

bergerak ataumelakukan gerakan aneh.


E. Pengobatan Gangguan Jiwa
a. Terapi psikofarmaka
Psikofarmaka atau

obat

psikotropik

bekerjasecara selektif pada Sistem Saraf Pusat (SSP) dan mempunyai


efekutama terhadap aktivitas mental dan perilaku, digunakan untuk
terapigangguan psikiatrik yang berpengaruh terhadap taraf kualitas
hidupklien (Hawari, 2001).
Obatpsikotropikdibagimenjadibeberapagolongan,diantaranya:
antipsikosis, anti-depresi, anti-mania, anti-ansietas, anti-insomnia, antipanik,

dan

anti

obsesif-kompulsif,.

Pembagian

lainnyadariobatpsikotropikantaralain:transquilizer,neuroleptic,antidepress
ants dan psikomimetika (Hawari, 2001).
b. Terapi somatik
Terapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan
akibatgangguan jiwa sehingga diharapkan tidak dapat mengganggu
sistemtubuh lain. Salah satu bentuk terapi ini adalah Electro
ConvulsiveTherapy.Terapielektrokonvulsif(ECT)merupakansuatujenispen
gobatan

somatik

melaluielektroda

dimana
yang

arus

ditempatkan

listrik
pada

digunakan
pelipis.

pada

Arus

otak

tersebut

cukupmenimbulkan kejang grand mal, yang darinya diharapkan efek


yangterapeutik tercapai. Mekanisme kerja ECT sebenarnya tidak
diketahui,tetapi diperkirakan bahwa ECT menghasilkan perubahanperubahanbiokimia di dalam otak (Peningkatan kadar norepinefrin dan
serotinin)mirip dengan obat anti depresan. (Townsend alih bahasa
Daulima,2006).
c. Terapi Modalitas
Terapi modalitas adalah suatu pendekatan penanganan klien
gangguan yang bervariasi yang bertujuan mengubah perilaku klien
gangguan jiwa dengan perilaku maladaptifnya menjadi perilaku yang
adaptif.
Ada beberapa jenis terapi modalitas, antara lain:
1) Terapi Individual
Terapi individual adalah penanganan klien gangguan jiwadengan
pendekatan hubungan individual antara seorang terapisdengan
seorang klien. Suatu hubungan yang terstruktur yangterjalin antara
perawat dan klien untuk mengubah perilaku klien.Hubungan yang
dijalin adalah hubungan yang disengaja dengantujuan terapi,

dilakukan dengan tahapan sistematis (terstruktur)sehingga melalui


hubungan ini terjadi perubahan tingkah laku kliensesuai dengan
tujuan yang ditetapkan di awal hubungan.Hubungan terstruktur
dalam terapi individual bertujuanagar klien mampu menyelesaikan
konflik yang dialaminya. Selainitu klien juga diharapkan mampu
meredakan penderitaan (distress)emosional, serta mengembangkan
cara yang sesuai dalammemenuhi kebutuhan dasarnya.
2) Terapi Lingkungan
Terapi lingkungan adalah bentuk terapi yaitu menata lingkungan agar
terjadi perubahan perilaku pada klien dari perilaku maladaptive
menjadi perilaku adaptif. Perawat menggunakansemua lingkungan
rumah sakit dalam arti terapeutik. Bentuknyaadalah memberi
kesempatan klien untuk tumbuh dan berubahperilaku dengan
memfokuskan pada nilai terapeutik dalam aktivitasdan interaksi.
3) Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepadaseluruh anggota
keluarga sebagai unit penanganan (treatment unit).Tujuan terapi
keluarga adalah agar keluarga mampu melaksanakanfungsinya.
Untuk itu sasaran utama terapi jenis ini adalah keluargayang
mengalami disfungsi; tidak bisa melaksanakan fungsi-fungsiyang
dituntut oleh anggotanya.
4) Terapi Kelompok
Terapi kelompok adalah bentuk terapi kepada klien yangdibentuk
dalam kelompok, suatu pendekatan perubahan perilakumelalui media
kelompok. Dalam terapi kelompok perawatberinteraksi dengan
sekelompok klien secara teratur. Tujuannyaadalah meningkatkan

kesadaran diri klien, meningkatkan hubunganinterpersonal, dan


mengubah perilaku maladaptive.Terapi Perilaku Anggapan dasar dari
terapi perilaku adalahkenyataan bahwa perilaku timbul akibat proses
pembelajaran.Perilaku sehat oleh karenanya dapat dipelajari dan
disubstitusi dariperilaku yang tidak sehat. Teknik dasar yang
digunakan dalamterapi jenis ini adalah: Role model, Kondisioning
operan,Desensitisasi sistematis, Pengendalian diri dan Terapi aversi
atau rileks kondisi.
d. Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah segala tindakan fisik, penyesuaian psikososial
dan latihan vokasional sebagai usaha untuk memperoleh fungsi dan
penyesuaian diri yang optimal serta mempersiapkan klien secara
fisik, mental, sosial dan vokasional untuk suatu kehidupan penuh
sesuai dengan kemampuannya (Nasution, 2006).
F. Definisi Kekambuhan
Kekambuhan adalah

peristiwa

timbulnya

kembali

gejala-

gejalayang sebelumnya sudah memperoleh kemajuan (Stuart dan Laraia,


2001).Pada gangguan jiwa kronis diperkirakan mengalami kekambuhan
50%pada

tahun

pertama,

dan

70%

pada

tahun

kedua

(Yosep,

2006).Kekambuhan biasanya terjadi karena adanya kejadian-kejadian


buruksebelum mereka kambuh (Wiramihardja, 2007).
G. Penyebab Kekambuhan
Ada beberapa faktor

yang

dapat

mempengaruhi

penderitagangguan jiwa dalam Keliat (2005), meliputi :


1) Klien

kekambuhan

Sudah umum diketahui bahwa klien yang gagal memakan obatsecara


teratur mempunyai kecenderungan untuk kambuh.Berdasarkan hasil
penelitian menunjukkan bahwa 25% - 50% klienpulang

dari

rumah

sakit tidak memakan obat secara teratur(Appleton (1982) dikutip


oleh Sullinger (1998)).
2) Dokter
Makan
obat
secara

teratur

dapat

mengurangi

frekuensikekambuhan, namun pemakaian obat neuroleptik yang lama


dapatmenimbulkan

efek

samping

dapatmengganggu

hubungan

terkontrol.Dokter

yang

waspadamengidentifikasi

sosial

memberi
dosis

Tardive
seperti
resep

terapeutik

yang

kambuhdan menurunkan efek samping.


3) Penanggung Jawab Klien (case manager)
Setelah klien pulang kerumah maka

Diskinesiayang
gerakan

tidak

diharapkan

tetap

dapat

perawat

mencegah

Puskesmas

tetapbertanggung jawab atas program adaptasi klien di rumah.


4) Keluarga
Klien yang tinggal dengan keluarga dengan ekspresi emosi yangtinggi
diperkirakan kambuh dalam waktu 9 bulan. Hasilnya 57persen kembali
dirawat dari keluarga dengan ekspresi emosi tinggidan 17% kembali
dirawat dengan ekspresi emosi rendah (Vaughdan Snyder).
5) Lingkungan sekitar
Lingkungan sekitar tempat tinggal klien yang tidak mendukungdapat
juga

meningkatkan

frekuensi

kekambuhan.

Misalnyamasyarakat

menganggap klien sebagai individu yang tidak berguna,mengucilkan


klien, mengejek klien dan seterusnya.
H. Gejala Kekambuhan

Herz dan Menville (1980, dikutip oleh Sullinger, 1988) dalam Keliat,
(1996) mengkaji gejala kambuh yang diidentifikasi oleh klien dan
keluarganya, yaitu nervous, tidak nafsu makan, sukar konsentrasi, sulit tidur,
depresi, tidak ada minat dan menarik diri. Pada gangguan jiwapsikotik akan
timbul gejala positif yang lebih aktif seperti waham, halusinasi, gangguan
pikiran, ekoprasia, asosiasi longgar, flight of ideas(Videbeck, 2008).
I. Pencegahan Kekambuhan
Strategi
yang
dapat
membantu
keluarga
untuk
mencegah
kekambuhan:
1) Mengenali tanda dan gejala kekambuh.
2) Menjalani pengobatan yang sesuai.
3) Menghindari situasi yang mungkin

memicu

Seperti isolasi sosial, kekerasan, dll.


4) Mempelajari
tentang
keadaan

sakit

timbulnya
yang

gejala
diderita

anggotakeluarganya.
5) Melaksanakan latihan teknik managemen stress. Contoh meditasi,
berpikir positif, dan nafas dalam.
6) Melaksanakan aktivitas secara terstruktur. (CAMH, 2009)
Seseorang yang menderita gangguan jiwa harus diberisemangat
dan nasehat untuk mengatur keadaan dirinya dan untuk menghindari
kekambuhan. Tim kesehatan menyatakan bahwa klienmenyimpan catatan
harian mengenai perasaan dan perilakunya sehinggamereka secara signifikan
dapat mengalami perubahan dan peringatantanda akan kekambuhannya.
Banyak klien yang mempelajari danmengenali pribadi mereka dengan
adanya catatan tersebut.
Memelihara pola hidup juga penting untuk setiap orangkhususnya klien
gangguan jiwa. Mengambil dosis obat yang benar padawaktu yang sama

setiap hari sangat diperlukan. Membantumengingatkan klien dalam


meminum obat dengan menggunakan pilboxe untuk setiap dosis harian. Hal
tersebut dapat menolong merekabila mereka harus mengambil dosis
pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA
Depkes.(2013). Riset Kesehatan Dasar Tahun

2013.Jakarta : Balitbangkes

Depkes. RI
Maramis, W.F. (2008). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga
University Press
Notoatmodjo, S. (2010).Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka
Cipta
Hawari.(2001).Pendekatan

Holistic

pada

Gangguan

Jiwa

Skizofrenia.FKUI:Jakarta
Hawari, D. (2009). Peran Keluarga dalam Gangguan Jiwa. Edisi 21. Jurnal
Psikologi Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat. Bandung.
John Santrock. (1999). Psychology The Sciences of Mind and behavior,
University of dallas : Brown Publiser.
Keliat, Budi Ana. (2005). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi kedua.
Jakarta : EGC.
Kusumawati Farida dan Hartono Yudi. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika
Maslim, R. (2001). Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III.
Jakarta: FK-Atmajaya.
Maramis, W.F.(2004). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi Ketujuh. Surabaya :
Airlangga Universitas Press.

Stuart, G.W., Laraia, M.T. (2009). Principles and practice of Psychiatric Nursing. (
7th ed). Philadelphia :Mosby.
Santrock, J.W. (2007). Psikologi Pendidikan (edisi kedua). (Penerj. Tri Wibowo
B.S). Jakarta: Kencana.
Townsend, M.C, (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan
Psikitari (terjemahan), Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC:Jakarta.
Yosep, Iyus. (2007). Keperawatan Jiwa . Bandung : Refika Aditama
Yosep, Iyus. (2013). Keperawatan Jiwa. Refika Aditama. Bandung.
Videbeck, S.L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Magelang,

Desember 2016

Mengetahui,
Pembimbing Klinik

Mahasiswa praktek

(........................................................)

(........................................................)

Pembimbing Akademik

(.............................................................................)

Anda mungkin juga menyukai