Anda di halaman 1dari 8

Makalah Praktikum

Mata Kuliah Patologi Klinik

Uji Makroskopis pada Urin


Nurjanah Mutia Kalsum

B04130037

DEPARTEMEN KLINIK, REPRODUKSI, DAN PATOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016

I.

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Diagnosis dalam pelaksanaannya dapat membantu memonitor pengobatan
dan mengendalikan penyakit lebih awal, untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan
laboratorium atau tes laboratorium yaitu pemeriksaan spesimen atau sampul yang
diambil dari pasien di laboratorium klinik patologi. Pemeriksaan laboratorium
adalah suatu tindakan dan prosedur pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan
atau sampel dari penderita, dapat berupa urine (air kencing), darah, sputum
(dahak), dan sebagainya untuk menentukan diagnosis atau membantu menentukan
diagnosis penyakit bersama dengan tes penunjang lainya, anamnesis, dan
pemeriksaan lainnya.
Pemeriksaan urin dalam mengindikasikan beberapa penyakit sangat
penting. Pemeriksaan urin tidak hanya dapat memberikan fakta-fakta tentang
ginjal dan saluran urin tetapi juga mengenai faal berbagai organ dalam beberapa
tubuh seperti hati, saluran empedu, pankreas dan korteks adrenal. Jika kita
melakukan urinalisis dengan memakai urin kumpulan 24 jam pada seseorang
ternyata susunan urin itu tidak berbeda dari susunan urin 24 jam berikutnya. Akan
tetapi jika kita melakukan pemeriksaan dengan sampel urin dari orang tersebut
pada saat tidak menentu, maka akan kita lihat susunan sampel urin yang berbeda
jauh.
Tujuan
Mengetahui cara pengambilan sampel dan melakukan pemeriksaan urin
dengan uji makroskopis berupa warna, bau dan kelarutan.
II.

PEMBAHASAN

Ada beberapa teknik untuk pengumpulan spesimen urin, antara lain wadah
penampung urin (free catch) kompresi vesica urinaria, katerisasi dan sistosintesis.
Perlu dilakukan teknik penampungan urin dengan menyiapkan wadah
penampungan yang memeiliki kapasitas sekitar 500 mL. Daerah urogenital perlu
dibersihkan sebelum mulai menampung urin. Stimulasi dilakukan agar hewan
dapat urinasi. Urinalisis yang akurat dipengaruhi oleh spesimen yang berkualitas.

Sekresi vagina, perineum dan uretra pada hewan betina, dan kontaminan uretra
pada hewan jantan dapat mengurangi mutu temuan laboratorium. Mukus, protein,
sel, epitel, dan mikroorganisme masuk ke dalam sistem urine dari uretra dan
jaringan sekitarnya. Oleh karena itu filtrat pertama urin dibuang beberapa
millimeter sebelum mulai menampung urine. Urin ditampung segera mungkin,
untuk minimalisir kontaminasi dengan kotoran. Urin dipindahkan ke dalam botol
urin yang bersih dan kering. Botol kemudian ditutup dan dilapisi menggunakan
aluminium foil dan hindari kontak langsung dengan cahaya yang berlebihan.
Selain itu dapat dilakukan dengan teknik menggunakan kateter. Kateter
pada anjing jantan menggunakan bahan yang fleksibel dan ukuranya disesuaikan
dengan jenis hewan. Transqualizer dan anestetikum dipersiapkan. Hewan
diposisikan lateral recumbency dan kaki hewan diabduksikan. Rambut yang
panjang pada area yang mengelilingi preputium dicukur dan disterilkan.
Preputium atau vestibulum di flushing dengan aseptis. Pembersihan diulangi dan
dibilas sampai bersih. Glens penis dibersihkan menggunakan air sabun dengan
menarik preputium hewan 3-4 cm hingga glens penis terlihat. Sekresi glandula,
preputium dibersihkan. Sedangkan pada anjing betina hewan disterilkan pada
posisi sentral recumbency atau bediri dan ekor hewan dipegang kesamping.
Spekulum vagina dan ujung katerisasi diselaputi dengan pelumas steril, spekulum
disisipkan ke dalam vagina dengan ujung jari spekulum ke arah dorsal, kranial
dan hindari fosa klitoral. Hewan dipegang dan sumber cahaya diarahkan
seperlunya, jika tidak ada urin yang mengalir ketika kateter telah dipasang, kateter
dapat dipasang dengan siringe dan dicoba untuk aspirasi keluar.
Katerisasi pada kucing jantan disiapkan dengan ukuran dan panjang yang
sesuai dengan jenis hewan. Hewan di restrain pada posisi lateral recumbency dan
ekor diarahkan ke samping. Kateter dilumasi denga KY jelli, apabila urin tidak
keluar setelah pemasangan kateter maka kateter dapar dipasang dengan siringe
dan coba aspirasi keluar. Sedangkan pada kucing betina hewan di restrain pada
pisisi sternal recumbency atau berdiri dan ekor diarahkan ke samping. Kateter
dilumasi dengan KY jelli. Kateter dimasukan ke uretra ke arah ventral denga
bantuan jari telunjuk untuk mementukan katater ke bawah menuju irifisium uretra
sambil melindungi sisa kataer yang belum masuk, dari kontaminasi menggunakan

telapak tangan. Kateter 1.5-2.0 cm dapat digunakan dan dimasukan . Kateter


dimaskan hingga benar-benar sudah terpasang, katater dipasang siringe dan coba
untuk dilakkan aspirasi urin. Spesimen urin dikoleksi. Kateter dilepas dan catat
pada rekaman medis bahwa hewan tersebut telah dilakukan katerisasi.
Proses pengumpulan urin dari setiap teknik memiliki kelebihan dan
kekeurangan masing-masing. Wadah penampungan urin ( free catch ) disertai
kompresi vesica urinaria memiliki kelebihan yaitu cara pengambilan yang mudah
tetapi dalam pelaksanaannya, urin sangat banyak terkontaminasi debris yang ada
di luar sekitar pengambilan urin selain itu kelemahan yaitu harus menekan vesica
urinaria, sehingga jika vesica urinaria terdapat sumbatan, vesica urinaria akan
pecah akibat tekanan dan pengambilannya akan terasa sakit. Katerisasi memiliki
kelebihan yaitu cara pengambilannya mudah dan urin yang diabil sangat sedikit
terkontaminasi oleh debris yang terdapat di luar hewan, tetapi memiliki
kelemahan yaitu dokter yang menangani harus mempunyai skil, mengetahui
teknik dan pengalaman yang baik dalam penanganannya. Sistosintesis memiliki
kelebihan yaitu urin yang steril atau tidak terkontainasi oleh debris yang berasal
dari luar ubuh hewan, biasanya urin yang diambil dengan menggunakan teknik ini
dgunakan untuk kultur biakan bakteri, tetapi teknik ini memiliki kelemahan yaitu
dokter yang menangani harus memiliki skil, dan pengalamn yang baik dalam
penanganannya (Utami 2010).
Urine pertama pagi hari adalah yang paling bagus. Urine satu malam
mencerminkan periode tanpa asupan cairan yang lama, sehingga unsure-unsur
yang terbentuk mengalami pemekatan. Hindari sinar matahari langsung pada
waktu menangani spesimen urin. Urin yang mengandung antiseptik tidak
digunakan. Lakukan pemeriksaan dalam waktu satu jam setelah buang air kecil.
Penundaan pemeriksaan terhadap spesimen urine harus dihindari karena dapat
mengurangi validitas hasil. Analisis harus dilakukan selambat-lambatnya 4 jam
setelah pengambilan spesimen. Dampak dari penundaan pemeriksan antara lain :
unsur-unsur berbentuk dalam sedimen mulai mengalami kerusakan dalam 2 jam,
urat dan fosfat yang semula larut dapat mengendap sehingga mengaburkan
pemeriksaan mikroskopik elemen lain, bilirubin dan urobilinogen dapat
mengalami oksidasi bila terpajan sinar matahari, bakteri berkembangbiak dan

dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan mikrobiologik dan pH, glukosa mungkin


turun, dan badan keton, jika ada, akan menguap.
Terdapat lima jenis sampel urine sesuai dengan tujuan pemeriksaanyan
yaitu :
1. Urine sewaktu adalah sampel urine yang diambil sewaktu saat pasien akan
melakuakn pemeriksaan, urine sewaktu digunakan untuk pemeriksaan
urine rutin.
2. Urine pagi adalah sampel urine yang diambil saat pagi hari ketika pasien
bangun tidur dan belum mengonsumsi apapun. Urine pagi digunakan
untuk pemeriksaan sedimen, berat jenis, dan kehamilan.
3. Urine osprundial adalah sampel urine yang diambil antara 1 1.5 jam
setelah makan. Urine osprundial digunakan untuk pemeriksaan glukosa.
4. Urine 24 jam adalah sampel urine yang ditampung selama 24 jam. Urine
24 jam ini digunakan untuk analisa kuantitatif
5. Urine tiga gelas dan urine dua gelas digunakan untuk mengetahui adanya
radang
Dikenal pemeriksaan urin rutin dan lengkap. Yang dimaksud dengan
pemeriksaan urin rutin adalah pemeriksaan makroskopik, mikroskopik dan kimia
urin yang meliputi pemeriksaan protein dan glukosa. Sedangkan yang dimaksud
dengan pemeriksaan urin lengkap adalah pemeriksaan urin rutin yang dilengkapi
dengan pemeriksaan benda keton, bilirubin, urobilinogen, darah samar dan nitrit.
Urinalisis dimulai dengan mengamati penampakan makroskopik : warna
dan kekeruhan. Urine normal yang baru dikeluarkan tampak jernih sampai sedikit
berkabut dan berwarna kuning oleh pigmen urokrom dan urobilin. Intensitas
warna sesuai dengan konsentrasi urine; urine encer hampir tidak berwarna, urine
pekat berwarna kuning tua atau sawo matang. Kekeruhan biasanya terjadi karena
kristalisasi atau pengendapan urat (dalam urine asam) atau fosfat (dalam urine
basa). Kekeruhan juga bisa disebabkan oleh bahan selular berlebihan atau protein
dalam urin.
Kelainan pada warna, kejernihan, dan kekeruhan dapat mengindikasikan
kemungkinan adanya infeksi, dehidrasi, darah di urin (hematuria), penyakit hati,
kerusakan otot atau eritrosit dalam tubuh. Obat-obatan tertentu juga dapat

mengubah warna urin. Kencing berbusa sangat mungkin mewakili jumlah besar
protein dalam urin (proteinuria). Urin yang baru di kemihkan berwarna jernih.
Beberapa keadaan yang menyebabkan warna urine adalah :
1. Merah
Penyebab patologik : hemoglobin, mioglobin, porfobilinogen, porfirin.
Penyebab nonpatologik : banyak macam obat dan zat warna, bit, rhubab
(kelembak), senna.
2. Oranye
Penyebab patologik : pigmen empedu.
Penyebab nonpatologik : obat untuk infeksi saliran kemih (piridium), obat lain
3.
4.
5.
6.
7.

termasuk fenotiazin.
Kuning
Penyebab patologik : urine yang sangat pekat, bilirubin, urobilin.
Penyebab nonpatologik : wotel, fenasetin, cascara, nitrofurantoin.
Hijau
Penyebab patologik : biliverdin, bakteri (terutama Pseudomonas).
Penyebab nonpatologik : preparat vitamin, obat psikoaktif, diuretik.
Biru
Tidak ada penyebab patologik.
Pengaruh obat : diuretik, nitrofuran.
Coklat
Penyebab patologik : hematin asam, mioglobin, pigmen empedu.
Pengaruh obat : levodopa, nitrofuran, beberapa obat sulfa.
Hitam atau hitam kecoklatan
Penyebab patologik : melanin, asam homogentisat, indikans, urobilinogen,

methemoglobin.
Pengaruh obat : levodopa, cascara, kompleks besi, fenol.
8. Seperti susu
9. Penyebab patologik : fosfat dan urat jumlah besar, getah prostat protein yang
membeku.
Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuk tujuan
diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi berbagai jenis
penyakit ginjal, memantau perkembangan penyakit seperti diabetes melitus dan
tekanan darah tinggi (hipertensi), dan skrining terhadap status kesehatan umum.
Faktor yang mempengaruhi volume urin seperti umur, berat badan, jenis
kelamin, makanan dan minuman, suhu badan, iklim dan aktivitas orang yang
bersangkutan. Rata-rata didaerah tropik volume urin dalam 24 jam antara 800-1300 ml untuk orang dewasa. Bila didapatkan volume urin selama 24 jam lebih
dari 2000 ml maka keadaan itu disebut poliuri. Poliuri ini mungkin terjadi pada

keadaan fisiologik seperti pemasukan cairan yang berlebihan, nervositas,


minuman yang mempunyai efek diuretika. Selain itu poliuri dapat pula
disebabkan oleh perubahan patologik seperti diabetes mellitus, diabetes insipidus,
hipertensi, pengeluaran cairan dari edema. Bila volume urin selama 24 jam 300-750 ml maka keadaan ini dikatakan oliguri. Keadaan ini mungkin didapat pada
diarrhea, muntah -muntah, deman edema, nefritis menahun. Anuri adalah suatu
keadaan dimana jumlah urin selama 24 jam kurang dari 300 ml. Hal ini mungkin
dijumpai pada shock dan kegagalan ginjal. Jumlah urin siang 12 jam dalam
keadaan normal 2 sampai 4 kali lebih banyak dari urin malam 12 jam. Bila
perbandingan tersebut terbalik disebut nokturia, seperti didapat pada diabetes
mellitus.
Bau urin
Untuk menilai bau urin dipakai urin segar, yang perlu diperhatikan adalah
bau yang abnormal. Bau urin normal disebabkan oleh asam organik yang mudah
menguap. Bau yang berlainan dapat disebabkan oleh makanan. Bau amoniak
disebabkan perombakan ureum oleh bakteri dan biasanya terjadi pada urin yang
dibiarkan tanpa pengawet. Adanya urin yang berbau busuk dari semula dapat
berasal dari perombakan protein dalam saluran kemih umpamanya pada
karsinoma saluran kemih.
Kejernihan
Kejernihan urine dinyatakan dengan jernih, agak keruh, keruh, atau sangat
keruh. Kekeruhan pada urine disebut sebagai nubecula yang terdiri dari lender, sel
epitel, dan leukosit yang lambat laun mengendap. Kekeruhan didalam urine dapat
pula disebabkan oleh urat amorf, fosfat amorf yang mengendap dan dari bakteri
dari botol penampung. Urin yang telah keruh pada waktu dikeluarkan dapat
desebabkan oleh chilus, bakteri, sedimen sel epitel, leukosit, dan eritrosit dalam
jumlah banyak. Kejernihan urin jernih untuk urin yang normal. Urin yang telah
keruh pada waktu dikeluarkan dapat disebabkan oleh virus, bakteri, sedimen
seperti epitel, leukosit dan eritrosit.
III.

SIMPULAN

Pemeriksaan urin untuk mengetahui kondisi kesehatan individu dan


merupakan bahan yang penting yang digunakan dalam menentukan diagnosa
suatu penyakit yang diderita pasien. Informasi klinis yang dapat diperoleh
bergantung pada cara pengambilan, waktu, dan penanganannya. Warna urin
normal antara kuning muda hingga kuning tua, urin biasanya jernih untuk urin
yang normal. Bau urin yang normal adalah bau amoniak yang disebabkan oleh
asam organik yang mudah menguap.
IV.

DAFTAR PUSTAKA

Utami, Koni Atikah. 2010. Hubungan antara gagal Ginjal Kronis dengan
Gambaran Sedimen Urine di Kandung Kemih pada Pemeriksaan
Ultrasonografi Surakarta: Fakultas KedokteranUniversitas Sebelas Maret.

Anda mungkin juga menyukai