Kasus : h
Apotek unhalu berada di jalan mandonga kota kendari. Letaknya sangat strategis berada di
tengah kota, buka pelayanan tiap hari jam 16.00 22.00. pasien sangat ramai serta jumlah resep
yang banyak dilayani. Setiap hari rata-rata 100 lembar resep. APA juga merupakan PNS dan
masuk apotek jam 19.30. Karena banyaknya pasien yang dilayani, penyerahan obat oleh tenaga
teknis kefarmasian tidak sempat memberikan informasi yang cukup. Ditinjau dari sudut etika
profesi, sumpah profesi dan peraturan perundang-undangan, jelaskan kajian saudara terhadap hal
diatas :
KAJIAN MENURUT UNDANG-UNDANG
Berdasarkan permasalahan diatas, kami menemukan beberapa ketidak hubungan antara yang
terjadi dengan yang terdapat di peraturan-peraturan yang berlaku mengenai kesehatan dan
pelayanan kesehatan. Peraturan-peraturan itu adalah sebagai berikut
1)
Pasal 5
(1) Setiap orang memiliki hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman,bermutu,
dan terjangkau.
Pasal 8
Setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data kesehatan dirinya termasuk tindakan
dan pengobatan yang telah dan akan diterimanya dari tenaga kesehatan.
Pasal 108
(1) Praktik kefarmasiaan yang meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan
farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan obat atas
resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional
harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
Pasal 4
(1)
Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang
dan/atau jasa.
3)
Pasal 1
(13)Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh
Apoteker.
Pasal 20
Dalam menjalankan Pekerjaan kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan Kefarmasian, Apoteker
dapat dibantu oleh Apoteker pendamping dan/ atau Tenaga Teknis Kefarmasian
Pasal 21
(1)
Dalam menjalankan praktek kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan Kefarmasian,
Apoteker harus menerapkan standar pelayanan kefarmasian.
(2) Penyerahan dan pelayanan obat berdasarkan resep dokter dilaksanakan oleh Apoteker.
Pasal 51
(1) Pelayanan Kefarmasian di Apotek, puskesmas atau instalasi farmasi rumah sakit hanya
dapat dilakukan oleh Apoteker
(2) Apabila Apoteker Pengelola Apotik dan Apoteker Pendamping karena hal-hal tertentu
berhalangan melakukan tugasnya, Apoteker Pengelola Apotik menunjuk .Apoteker Pengganti
5)KeputusanMenteri Kesehatan No. 1027/MENKES/SK/IX/2004Tentang Standar Pelayanan di
Apotek
1.Bab III tentang pelayanan, standar pelayanan kesehatan di apotekmeliputi:
a.Pelayanan resep: apoteker melakukan skrining resep dan penyiapan obat.
b.Apoteker memberikan promosi dan edukasi
c.Apoteker memberikan pelayanan kefarmasian (homecare)
1.Penyiapan obat
Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadapkeseuaian
antara obat dengan resep.Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai dengan informasi
obat dan konseling kepada pasien dan tenaga kesehatan.
(3.6)Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker
untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan perundangan yang
berlaku.
(3.8) Pharmaceutical care adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung
apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
profesi
1) Sumber Daya
Apotek harus dikelola oleh seorang apoteker yang profesional yang senantiasa mampu
melaksanakan dan memberikan pelayanan yang baik.
klinis (efek samping, interaksi, kesesuaian). Selain itu, apoteker juga memiliki tugas untuk
melakukan penyiapan obat meliputi tahap: peracikan dengan memperhatikan dosis, jenis dan
jumlah obat, etiket yang jelas, kemasan obat yang diserahkan dengan rapidan terjaga kualitas.
Pasal 3
Setiap apoteker/Farmasis harus sennatiasa menjalankan profesinya sesuai kompetensi
Apoteker/Farmasis Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang teguh pada prinsip
kemanusiaan dalam melaksanakan kewajibannya
Pasal 5
Di dalam menjalankan tugasnya setiap Apoteker/Farmasis harus menjauhkan diri dariusaha
mencari keuntungan diri semata yang bertentangan dengan martabat dan tradisiluhur jabatan
kefarmasian
1.
APOTEKER
Pasal 19 ayat1
Apabila Apoteker Pengelola Apotik berhalangan melakukantugasnya pada jam buka Apotik,
Apoteker Pengelola Apotik harus menunjuk Apoteker pendamping.
Pasal 19 ayat 2
Apabila Apoteker Pengelola Apotik dan Apoteker Pendamping karenahal-hal tertentu
berhalangan melakukan tugasnya, Apoteker Pengelola Apotik menunjuk Apoteker Pengganti.
Pasal 1 ayat 13
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh
Apoteker.
Pasal 20
Dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan Kefarmasian, Apoteker
dapat dibantu oleh Apoteker Pendamping dan atau TenagaTeknis Kefarmasia.
Pasal 21 ayat 2
Penyerahan dan pelayanan obat berdasarkan resep dokter dilaksanakan oleh Apoteker.
Pasal 51 ayat 1
Pelayanan Kefarmasian di Apotek, puskesmas atau instalasi farmasirumah sakit hanya dapat
dilakukan oleh Apoteker.
pasal 5
Di dalam menjalankan tugasnya setiap Apoteker/Farmasis harus menjauhkan diri dari usaha
mencari keuntungan diri semata yang bertentangan dengan martabat dantradisi luhur jabatan
kefarmasian
2.
PEKERJAAN KEFARMASIAN-KEAMANAN-STANDART
KEFARMASIAN DI APOTEK.
PELAYANAN
Apotek yang tidak memberdayakan apoteker, yaitu apoteker tidak hadir diapotek atau apoteker
tidak melakukan pekerjaan kefarmasiannya di apotek. Apoteker tidak melakukan pekerjaan
kefarmasiannya seperti pada Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 Pasal 108yang
berbunyi Praktik kefarmasiaan yang meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan
farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan obat atas
resep dokter, pelayananinformasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional
harusdilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan sesuaidengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Apoteker yang ada tidak melakukan pengendalian
mutu sediaan farmasi, pengamanan, penyimpanan, dan pelayanan kepada pasien atas resep
dokter serta informasi yangdibutuhkan oleh pasien.
Praktik-praktik yang tidak dilakukan oleh apoteker tersebut, termasuk pelanggaran terhadap
praktik standar di apotek. Dengan tidak dilakukannya standar pelayanan kesehatan, praktek yang
terjadi tidak sesuai dengan Peraturan PemerintahNo. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan
KefarmasianPasal 21 dimana Dalammenjalankan praktek kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan
Kefarmasian, Apoteker harus menerapkan standar pelayanan kefarmasian. Padahal standar
pelayanankesehatan di apotek telah diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan
No.1027/MENKES/SK/IX/2004 Tentang Standar Pelayanan di Apotek.
1)
Sumber Daya
Apotek harus dikelola oleh seorang apoteker yang profesional yang senantiasamampu
melaksanakan dan memberikan pelayanan yang baik.
2)
Masyarakat harus diberi akses secara langsung dan mudah oleh apoteker untuk menerima
konseling dan informasi.
3)
Pelayanan resep yang dilakukan oleh apoteker yang di apotek yang dimulai dariskrining resep
meliputi: persyaratan administratif (Nama, SIP dan alamat dokter,tanggal penulisan resep, tanda
tangan dokter penulis resep, nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien, nama
obat, potensi, dosis, dan jumlah obat, cara pemakaian yang jelas), kesesuaian farmasetik (bentuk
sediaan, dosis, potensi,stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian) dan pertimbangan
klinis (efek samping, interaksi, kesesuaian). Selain itu, apoteker juga memiliki tugas untuk
melakukan penyiapan obat meliputi tahap: peracikan dengan memperhatikan dosis, jenis dan
jumlah obat, etiket yang jelas, kemasan obat yang diserahkan dengan rapidan terjaga kualitas.
4)
Sebelum obat diserahkan, obat harus dicek kembali antara obat dan resep.Penyerahan obat
dilakukan oleh apoteker sambil dilakukan pemberian informasi obatsekurang-kurangnya: cara
pemakaian, cara penyimpanan, jangka waktu pengobatan,aktivitas serta makanan dan minuman
yang harus dihindari; dan dilakukan konselinguntuk memperbaiki kualitas hidup pasien.
5)
Berhubungan dalam pelayan kesehatan diatas, maka juga melanggar pengertian dari resep itu
sendiri menuru Keputusan Menteri Kesehatan No.1027/MENKES/SK/IX/2004 Tentang Standar
Pelayanan di Apotek Pasal 1 yang berbunyi Resep adalah permintaan tertulis dari dokter,
dokter gigi, dokter hewankepada apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien
sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Resep hanya boleh diterima oleh apoteker
bukanoleh tenaga kerja kefarmasian lainnya walaupun pada saat pengerjaan apoteker
bolehmeminta bantuan kepada asisten apoteker.Pelaksanaan pelayanan kesehatan tidak sesuai
standar, memungkinkan pelayanan kepada pasien yang tidak aman dan berujung pada kerugian
pasien seperti terjadinya medication error.Hal ini tidak sesuai denganUndang-Undang Kesehatan
No. 36 tahun 2009 Pasal 5dimana Setiap orang memiliki hak dalam memperoleh pelayanan
kesehatan yang aman dan bermutu, dan terjangkau . Aman juga menjadi point dalam hak pasien
sebagaimana diatur oleh Undang-Undang No. 8 Tahun 1998 Tentang Perlindungan Konsumen
Pasal 4 Ayat 1dimana Hak atas kenyamanan,keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi
barang dan/atau jasa.
Keamanan yang tidak terjamin atas pelayannannya kepada pasien, menjadisalah satu point yang
kurang dalam proses Pharmaceutical care yang menjadi tanggung jawabnya. Apabila dikaitkan
dengan Keputusan Menteri Kesehatan No.1027/MENKES/SK/IX/2004 Tentang Standar
Pelayanan di Apotek Pasal 1 yang berbunyi Pharmaceutical care adalah bentuk pelayanan dan
tanggung jawablangsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien, dan yang dilakukan real maka untuk meningkatkan kualitas hidup pasien
melalui pelayanan di apotek tidak tercapai.
SANKSI
Ketika seorang apoteker dalam menjalankan tugasnya dan tidak mematuhi kode etik apoteker,
maka sesuai dengan Kode Etik Apoteker Indonesia Pasal15 yang berbunyi
Jika seorang apoteker baik dengan sengaja maupun tidak disengajamelanggar atau tidak
memenuhi kode etik apoteker Indonesia, maka dia wajib mangakui dan menerima sanksi dari
pemerintah, ikatan/organisasi profesi yang menanganinya (IAI), dan mempertanggung
jawabkannya kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Sehingga seorang apoteker bisa mendapatkan sanksi sebagai berikut:
1.
2.
a.
pasal 198 : Setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan kewenanganuntuk melakukan
praktik kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 108dipidana dengan pidana denda
paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus jutarupiah).
b.
Pasal 201
1) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 190 ayat (1), Pasal191, Pasal
192, Pasal 196, Pasal 197, Pasal 198, Pasal 199, dan Pasal 200dilakukan oleh korporasi, selain
pidana penjara dan denda terhadap pengurusnya, pidana yang dapat dijatuhkan terhadap
korporasi berupa pidanadenda dengan pemberatan 3 (tiga) kali dari pidana denda sebagaimana
dimaksuddalam Pasal 190 ayat (1), Pasal 191, Pasal 192, Pasal 196 , Pasal 197, Pasal 198,Pasal
199, dan Pasal 200
2) Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), korporasi dapatdijatuhi pidana
tambahan berupa:
a.pencabutan izin usaha; dan/atau
b.pencabutan status badan hukum.
SOLUSI
Apoteker yang telah bekerja dan menjadi Apoteker Penanggung Jawab di sebuahapotek, harus
mengontrol dan bertanggung jawab seluruhnya terhadap seluruh kegiatankefarmasian yang ada
di Apotek.Untuk membantu kerja tersebut, sebaiknya dibuat prosedur tetap yang dibuat
olehapoteker dan digunakan secara bersama-sama oleh seluruh tenaga kesehatan yang adadi
apotek, meliputi:
1.Pemastian bahwa praktik yang baik dapat tercapai setiap saat.
2.Adanya pembagian tugas dan wewenang antara apoteker dengan asisten apoteker.
3.Memberikan pertimbangan dan panduan untuk tenaga kesehatan lain yang bekerja diapotek.
4.Dapat digunakan alat untuk melatih staf baru.
5.Membantu proses audit.
KESIMPULAN :
Berdasarkan keterangan diatas, praktek kefarmasian di apotek melanggar beberapa ketentuan,
yaitu : Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan pasal5, pasal 8 dan pasal 108
Tentang Kesehatan, Undang-Undang No. 8 Tahun 1998 pasal 4 Tentang Perlindungan
Konsumen, Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 pasal 1ayat 13, pasal 20, pasal 21 ayat 1
dan 2 dan pasal 19 ayat 1 Tentang PekerjaanKefarmasian, Keputusan Menteri Kesehatan No.
1332/MENKES/PER/SK/X/2002 pasal19 ayat 1 dan 2 tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pemberian Ijin Apotek, Keputusan Menteri Kesehatan No. 1027/MENKES/SK/IX/2004 Tentang
Standar Pelayanan diApotek, Kode etik apotekerpasal 3 dan 5, Lafal sumpah atau Janji Apoteker.
Diposkan oleh Endra Sendana di 6/12/2014 07:04:00 PM Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!
Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
1 komentar:
Google+ Badge
Google+ Followers
Arsip Blog
2015 (1)
2014 (230)
Desember (1)
Oktober (12)
September (13)
Juli (8)
Juni (90)
Contoh Nomor Registrasi Produk Pangan Industri R...
CONTOH KASUS UUD ETIKA DAN KESEHATAN
Rangkuman Undang-undang & etika kesehatan
STERILISASI
PENGEMAS SEDIAAN STERIL
INTERAKSI OBAT DALAM PROSES ABSORPSI
PENGERTIAN DASAR INTERAKSI OBAT
Rangkuman Imunology
Limfoma
Kanker Ovarium
Kanker Paru
Kanker Darah (Leukimia)
Ginseng (Talinum triangulare)
Final Biofarmasetika
Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Mid Kimia Analisis
SPEKTROSKOPI RESONANSI MAGNET INTI SPEKTROSKOPI ...
SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM
AAS
SPEKTROSKOPI INFRAMERAH
MODEL SATU KOMPARTEMEN FARMAKOKINETIKA
ONSET MODEL KOMPARTEMEN, ORDE REAKSI DAN PARAMETER...
Parameter farmakokinetika
Model Kompartemen
Klirens Renal
Kinetika Absorbsi Oral
Eliminasi Hepatik
Absorbsi Sediaan Cair
Kromosom
MEKANISME TRANSPORT
DISTRIBUSI
Rangkuman Parasitology
TITRASI BEBAS AIR
Sirup (syrup)
suppositoria, saturasi, emulsi & salep
IKATAN KIMIA DAN STRUKTUR MOLEKUL
STRUKTUR ATOM DAN SISTEM PERIODIK UNSUR
STOIKIOMETRI : PERHITUNGAN DENGAN RUMUS KIMIA DAN ...
Diabetes Melitus
Sejarah morfin
JENIS - JENIS NARKOTIKA
Antagonis Narkotik
Validasi Metode Analisis Penetapan Kadar Senyawa ...
PENETAPAN KADAR AMPISILIN DALAM TABLET DENGAN NA...
"PENENTUAN KADAR KOLESTEROL DENGAN METODE KROMATOG...
VALIDASI METODE UJI KADAR ALBENDAZOL DENGAN MENGG...
Validasi metode analisis senyawa cefotaxime denga...
PROSES PEMBUATAN VCO (VIRGIN COCONUT OIL) DENGAN F...
Contoh PKM-K
Contoh analisis kewirausahaan
Kasus Rawat Inap
Soal-soal
Obat Tradisional Yang Beredar di Indonesia
UV VIS
Undang-undang kesehatan, psikotropika, narkotika &...
Robert Tappan Morris: Kalau Cacing Menyerbu Intern...
Fyodor: Peta,Kompas dan Hacker
Staphylococcus aureus
OBAT
PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR ABU
UJI KANDUNGAN METABOLIT SEKUNDER SIMPLISIA
PEMERIKSAAN HAKSEL
IDENTIFIKASI AMILUM SECARA KIMIAWI DAN MIKROSKOPI
Mei (2)
April (1)
Januari (103)
2013 (38)
https://www.facebook.com/endra.085241792060
Foto saya
Endra Sendana