Anda di halaman 1dari 10

BAB III

METODE PELAKSANAAN
3.1. Tahapan Perencanaan Teknik
Tahapan Perencanaan Teknik Jalan adalah sebagai berikut :
1.

Mengumpulkan data-data sekunder sebagai data pendukung awal untuk


melakukan survei pendahuluan.

2.

Melaksanakan survey dan investigasi lapangan berupa survei pendahuluan, survei


topografi, soil investigasi dan pengumpulan data-data penunjang lainnya.

3.

Mendesain struktur dan geometrik serta bangunan pelengkap lainnya dan membuat
laporan perencanaan sesuai dengan KAK.

4.

Menyediakan daftar kuantitas dan gambar tipikal sebagai bahan pelelangan


konstruksi.

3.2. Ketentuan-Ketentuan
a. Standar Perencanaan Geometrik
Dalam merencanakan geometrik jalan, sejauh mungkin berpegang pada buku peraturan
standar spesifikasi Perencanaan Geometrik Jalan Raya No. 13/1970 dari Direktorat Jenderal
Bina Marga dan dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan khusus untuk Konstruksi JAPAT (Jalan
Agregat Padat Tahan Cuaca) perlu diadakan modifikasi/penyesuaian seperti pada Tabel 3.2 :
Tabel 3.1. Standar spesifikasi perencanaan geometrik jalan raya
DAERAH
No.

URAIAN

SATUAN
DARATAN

PERBUKITAN

PEGUNUNGAN

1.

Kecepatan rencana

Km/Jam

60

40

30

2.

Jari-jari lengkung

Min 115

Min 50

Min 30

3.

Landai maksimum

10

4.

Miring tikungan

Disesuaikan dengan ketentuan superelevasi

DAERAH
No.

URAIAN

SATUAN
DARATAN

5.

Lebar Daerah Milik Jalan ( DMJ)

PERBUKITAN

PEGUNUNGAN

Akan ditentukan dilapangan

Lebar

7,0

Konstruksi

HRS, ATB dan AC

Lereng Melintang

Lebar

1,5

Konstruksi

Tanah Diperkeras

Lereng Melintang

Minimum
6.
Perkerasan

7.
Bahu

Tabel 3.2. Modifikasi/Penyesuaian Konstruksi JAPAT (Jalan Agregat Padat Tahan Cuaca)
No.

URAIAN

1.
2.
3.
4.

Kecepatan rencana
Jari-jari lengkung
Landai maksimum
Miring tikungan

Lebar Daerah Milik Jalan


( DMJ) Minimum
Lebar
6.
Perkerasan
Konstruksi
Lereng Melintang
Lebar
7.
Bahu
Konstruksi
Lereng Melintang
Catatan :
5.

SATUAN
Km/Jam
%
%
%

DARATAN
80
Min 210
6

DAERAH
PERBUKITAN
PEGUNUNGAN
60
40
Min 115
Min 50
8
10
10

Akan ditentukan dilapangan

4.5 (*)
JAPAT (*)
4 (*)
2.75 (*)
JAPAT (*)
6 (*)

%
M
%

Bentuk tikungan adalah sesuai dengan Standar Spesifikasi Perencanaan Geometrik Jalan No. 13/1970 dari Ditjen.
Bina Marga

Panjang landai maksimum sesuai dengan standar geometrik

(*) = Kecuali ada ketentuan lain.

b. Peraturan Beton Indonesia 1972 NI-2


Dalam peraturan perencanaan geometrik dari bina marga, tercantum ketentuan-ketentuan
dasar yang meliputi :
1.

Klasifikasi Jalan;

2.

Klasifikasi medan;

3.

Lalu lintas harian rata-rata (LHR);

4.

Kecepatan rencana;

5.

Lebar daerah penguasaan minimum;

6.

Lebar bahu;

7.

Lebar melintang perkerasan;

8.

Lebar perkerasan;

9.

Lebar median minimum;

10. Lebar melintang bahu;


11. Jenis lapisan perkerasan;
12. Miring tikungan Maksimum;
13. Jari lengkung minimum;
14. Landai maksimum.
Ketentuan-ketentuan dasar tersebut merupakan syarat batas yang harus dibatasi
penggunaannya sesedikit mungkin, agar dapat menghasilkan jalan-jalan yang memuaskan.
3.3. Persiapan
3.3.1. Lingkup Pekerjaan
1.

Mempersiapkan dan mengumpulkan data-data awal atau data penunjang,

2.

Menetapkan desain sementara dari data awal untuk dipakai sebagai panduan
survey pendahuluan,

3.

Menetapkan ruas yang akan disurvei.

4.

Mengkaji data-data sekunder yang ada sebagai referensi untuk perencanaan.

3.3.2. Persiapan Peralatan


1.

Pemeriksaan dan koreksi alat ukur.

Sebelum melakukan pengukuran, setiap alat ukur yang akan digunakan harus diperiksa
dan dikoreksi sebagai berikut :
a.

Pemeriksaaan theodolit :
-

Sumbu I vertikal, dengan koreksi nivo kotak dan nivo tabung;

Sumbu II tegak lurus sumbu I;

Garis bidik tegak lurus sumbu II;

Kesalahan kolimasi horizontal = 0;

Kesalahan indeks vertikal = 0.

b. Pemeriksaan alat sipat datar


-

Sumbu I vertikal, dengan koreksi nivo kotak dan nivo tabung;

Garis bidik harus sejajar dengan garis arah nivo.

2.

Pemeriksaan daya dukung tanah dengan alat


DCP (Dinamic Cone Penetrometer)
Pemeriksaan harus dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
a. Alat DCP yang dipakai harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan ukuran yang ada.
b. Pemeriksaan dilakukan dengan interval pemeriksaan maksimal 200 m.
c. Pemeriksaan dilakukan pada sumbu Jalan dan pada permukaan lapisan tanah dasar.
d. Harus dicatat ketebalan dan jenis setiap bahan perkerasan yang ada seperti lapisan
sirtu, lapisan telfor, lapisan pasir dan sebagainya.
e. Pemeriksaan dilakukan hingga kedalaman 90 cm dari permukaan lapisan tanah dasar,
kecuali bila dijumpai lapisan tanah yang sangat keras (lapis batuan).
f. Selama pemeriksaan harus dicatat keadaan-keadaan kondisi drainase, cuaca, waktu
dan sebagainya.
g. Lokasi awal dan akhir dari pemeriksaan harus dicatat dengan jelas.

3.3.3. Persiapan Pelaksanaan Desain


Secara tim, kegiatan pekerjaan persiapan desain dipandu oleh seorang Ahli LaluLintas dan didampingi oleh Ahli Struktur, Ahli Geodesi, Ahli Hidrologi.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan antara lain :

Mengumpulkan data kelas, fungsi dan status jalan.

Mempersiapkan peta-peta dasar berupa :


-

Peta topografi skala 1 : 250.000 s/d 1 : 25.000

Peta topografi ini adalah data yang paling fundamental, kerena merupakan peta
dasar untuk pedoman route survey. Peta topografi ini dapat diperoleh dari instansi
Direktorat Geologi dan dari Jawatan Topografi A.D. (JANTOP).
-

Peta geologi skala 1 : 250.000 s/d 1 : 25.000


Peta ini memberikan informasi kondisi geologi daerah tertentu (sekitar lokasi
perencanaan) walaupun secara kasar. Dari peta ini dapat diketahui formasi batuan,
proses pembentukannya, umur geologi suatu lapisan, struktur geologi dan lainnya.

Peta tata guna tanah


Peta ini diterbitkan oleh Bakosurtanan dengan skala 1 : 50.000. Dengan peta ini
akan dapat diketahui tata guna lahan daerah lokasi.

Peta jaringan jalan skala 1 : 1000 000 1 : 1 500 000


Peta ini menunjukkan jaringan jalan yang sudah ada dalam satu wilayah propinsi,
lengkap dengan batas-batas kabupaten. Peta ini diterbitkan oleh Departemen
Permukiman dan Prasarana Wilayah tetapi tidak dipublikasikan.

Menetapkan awal dan akhir rencana proyek pada peta, serta menarik
beberapa alternatif rencana as jalan/alignment horizontal dengan dilakukan
pengecekan Alinyemen Vertikal sesuai dengan kondisi medan yang memenuhi Standar
Perencanaan Geometrik jalan dan dibahas bersama-sama dengan Ahli Tanah dan
Material, Ahli Geodesi, Ahli Hidrologi dan Ahli Tata Ruang.

Membuat estimasi panjang jalan, box culvert/gorong - gorong dan


bangunan pelengkap jalan lainnya yang mungkin akan terdapat pada rute jalan
tersebut.

Melakukan koordinasi dan konfirmasi dengan instansi terkait baik dipusat


maupun didaerah termasuk juga mengumpulkan informasi harga satuan/upah untuk
disekitar lokasi proyek terutama pada proyek yang sedang berjalan.

Mengumpulkan dan mempelajari laporan-laporan yang berkaitan dengan


wilayah yang dipengaruhi atau mempengaruhi jalan/ jembatan yang akan
direncanakan.

3.4. Pekerjaan Lapangan


Survey lapangan dan investigasi harus dilaksanakan untuk mendapatkan data di
lapangan sampai dengan tingkat ketelitian tertentu dengan memperhatikan beberapa faktor,
seperti kondisi lapangan aktual yang ada dan sasaran penanganan yang hendak dicapai.

Konsultan Perencana dengan persetujuan Pengguna Jasa harus menghindarkan suatu kondisi
bahwa informasi terlalu berlebihan atau terlalu minimal.
Jenis-jenis survey atau investigasi yang harus dilaksanakan tersebut bergantung kepada
jenis pekerjaan penanganan yang akan dikerjakan oleh Kontraktor Pelaksana Konstruksi
kelak. Sebagai acuan dasar, apabila tidak ditentukan lain oleh Pengguna Jasa pada saat review
hasil survey pendahuluan.
3.4.1. Data Penunjang
a.

Mengumpulkan data kelas, fungsi dan status sarana objek wisata

yang akan

didesain.
b.

Mempersiapkan peta-peta dasar yang berkaitan dengan perencanaan jalan serta


perencanaan struktur

c.

Melakukan koordinasi dan konfirmasi dengan instansi terkait baik di pusat maupun
di daerah termasuk juga mengumpulkan informasi harga satuan/ upah untuk disekitar
lokasi proyek terutama pada proyek yang sedang berJalan.

d.

Mengumpulkan dan mempelajari laporanlaporan yang berkaitan dengan wilayah


yang dipengaruhi atau mempengaruhi Jalan yang akan direncanakan.

e.

Dokumen studi-studi terdahulu (jika ada), seperti studi kelayakan atau studi
lingkungan;

f.

As Built Drawings di lokasi yang bersangkutan dari pekerjaan penanganan


sebelumnya (jika ada);

3.4.2. Survey Pendahuluan


Sasaran Survey Pendahuluan atau Reconnaissance Survey atau Preliminary Survey
adalah :
a)

Pengumpulan informasi menyangkut ruas Jalan dan bangunan struktur yang ada,
termasuk data sekunder dari berbagai sumber yang relevan, untuk maksud menetapkan
survey detail berikutnya yang diperlukan.

b)

Pencatatan kondisi perkerasan secara umum dan prakiraan penyebab kerusakan


yang telah dan mungkin akan terjadi.

c)

Perkiraan secara umum tentang penanganan yang diperlukan, baik pada


perkerasan maupun pada pekerjaan-pekerjaan lainnya di luar perkerasan, seperti bahu

Jalan, lajur pedestrian, drainase, perbaikan lereng timbunan dan galian, perbaikan
geometri Jalan, bangunan-bangunan struktur lainnya, dan peningkatan keselamatan Jalan.
d)

Identifikasi lebar ruang milik Jalan, dan perkiraan kebutuhan pembebasan lahan
atau studi lingkungan (Amdal, UKL/UPL), jika masing-masing diperlukan.

e)

Penyiapan koordinasi dengan institusi-institusi yang berkaitan.


Survey Pendahuluan dilaksanakan dengan menggunakan kendaraan survey dan

berjalan kaki, sesuai dengan kebutuhan, untuk memperoleh data atau informasi yang
ditargetkan sebagaimana ditentukan di dalam sasaran tersebut di atas.
Pengambilan data lapangan untuk maksud survei pendahuluan harus dilaksanakan
sepanjang ruas jalan (dari titik awal ruas sampai dengan titik akhir ruas), dengan interval
paling jauh setiap 50 meter atau setiap kali ada perubahan kondisi lapangan.
Dari survey pendahuluan diperoleh gambaran berupa diagram strip longitudinal, mulai
dari titik awal ruas sampai dengan titik akhir ruas jalan yang direncanakan, yang memuat
gambaran :
a.

Kondisi perkerasan (jika ada), termasuk jenis-jenis kerusakan yang terjadi

b.

Lokasi dan kondisi bangunan-bangunan struktur lainnya

c.

Lokasi yang membutuhkan perbaikan/peningkatan

atau kondisi tertentu yang

membutuhkan desain tertentu.


3.4.3. Survey Topografi
Tujuan pengukuran topografi dalam pekerjaan ini adalah mengumpulkan data
koordinat dan ketinggian permukaan tanah sepanjang rencana trase jalan dalam koridor yang
ditetapkan untuk penyiapan peta topografi dengan skala 1:1000 yang akan digunakan untuk
perencanaan geometrik jalan, serta 1:500 penanggulangan longsoran.
Adapun lingkup kegiatan survey topografi adalah sebagai berikut:
a.

Pemasangan Patok-Patok
-

Patok-patok BM harus dibuat dari beton dengan ukuran 10x10x75 cm atau


pipa pralon ukuran 4 inci yang diisi dengan adukan beton dan di atasnya dipasang neut
dari baut, ditempatkan pada tempat yang aman, mudah terlihat. Patok BM dipasang
setiap 1 (satu) km.

Patok BM dipasang/ ditanam dengan kuat, bagian yang tampak di atas tanah
setinggi 20 cm, dicat warna kuning, diberi lambang Prasarana Wilayah, notasi dan
nomor BM dengan warna hitam. Patok BM yang sudah terpasang, kemudian di foto
sebagai dokumentasi yang dilengkapi dengan nilai koordinat serta elevasi.

- Untuk setiap titik poligon dan sifat datar harus digunakan patok kayu yang cukup
keras, lurus, dengan diameter sekitar 5 cm, panjang sekurang-kurangnya 50 cm,
bagian bawahnya diruncingkan, bagian atas diratakan diberi paku, ditanam dengan
kuat,

bagian yang masih nampak diberi nomor dan dicat warna kuning. Dalam

keadaan khusus, perlu ditambahkan patok bantu.


- Untuk memudahkan pencarian patok, sebaiknya pada daerah sekitar patok diberi
tanda-tanda khusus.
- Pada lokasi-lokasi khusus dimana tidak mungkin dipasang patok, misalnya di atas
permukaan jalan beraspal atau di atas permukaan batu, maka titik-titik poligon dan
sifat datar ditandai dengan paku seng dilingkari cat kuning dan diberi nomor.
b.

Pengukuran Titik Kontrol Horizontal


- Pengukuran titik kontrol horizontal dilakukan dengan sistem poligon, dan semua titik
ikat (BM) harus dijadikan sebagai titik poligon.
- Sisi poligon atau jarak antar titik poligon maksimum 100 meter, diukur dengan
meteran atau dengan alat ukur secara optis ataupun elektronis.
- Sudut-sudut poligon diukur dengan alat ukur theodolit dengan ketelitian baca dalam
detik. Disarankan untuk menggunakan theodolit jenis T2 atau yang setingkat.
-

Pengamatan matahari dilakukan pada titik awal dan titik akhir pengukuran dan
untuk setiap interval + 5 km di sepanjang trase yang diukur. Apabila pengamatan
matahari tidak bisa dilakukan, disarankan menggunakan alat GPS Portable (Global
Positioning System).

c.

Pengukuran Titik Kontrol Vertikal


-

Pengukuran ketinggian dilakukan dengan cara 2 kali berdiri/ pembacaan pergipulang.

Pengukuran sifat datar harus mencakup semua titik pengukuran (poligon, sifat
datar, dan potongan melintang) dan titik BM.

Rambu-rambu ukur yang dipakai harus dalam keadaan baik, berskala benar,
jelas dan sama.

Pada setiap pengukuran sifat datar harus dilakukan pembacaan ketiga


benangnya, yaitu Benang Atas (BA), Benang Tengah (BT), dan Benang Bawah (BB),
dalam satuan milimeter. Pada setiap pembacaan harus dipenuhi: 2 BT = BA + BB.

Dalam satu seksi (satu hari pengukuran) harus dalam jumlah slag
(pengamatan) yang genap.

d.

Pengukuran Situasi
-

Pengukuran situasi dilakukan

dengan sistem tachimetri, yang mencakup

semua obyek -yang dibentuk oleh alam maupun manusia yang ada disepanjang jalur
pengukuran, seperti alur, sungai, bukit, jembatan, rumah, gedung dan sebagainya.
-

Dalam pengambilan data agar diperhatikan keseragaman penyebaran dan


kerapatan titik yang cukup sehingga dihasilkan gambar situasi yang benar. Pada
lokasi-lokasi khusus (misalnya: sungai, persimpangan dengan Jalan yang sudah ada)
pengukuran harus dilakukan dengan tingkat kerapatan yang lebih tinggi.

Untuk pengukuran situasi harus digunakan alat theodolit.

3.4.4. Penggambaran
Detail perencanaan teknis yang perlu dibuatkan konsep perencanaannya antara lain:
a.

Alinyemen Horizontal (Plan) digambar diatas peta situasi skala 1:1.000 untuk Jalan
dengan interval garis tinggi 1.0 meter dan dilengkapi dengan data yang dibutuhkan.

b.

Alinyemen Vertikal (Profile) digambar dengan skala horizontal 1:1.000 untuk Jalan dan
skala vertikal 1:100 yang mencakup data yang dibutuhkan.

c.

Potongan Melintang (Cross Section) digambar untuk setiap titik STA (interval 50 meter),
namun pada segmen khusus harus dibuat dengan interval lebih rapat. Gambar potongan
melintang dibuat dengan skala horizontal 1:100 dan skala vertikal 1:50. Dalam gambar
potogan melintang harus mencakup :
-

Tinggi muka tanah asli dan tinggi rencana muka Jalan

Profil tanah asli dan profil/dimensi DAMIJA (ROW) rencana

Penampang bangunan pelengkap yang diperlukan

Data kemiringan lereng galian/timbunan (bila ada).

d.

Potongan Melintang Tipikal (Typical Cross Section) harus digambar dengan skala yang
pantas dan memuat semua informasi yang diperlukan antara lain :
-

Gambar konstruksi existing yang ada.

Penampang pada daerah galian dan daerah timbunan pada ketinggian


yang berbeda-beda.

e.

Penampang pada daerah perkotaan dan daerah luar kota.

Rincian konstruksi perkerasan

Penampang bangunan pelengkap

Bentuk dan konstruksi bahu Jalan, median

Bentuk dan posisi saluran melintang (bila ada)

Gambar standar yang mencakup antara lain: gambar bangunan pelengkap, drainase,
rambu Jalan, marka Jalan, dan sebagainya.

f.

Keterangan mengenai mutu bahan dan kelas pembebanan.


Pembuatan gambar rencana lengkap dilakukan setelah rancangan perencanaan

disetujui oleh pengguna jasa dengan memperhatikan koreksi dan saran yang diberikan.
Gambar rencana akhir terdiri dari gambar-gambar rancangan yang telah diperbaiki dan
dilengkapi dengan :
a.

Sampul luar (cover) dan sampul dalam.

b.

Daftar isi.

c.

Peta lokasi proyek.

d.

Peta lokasi Sumber Bahan Material (Quarry).

e.

Daftar simbol dan singkatan.

f.

Daftar bangunan pelengkap dan volume.

g.

Daftar rangkuman volume pekerjaan.

Anda mungkin juga menyukai